Disusun Oleh:
Harkirtan Kaur
01051180030 / Kelas A
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum
Adat. Dalam makalah ini, penulis memaparkan tentang pembahasan kasus yang
Penulis makalah sejauh ini tidak menemukan kesulitan yang berarti dalam
pembuatan makalah ini. Penulis pun pun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen pembimbing Hukum Adat kami yang terhormat Ibu Quoriena
2. Kepada orang tua penulis yang telah memberi dukungan dan doa dalam
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis menerima kritik dan saran dari pihak lain untuk membantu memperbaiki
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
orang tua, dan lain-lain. Hubungan keluarga ini sangat penting untuk menentukan
hubungan anak dengan orang tua, masalah pewarisan harta, perwalian dan
perkawinan bukan hanya menyangkut pribadi kedua calon suami istri, tetapi
dapat terlepas dari adanya saling ketergantungan antara manusia satu dengan yang
1
lainnya. Hal itu dikarenakan sesuai dengan kedudukan manusia sebagai mahluk
sosial yang suka berkelompok atau berteman dengan manusia lainnya. Hidup
bersama merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
Demikian pula bagi seorang laki-laki ataupun seorang perempuan yang telah
mencapai usia tertentu maka ia tidak akan lepas dari permasalahan tersebut. Ia
lain yang bisa dijadikan curahan hati, penyejuk jiwa, tempat berbagi suka dan
duka. Hidup bersama antara seorang laki-laki dan perempuan sebagai pasangan
suami istri dan telah memenuhi ketentuan hukumnya, ini yang lazimnya disebut
Namun, dalam Masyarakat Hukum adat sering dijumpai beberapa kasus yang
berkaitan tentang perkawinan. Dalam makalah ini akan dibahas tentang kasus
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam kasus pernikahan Hukum Adat di Sulawesi Selatan ini, kedua sejoli
bernama Manai dan Sugiani dipergoki oleh warga tengah berduaan di sebuah
Menurut kepala desa dan warga sekitar, ini merupakan suatu hal yang dinamakan
Saat didapati sedang berduaan, warga nyaris ingin mengeroyok kedua sejoli
tersebut yang berujung pada orang tua Sugiani menyerang orang tua Manai karena
menganggap telah melakukan hal yang berhubungan dengan siri. Hal ini tentunya
atau hewan, melemparkan batu kepada orang atau rumah, atau membuang-buang
3
barang sehingga berserakan. Hal ini dapat diancamkan atas tindakan main hakim
Perseteruan mereka akhirnya dapat dilerai oleh Kepala Adat setempat dibantu
Kasus perkawinan adat yang terjadi di Sulawesi Selatan Ini dapat dikategorikan
sebagai jenis perkawinan lari bersama. Bakal sejodoh lari bersama dengan tiada
peminangan atau pertunangan secara formeel, ialah perkawinan lari bersama atau
Selatan perbuatan lari bersama itu adalah pelanggaran adat ( Adat Delict ),
perdamaian .3
adat yang sangat taat dengan tradisi dan erat hubungannya dengan sesuatu yang
berbau mistis, yang terlihat dari kepercayaan sang Kepala Adat yang mengatakan
1 https://m.hukumonline.com
2 Ter Haar: Asas-asas dan Susunan Hukum Adat, Hlm. 165
3 Ibid
4
bahwa apabila terjadi hal-hal siri yang melanggar peraturan Adat, apabila tidak
Penulis juga berpendapat bahwa peristiwa ini tidak sesuai dengan pendapat dari
Prof. Hazairin yang mengatakan bahwa peristiwa perkawinan sebagai tiga buah
dalam peristiwa ini karena adanya unsur kericuhan dimana keluarga pihak
asusila. Selain itu, pihak orang tua mempelai juga tentu tidak bahagia, dan malah
memperoleh rasa malu karena perkawinan anaknya dilakukan atas dasar perbuatan
asusila yang dilarang dan tidak disukai oleh masyarakat hukum adat.
5
BAB III
KESIMPULAN
Peristiwa perkawinan adat yang telah dibahas oleh penulis merupakan suatu
tindakan yang disebut siri atau tindakan yang melanggar Hukum Adat.
6
Perkawinan adat yang dilakukan oleh kedua pihak dengan cara melarikan diri atau
atas dasar perbuatan zina sangatlah dilarang dalam adat Sulawesi Selatan.
Pada kasus tersebut disebutkan juga bahwa orang tua dari pihak perempuan ingin
menyerang orang tua mempelai laki-laki dimana hal ini tidak bisa sepenuhnya
seharusnya memang Kepala Adat lah yang menjadi penengah atas masalah ini.
Dalam tradisi negara Timur khususnya Indonesia yang sampai sekarang masih
keluarga mempelai. Maka dari itu, akan menjadi suatu hal yang sangat
memalukan apabila sepasang lelaki dan perempuan yang tidak memiliki ikatan
tertangkap basah sedang atau akan melakukan perbuatan asusila. Tentu saja hal ini
akan menjadi perhatian para masyarakat adat sekitar. Namun demikian, selalu ada
jalan keluar dalam tiap masalah. Dalam kasus ini, masalah dapat diselesaikan
dengan cara berdamai dan kemudian pernikahan pun dapat digelar. Hal ini
tentunya juga sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan dalam Pancasila yaitu
nilai musyawarah dan mufakat dimana apabila terdapat suatu masalah, maka jalan
keluar yang ditempuh haruslah dipikirkan dengan kepala dingin dan dengan
7
membahasnya secara kekeluargaan dengan pihak yang bersangkutan.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://regional.kompas.com/read/2018/01/16/09294731/tepergok-berduaan-di-ke
bun-rambutan-pasangan-kekasih-ini-dinikahkan.
https://m.hukumonline.com
Haar, Ter. 2013.Asas-asas dan Susunan Hukum Adat. Jakarta: Balai Pustaka