Anda di halaman 1dari 12

AKUISISI NASKAH TERJEMAHAN, MENDAPATKAN

LISENSI HAK PATEN MENERJEMAHKAN


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Publikasi Terjemahan
Dosen pengampu (Muhammad Zacky Mubarok, M. A)

Kelompok 9:
Nadya Anggraini 11200240000047
Nanda Nabila Rahma 11200240000048
Nabila Dhea Aulia 11200240000053

PROGRAM STUDI TARJAMAH


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022 M/1444 H
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2
A. Akuisisi Naskah Terjemahan ..................................................................... 2
B. Lisensi di Indonesia ................................................................................... 3
1. Perjanjian Lisensi Hak Cipta .................................................................. 4
2. Cara Mendapatkan Lisensi Hak Cipta Menerjemahkan .......................... 5
BAB III KESIMPULAN .................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 9

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Selain menyajikan karya asli dalam negeri, buku-buku di pasaran juga
banyak ditemui hasil saduran ataupun terjemahan dari bahasa asing. Buku tersebut
awalnya berupa naskah yang berpotensi untuk diterbitkan. Naskah yang masih
berbahasa asing itu kemudian diterjemahkan lalu diterbitkan ke khalayak. Dalam
dunia penerbitan seseorang yang bertugas mencari naskah disebut editor akuisisi
(Acquiring/Acquisition Editor).
Pengadaan naskah menjadi fokus bagi editor akuisisi, mereka
berhubungan dengan naskah dan/atau penulis. Dalam hal ini naskah yang dicari
bisa berupa naskah berbahasa Indonesia dan naskah berbahasa asing. Berdasarkan
Bambang Trim dalam seminar “Editologi” pada 2010 lalu, Indonesia sedang
gadung dengan penerjemahan buku-buku berbahasa Arab yang diburu melalui
Cairo Book Fair selama satu dekade terakhir.
Ajang perbukuan internasional yang besar seperti Frankfurt Book Fair
menjadi ajang transaksi copyright (hak paten) untuk upaya penerjemahan.
Seorang agen sastra (literary agent) akan mulai menawarkan naskah kepada
penerbit-penerbit berpotensi yang hadir dalam ajang tersebut. Setelah bertemu
kesepakatan antara keduanya, maka proses berikutnya adalah pengurusan hak
paten terjemahan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akuisisi Naskah Terjemahan
Akuisisi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): (1)
Perolehan; (2) pemindahan kepemilikan peerusahaan atau aset (dalam
industri perbankan terjadi apabila pembelian saham di atas 50%);
pengambilalihan kepemilikan perusahaan atau aset. Jadi yang dimaksud
dengan akuisisi naskah terjemahan adalah mendapatkan naskah berbahasa
asing yang kemudian diterjemahkan dan diedarkan di pangsa pasar
negaranya dalam hal ini di Indonesia.
Pengadaan naskah atau akuisisi naskah menjadi bagian dari
pekerjaan seorang editor.1 Pertama, Editor akuisisi/pemerolehan tugasnya
tidak berhubungan langsung dengan naskah, tetapi berhubungan dengan
pengarang/penulis serta kecenderungan dan tren yang sedang berlangsung.
Terkadang editor ini yang bertanggung jawab merencanakan pengadaan
naskah, barulah tugas selanjutnya dilimpahkan pada editor pendamping.
Kedua, editor pendamping (associate editor) yang terjun langsung di
lapangan baik untuk memburu naskah ataupun penulis. Sebab, selain
menerima naskah yang dikirimkan penulis, penerbit-penerbit tertentu juga
‘memburu’ naskah berbahasa asing.
Cara pengadaan naskah: 2
1. Solicited (naskah yang dicari editor)
Pemerolehan naskah aktif dengan proses yang dihasilkan dari
program atau sengaja mencari penulis untuk mengerjakan program.
2. Unsolicited (naskah sayembara)
Naskah yang didapat dengan mengajak penulis mengirim
naskahnya atau mengumumkannya lewat iklan.
3. Translated (naskah terjemahan)
Penerjemahan naskah-naskah buku berbahasa asing yang dianggap
layak untuk pembaca sasaran warga Indonesia.

1
Bambang Trim, Taktis Menyunting Buku (Bandung: Maximalis, 2009).
2
Bambang Trim, 2018, Penuntun Penyuntingan Naskah (Jakarta: Institut Penulis Indonesia), h.
31.

2
4. Internally generated manuscript; work-made-for-hire (naskah
pesanan)
Pengadaan naskah yang dilakukan secara internal dengan
melibatkan para editor ataupun para penulis tetap untuk menulis
naskah.

Pengadaan naskah terjemahan dominan adalah solicited yang


memang diprogramkan penerjemahannya dan diurus pengalihan hak
patennya oleh penerbit. Dengan demikian, naskah yang terpilih ini tekah
dipertimbangkan baik dari segi ide atau gaya penulisannya oleh penerbit.
Namun, jika penerjemah berhasil menyuguhkan hasil terjemahan naskah
sesuai dengan kualitas naskah aslinya justru naskah pun menjadi tidak
layak untuk diterbitkan. Karena akan membahayakan imaji penerbit
sekaligus mengecewakan pembaca. Banyak kasus naskah terjemahan dari
buku-buku setingkat dunia akhirnya menjadi turun segi kualitasnya karena
persoalan bahasa yang buruk.

Penerjemahan adalah persoalan content (isi) dan context


(kemasan). Sebagus apa pun sebuah naskah sumber jika penerjemahannya
kacau dan sekaligus pengemasannya memprihatinkan, naskah tersebut
tidak akan memiliki daya. Editor masih menebukan berbagai
permasalahan soal penerjemahan karena banyaknya penerjemah yang tidak
professional dalam bekerja dan sempitnya waktu sebagai editor dalam
mendeteksi keseluruhan naskah terjemahan ataupun melakukan penulisan
ulang (rewriting).

B. Lisensi di Indonesia
Intellectual property rights atau hak atas kekayaan intelektual
memiliki ciri khas yakni bernilai komersial dan merupakan hak pribadi
yang dapat dilisensikan dan merupakan hak monopoli guna mencegah
orang lain menggunakannya tanpa izin.1 pemberian izin penggunanan
karya dapat dilakukan melalui pemberian lisensi.
Lisensi menurut Pasal 1 angka 20 UUHC adalah izin tertulis yang
diberikan oleh pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait kepada pihak

3
lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya atau produk hak
terkait dengan syarat tertentu.3
Pasal tersebut dapat dipahami bahwa sesungguhnya lisensi adalah
suatu izin tertulis yang dapat diberikan satu pihak ke pihak lain untuk
melaksanakan suatu hak ekonomi atas ciptaan atau produk hak terkait
dengan syarat tertentu. Syarat tertentu mengenai lisensi mengenai lisensi
diatur dalam undang-undang maupun diatus dalam perjanjian lisensi antara
licensor (pencipta) dengan licensee (penerima/hak cipta).
Selain pada hak cipta, lisensi juga diatur dalam bidang HaKI yang
lain, seperti Rahasia Dagang, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu, Paten, Merek, dan Hak Cipta.

1. Perjanjian Lisensi Hak Cipta


Pasal 50 (b) UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menyatakan,
bahwa perjanjian-perjanjian yang berkaitan dengan HaKI, misalnya
lisensi paten, hak cipta, industri desain, rangkaian sirkuit terpadu,
rahasia dagang, dan perjanjian yang berhubungan dengan waralaba
(franchise) dikecualikan dari ketentuan UU persaingan ini. 4
Sehingga pemberian lisensi pada HaKI bukan merupakan bentuk
persaingan usaha tidak sehat, karena lisensi yang diperjanjikan
adalah kesepakatan para pihak.
Perjanjian atau kontrak adalah suatu janji atau seperangkat
janji-janji dan akibat pengingkaran atau pelanggaran atasnya
hukum memberikan pemulihan atau menetapkan kewajiban bagi
untuk ingkar janji disertai sanksi untuk pelaksanaannya. Perjanjian
diartikan kesepakatan para pihak yang apabila dilanggar akan
menimbulkan akibat hukum. Syarat sahnya perjanjian ditulis dalam
pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yakni:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

3
Haryawan, Aditya,2022, “Perjanjian Lisensi Hak Cipta di Indonesia”. (Business Law Review)
4
Haryawan, Aditya. “Perjanjian Lisensi Hak Cipta di Indonesia”. (Business Law Review, 2022)

4
3. Suatu hal tertentu.
4. Suatu bab yang diperkenankan.

Bentuk perjanjian lisensi adalah seperti perjanjian pada


umumnya. Namun, isi dari perjanjian lisensi harus mematuhi
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Dalam Pasal 80
UUHC, pemberian lisensi ini dilakukan melalui perjanjian lisensi
yang berlaku selama jangka waktu tertentu, seta tidak melebihi
masa berlaku hak cipta dan hak terkait. Penerima lisensi nantinya
akan memberikan royalti kepada pemegang hak cipta atau pemilik
hak terkait selama jangka waktu lisensi, kecuali diperjanjikan lain.

2. Cara Mendapatkan Lisensi Hak Cipta Menerjemahkan


Berdasarkan Undang-undang Paten, terdapat 3 syarat
sesuatu penemuan dapat didaftarkan untuk mendapatkan hak paten,
yaitu:5
1. Sesuatu yang baru.
2. Mengandung langkah inventif.
3. Dapat diterapkan dalam dunia industri.

Cara mendaftarkan hak paten memerlukan beberapa tahap.


Agar lebih mudah dipahami, secara garis besar prosedur
pendaftaran hak paten adalah sebagai berikut:

1. Pengisian formulir pendaftaran hak paten & melampirkan


dokumen yang diperlukan untuk mendaftar hak paten
a. Permohonan paten diajukan dengan cara mengisi
formulir yang disediakan untuk itu dalam bahasa
Indonesia dan diketik rangkap 4 (empat).
b. Pemohon wajib melampirkan dokumen yang diperlukan
untuk pendaftaran hak paten:

5
Nurrohman, ‘Romadhon Hapsa. Mudah 5 Prosedur Pendaftaran Hak Paten’.
https://rumahpaten.id/prosedur-pendaftaran-hak-paten/ diakses pada pukul 21.00 11 November
2022.

5
1) Surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan
melalui konsultan paten terdaftar selaku kuasa.

2) Surat pengalihan hak apabila permohonan diajukan


oleh pihak lain yang bukan penemu.

3) Deskripsi, klaim, abstrak: masing-masing 3 (tiga).

4) Gambar, apabila ada: rangkap 3 (tiga).

5) Bukti prioritas asli dan terjemahan halaman depan


dalam bahasa Indonesia

rangkap 4 (empat), apabila diajukan dengan hak


prioritas.

6) Terjemahan uraian penemu dalam bahasa Inggris,


apabila penemuan tersebut aslinya dalam bahasa
asing selain bahasa Inggris: rangkap 2 (dua).

7) Bukti pembayaran biaya permohonan paten sebesar


Rp1.250.000.

8) Bukti pembayaran biaya permohonan paten sederhana


sebesar Rp800.000 dan untuk pemeriksaan
substantif paten sederhana sebesar Rp3.000.000.

9). Tambahan biaya setiap klaim, apabila lebih dari 10


klaim: Rp40.000 per klaim.

c. Penulisan deskripsi, klaim, abstrak dan gambar.


d. Pemohon datang ke kantor Dirijen KI untuk
menyerahkan berkas dan membayar biaya pendaftaran
hak paten.
2. Cek formalitas

6
Selanjutnya cara membuat hak paten adalah pengecekan
dokumen permohonan yang diajukan telah lengkap sesuai
ketentuan Dirijen Kekayaan Intelektual.
3. Publikasi
Tahapan cara membuat hak paten yang selanjutnya adalah
menunggu publikasi dari Dirijen Kekayaan Intelektual.
Publikasi tersebut berisi:
a. Pengumuman paten yang lolos cek formalitas.
b. Diumumkan 18 bulan sejak tanggal penerimaan.
c. Setiap orang dapat melakukan banding secara tertulis
terhadap paten yang diumumkan asalkan banding disertai
dengan alasan dan diajukan kepada Menteri. Nantinya
banding tersebut akan menjadi pertimbangan dalam
pemeriksaan substantif.
4. Permohonan pemeriksaan substantif
Setelah masa publikasi berakhir, selanjutnya perlu
mengajukan permohonan pemeriksaan substantif diajukan
dengan cara mengisi formulir yang telah disediakan untuk itu
dalam bahasa Indonesia dengan melampirkan bukti
pembayaran biaya permohonan sebesar Rp2.000.000.
5. Hak paten resmi terdaftar

7
BAB III
KESIMPULAN
Pengadaan naskah menjadi fokus bagi editor akuisisi, mereka
berhubungan dengan naskah dan/atau penulis. Dalam hal ini naskah yang dicari
bisa berupa naskah berbahasa Indonesia dan naskah berbahasa asing. Setelah
bertemu kesepakatan antara penerbit lokal dan penerbit buku aslinya, maka proses
berikutnya adalah pengurusan hak paten terjemahan.

8
DAFTAR PUSTAKA
Haryawan, Aditya. “Perjanjian Lisensi Hak Cipta di Indonesia”. (Business Law
Review, 2022)
Nurrohman, ‘Romadhon Hapsa. Mudah 5 Prosedur Pendaftaran Hak Paten’.
https://rumahpaten.id/prosedur-pendaftaran-hak-paten/
Trim, Bambang, Penuntun Penyuntingan Naskah (Jakarta: Institut Penulis
Indonesia, 2018)

———, Taktis Menyunting Buku (Bandung: Maximalis, 2009)

Anda mungkin juga menyukai