Anda di halaman 1dari 30

Satuan tak berdimensi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Dalam analisis dimensional, satuan tak berdimensi adalah satuan yang tidak memiliki unit
fisis melainkan hanyalah bilangan. Bilangan itu pada umumnya didefinisikan sebagai produk
atau rasio atau satuan yang memiliki unit.

Contoh yang lebih mudah untuk dipahami adalah ketika seorang penyortir buah-buahan di
suatu industri mengatakan bahwa setiap dua puluh buah apel terdapat satu apel busuk. Maka
rasio apel busuk dengan apel secara keseluruhan adalah 1/20. Bilangan tersebut adalah satuan
tak berdimensi. Contoh lainnya dalah ilmu keteknikan dan fisika adalah pengukuran sudut
bidang miring. Sudut umumnya diukur menggunakan rasio panjang dan tinggi yang selalu
spesifik setiap sudut. Rasio tersebut, panjang dibagi tinggi, adalah satuan tak berdimensi.

Satuan tak berdimensi digunakan secara luas dalam bidang matematika, fisika, teknik, dan
ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.

Satuan tak berdimensi tidak memiliki unit fisis yang berhubungan. Namun kadang-kadang
penulisan rasio unit yang saling meniadakan, seperti g/kg, di mana keduanya adalah satuan
massa, hal itu cukup membantu untuk menjelaskan bahwa suatu bilangan sedang dihitung
dengan proses demikian.

Nama Simbol Bidang aplikasi


Bilangan Abbe V Optik; Tingkat dispersi material optik
Klimatologi, astronomi (reflektivitas permukaan suatu
Albedo α
benda)
Bilangan Archimedes Ar Gerakan fluida akibat dari perbedaan massa jenis
Berat atom M Kimia
Bilangan Bagnold Ba Aliran material solid seperti pasir
Bilangan Biot Bi konduktivitas antara permukaan dan volume benda solid
Bilangan Bodenstein Distribusi waktu diam
Bilangan Bond Bo Kapilaritas yang dikendalikan oleh gaya apung
Transfer kalor akibat konduksi dari permukaan ke fluida
Bilangan Brinkman Br
kental
Bilangan Brownell Katz Kombinasi dari bilangan kapilaritas dan bilangan Bond
Bilangan kapilaritas Ca Aliran fluida akibat dari tegangan permukaan
Koefisien gesek statik μs Gesekan dua permukaan solid pada keadaan diam
Koefisien gesek kinetis μk Gesekan dua permukaan solid pada gerakan translasi
Faktor Colburn J Koefisien transfer kalor tak berdimensi
Bilangan Courant-
ν Persamaan numerik dari hyperbolic PDE
Friedrich-Levy
Bilangan Damkohler Da Skala reaksi waktu terhadap fenomena perpindahan
Faktor gesekan Darcy Cf or f Aliran fluida
Bilangan Dean D Aliran fluida pada pipa atau selat bengkok
Bilangan Deborah De rheologi dari fluida viskoelastik
Desibel dB rasio dua intensitas suara
Koefisien gerak Cd resistansi aliran
Bilangan Euler e Matematika
Bilangan Eckert Ec Transfer kalor konvektif
Bilangan Ekman Ek geofisika (gaya gesek (viskositas))
Digunakan untuk mengukur bagaimana respon permintaan
Elastisitas (ekonomi) E
dan penawaran terhadap perubahan harga
Bilangan Eötvös Eo ???
Bilangan Ericksen Er Perilaku aliran kristal cair
Bilangan Euler Eu hidrodinamika (tekanan terhadap inersia)
Faktor gesekan Fanning f Aliran fluida di pipa
Konstanta Feigenbaum α,δ Teori chaos
Konstanta kualitas
α elektrodinamika kuantum
struktur
bilangan-f f optik, fotografi
Bilangan Foppl–von
Penekukan lapisan tipis
Karman
Bilangan Fourier Fo Transfer kalor
Bilangan Fresnel F difraksi celah
Bilangan Froude Fr Perilaku gelombang dan permukaan
Gain elektronik (sinyal output terhadap sinyal input)
Bilangan Galilei Ga Aliran kekentalan yang dikendalikan oleh gravitasi
Rasio Golden matematika dan estetika
Bilangan Graetz Gz Aliran panas
Bilangan Grashof Gr Konveksi bebas
Bilangan Hatta Ha Peningkatan adsorpsi akibat dari reaksi kimia
Bilangan Hagen Hg Konveksi yang dipaksa
Gradien hidrolik i Aliran air tanah
Bilangan Karlovitz pembakaran turbulensi
Bilangan Keulegan– rasio gaya perpindahan terhadap inersia benda keras dalam
KC
Carpenter osilasi aliran fluida
Bilangan Knudsen Kn Perkiraan kontinu dalam fluida
Kt/V Kedokteran
Bilangan Kutateladze K Aliran dua fase yang saling berlawanan
Aliran konveksi bebas dalam fluida yang tak dapat
Bilangan Laplace La
bercampur
Bilangan Lewis Le Rasio persebaran massa dan termal
Koefisien gaya angkat CL Gaya angkat pada airfoil pada berbagai sudut datang
Parameter Lockhart- χ Aliran gas basah
Martinelli
Rasio resistansi waktu pada gelombang Alfven melintasi
Bilangan Lundquist S
waktu dalam plasma
Bilangan Mach M Dinamika gas
Bilangan magnetik
Rm magnetohidrodinamika
Reynolds
Koefisien kekasaran
n Aliran terbuka (aliran yang dikendalikan oleh gravitasi
Manning
Aliran Marangoni akibat dari deviasi tekanan permukaan
Bilangan Marangoni Mg
termal
Bilangan Morton Mo ???
Bilangan Nusselt Nu transfer kalor dengan konveksi yang dipaksa
Bilangan Ohnesorge Oh Atomisasi cairan, aliran Marangoni
Bilangan Péclet Pe adveksi–masalah difusi
Bilangan Peel adhesi dari struktur mikro dengan substrat
pH pH Kimia (kologaritma dari aktvitas ion H+ terlarut)
matematika (rasio dari keliling lingkaran terhadap
Pi π
diameternya)
Rasio Poisson ν Elastisitas (dimuat pada arah transversal dan longitudinal)
elektronika (besar daya riil terhadap daya dalam
Faktor daya
perhitungan)
Bilangan daya Np Konsumsi daya oleh agitator
transfer kalor Konveksi (ketebalan termal dan momentum
Bilangan Prandtl Pr
batas lapisan)
Koefisien Pressure CP Tekanan yang terjadi pada titik pada airfoil
Radian rad pengukuran sudut
Bilangan Rayleigh Ra Gaya apung dan gaya viskositas pada konveksi bebas
Indeks Refraktif n elektromagnetisme, optika
Bilangan Reynolds Re Perilaku aliran (inersia terhadap viskositas)
Masa jenis relatif RD hidrometer, perbandingan material
Bilangan Richardson Ri Efek gaya apung pada kestabilan aliran
Skala Rockwell Tingkat kekerasan mekanis
Bilangan Rossby Ro Gaya inersia pada geofisika
Z atau
Bilangan Rouse Transpor sedimen
P
Bilangan Schmidt Sc Dinamika fluida (transfer massa dan difusi)
Bilangan Sherwood Sh Transfer massa dengan konveksi yang dipaksa
Bilangan Sommerfeld Pelumasan batas
Bilangan Stanton St Transfer panas pada konveksi yang dipaksa
Bilangan Stefan Ste Transfer panas ketika terjadi perubahan fase
Bilangan Stokes Stk Dinamika partikel
Tegangan ε Sains material, elastisitas
Bilangan Strouhal Sr Aliran bergelombang dan kontinu
Bilangan Taylor Ta Aliran fluida berotasi
nonlinearitas dari gelombang gravitasi permukaan pada
Bilangan Ursell U
lapisan fluida dangkal
Faktor van 't Hoff i Analisa kuantitatif (Kf dan Kb)
Parameter Wallis J* Kecepatan nondimensional dalam aliran multifase
Bilangan kecepatan Kecepatan pembakaran berlapis relatif terhadap gas
pembentukan api hidrogen
Aliran multifase dengan permukaan bergeombang yang
Bilangan Weber We
kuat
Bilangan Weissenberg Wi Aliran viskoelastik
Bilangan Womersley α Aliran bergelombang dan kontinu

[sunting] Satuan tak berdimensi bernilai tetap (konstan)


Beberapa konstanta fisika dasar seperti kecepatan cahaya dalam ruang vakum, konstanta
gravitasi semesta, konstanta Planck, dan lain sebagainya hanya memiliki satu nilai. Kegunaan
dari satuan tak berdimensi fisis ini tidak dapat dipisahkan dari sistem, nilainya ditentukan dari
hasil eksperimen.
Dimensionless quantity
From Wikipedia, the free encyclopedia

Jump to: navigation, search

In dimensional analysis, a dimensionless quantity is a quantity without an associated


physical dimension. It is thus a "pure" number, and as such always has a dimension of 1.
Dimensionless quantities are widely used in mathematics, physics, engineering, economics,
and in everyday life (such as in counting). Numerous well-known quantities, such as π, e, and
φ, are dimensionless.

Dimensionless quantities are often defined as products or ratios of quantities that are not
dimensionless, but whose dimensions cancel out when their powers are multiplied. This is the
case, for instance, with the engineering strain, a measure of deformation. It is defined as
change in length over initial length but, since these quantites both have dimensions L
(length), the result is a dimensionless quantity.

A dimensionless quantity is not always a ratio; for instance, the number of people N in a
room is a dimensionless quantity.

Contents
[hide]

 1 Properties
 2 Buckingham π theorem
o 2.1 Example
 3 Standards efforts
 4 Examples
 5 List of dimensionless quantities
 6 Dimensionless physical constants
 7 See also
 8 References
 9 External links

[edit] Properties
 Even though a dimensionless quantity has no physical dimension associated with it, it can
still have dimensionless units. It is sometimes helpful to use the same units in both the
numerator and denominator, such as kg/kg, to show the quantity being measured (for
example, to distinguish a mass ratio from a volume ratio). The quantity may also be given as
a ratio of two different units that have the same dimension (for instance, light years over
meters). This may be the case when calculating slopes in graphs, or when making unit
conversions. Such notation does not indicate the presence of physical dimensions, and is
purely a notational convention. Other common dimensionless units are % (= 0.01), ppt
(= 10−3), ppm (= 10−6), ppb (= 10−9), and angle units (radians, grad, degrees). Units of amount
such as the dozen and the gross are also dimensionless.
 The -dimensionless- ratio of two quantities with the same dimensions has the same value
regardless of the units used to calculate them. For instance, if body A exerts a force of
magnitude F on body B, and B exerts a force of magnitude f on A, then the ratio F/f will
always be equal to -1, regardless of the actual units used to measure F and f. This is a
fundamental property of dimensionless proportions and follows from the assumption that
the laws of physics are independent of the system of units used in their expression. In this
case, if the ratio F/f was not always equal to -1, but changed if we switched from SI to CGS,
for instance, that would mean that Newton's Third Law's truth or falsity would depend on
the system of units used, which would contradict this fundamental hypothesis. The
assumption that the laws of physics are not contingent upon a specific unit system is also
closely related to the Buckingham π theorem. A formulation of this theorem is that any
physical law can be expressed as an identity (always true equation) involving only
dimensionless combinations (ratios or products) of the variables linked by the law (e.g.,
pressure and volume are linked by Boyle's Law -they are inversely proportional). If the
dimensionless combinations' values changed with the systems of units, then the equation
would not be an identity, and Buckingham's theorem would not hold.

[edit] Buckingham π theorem


Another consequence of the Buckingham π theorem of dimensional analysis is that the
functional dependence between a certain number (say, n) of variables can be reduced by the
number (say, k) of independent dimensions occurring in those variables to give a set of p = n
− k independent, dimensionless quantities. For the purposes of the experimenter, different
systems which share the same description by dimensionless quantity are equivalent.

[edit] Example

The power consumption of a stirrer with a given shape is a function of the density and the
viscosity of the fluid to be stirred, the size of the stirrer given by its diameter, and the speed
of the stirrer. Therefore, we have n = 5 variables representing our example.

Those n = 5 variables are built up from k = 3 dimensions which are:

 Length: L (m)
 Time: T (s)
 Mass: M (kg).

According to the π-theorem, the n = 5 variables can be reduced by the k = 3 dimensions to


form p = n − k = 5 − 3 = 2 independent dimensionless numbers which are, in case of the
stirrer:

 Reynolds number (a dimensionless number describing the fluid flow regime)


 Power number (describing the stirrer and also involves the density of the fluid)

[edit] Standards efforts


The CIPM Consultative Committee for Units contemplated defining the unit of 1 as the 'uno',
but the idea was dropped.[1][2][3][4]

[edit] Examples
Consider this example: Sarah says, "Out of every 10 apples I gather, 1 is rotten.". The rotten-
to-gathered ratio is (1 apple) / (10 apples) = 0.1 = 10%, which is a dimensionless quantity.
Another more typical example in physics and engineering is the measure of plane angles. An
angle is measured as the ratio of the length of a circle's arc subtended by an angle whose
vertex is the centre of the circle to some other length. The ratio, length divided by length, is
dimensionless. When using radians as the unit, the length that is compared is the length of the
radius of the circle. When using degree as the units, the arc's length is compared to 1/360 of
the circumference of the circle.

[edit] List of dimensionless quantities


All numbers are dimensionless quantities. Certain dimensionless quantities of some
importance are given below:

Standard
Name Definition Field of application
symbol

Abbe number V optics (dispersion in optical materials)

chemistry (Proportion of "active" molecules


Activity coefficient γ
or atoms)

climatology, astronomy (reflectivity of


Albedo α
surfaces or bodies)

Archimedes number Ar motion of fluids due to density differences

Arrhenius number α Ratio of activation energy to thermal energy[5]

Atomic weight M chemistry

Bagnold number Ba flow of bulk solids such as grain and sand.[6]

the ratio of heat transfer irreversibility to


Bejan number
Be total irreversibility due to heat transfer and
(thermodynamics)
fluid friction[7]

Bejan number dimensionless pressure drop along a


Be
(fluid mechanics) channel[8]
Bingham number Bm Ratio of yield stress to viscous stress[5]

Biot number Bi surface vs. volume conductivity of solids

Bodenstein number residence-time distribution

Bond number Bo capillary action driven by buoyancy [9]

heat transfer by conduction from the wall to a


Brinkman number Br
viscous fluid

Brownell-Katz combination of capillary number and Bond


number number

Capillary number Ca fluid flow influenced by surface tension

Coefficient of static
μs friction of solid bodies at rest
friction

Coefficient of kinetic
μk friction of solid bodies in translational motion
friction

Colburn j factor dimensionless heat transfer coefficient

Courant-Friedrich-
ν numerical solutions of hyperbolic PDEs [10]
Levy number

Damkohler number Da reaction time scales vs. transport phenomena

Damping ratio ζ the level of damping in a system

Darcy friction factor Cf or f fluid flow

Dean number D vortices in curved ducts

Deborah number De rheology of viscoelastic fluids

Decibel dB ratio of two intensities, usually sound

Drag coefficient Cd flow resistance

ratio of electric surface conductivity to the


Dukhin number Du electric bulk conductivity in heterogeneous
systems
Euler's number e mathematics

Eckert number Ec convective heat transfer

Ekman number Ek geophysics (frictional (viscous) forces)

Elasticity widely used to measure how demand or


E
(economics) supply responds to price changes

Eötvös number Eo determination of bubble/drop shape

Ericksen number Er liquid crystal flow behavior

hydrodynamics (pressure forces vs. inertia


Euler number Eu
forces)

Fanning friction
f fluid flow in pipes [11]
factor

Feigenbaum
α,δ chaos theory (period doubling) [12]
constants

Fine structure
α quantum electrodynamics (QED)
constant

f-number f optics, photography

Foppl–von Karman
thin-shell buckling
number

Fourier number Fo heat transfer

Fresnel number F slit diffraction [13]

Froude number Fr wave and surface behaviour

Gain electronics (signal output to signal input)

Galilei number Ga gravity-driven viscous flow

Golden ratio mathematics and aesthetics

Graetz number Gz heat flow

Grashof number Gr free convection

Hatta number Ha adsorption enhancement due to chemical


reaction

Hagen number Hg forced convection

Hydraulic gradient i groundwater flow

Karlovitz number turbulent combustion turbulent combustion

Keulegan–Carpenter ratio of drag force to inertia for a bluff object


KC
number in oscillatory fluid flow

ratio of the molecular mean free path length


Knudsen number Kn
to a representative physical length scale

Kt/V medicine

Kutateladze number K counter-current two-phase flow

Laplace number La free convection within immiscible fluids

ratio of mass diffusivity and thermal


Lewis number Le
diffusivity

lift available from an airfoil at a given angle of


Lift coefficient CL
attack

Lockhart-Martinelli
χ flow of wet gases [14]
parameter

ratio of a resistive time to an Alfvén wave


Lundquist number S
crossing time in a plasma

Mach number M gas dynamics

Magnetic Reynolds
Rm magnetohydrodynamics
number

Manning roughness
n open channel flow (flow driven by gravity) [15]
coefficient

Marangoni flow due to thermal surface


Marangoni number Mg
tension deviations

Morton number Mo determination of bubble/drop shape

Nusselt number Nu heat transfer with forced convection


Ohnesorge number Oh atomization of liquids, Marangoni flow

Péclet number Pe advection–diffusion problems

Peel number adhesion of microstructures with substrate [16]

mathematics (ratio of a circle's circumference


Pi π
to its diameter)

elasticity (load in transverse and longitudinal


Poisson's ratio ν
direction)

Porosity φ geology

Power factor electronics (real power to apparent power)

Power number Np power consumption by agitators

convection heat transfer (thickness of thermal


Prandtl number Pr
and momentum boundary layers)

Pressure coefficient CP pressure experienced at a point on an airfoil

describes how under-damped an oscillator or


Q factor Q
resonator is

Radian rad measurement of angles

buoyancy and viscous forces in free


Rayleigh number Ra
convection

Refractive index n electromagnetism, optics

Reynolds number Re Ratio of fluid inertial and viscous forces[5]

Relative density RD hydrometers, material comparisons

Richardson number Ri effect of buoyancy on flow stability [17]

Rockwell scale mechanical hardness

Rolling resistance
Crr Vehicle dynamics
coefficient

Rossby number Ro inertial forces in geophysics


Rouse number Z or P Sediment transport

fluid dynamics (mass transfer and diffusion)


Schmidt number Sc [18]

ratio of displacement thickness to momentum


Shape factor H
thickness in boundary layer flow

Sherwood number Sh mass transfer with forced convection

Sommerfeld
boundary lubrication [19]
number

Stanton number St heat transfer in forced convection

Stefan number Ste heat transfer during phase change

Stokes number Stk particle dynamics

Strain ε materials science, elasticity

nondimensional frequency, continuous and


Strouhal number St or Sr
pulsating flow [20]

Taylor number Ta rotating fluid flows

nonlinearity of surface gravity waves on a


Ursell number U
shallow fluid layer

governs the effects of porosity φ, the Prandtl


Vadasz number Va number and the Darcy number on flow in a
porous medium

van 't Hoff factor i quantitative analysis (Kf and Kb)

nondimensional superficial velocity in


Wallis parameter J*
multiphase flows

Weaver flame speed laminar burning velocity relative to hydrogen


number gas [21]

Weber number We multiphase flow with strongly curved surfaces

Weissenberg
Wi viscoelastic flows [22]
number

Womersley number α continuous and pulsating flows [23]


[edit] Dimensionless physical constants
Certain fundamental physical constants, such as the speed of light in a vacuum, the universal
gravitational constant, and the constants of Planck and Boltzmann, are normalized to 1 if the
units for time, length, mass, charge, and temperature are chosen appropriately. The resulting
system of units is known as natural. However, not all physical constants cannot be eliminated
in any system of units; the values of the remaining ones must be determined experimentally.
Resulting constants include:

 α, the fine structure constant, the coupling constant for the electromagnetic interaction;
 μ or β, the proton-to-electron mass ratio, the rest mass of the proton divided by that of the
electron. More generally, the rest masses of all elementary particles relative to that of the
electron;
 αs, the coupling constant for the strong force;
 αG, the gravitational coupling constant.

[edit] See also


 Similitude (model)
 Orders of magnitude (numbers)
 Dimensional analysis
 Normalization (statistics) and standardized moment, the analogous concepts in statistics

[edit] References
1. ^ "BIPM Consultative Committee for Units (CCU), 15th Meeting" (PDF). 17–18 April 2003.
http://www.bipm.fr/utils/common/pdf/CCU15.pdf. Retrieved 2010-01-22.
2. ^ "BIPM Consultative Committee for Units (CCU), 16th Meeting" (PDF).
http://www.bipm.fr/utils/common/pdf/CCU16.pdf. Retrieved 2010-01-22.
3. ^ "An ontology on property for physical, chemical, and biological systems.".
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&db=pubmed&dopt=Abstract
&list_uids=15588029&query_hl=3.
4. ^ René Dybkaer. "An ontology on property for physical, chemical, and biological systems".
http://www.iupac.org/publications/ci/2005/2703/bw1_dybkaer.html.
5. ^ a b c "Table of Dimensionless Numbers" (PDF).
http://www.cchem.berkeley.edu/gsac/grad_info/prelims/binders/dimensionless_numbers.p
df. Retrieved 2009-11-05.
6. ^ Bagnold number
7. ^ S. Paoletti, F. Rispoli, E. Sciubba, Calculation of exergetic losses in compact heat exchanger
passager, ASME AES-Vol. 10-2, 1989, pp. 21-29.
8. ^ S. Bhattacharjee and W.L. Grosshandler, The formation of wall jet near a high temperature
wall under microgravity environment, ASME MTD-Vol. 96, 1988, pp. 711-716.
9. ^ Bond number
10. ^ Courant-Friedrich-Levy number
11. ^ Fanning friction factor
12. ^ Feigenbaum constants
13. ^ Fresnel number
14. ^ Lockhart-Martinelli parameter
15. ^ Manning coefficientPDF (109 KB)
16. ^ Peel number
17. ^ Richardson number
18. ^ Schmidt number
19. ^ Sommerfeld number
20. ^ Strouhal number
21. ^ Weaver flame speed number
22. ^ Weissenberg number
23. ^ Womersley number

[edit] External links


 John Baez, "How Many Fundamental Constants Are There?"
 Huba, J. D., 2007, NRL Plasma Formulary: Dimensionless Numbers of Fluid Mechanics. Naval
Research Laboratory. Pp. p. 23, p. 24 and p. 25
 Sheppard, Mike, 2007, "Systematic Search for Expressions of Dimensionless Constants using
the NIST database of Physical Constants."
 Biographies of 16 scientists having dimensionless numbers of heat and mass transfer named
after them.
Bilangan Abbe
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Bilangan Abbe dalam fisika dan optika juga dikenal dengan Bilangan V, adalah ukuran
dispersi suatu material dalam hubungannya dengan indeks bias (variasi indeks bias dengan
panjang gelombang). Dinamai sesuai dengan nama Ernst Abbe (1840-1905), ahli fisika
berkebangsaan Jerman yang mendefinisikan hal tersebut.

Diagram bilangan Abbe berdasarkan komposisi material optis dan indeks bias, ditandai
dengan titik merah

Bilangan Abbe dari suatu material, V, didefinisikan sebagai:

di mana nD, nF, dan nC adalah indeks bias dari suatu material pada garis panjang gelombang
D, F, dan C Fraunhofer (589,2 nm, 486,1 nm, dan 656,3 nm). Nilai dispersi yang rendah,
yang berarti rendah abrasi kromatiknya, berarti material tersebut mempunyai nilai bilangan
Abbe yang tinggi.

Definisi lainnya yang dapat digunakan adalah:


dengan nd adalah indeks bias pada panjang gelombang garis kuning helium (587,5618 nm).

Dapat juga didefinisikan sebagai:

dengan e adalah hijau merkuri pada 546,073 nm, sedangkan F' dan C' adalah garis biru dan
merah kadmium pada panjang gelombang 480,0 nm dan 643,8 nm.

Bilangan Abbe digunakan untuk mengklasifikasikan kaca dan material optis lainnya. Seperti
contoh, kaca flint memiliki V < 50 dan kaca crown memiliki V > 50. Range nilai V
bervariasi, berkisar 20 untuk kaca flint berdensitas tinggi, sekitar 30 untuk kaca polikarbonat,
lebih dari 65 untuk kaca crown berdensitas rendah, dan di atas 85 untuk kaca fluor-crown.
Bilangan Abbe hanya diaplikasikan pada cahaya tampak.

Diagram Abbe dibuat dengan menempatkan bilangan Abbe Vd dari suatu material terhadap
indeks bias nd. Material optis lalu dikategorikan melalui komposisi bahannya dan posisinya
dalam diagram. Pengkategorian dapat berupa kode huruf dan nomor seperti yang digunakan
pada katalog Kaca Schott, atau menggunakan kode kaca 6 digit.

Tabel di bawah ini adalah daftar panjang gelombang standar berdasarkan Pye di mana nilai n
biasanya ditentukan. Seperti contoh, nD berdasarkan tabel adalah 589,3 nm, karena D adalah
warna kuning pada garis spektrum Natrium.

λ dalam nm Symbol Fraunhofer Sumber cahaya Warna


365.01 i Hg ultraviolet
404.66 h Hg violet
435.84 g Hg biru
479.99 F' Cd biru
486.13 F H biru
546.07 e Hg hijau
587.56 d He kuning
589.3 D Na kuning
643.85 C' Cd merah
656.27 C H merah
706.52 r He merah
768.2 A' K merah
852.11 s Cs Inframerah
1013.98 t Hg Inframerah

[sunting] Referensi
 Perhitungan bilangan Abbe terhadap berbagai jenis kaca
 L. D. Pye, V. D. Frechette, N. J. Kreidl: "Borate Glasses"; Plenum Press, New York,
1977

e
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
e

e adalah bilangan dimana gradien (kemiringan) dari fungsi f(x)=ex pada setiap titiknya sama
dengan nilai (tinggi) fungsi tersebut pada titik yang sama.

Konstanta matematika e adalah basis dari logaritma natural. Kadang-kadang disebut juga
bilangan Euler sebagai penghargaan atas ahli matematika Swiss, Leonhard Euler, atau juga
konstanta Napier sebagai penghargaan atas ahli matematika Skotlandia, John Napier yang
merumuskan konsep logaritma untuk pertama kali. Bilangan ini adalah salah satu bilangan
yang terpenting dalam matematika, sama pentingnya dengan 0, 1, i, dan π. Bilangan ini
memiliki beberapa definisi yang ekivalen; sebagain ada dibawah.

Nilai bilangan ini, dipotong pada posisi ke-30 setelah tanda desimal (tanpa dibulatkan),
adalah:

e ≈ 2,71828 18284 59045 23536 02874 71352

[sunting] Definisi
Bilangan Nusselt
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Bilangan nusselt)
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Bilangan Nusselt adalah rasio pindah panas konveksi dan konduksi normal terhadap batas
dalam kasus pindah panas pada permukaan fluida; bilangan Nusselt adalah satuan tak
berdimensi yang dinamai menggunakan nama Wilhelm Nusselt. Komponen konduktif diukur
di bawah kondisi yang sama dengan konveksi dengan kondisi fluida stagnan atau tidak
bergerak.

Aliran panas konduksi dan konveksi sifatnya sejajar satu sama lainnya dan terhadap
permukaan normal terhadap bidang batas, sehingga

di mana:

 L = panjang karakteristik
 kf = konduktivitas termal fluida
 h = koefisien pindah panas konvektif

Pemilihan panjang karakteristik harus searah dengan ketebalan dari lapisan batas. Contoh dari
panjang karakteristik misalnya diameter terluar dari silinder pada aliran yang mengalir di luar
silinder, tegak lurus terhadap aksis silinder. Selain itu, panjang papan vertikal terhadap
konveksi alami yang bergerak ke atas dan diameter bola yang berada di dalam aliran
konveksi juga merupakan panjang karakteristik. Untuk bangun yang lebih rumit, panjang
karakteristik bisa dihitung dengan membagi volume terhadap luas permukaannya.

Untuk konveksi bebas, rataan bilangan Nusselt dinyatakan sebagai fungsi dari bilangan
Rayleigh dan bilangan Prandtl. Dan untuk konveksi paksa, rataan bilangan Nusselt adalah
fungsi dari bilangan Reynolds dan bilangan Prandtl. Hubungan empiris untuk berbagai
geometri terkait konveksi menggunakan bialangan Nusselt didapatkan melalui eksperimen.

Pindah massa terkait dengan bilangan Nusselt adalah bilangan Sherwood.

Bilangan Reynolds
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap
gaya viskos (μ/L) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu
kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan jenis aliran yang
berbeda, misalnya laminar dan turbulen. Namanya diambil dari Osborne Reynolds (1842–
1912) yang mengusulkannya pada tahun 1883.

Bilangan Reynold merupakan salah satu bilangan tak berdimensi yang paling penting dalam
mekanika fluida dan digunakan, seperti halnya dengan bilangan tak berdimensi lain, untuk
memberikan kriteria untuk menentukan dynamic similitude. Jika dua pola aliran yang mirip
secara geometris, mungkin pada fluida yang berbeda dan laju alir yang berbeda pula,
memiliki nilai bilangan tak berdimensi yang relevan, keduanya disebut memiliki kemiripan
dinamis.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1 Rumusan
 2 Nilai tipikal
 3 Lihat pula
 4 Bacaan lanjutan
 5 Pranala luar

[sunting] Rumusan
Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

dengan:

 vs - kecepatan fluida,
 L - panjang karakteristik,
 μ - viskositas absolut fluida dinamis,
 ν - viskositas kinematik fluida: ν = μ / ρ,
 ρ - kerapatan (densitas) fluida.

Misalnya pada aliran dalam pipa, panjang karakteristik adalah diameter pipa, jika penampang
pipa bulat, atau diameter hidraulik, untuk penampang tak bulat.

[sunting] Nilai tipikal


 Spermatozoa ~ 1×10−2
 Aliran darah di otak ~ 1×102
 Aliran darah di aorta ~ 1×103
 Batas munculnya aliran turbulen ~ 2,3×103 pada aliran pipa hingga 106 untuk lapisan
batas
 Lemparan bola (pitch) di Major League Baseball ~ 2×105
 Orang berenang ~ 4×106
 Paus Biru ~ 3×108
 Kapal besar (RMS Queen Elizabeth 2) ~ 5×109

[sunting] Lihat pula


 Persamaan Darcy-Weisbach
 Hukum Hagen-Poiseuille
 Persamaan Navier-Stokes
 Teorema perpindahan Reynolds

Teorema Taylor
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

Fungsi eksponensial y = ex (garis merah kontinu) dan polinomial Taylor orde empat di sekitar titik
asal (garis hijau putus-putus)

Topik dalam
kalkulus

Teorema dasar
Limit fungsi
Kekontinuan
Kalkulus vektor
Kalkulus matriks
Dalam kalkulus, teorema Taylor memberikan barisan pendekatan Teorema nilai
sebuah fungsi yang diferensiabel pada sebuah titik menggunakan suku purata
banyak (polinomial). Koefisien polinomial tersebut hanya tergantung Turunan
pada turunan fungsi pada titik yang bersangkutan. Teorema ini juga
memberikan estimasi besarnya galat dari pendekatan itu. Teorema ini Kaidah darab
mendapat nama dari matematikawan Brook Taylor, yang Kaidah hasil-bagi
menyatakannya pada tahun 1712, meskipun hasilnya sudah ditemukan Kaidah rantai
pertama kali tahun 1671 oleh James Gregory Turunan implisit
Teorema Taylor
Daftar isi Laju
berhubungan
[sembunyikan] Tabel turunan
Integral
 1 Teorema Taylor dalam satu variabel
o 1.1 Pernyataan Tabel integral
o 1.2 Estimasi suku sisa Integral takwajar
 2 Pembuktian: satu variabel Pengintegralan
 3 Catatan kaki dengan:
 4 Rujukan bagian per
 5 Pranala luar bagian, cakram,
silinder,
substitusi,
substitusi
[sunting] Teorema Taylor dalam satu trigonometri,
variabel pecahan parsial

Teorema Taylor menyatakan sembarang fungsi mulus dapat dihampiri dengan polinomial.
Contoh sederhana penerapan teorema Taylor adalah hampiran fungsi eksponensial ex di dekat
x = 0:

Hampiran ini dinamakan hampiran Taylor orde ke-n' terhadap ex karena menghampiri nilai
fungsi eksponensial menggunakan polinomial derajat n. Hampiran ini hanya berlaku untuk x
mendekati nol, dan bila x bergerak menjauhi nol, hampiran ini menjadi semakin buruk.
Kualitas hampiran dinyatakan oleh suku sisa:

Lebih umum lagi, teorema Taylor berlaku untuk setiap fungsi yang dapat diturunkan ƒ,
dengan hampiran untuk x di dekat titik a, dalam bentuk:
Suku sisa adalah perbedaan antara fungsi dan polinomial hampirannya:

Meskipun rumus eksplisit untuk suku sisa ini jarang digunakan, teorema Taylor juga
memberikan estimasi nilai sisanya. Dengan kata lain, untuk x cukup dekat terhadap a, suku
sisa haruslah cukup kecil. Teorema Taylor memberikan informasi persis seberapa kecil suku
sisa tersebut.

[sunting] Pernyataan

Pernyataan cermat teorema ini adalah sebagai berikut: bila n ≥ 0 adalah bilangan bulat dan f
adalah fungsi yang terturunkan kontinu pada selang tertutup [a, x] dan terturunkan n + 1 kali
pada selang terbuka (a, x), maka

Di sini n! melambangkan n faktorial dan Rn(x) adalah suku sisa, melambangkan beda antara
polinomial Taylor derajat-n terhadap fungsi asli. Suku sisa Rn(x) tergantung pada x, dan kecil
bila x cukup dekat terhadap a. Ada beberapa pernyataan untuk suku sisa ini.

Bentuk Lagrange[1] dari suku sisa menyatakan bahwa terdapat bilangan ξ antara a dan x
sedemikian sehingga

Ini mengungkapkan teorema Taylor sebagai perampatan teorema nilai rata-rata. Sebenarnya,
teorema nilai rata-rata digunakan untuk membuktikan teorema Taylor dengan suku sisa
bentuk Lagrange.

Bentuk Cauchy[2] suku sisa menyatakan bahwa terdapat bilangan ξ antara a dan x sehingga

Secara umum, bila G(t) adalah fungsi kontinu pada selang tertutup [a,x], yang terturunkan
dengan turunan tidak nol pada (a,x), maka ada suatu bilangan ξ antara a dan x sehingga
Ini mengungkapkan teorema Taylor sebagai generalisasi teorema nilai rata-rata Cauchy.

Bentuk di atas terbatas pada fungsi riil. Namun bentuk integral[3] dari suku sisa juga berlaku
untuk fungsi kompleks, yaitu:

dengan syarat, seperti yang biasa ditemui, fn kontinu mutlak dalam [a, x]. Ini menunjukkan
teorema ini sebagai perampatan teorema dasar kalkulus.

Secara umum, suatu fungsi tidak perlu sama dengan deret Taylor-nya, karena mungkin saja
deret Taylor tersebut tidak konvergen, atau konvergen menuju fungsi yang berbeda. Namun,
untuk banyak fungsi f(x), kita dapat menunjukkan bahwa suku sisa Rn mendekati nol saat n
mendekati ∞. Fungsi-fungsi tersebut dapat dinyatakan sebagai deret Taylor pada persekitaran
titik a, dan disebut sebagai fungsi analitik.

[sunting] Estimasi suku sisa

Versi umum teorema Taylor lainnya berlaku pada selang (a − r, a + r) tempat variabel x
mengambil nilainya. Perumusan teorema ini memiliki keuntungan bahwa mungkin
mengendalikan ukuran suku-suku sisa, dan dengan demikian kita dapat menghitung hampiran
fungsi yang sahih pada seluruh selang, dengan batas yang cermat untuk mutu hampirannya.

Versi yang cermat untuk teorema Taylor dalam bentuk ini adalah sebagai berikut. Misalkan ƒ
adalah fungsi yang terturunkan kontinu n kali pada selang tertutup [a - r, a + r] dan
terturunkan n + 1 kali pada selang terbuka (a − r, a + r). Bila ada konstanta positif riil Mn
sedemikian sehingga |ƒ(n+1)(x)| ≤ Mn untuk semua x ∈ (a − r, a + r), maka

di mana fungsi sisa Rn memenuhi ketidaksamaan (dikenal sebagai estimasi Cauchy)

untuk semua x ∈ (a − r, a + r). Ini disebut sebagai estimasi seragam galat pada polinomial
Taylor yang terpusat pada a, karena ini berlaku seragam untuk setiap x dalam selang.

Bila ƒ adalah fungsi mulus pada [a − r, a + r], maka konstanta positif Mn ada untuk tiapn = 1,
2, 3, … sedemikian sehingga | ƒ(n+1)(x)| ≤ Mn untuk semua x ∈ (a − r, a + r). Tambahan lagi,
jika mungkin memilih konstanta ini, sehingga

as
maka ƒ adalah fungsi analitik pada (a − r, a + r). Secara khusus, suku sisa pada hampiran
Taylor, Rn(x) cenderung menuju nol secara seragam saat n→∞. Dengan kata lain, fungsi
analitik adalah limit seragam dari polinomial Taylornya pada sebuah selang.

[sunting] Pembuktian: satu variabel


Berikut adalah bukti teorema Taylor dengan suku sisa integral[4]

Teorema dasar kalkulus menyatakan bahwa

yang dapat disusun ulang menjadi:

Sekarang kita dapat melihat bahwa penerapan integrasi parsial menghasilkan

Persamaan pertama diperoleh dengan memisalkan dandv = dt; persamaan kedua

didapatkan dengan mencatat bahwa ; yang ketiga


didapatkan dengan mengeluarkan faktor yang sama.

Bila integrasi parsial ini diteruskan didapatkan:

Dengan mengulangi proses ini, kita dapat menurunkan teorema Taylor untuk nilai n yang
lebih tinggi.

Proses ini dapat diformalkan dengan menerapkan teknik induksi matematika. Jadi misalkan
teorema Taylor berlaku unutk n tertentu, yaitu, misalkan
Kita dapat menulis ulang integral dengan integrasi parsial. Sebuah antiturunan (x − t)n sebagai
fungsi dari t diberikan sebagai −(x−t)n+1 / (n + 1), sehingga

Mensubstitusikan ini dalam (*) membuktikan teorema Taylor untuk n + 1, dan karenanya
untuk semua n bilangan bulat non-negatif.

Suku sisa dalam bentuk Lagrange dapat diturunkan dengan teorema nilai rata-rata untuk
integral dengan cara berikut:

di mana ξ adalah suatu bilangan dari selang [a, x]. Integral terakhir dapat dievaluasi langsung,
yang menghasilkan

Secara lebih umum, untuk tiap fungsi G(t), teorema nilai rata-rata menjamin eksistensi ξ
dalam selang [a,x] yang memenuhi

Bilangan Kapilaritas (Ca)


17 09 2010

Sebelumnya, kita membahas tentang fluida yang dapat bercampur, makanya dia ada difusi
dan segala macam itu. Nah, untuk fluida yang immiscible atau tidak bisa bercampur, ada
tegangan permukaan γ yang mempengaruhi dinamika permukaan kedua fluida. Sebagai
contoh, gambar berikut ini…
menunjukkan ketidakstabilan kapilaritas dalam aliran mikrofluida dua fase (gambar: aliran air
yang ditembakkan ke aliran minyak).

Pembentukan droplet dalam aliran dua fase

Sistem mikrofluida dapat didesain untuk membentuk emulsi droplet yang terkontrol pada
fluida yang tidak dapat bercampur. Caranya dengan menginjeksikan air dalam aliran minyak
pada sebuah saluran pertigaan atau yang berbentuk T. Seandainya tidak ada tegangan antar
permukaan antara air dan minyak, maka keduanya akan mengalir secara berdampingan.
Namun karena ada tegangan yang bekerja yaitu

1. Tegangan permukaan yang berusaha mengurangi permukaan kontak kedua fluida


2. Tegangan viskos yang memperpanjang dan menarik permukaan mengikuti aliran

maka sebagai hasil dari keseimbangan kedua tegangan tersebut akan terbentuk droplet
(tetesan kecil air) dengan jari-jari R, dengan karakteristik

di sini kita telah mengenal bilangan kapilaritas (Ca)

yaitu parameter tak berdimensi yang terkait dengan peristiwa persaingan antara tegangan
permukaan dan tegangan viskos.

Mengontrol fluida dengan permukaan berpola

Gaya kapilaritas cenderung membawa fluida membasahi saluran mikro ketika energi
antarmuka padat-cair (solid-liquid, antara dinding dan cairan, γsl) lebih rendah daripada
energi antarmuka padat-gas (solid-gas, antara dinding dan gas, γsg). Dalam hal ini fluida
kedua dianggap gas untuk mempermudah, namun bisa saja bukan gas tetapi cairan yang
berbeda.

Jika kita mempunyai saluran berjari-jari w, meniskus pada antarpermukaan fluida-gas


menimbulkan tekanan Laplace Δp~γ/w, di mana Δγ= γsl- γsg merepresentasikan energi total
per area yang dihasilkan atau terbuang ketika permukaan fluida meningkat. Tekanan ini
menggerakkan kolom fluida sepanjang z dalam saluran melalui aliran Poiseuille dengan
kecepatan
Di sini bilangan kapilaritas menentukan dinamika yang terjadi (Ca~w/z). Karena panjang
kolom z berubah seiring dengan bergeraknya permukaan, fluida bergerak dengan kecepatan
yang rendah mengikuti persamaan Washburn

Kemampuan dinding saluran untuk bisa basah dapat digunakan untuk mengontrol gerak
kapilaritas. Sifat hidrofobik dari dinding saluran dapat dimanfaatkan untuk membatasi fluida,
dan membentuk kanal tanpa dinding.

Permukaan berpola dapat digunakan dalam saluran tertutup untuk memanipulasi beberapa
fluida yang tidak dapat bercampur dalam satu jalur. Jika fluida digerakkan menggunakan
tekanan yang cukup rendah, tekanan kapilaritas menjaga permukaan tetap terletak pada tepi
saluran berpola (Δp≤γ/w). Jika fluida melampaui tekanan kritis ini, maka fluida terdesak ke
dalam daerah hidrofobik. Sifat ini dimanfaatkan untuk membuat pressure-sensitive gate
seperti contoh berikut

Pada gambar di atas, saluran yang tengah bersifat hidrofilik, saluran bawah agak hidrofobik
dan saluran atas paling hidrofobik.

(a) Tekanan yang diberikan di bawah tekanan kritis, air mengalir melewati saluran tengah

(b) Tekanan ditingkatkan, air mengalir melalui saluran tengah dan bawah

(c) Tekanan ditingkatkan lagi sehingga air terpaksa melewati saluran atas.

Memanipulasi fluida dengan gaya kapilaritas

Manipulasi energi antarpermukaan solid-liquid

Contoh: Droplet panjang sepanjang L berada dalam saluran dengan radius w. Permukaan
saluran tidak homogen: yang z<0 hidrofobik (γLsl) dan yang z>0 hidrofilik (γRsl>γLsl). Droplet
ini secara energi ingin bergerak ke permukaan yang hidrofilik, dan bergerak dengan
kecepatan U menambah energi antarmuka yang tersimpan sebesar ~ΔγwY, di mana Δγ=γLsl-
γRsl. Energi ini hilang pada disipasi viskos. Dengan mengasumsikan bahwa energi kapilaritas
dilepaskan untuk mengimbangi disipasi viskos, maka
Di sini kita melihat bahwa secara natural bilangan kapilaritas meningkat karena tegangan
kapilaritas diimbangi dengan tegangan viskos. Dalam kasus ini, droplet bergerak dengan
kecepatan U~Δγw/ηL.

Permukaan dengan gradien keterbasahan

(a) Gradien suhu → sejumlah fluida dalam saluran mikro bergerak untuk mengurangi total
energi antarpermukaan, sehingga pada saluran dengan gradien suhu, droplet bergerak ke arah
yang lebih dingin.

(b) Fluida mengandung zat kimia yang dapat bereaksi, mengurangi keterbasahan permukaan.

(c) Fluida terdesak oleh fluida lain yang meninggalkan lapisan pada permukaan, yang
mengurangi energi permukaan keseluruhan.

(d) Permukaan yang sensitif terhadap cahaya, menimbulkan gradien keterbasahan.

Electrowetting
Tegangan (energi per satuan luas atau gaya per satuan panjang) berhubungan dengan masing-
masing permukaan: solid-liquid γsl, solid-gas γsg, liquid-gas γlg≡γ. Masing-masing
memberikan gaya pada garis kontak ketiga fase, dan pada keseimbangannya memenuhi
persamaan Young

γsg-γsl-γcosθeq=0

Ketika beda potensial V diberikan antara tetesan dengan alasnya, permukaan solid-liquid pun
menjadi semacam kapasitor, dengan kapasitansi per satuan luas c (gambar (b)). Semakin
besar permukaan solid-liquid ini, semakin besar total kapasitansinya, yang menyebabkan
berkurangnya energi elektrostatik dan melebarkan tetesan. Tegangan electrowetting ini
memiliki keseimbangan gaya yang baru yaitu

sedangkan sudut kontak berubah mengikuti persamaan Lippmann

Manipulasi tegangan permukaan liquid-liquid


Gambar di atas menunjukkan peristiwa pergerakan droplet secara thermocapillary,
electrocapillary, dan solutocapillary pada manipulasi tegangan permukaan dengan
menggunakan dua jenis cairan.

(a) Perbedaan suhu pada larutan yang biru menggerakkan droplet ke arah suhu yang lebih
tinggi.

(b) Droplet digerakkan oleh medan listrik.

(c) Perbedaan konsentrasi surfaktan (zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan) yang
digunakan sebagai cairan penggerak, menggerakkan droplet ke arah konsentrasi surfaktan
yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai