Notula Diskusi KKR
Notula Diskusi KKR
TEAM WORK
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(Islamic Association Of University Students)
CABANG JAYAPURA
KOMISARIAT FAKULTAS HUKUM
Sekretariat : Jl. Raya Sentani Padang Bulan
NOTULA KEGIATAN
Nomor : 22/Sek-TW/06/1444
B. NARASUMBER
1. Dr. Frans Reumi, S.H., M.H.
2. Prof. Melkias Hetharia, S.H., M.H.
3. Iwan K. Niode, S.H., M.H.
4. Nona Duwila, S.H., M.H.
C. SUSUNAN ACARA
1. Pembukaan
Acara pembukaan kegiatan diskusi dibuka oleh Ketua HMI Cabang Jayapura
Komisariat Fakultas Hukum.
2. Pembahasan
Di bahas mengenai Efektifitas dan Tantangan Mekanisme Penyelesaian Kasus
Pelanggaran HAM Berat di Papua melalui Yudisial dan Non Yudisial.
3. Penutup
Belum ada
D. Pokok Pembahasan
1. Konsep ganti rugi dalam hukum adat dan keadilan bagi korban pelanggaran HAM
berat
TEAM WORK
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(Islamic Association Of University Students)
CABANG JAYAPURA
KOMISARIAT FAKULTAS HUKUM
Sekretariat : Jl. Raya Sentani Padang Bulan
E. Hasil Pembahasan
1. Mekanisme penyelesaian
2. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi merupakan Lembaga khusus untuk penanganan
kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi di masa lalu dengan menggunakan
mekanisme penyelesaian secara non-yudisial.
TEAM WORK
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(Islamic Association Of University Students)
CABANG JAYAPURA
KOMISARIAT FAKULTAS HUKUM
Sekretariat : Jl. Raya Sentani Padang Bulan
NOTULA KEGIATAN
Nomor : 22/Sek-TW/06/1444
A. Nama/ Tema Kegiatan
Efektifitas dan Tantangan Mekanisme Penyelesaian Kasus Pelanggaran HAM Berat di
Papua melalui Yudisial dan Non Yudisial
B. Waktu Kegiatan
Hari : Sabtu
Tanggal : 17 Desember 2022
Pukul : 09:00 – 15:00 WIT
C. Tempat
Grand Abe Hotel
D. Narasumber
1. Dr. Frans Reumi, S.H., M.H.
2. Prof. Melkias Hetharia, S.H., M.H.
3. Iwan K. Niode, S.H., M.H.
4. Nona Duwila, S.H., M.H.
E. Peserta
50 orang (absen terlampir)
Diskusi di mulai pada pukul 10:00 WIT, di awali dengan sambutan oleh Ketua HMI Cabang
Jayapura Komisariat Fakultas Hukum.
Mengacu pada otsus bab 12 mengenai hak asasi manusia pemerintah, pemerintah
provinsi, dan penduduk prov papua wajib menegakkan, memajukan, melindungi, dan
menghormati hak asasi manusi. Untuk melaksanakan hal tsb pemerintah membentuk
perwakilan komnas ham, pengadilan ham, dan kkr di prov papua.
TEAM WORK
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(Islamic Association Of University Students)
CABANG JAYAPURA
KOMISARIAT FAKULTAS HUKUM
Sekretariat : Jl. Raya Sentani Padang Bulan
Mekanisme seperti ini bukanlah hal yang baru dalam budaya masyarakat papua dalam
menyelesaikan permasalahan yang ada. Namun ketika praktek ganti rugi dilakukan tanpa
pengakuan dan perminta maafan dari pelaku, maka akan memelihara impunitas yaitu
pembebasan atau pengecualian dari tuntutan, hukuman, maupun kerugian kepada seseorang
yang melakukan perlanggaran terhadap hak asasi manusia.
Dan hal ini bisa mengakibatkan mekanisme penyelesaian non yudisial mendapatkan
tantangan yang cukup besar di masyarakat nantinya. Bahkan sejumlah pihak mendesak agar
kasus pelanggaran HAM diselesaikan melalui mekanisme pengadilan HAM.
Apakah kkr ini dapat menjadi alternatif untuk menyelesaikan permasalahan ham yang
ada di papua??
Maka dari itu diskusi pada hari ini penting sekali untuk dibahas agar kita sebagai
pemuda dan sekaligus mahasiswa harus mengambil peran dalam mengoptimalkan pergerakan
dalam mengadvokasi kasus pelanggaran HAM di papua.
Kita harus selalu berinovasi dalam upaya melindungi hak asasi warga negara Indonesia,
terutama kelompok warga yang marjinal. Kita harus membangun Indonesia Maju dan
sekaligus menjamin keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
TEAM WORK
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(Islamic Association Of University Students)
CABANG JAYAPURA
KOMISARIAT FAKULTAS HUKUM
Sekretariat : Jl. Raya Sentani Padang Bulan
2. Sesi Diskusi
Fasilitator : Zakaria Usman, S.H.
Sesi ini para peserta dibagi kedalam dua kelompok untuk mendiskusikan
pembahasan daripada penyampaian materi yang sudah dilakukan pada sesi
sebelumnya yang dipandu oleh fasilitator.
a. Konsep ganti rugi bagi korban pelanggaran HAM
1) Dampak Negatif
- Korban tidak mendapat kepastian hukum
- Regulasi saat ini yang kurang tegas
- Tidak menghapus jejak pidana
- Dampak psikologi, social budaya
2) Dampak Positif
- Adanya kompenasasi/ganti rugi sebagai bentuk akomodir system
hukum adat
3) Kesimpulan
- Konsep ganti rugi saat ini kurang sepadan dengan banyaknya
dampak negative yang ada pada saat ini.
4) Solusi
- System ganri rugi harus dikemas dengan regulasi dan debersamai
dengan keluarnya putusan.
2) Kekurangan
- Pelaku pada kasus pelanggaran HAM tidak mendapatkan
hukuman
- Tidak ada efek jera
- Sulit mendapatkan kepercayaan masyarakat
3) Rekomendasi
- Sosialsisasi harus dimasifkan terkait dengan penyelesaian
pelanggaran HAM secara non-yudisial kepada masyarakat
- Komnas HAM harus aktif terlibat dalam meng-advokasi hak-hak
korban
- Menambah kampanye di media sosial