Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR ISI

halaman

DAFTAR ISI..................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................

1
BAB I PENDAHULUAN

Perkawinan adalah suatu peristiwa yang sangat penting dalam

penghidupan masyarakat kita, sebab perkawinan itu tidak hanya menyangkut

wanita dan pria bakal mempelai saja, tetapi juga orang tua kedua belah pihak,

saudara-saudaranya, bahkan keluarga-keluarga mereka masing-masing. Dalam

hukum adat Jawa, perkawinan itu bukan hanya merupakan peristiwa penting bagi

mereka yang masih hidup saja, namun perkawinan merupakan peristiwa yang

sangat berarti dan diikuti oleh arwah-arwah kedua belah. Dari arwah-arwah inilah

kedua belah pihak beserta keluarganya mengharapkan juga restunya bagi kedua

mempelai supaya mereka dapat hidup rukun Bahagia sebagai suami-isteri sampai

“kaken-kaken ninen-ninen”.1

Menurut Profesor Djojodiguno, hubungan suami isteri setelah perkawinan

bukanlah merupakan suatu hubungan perikatan yang berdasarkan perjanjian atau

kontrak, tetapi merupakan suatu paguyban.2 Paguyuban didefinisikan sebagai

perkumpulan yang bersifat kekeluargaan, didirikan oleh orang-orang yang

sepaham (sedarah) untuk membina persatuan (kerukunan) di antara para

anggotanya.3 Paguyuban hidup inilah yang menjadi pokok ajang hidup suami-

isteri selanjutnya beserta anak-anaknya. Karena saking rapatnya hubungan suami

dan isteri, dalam pandangan orang Jawa mereka berdua itu merupakan satu

ketunggalan.4

1
Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, (Jakarta: PT
Gunung Agung, 2017), Halaman 122.
2
Profesor Djojodigoeno, Asas-Asas Hukum Adat, Halaman 94.
3
https://kbbi.web.id/paguyuban, pada tanggal 21 April 2019.
4
Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, (Jakarta: PT
Gunung Agung, 2017), Halaman 123.

2
Karena perkawinan sangatlah penting, maka bila terjadi pembatalan kasus

secara sepihak akan melanggar hukum adat dan hukum positif juga. Hal inilah

yang terjadi pada kasus yang saya pilih. Sang mempelai pria membatalkan

perkawinan secara sepihak dan saat akan dilakukan ijab Kabul pada 17 November

2018, sang mempelai wanita menunggu mempelai pria dari pukul 09.00 WIT

sampai dengan pukul 13.00 WIT.5 Hal ini merugikan waktu semua orang, dan

juga membawa malu bagi keluarga mempelai wanita. Oleh karena itu, hal ini

perlu dibawa ke pengadilan karena melawan hukum positif dibawah Pasal 58

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan hukum adat.6 Dalam paper ini, saya

akan membahas mengenai pelanggaran mempelai pria ini dalam aspek hukum

adat.

BAB II PEMBAHASAN

Dasar Teori

Bagi golongan-golongan sanak saudara, yang merupakan kesatuan-

kesatuan atau masyarakat hukum (bagian-bagian clan, suku-suku, kerabat-kerabat)

maka perkawinan anggota-anggotanya itu adalah suatu usaha yang menyebabkan

terlahirnya angkatan baru yang menerukan golongannya itu. Dalam lingkungan

masyarakat-masyarakat kerabat maka perkawinan itu juga selalu merupakan

syarat untuk meneruskan silsilahnya seniri di masa yang akan datang buat

keluarga yang tertentu yang termasuk dalam masyarakat kerabat itu.

5
Khairina, “Lari dari Pernikahan, Calon Mempelai Pria Ini Digugat Kekasihnya”,
https://regional.kompas.com/read/2018/11/27/20193141/lari-dari-pernikahan-
calon-mempelai-pria-ini-digugat-kekasihnya?page=all., diakses pada tanggal 21
April 2019.
6
Ter Haar, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, (Jakarta: PT Balai Pustaka,
2017), Halaman 164.

3
Dalam masyarakat-masyarakat hukum yang merupakan kesatuan-kesatuan

susunan rakyat, ialah masyarakat-masyarakat dusun dan wilayah, maka

perkawinan anggota-anggotanya itu adalah suatu peristiwa penting dalam proses

masuknya menjadi inti sosial daripada masyarakat-masyarakat itu. Dengan jalan

perkawinan yang tepat itu juga maka kelas atau derajat di dalam dan di luar

masyarakat hukum adat dipertahankan, maka itu perkawinan juga adalah urusan

kelas.7

Dengan semua hal yang telah saya sebutkan diatas, maka tidak dapat

dipungkiri lagi bahwa perkawinan pada umumnya adalah suatu hal yang sangat

penting bagi masyarakat hukum adat. Bukan hanya untuk kedua orang yang akan

menikah, tetapi mempengaruhi seluruh masyarakat hukum adat juga.

Di pulau ternate, ada tiga sistem perkawinan umum yang dijalankan yaitu

kawin minta/kawin pinang, kawin sumbah, dan kawin lari. 8 Dari ketiga sistem

perkawinan itu, hanya sistem kawin minta atau kawin pinanglah yang memiliki

persetujuan dari kedua belah pihak keluarga. Kawin sumbah dilakukan tanpa

sepengetahuan orang tua laki-laki, dan kawin lari dilakukan tanpa sepengetahuan

orang tua kedua belah pihak. Perkawinan ini terjadi apabila si laki-laki dan si

wanita telah menjalin hubungan percintaan. Inisiatif melamar akan datang dari

pihak kaum kerabat laki-laki dengan cara mengutus suatu delegasi ke rumah orang

tua si wanita. Yang melamar biasanya saudara dan ayah si laki-laki atau kerabat

terdekat yang pandai berdialog dalam basa-basi yang mengandung kata-kata


7
Ter Haar, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, (Jakarta: PT Balai Pustaka,
2017), Halaman 160.
8
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Adat dan Upacara
Perkawinan Daerah Maluku, Halaman 67.

4
hikmah. Apabila lamaran sudah diterima, maka pada saat itu juga akan ditentukan

Mas kawin, Biaya perkawinan yang diperlukan, dan Hari perkawinan.

Setelah tiba hari pernikahan, maka pada siang harinya laki-laki diantar

oleh rombongan kerabatnya dengan iringan rebana menuju rumah pengantin

wanita. Sebelum memasuki rumah pengantin wanita, biasanya rombongan yang

membawa pengantin laki-laki dihadang oleh rombongan pihak wanita yang sudah

berada di halaman rumah. Sebagai tradisi pada pernikahan orang Ternate, kadang-

kadang terjadi perkelahian di antara mereka, namun setelah perkawinan selesai

hapuslah perasaan dendam antara orang-orang yang berkelahi tadi. Selanjutnya

apabila pengantin laki-laki sudah berada di dalam rumah maka pada saat itu

dilangsungkan akad nikah atau ijab Kabul yang disaksikan oleh wali dari kedua

pengantin. Selesai upacara ini dilanjutkan dengan upacara pertemuan antar kedua

pengantin yang akhirnya dipersandingkan di atas pelaminan. Sesudah itu,

dilangsungkan acara makan saro yang adalah makan bersama untuk pertama

kalinya bagi kedua pengantin pada sebuah meja panjang yang dihadiri oleh kaum

wanita yang diundang pada acara perkawinan.9

Delik Adat adalah perbuatan yang dilakukan oleh seorang atau kumpulan

orang yang mengancam atau menyinggung atau mengganggu keseimbangan

dalam kehidupan persekutuan, baik terhadap perseorangan atau terhadap

masyarakat hukum adat sebagai satu kesatuan. Ketika terjadi delik, maka ada

suatu keseimbangan alam yang terganggu sehingga diperlukannya perbuatan

koreksi untuk menetralisir pelanggaran-pelanggaran hukum tersebut. Koreksi


9
Amy Galuuh, “Hukum Adat Ternate-Maluku Utara (Adat Perkawinan)”,
http://vampirngesot.blogspot.com/2012/01/hukum-adat-terate-maluku-utara-
adat.html, diakses pada tanggal 21 April 2019.

5
yang dapat dilakukan antara lain adalah ganti rugi immaterial, bayaran uang adat,

selamatan, permintaan maaf, hukuman badan, serta pengasingan dari

masyarakat.10

Aplikasi

Pada kasus yang terjadi di Ternate, Maluku Utara seorang mempelai pria

yang Abubakar Loku dilaporkan oleh pihak keluarga mempelai wanita, Sulfat

Lidawa ke pengadilan negeri Tobelo. Hal ini dikarenakan pihak mempelai laki-

laki membatalkan pernikahan secara sepihak. Saat ijab kabul yang digelar pada

Sabtu 17 November 2018, pihak mempelai wanita menunggu dari pukul 09.00

WIT sampai dengan pukul 13.00 WIT. Namun, mempelai laki-laki tak kunjung

datang dan kabarnya melarikan diri.11

Karena pada kasus ini terdapat persetujuan diantara kedua pihak keluarga,

sistem perkawinan adat yang dipakai adalah sistem pekawinan minta atau

perkawinan pinang. Perbuatan yang dilakukannya melanggar janji yang telah

diikrarkannya sebelum perkawinan ini dilangsungkan, dan hal ini tidak

diberitahukan kepada pihak mempelai wanita yang kemudian semakin

memperparah keadaan. Karena pihak mempelai pria tidak kunjung datang setelah

ditunggu kurang lebih 4 jam, keluarga mempelai wanita tentu saja akan merasa

sangat malu terhadap orang-orang yang telah diundang.

Perkawinan pada umumnya bersifat penting karena bukan hanya

menyatukan dua orang, melainkan dua keluarga besar menjadi satu, sehingga
10
Catatan Hukum Adat Ibu Quoriena Mesakaraeng.
11
Khairina, “Lari dari Pernikahan, Calon Mempelai Pria Ini Digugat Kekasihnya”,
https://regional.kompas.com/read/2018/11/27/20193141/lari-dari-pernikahan-
calon-mempelai-pria-ini-digugat-kekasihnya?page=all., diakses pada tanggal 21
April 2019.

6
tidak boleh dianggap sepele. Dengan dibatalkannya pernikahan secara sepihak,

hubungan yang sudah dijalin sebelumnya akan rusak.

Apabila sudah terlanjur terjadi kejadian delik adat seperti diatas, maka

akan ada sanksi yang perlu ditanggung. Pada kasus ini, sang mempelai pria

digugat 15 milliar rupiah karena telah melakukan perbuatan melawan hukum

positif dan hukum adat. Apalagi, tindakan ini sangat memalukan sebab ditengah

keramaian, sang mempelai pria tidak hadir. Selain uang ganti rugi yang diminta

oleh pihak keluarga mempelai wanita, sang mempelai pria dan keluarganya akan

dikucilkan oleh masyarakat Ternate.

BAB III KESIMPULAN

Dapat kita lihat, bahwa perkawinan adalah suatu proses yang sangat

penting bagi masyarakat hukum adat. Bukan hanya menjalin hubungan antara

pasangan pria dan wanita, namun perkawinan juga membawa dua keluarga besar

menjadi dekat. Apabila tidak dilaksanakan sesuai hukum adat yang sudah ada.

Maka timbul delik yang perlu dilakukan tindakan koreksi. Pada kasus ini, sang

mempelai pria bersalah karena mengingkari janji yang telah disetujui kedua pihak,

tidak memberi tahu kepada sang mempelai wanita sehingga keluarga mempelai

wanita mengalami kejadian yang sangat memalukan ini. Maka itu, patutlah sang

mempelai pria dikenakan sanksi yang sepadan yaitu denda uang dan hukuman

sosial berupa pengucilan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Wignjodipoero, Soerojo. 2017. Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat. Jakarta:


PT Gunung Agung

Profesor Djojodigoeno. Asas-Asas Hukum Adat.

https://kbbi.web.id/paguyuban. pada tanggal 21 April 2019

Khairina. “Lari dari Pernikahan, Calon Mempelai Pria Ini Digugat Kekasihnya”,
https://regional.kompas.com/read/2018/11/27/20193141/lari-dari-pernikahan-
calon-mempelai-pria-ini-digugat-kekasihnya?page=all.. Diakses pada tanggal 21
April 2019

Haar, Ter. 2017. Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat. Jakarta: PT Balai Pustaka

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya


Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Adat dan Upacara
Perkawinan Daerah Maluku

Galuuh, Amy. (2002, Januari). Hukum Adat Ternate-Maluku Utara (Adat


Perkawinan), diakses pada tanggal 21 April 2019 melalui
http://vampirngesot.blogspot.com/2012/01/hukum-adat-terate-maluku-utara-
adat.html

Anda mungkin juga menyukai