Anda di halaman 1dari 8

Penerapan Asesmen Dalam Pembelajaran, Sudah Tepatkah?

A. Latar Belakang

Di dalam kelas, guru pasti menemukan berbagai macam karakterisitik yang


dimiliki oleh setiap siswa. Selain itu, guru juga menemukan bahwa setiap siswa memiliki
tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Misalnya, ada beberapa siswa yang sudah lancar
dalam menghitung perkalian, sebagian yang lain masih belum lancar dalam menghitung
perkalian. Oleh karena itu, pemetaan terhadap minat, kemampuan dan gaya belajar siswa
perlu dilakukan sebagai tahap awal sebelum melakukan pembelajaran.

B. Penerapan 5M Dalam Asesmen


Dalam proses pembelajaran guru memilki peran penting untuk memahami
psikologis siswa agar dapat belajar dengan nyaman dan tidak terbebani dengan materi
yang harus dipelajari. Sehingga menerapkan strategi 5M dalam asesmen pembelajaran
perlu untuk dilakukan oleh guru. Strategi 5M terdiri (1) memanusiakan hubungan, (2)
memahami konsep, (3) memilih tantangan, (4) memberdayakan konteks, dan (5)
membangun keberlanjutan.
Memanusiakan hubungan dapat dilakukan dengan cara pembelajaran yang
didasari orientasi pada siswa berdasarkan relasi positif yang saling memahami antara
guru, siswa dan orangtua. Dalam menerapkan strategi memanusiakan hubungan, guru
dapat melakukan hubungan yang baik dengan orangtua siswa seperti, guru mengenal
profil orangtua, kondisi orangtua serta peran orangtua dalam mendampingi anak belajar.
Sehingga guru dapat mengetahui dan memastikan suasana belajar anak berjalan kondusif.
Selain itu, guru dapat berdiskusi dengan oangtua siswa mengenai gaya belajar siswa,
kebiasaan yang dilakukan oleh siswa ketika berada dirumah, perkembangan dan proses
belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut, guru dapat memahami profil siswa. Dalam
asesmen merdeka belajar, memahami profil siswa itu penting agar guru mampu
meciptakan suasana belajar yang aman dan nyaman, guru dapat menentukan kesiapan
siswa dalam belajar, dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar, dan
mengembangakan kecerdasan emosional siswa di dalam kelas.
Dalam hal memanusiakan hubungan, guru perlu merancang prinsip asesmen yang
sesuai dengan profil siswa. Sehingga siswa tidak hanya memamahi informasi saja, tetapi
siswa dapat memahami secara utuh pembelajaran agar dapat tercapai kompetensinya.
Guru dapat melakukan asesmen sesuai dengan profil siswa dengan memperhatikan hal-
hal berikut ini:
1. Guru dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan
profil siswa (diferensiasi pembelajaran).
2. Guru dapat melakukan pemetaan minat dan gaya belajar siswa. Pemetaan
minat dilakukan oelh guru agar guru dapat melakukan asesmen dalam proses
belajar dan hasil belajar sesuai dengan hal yang disukai oleh siswa. Sedangkan
pemetaan gaya belajar dilakukan guru dengan melakukan penilaian terhadap
gaya belajar siswa seperti, auditori, visual, dan kinestetik. Sehingga hal
tersebut akan membantu guru untuk memnetukan aktivitas dan strategi belajar
yang beragam sesuai dengan profil siswa.

Memahami konsep merupakan praktik pembelajran yang memandu siswa untuk


menguasai pemahaman konsep secara mendalam yang dapat diterapkan dalam berbagai
konteks. Sehingga penerapan asesmen dalam hal tersebut, siswa diutamakan untuk
memiliki pemahaman utuh terhadap sebuah konsep dan memiliki keterampilan agar
kompetensi dapat dicapai. Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk menerapkan
asesmen dalam memahami konsep adalah siswa difasilitasi dengan mendemonstrasikan
dan berbagi pemahaman konseptual dan keterampilan.

Memilih tantangan merupakan implementasi dalam pembelajaran dengan cara


memandu siswa untuk memiliki keahlian melalui proses yang bermakna dan berjenjang.
Dalam memilih tantangan, guru dapat memberikan pembelajaran kepada siswa dengan
memilih tantangan yang sesuai dengan kemampuan siswa tersebut. Misalnya, guru dapat
memberikan tugas dengan berbagai sumber belajar sehingga siswa dapat memilih tugas
tersebut sesuai dengan keinginan dan kemampuannya. Asesmen yang dapat dirancang
oleh guru dalam memilih tantangan yaitu dengan memberikan kesempatan siswa untuk
mengemukakan berbagai sudut pandang dan pemahaman serta pilihan strategi.

Memberdayakan konteks memiliki arti sebagai penerapan pembelajaran yang


membimbing siswa untuk ikut terlibat dalam sumber daya dan komunitas untuk
memberikan kesempatan berkontribusi dalam perubahan di lingkungan sosial masyarakat
sebagai sumber belajar. Dalam memberdayakan konteks, guru dapat memberikan tugas
yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat memahami
manfaat yang didapatkan dalam kehidupan di lingkungan sekitar. Misalnya, guru
memberikan tugas kepada siswa dengan berkolaborasi dengan orangtua dimana orangtua
dapat dijadikan sebagai narasumber untuk topik yang sesuai seperti topik yang
berhubungan dengan pekerjaan orangtua.

Membangun keberlanjutan merupakan praktik pembelajaran yang memandu


siswa dalam pengalaman belajar terarah dan berkelanjutan melalui umpan balik dan
berbagai praktik baik. Dalam hal ini guru perlu menyiapkan rancangan pembelajaran
berkelanjutan yang melibatkan serangkaian proses refleksi dan diskusi umpan balik.
Selain itu, guru dapat memperbanyak asesmen formatif untuk memudahkan siswa dalam
memahami kemampuan awal dan kebutuhan belajar selanjutnya. Misalnya, guru dapat
memberikan soal yang dapat dijawab dengan gambar atau ekspresi siswa atau guru dapat
membuat soal pilihan ganda singkat.
C. Instrumen dan Teknik Asesmen
a. Instrumen Asesmen
Setiap kegiatan pembelajaran membutuhkan evaluasi atau asesmen untuk
mengetahui perkembangan belajar siswa. Dalam melakukan asesmen guru memerlukan
alat atau instrumen untuk mengumpulkan data atau informasi yang relevan tentang
kinerja atau kemajuan belajar siswa dan menentukan minat siswa terkait proses
pembelajaran. Menurut Suharsini Arikunto (2010), instrumen penilaian merupakan alat
bantu yang digunakan oleh guru atau peneliti dalam mengatur dan mengakomodir
aktivitasnya sebagai proses pengumpulan data secara sistematis dalam pemberian
evaluasi. Ada beberapa jenis instrumen yang dapat digunakan oleh guru dalam aktivitas
asesmen dikelas yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Berikut jenis-jenis instrumen
tersebut:
1. Catatan anekdot merupakan catatan secara terperinci pada satu siswa yang
berhubungan dengan perilaku atau performa yang melibatkan latar belakang
kejadian dan hasil kerja siswa. Tujuan dari catatan anekdot adalah untuk
membantu guru memahami perubahan perilaku pada siswa dan mengamati
perilaku yang tidak biasa pada siswa. Catatan anekdot memiliki ciri-ciri,
antara lain: (1) berupa pengamatan langsung; (2) memberikan hasil yang cepat
dan akurat serta merupakan kejadian yang spesifik; (3) berisi catatan perilaku;
(4) dicatat secara terpisah jika terjadi suatu keasalahan atau an accident; dan
(5) mencatat perilaku yang tidak biasa. Dengan demikian, melalui catatan
anekdot guru dapat memperoleh deskripsi perilaku tiap siswa dengan lebih
tepat. Guru juga akan menerima gambaran sebab akibat perubahan sikap yang
tidak biasa pada tiap siswa. Catatan anekdot dapat dijadikan acuan oleh guru
untuk mengembangkan langkah-langkah penyesuaian diri dengan masalah-
masalah dan kebutuhan tiap siswa.
2. Checklist merupakan instrumen penilaian yang dilakukan dengan cara
memberi tanda pada ketercapaian indikator-indikator tertentu dengan tanda-
tanda khusus yang berupa tanda centang, huruf, simbol tertentu, dan
sebagainya. Penilaian checklist bertujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan perkembangan siswa, seperti perkembangan kognitif, sosial,
dan motorik. Selain itu, checklist bertujuan untuk menjalankan kerangkan
kerja dan kurikulum perkembangan, menilai dan mengevaluasi perkembangan
dan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut guru harus mengetahui proses
perekembangan siswa untuk melakukan perubahan pada program
pembelajaran. Dalam penilaian checklist, penting bagi guru untuk mengetahui
tahapan-tahapan yang harus dilalui, yakni (1) mengidentifikasi keterampilan
setiap perkembangan; (2) membuat daftar dari perilaku yang diharapkan; (3)
membuat contoh perencanaan yang akan dituliskan dalam checklist; (4)
menyimpan catatan checklist untuk dilaporkan.
3. Rubrik merupakan panduan yang digunakan untuk menentukan skor hasil
penyelesaian pekerjaan siswa. Rubrik penilaian memudahkan guru untuk
menentukan kinerja siswa. Oleh karena itu, guru seharusnya tidak hanya
menyusun elemen instrumental, tetapi juga membuat rubrik penilaian. Guru
yang menggunakan penilaian rubrik akan memperoleh manfaat sebagai
berikut:
- Siswa dapat memahami dasar penilaian kinerja.
- Kedua pihak yaitu guru dan siswa akan memiliki pedoman yang jelas
tentang tuntutan kinerja yang diharapkan.
- Rubrik dapat dijadikan sebagai motivator atau pendorong bagi siswa
dalam pembelajaran.
b. Teknik Asesmen
Dalam melakukan asesmen guru perlu mengetahui teknik-teknik asesmen agar
proses pembelajaran dapat dilakukan secara terstruktur dan sesuai dengan target
pembelajaran yang akan dicapai. Berdasarkan hal tersebut, ada tiga teknik asesmen
yang dapat diterapkan oleh guru sesuai dengan kebutuhan, antara lain:
1. Observasi
Observasi dalam asesmen dapat diartikan sebagai kegiatan yang guru
lakukan untuk mendapatkan informasi terkait tingkah laku dan kemampuan
siswa dengan cara mengamati baik secara kelompok maupun individu. Hal-hal
yang perlu dipersiapkan oleh guru untuk melakukan observasi yaitu: (1) guru
perlu menyiapkan format observasi yang berisi aspek-aspek perilaku dan
kemampuan yang akan dinilai. (2) guru perlu menentukan batas waktu
melakukan observasi. Sehingga guru dapat mengukur atau menilai keadaan
siswa dalam kurun waktu tertentu. Selain itu, dalam melakuakan observasi,
cara dan tujuan observasi perlu ditentukan oleh guru sesuai dengan kebutuhan.
Berikut adalah cara dan tujuan observasi:
a. Observasi Partispatif dan Non-Partispatif. Observasi Partisipatif adalah
observasi yang bertujuan untuk merekam situasi dalam suatu kejadian
secara apa adanya pada siswa. Dalam hal ini, pengamat atau observer ikut
terlibat dalam aktivitas yang dilakukan oleh siswa sebagai objek yang
diamati. Misalnya, guru terlibat dalam kegiatan diskusi bersama siswa,
dalam hal ini guru dapat ikut berpartisipasi dalam memberikan saran,
kritik, dan masukan atas apa yang telah dikerjakan oleh siswa sehingga
guru dapat menilai keaktifan dan kemampuan siswa. Sedangkan,
observasi non-partisipatif adalah observasi yang dilakukan dengan
tujuan untuk memahami suatu kegiatan tertentu siswa dengan cara
memasuki lingkungan sosial siswa tetapi terpisah dari objek yang diamati.
Sebagai contoh, guru mengamati siswa yang sedang berlatih pengibaran
bendera kemudian melihat hasil latihan tersebut di hari Senin.
b. Observasi Sistematis dan Non-Sistematis. Observasi sistematis adalah
observasi yang bertujuan untuk membatasi hal-hal yang akan diamati
secara nyata. Dalam hal ini, pengamat telah mengatur struktur yang berisi
kategori dan masalah yang akan diamati sebelum melakukan observasi.
Sebaliknya, observasi non-sistematis adalah observasi yang dilakukan
tanpa mengatur struktur yang berisi kategori dan masalah terlebih dahulu.
Sehingga, hal tersebut dapat memberi kebebasan lebih pada pengamat
dalam mengamati objek.
c. Observasi Experimental. Observasi experimental adalah obersvasi yang
termasuk kedalam observasi non-partisipatif tetapi penyusunannya
dilakukan secara sistematis. Tujuan dari observasi experimental adalah
untuk mengetahui perubahan maupun tanda-tanda sebagai akibat dari
suatu peristiwa dengan membrikan perilaku khusus terhadap objek
observasi untuk mengidentifikasi kompetensi yang ingin dicapai. Sebagai
contoh, guru menambahkan aktifitas belajar berupa permainan untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Dengan demikian,
guru dapat mengamati apakah permainan merupakan cara yang efektif
untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Performa
Asesmen performa dalam pembelajaran merupakan bentuk penilaian yang
mewajibakan siswa untuk mempraktikan dan menerapakan pengetahuan yang
sudah dipelajari ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan tolak ukur
yang ditentukan. Adapun ciri-ciri dasar asesmen performa yaitu, (1) berkaitan
dengan proses siswa dalam membuat suatu karya dan (2) mendorong siswa
unruk menghasilkan produk dari tugas atau kinerja yang diminta. Dengan
demikian, penilaian performa dapat mencakup penilaian pada proses atau
produk bahkan mencakup keduanya yaitu proses sekaligus produk.
Selanjutnya, terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan untuk
mengembangkan asesmen performa, yaitu: (1) menentukan tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa dengan meperhatikan kompetensi dasar , indicator
pencapaian, tujuan penilaian, dan kriteria standar kompetensi; (2) menentukan
rubric penilaian sebagai panduan untuk melakukan penilaian kinerja siswa; (3)
melaksanakan asesmen performa dengan memberi nilai secara holistik
maupun analitik. Metode penilaian secara holistik dilakukan apabila guru
hanya memberikan satu jenis skor berdasarkan pengamatan guru dari hasil
kinerja yangdilakukan oleh siswa. Sedangkan, metode penilaian secara
analitik yaitu pemberian skor untuk berbagai aspek kinerja yang bervariasi
berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan berupa penilaian dalam
bentuk ceklis; dan (4) melakukan penilaian terhadap hasil kinerja baik
penilaian secara formatif atau sumatif. Penilaian secara formatif dalam
dilakukan oleh guru dengan memberikan umpan balik terkait keinerja yang
telah dilakukan oleh siswa sehingga siswa mengetahui kelemahan dan
kekurangan dari kinerja yang telah siswa kerjakan. Sebaliknya, penilaian
sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk melihat hasil pencapaian
kinerja siswa dengan cara memberikan nilai berupa angka. Oleh karena itu,
guru perlu memperhatikan hal-hal dalam asesmen performa agar dapat
menerapkannya dengan baik dan efektif dalam proses pembelajaran. Hal
pertam yang perlu diperhatian yaitu guru harus memperhatikan relevansi
penugasan terhadap kurikulum yang berlaku dan juga, guru harus
memperjelas bahwa penugasan sesuai dengan tingkat kompetensi siswa.
Kedua, dalam memberikan tugas guru harus menyesuaikan dengan
kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan dalam kurikulum. Ketiga,
terkait dengan objektivitas penilaian kinerja dimana guru perlu merujuk pada
rubrik yang telah ditetapkan agar terhindar dari penilaian yang bersifat
subjektif.
3. Asesmen tertulis dan tidak tertulis
Asesmen tertulis merupakan teknik asesmen yang berbasis teks untuk melihat
kompetensi siswa dengan cara memberikan maskah berupa soal untuk dijawab
oleh siswa. Tes tertulis dibedakan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes
subjektif. Tes objektif biasanya berupa soal pilihan ganda, jawaban singkat,
atau berupa soal memasangkan jawaban dimana jawaban dari tes-tes tersebut
telah tersedia. Sedangkan, tes subjektif adalah tes yang berupa soal esai atau
uraian dimana jawabannya harus disusun sendiri oleh siswa secara tersturktur.
Selain itu tes tertulis memiliki kelebihan untuk diterapkan dalam asesmene
pembelajaran. Dibawah ini merupakan kelebihan-kelebihan dari tes tulis:
- Dapat dilakukan ditempat yang berbeda dalam waktu yang sama.
- Memberi ruang personal yang lebih luas pada siswa dalam menjawab soal.
- Memiliki struktur yang tetap, sehingga penilaian dapat lebih
dipertanggungjawabkan.

Selain tes tertulis, ada juga tes yang tidak tertulis yang dapat diterapkan
dalam asesmen pembelajaran. Tes tidak tertulis disebut juga tes lisan dimana
tes tersebut mewajibkan siswa untuk merespon baik dalam bentuk
pengungkapan ide-ide maupun pendapat-pendapat secara lisan sesuai dengan
pertanyaan yang diberikan oleh guru untuk keperluan asesmen. Kelebihan dari
tes lisan adalah (1) menunjukkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam
berkomunikasi melalui penyampaian pendapat; (2) guru hanya perlu
mempersiapkan pokok persoalan, tanpa susunan soal secara terurai; (3) dapat
menunjukkan kepribadian siswa dengan lebih menyeluruh; dan (4) hasil tes
dapat diketahui secara langsung yaitu pada saat kegiatan berlangsung.
Disamping itu, dalam tes lisan kemungkinan guru akan mengalami tantangan
seperti, subjektifitas pengetahuan guru sering mencemari hasil tes. Dengan
kata lain, guru akan memberikan nilai lebih kepada siswa-siswa teretntu.
Tantangan berikutnya yaitu waktu pelakasanaan tes yang diperlukan
memerlukan waktu yang cukup lama karena penilaian tidak bisa dilakukan
sekaligus kepada siswa dalam jumlah yang besar. Dalam pembelajaran jarak
jauh tes lisan dapat dilakukan dengan menggunakan platform seperti zoom,
google meet, whatsapp, dan lain-lain. Dengan demikian, guru dapat
mepertimbangkan teknik yang sesuai untuk diterapkan dalam asesmen
pembelajaran.

D. Langkah-Langkah Merancang Asesmen


Asesmen merupakan usaha untuk mendapatkan data atau informasi dari proses
dan hasil pembelajaran untuk mengukur kemampuan pada kinerja siswa. Dalam
melakukan kegiatan pembelajaran, guru dapat merancang atau membuat perencaan
asesmen dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa. Pemetaan kebutuhan belajar
siswa perlu dilakukan oleh guru untuk memeperoleh informasi terkait
pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang akan diajarkan. Selain itu,
guru juga dapat mengetahui minat yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
Sehingga hal tersebut dapat mendorong perkembangan siswa dalam belajar
dan tercapainya tujuan pembelajaran.
2. Menetapkan tujuan pencapaian tugas yang tidak hanya berfokus pada produk
pembelajaran, tetapi juga berfokus pada dimensi, elemen dan sub elemen yang
dituju.
3. Membuat indikator perkembangan. Indikator perkembangan digunakan untuk
menemukan kemajuan pencapaian dari tujuan penugasan.
4. Membangun hubungan antara asesmen formatif dan sumatif. Asesmen
formatif merupakan asesmen yang dilakukan di awal dan disepanjang proses
pembelajaran. Sedangkan, asesmen sumatif merupakan asesmen yang
dilakukan di akhir pembelajaran. Sehingga kedua asesmen tersebut perlu
untuk saling dikaitkan satu sama lain.
5. Menjelaskan tujuan asesmen. Dalam hal ini, guru perlu menejlaskan tujuan
asesmen dan melibatkan siswa dalam proses asesmen. Sebagai contoh, siswa
dapat menetukkan topik yang akan dinilai oleh guru, menentukan teknik
asesmen (tertulis atau tidak tertulis), dan pengembangan rubrik. Guru juga
dapat membimbing siswa untuk menggunakan rubrik penilaian agar siswa
merasa terlibat dalam mengelola dan menilai pembelajaran mereka sendiri.
E. Kesimpulan
Setiap siswa memiliki karakteristik dan minat masing-masing sehingga penting
bagi guru untuk menciptakan metode pembelajaran yang sesuai dengan keunikan siswa.
Agar guru dapat mengetahui keunikan masing-masing siswa seperti gaya belajar
kinestetik, auditori, maupun visual guru dapat melakukan asesmen di awal pembelajaran.
Selain itu, penerapan 5M (memanusiakan hubungan, memahami konsep, memilih
tantangan, memberdayakan konteks, dan membangun keberlanjutan) perlu diterapkan
dalam asesmen pembelajaran sehingga siswa merasa nyaman dalam belajar dan tidak
terbebani oleh penugasan. Menentukan teknik dan instrumen asesmen perlu
dipertimbangkan oleh guru dalam menyesuaikan kebutuhan siswa.

F. Daftar Pustaka
Paud.id. (2022). Diakses pada 10 Novemeber 2022, dari
https://www.paud.id/catatan-anekdot-instrumen-asesmen-paud/
Penelitian Ilmiah. (2022). Diakses pada 10 Novemeber 2022, dari
https://penelitianilmiah.com/instrumen-penilaian/
SMPN 4 Pakem. (2020). Diakses pada 9 Novemebr 2022, dari
(https://smpn4pakem.sch.id/wp/wp-content/uploads/2020/04/5M.pdf.pdf
LMS karier.mu
Kejar Cita. (2021). Diakses pada 10 November 2022, dari
https://blog.kejarcita.id/menerapkan-strategi-pembelajaran-5m-dalam-pjj/
Naik pangkat. (2022). Diakses pada 12 November 2022, dari
https://naikpangkat.com/5-hal-perlu-diperhatikan-dalam-menyusun-asesmen-p5/

Anda mungkin juga menyukai