Anda di halaman 1dari 11

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : Rama Shintauly

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 030208767

Tanggal Lahir : 07 Juni 1987

Kode/Nama Mata Kuliah : EKMA4311 / Studi Kelayakan Bisnis

Kode/Nama Program Studi : 83 / Akuntansi

Kode/Nama UPBJJ : 47 / Pontianak

Hari/Tanggal UAS THE : Rabu / 22 Juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halamanini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuranakademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulistangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuranakademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Rama Shintauly


NIM : 030208767
Kode/Nama Mata Kuliah : EKMA4311 / Studi Kelayakan Bisnis
Fakultas : Fakultas Ekonomi
Program Studi : Akuntansi
UPBJJ-UT : Pontianak

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepadasiapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UASTHE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di UniversitasTerbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
UniversitasTerbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Sekadau, 22 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

Rama Shintauly

70966
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. Susunlah sebuah perencanaan strategi bauran pemasaran (Marketing Mix) yang


dapat dilakukan oleh PT. Indofood agar dapat sukses memasuki pasar internasional
yang baru terkait studi kelayakan bisnis!
Jawaban :
Hasil analisis pasar dan pemasaran dalam kaitannya dengan studi kelayakan proyek adalah
proyeksi penjualan proyek. Proyeksi penjualan proyek tersebut merupakan perkiraan
penjualan yang diharapkan tercapai berdasarkan pada kondisi perekonomian yang ada,
persaingan yang dihadapi, dan usaha- usaha pemasaran, atau dengan kata lain proyeksi
penjualan proyek merupakan target pasar yang harus dicapai oleh proyek/perusahaan.
Untuk dapat berhasil mewujudkan rencana dari hasil analisis pasar sehingga dicapai tingkat
penjualan yang diharapkan, diperlukan usaha-usaha pemasaran proyek. Usaha-usaha
pemasaran proyek meliputi kesatuan strategi yang dikoordinasi dan dikontrol oleh
perusahaan dan digunakan perusahaan untuk mencapai target pasar yang telah ditetapkan.
Strategi pemasaran terdiri atas pengambilan keputusan mengenai pengeluaran pemasaran,
bauran pemasaran, dan alokasi pemasaran.
Manajemen pemasaran harus menentukan jumlah pengeluaran pemasaran untuk mencapai
tujuan pemasaran. Biasanya perusahaan-perusahaan akan menentukan besarnya biaya
pemasaran dalam persentase terhadap penjualan. Perusahaan yang memasuki suatu pasar
mencoba mempelajari perbandingan pengeluaran pemasaran terhadap penjualan dari
pesaingnya. Bahkan sering beberapa perusahaan mengeluarkan biaya pemasaran lebih besar
daripada rata- rata rasio industri dengan harapan mendapatkan pangsa pasar yang lebih
tinggi dibandingkan dengan para pesaing.
Setelah menentukan besarnya anggaran pemasaran, manajemen perlu membagi anggaran
tersebut ke dalam alat-alat pemasaran dalam bauran pemasaran (marketing mix). Pengertian
bauran pemasaran ialah suatu kesatuan usaha untuk memasarkan produk yang digunakan
perusahaan untuk mencapai tujuan (target pasar). Variabel-variabel di dalam kesatuan usaha
memasarkan produk yang selama ini dikenal adalah produk, harga, saluran distribusi, dan
promosi. Artinya, dengan kondisi tertentu dan waktu tertentu dalam usaha memasarkan

produknya, perusahaan harus memutuskan seberapa tingkat kualitas produknya yang akan
diproduksi, dengan harga berapa, saluran distribusinya bagaimana dan promosinya dalam
bentuk apa saja. Selanjutnya, perusahaan perlu mengadakan alokasi biaya kepada variabel
produk, harga, saluran distribusi, dan promosi.
Dalam menetapkan strategi pemasaran, selain pertimbangan-pertimbangan yang telah
disebutkan sebelumnya, perusahaan perlu memperhatikan posisi perusahaan yang
diinginkan di dalam industri, yakni sebagai pemimpin pasar, yaitu memiliki pangsa pasar
terbesar, sebagai penantang, sebagai pengikut, atau sebagai spesialis pasar. Selain itu tahap
kehidupan produk yang akan diproduksi perlu pula dipertimbangkan, yakni dalam tahap
perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan, atau penurunan.
Program pemasaran juga sangat perlu ditentukan oleh manajemen untuk mendukung
strategi pemasaran yang telah ditetapkan. Strategi pemasaran ini menyangkut produk, harga,
saluran distribusi, dan promosi. Program pemasaran yang menyangkut produk meliputi
kualitas produk, pembungkusan, pemberian merek, dan pelayanan.
Perencanaan strategi bauran pemasaran (Marketing Mix) yang dapat dilakukan oleh PT.
Indofood agar dapat sukses memasuki pasar internasional yang baru terkait studi kelayakan
bisnis sebagai berikut :
a. Perencanaan Produk
Produk adalah unsur yang pertama dan penting dalam bauran pemasaran. Strategi
produk merupakan koordinasi keputusan yang menyangkut bauran produk,
pengelompokan produk, produk secara individu, dan produk jasa.
Definisi bauran produk menurut Kotler (2008) adalah kesatuan kelompok produk dan
jenisnya yang ditawarkan penjual kepada pembeli, sedangkan yang disebut dengan
kelompok produk (product line) adalah sekelompok produk yang sama, dipasarkan
melalui cara-cara yang sama, dan memiliki harga jual yang kurang lebih sama.
Perusahaan perlu membuat keputusan yang berkenaan dengan produk secara individu,
yaitu menyangkut masalah kualitas produk, pemberian merek, pembungkusan, dan
pemberian label.
Setiap produk yang ditawarkan kepada konsumen dapat dilihat berdasarkan tiga tingkat.
Pertama, inti produk itu sendiri yang merupakan pelayanan yang penting bagi pembeli.
Kedua, produk yang berwujud, berdasarkan kualitasnya, merek, penampilannya, dan
pembungkusannya. Ketiga, produk yang baik, yang diikuti dengan berbagai pelayanan
yang menyertai produk tersebut, seperti jaminan, pemasangan, pelayanan perawatan,
dan pengangkutan gratis.
Masalah bauran produk dihadapi oleh banyak perusahaan yang menangani lebih dari
satu macam produk. Terdapat empat dimensi untuk menyusun strategi produk. Pertama,
dilihat dari lebarnya, artinya berapa banyak kelompok produk yang akan
diproduksi/dijual. Kedua, dilihat dari panjangnya, yaitu jumlah jenis dalam bauran
produk. Ketiga, ditinjau dari kedalamannya, yakni jumlah variasi setiap produk yang
ditawarkan. Terakhir, dilihat dari konsistensinya, yaitu seberapa jauh hubungan berbagai
kelompok produk terhadap pemakaian akhir, kebutuhan produksi, dan saluran distribusi.
Empat dimensi tersebut membantu perusahaan untuk mendefinisikan strategi
produknya, yakni perusahaan akan memperlebar kelompok produknya atau yang tidak
dengan menambah kelompok produk, atau perusahaan ingin memperpanjang kelompok
produknya menjadi perusahaan yang memproduksi bahan baku sampai dengan barang
jadi, atau perusahaan akan menambah variasi jenis produknya, atau perusahaan akan
menambah atau mengurangi konsistensi kelompok produknya.
Hal-hal yang perlu dilakukan perusahaan dalam kebijakan produk adalah pertama,
menentukan merek yang disesuaikan dengan kualitas, penampilan, dan disain produk.
Kedua, pembungkusan yang bertujuan untuk melindungi produk, penghematan,
kemudahan, dan promosi. Ketiga, pemberian label yang bertujuan untuk identifikasi,
deskripsi, dan promosi produk.
b. Perencanaan Harga
Walaupun faktor bukan harga mulai memainkan peranan dalam proses pemasaran
modern, harga tetap merupakan unsur yang memegang peranan penting. Dalam
kaitannya dengan studi kelayakan, masalah penentuan harga merupakan masalah yang
pertama kali dihadapi dalam penentuan harga bagi proyek baru. Dalam penentuan
harga bagi proyek baru ini, Perusahaan menghadapi enam tahapan, yaitu:
Tahap pertama, perusahaan harus menentukan tujuan perusahaan. Misalnya,
bertahan, maksimisasi profit, pendapatan maksimal, tingkat pertumbuhan penjualan
maksimal, atau kualitas produk tinggi.
Tahap kedua, perusahaan perlu menentukan skedul permintaan yang menunjukkan
jumlah yang bisa dibeli setiap periode pada setiap pilihan harga. Semakin tidak
elastisnya permintaan terhadap produk, semakin tinggi harga produk bisa ditetapkan.
Tahap ketiga, perusahaan memperkirakan perbedaan biaya setiap tingkat keluaran
(output).
Tahap keempat, perusahaan meneliti harga pesaing sebagai dasar untuk menentukan
harga, dengan cara mempelajari daftar pesaing, mengirimkan "mata-mata" yang
berpura-pura membeli produk pesaing, atau dengan mewawancarai konsumen produk
pesaing.
Tahap kelima, memilih metode penentuan harga, misalnya penentuan harga mark
up, going rate pricing (penentuan harga berdasarkan harga pesaing), penentuan harga
target kembali, perceived value pricing, yaitu atas dasar persepsi pembeli terhadap
produk, dan sealed-bid pricing, yaitu penentuan harga untuk keperluan lelang sehingga
perusahaan cenderung menentukan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan
pesaing dengan maksud dapat memenangkan tender.
Tahap terakhir, penentuan harga untuk proyek baru adalah memilih harga akhir
dengan memasukkan unsur psikologis dalam penentuan harga, koordinasi dengan
elemen bauran pemasaran lainnya, mencocokkan dengan kebijakan penentuan harga
perusahaan dan memastikan pemilihan harga akhir ini dapat diterima oleh para
distributor, tenaga pemasaran, pesaing, pemasok, dan pemerintah.

c. Perencanaan Saluran Distribusi


Akhir-akhir ini para produsen tidak menjual langsung produknya kepada pemakai
akhir melainkan melalui penghubung/perantara pemasaran. Perusahaan menghadapi
banyak kemungkinan penyaluran fkoduknya ke pasar/konsumen. Mereka bisa menjual
langsung tanpa perantara atau memilih satu, dua, atau lebih perantara. membeli produk
produsen, memiliki, dan menjual kembali adalah disebut perantara penjual (merchant
middlemen). Misalnya, pedagang besar dan pengecer. Perantara lain disebut perantara
agen (agen middlemen), yaitu melakukan pencarian konsumen, mengadakan tawar-
menawar atas nama produsen, tetapi tidak memiliki produk yang diperjualbelikan.
Menentukan dan memilih saluran distribusi adalah merupakan pekerjaan yang
paling rumit yang dihadapi oleh perusahaan. Setiap sistem saluran menghasilkan tingkat
penjualan dan biaya yang berbeda-beda. Begitu memilih suatu sistem saluran distribusi,
perusahaan harus menjalankan sistem tersebut selama kurun waktu yang relatif lama.
Pemilihan saluran distribusi akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh elemen-elemen
lain dalam bauran pemasaran.
Fungsi perantara (istilah lain dari saluran distribusi) adalah memberikan informasi,
mengadakan promosi, mengadakan tawar-menawar, pembiayaan, pengambil risiko,
kepemilikan, pembayaran, dan pemberian nama.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam merencanakan saluran distribusi adalah
pertama, menentukan pelayanan yang diharapkan dari para anggota saluran distribusi,
yakni meliputi jumlah unit produk yang diterima konsumen pada setiap pengiriman (lot
size), Semakin kecil jumlah yang diterima konsumen pada setiap pengiriman, semakin
besar pelayanan yang diharapkan dari para penyalur. Pelayanan lainnya adalah waktu
tunggu, yaitu lamanya rentang waktu pemesanan sampai penerimaan produk. Semakin
cepat semakin baik, itu yang diharapkan para konsumen. Desentralisasi pasar juga
merupakan pelayanan. Semakin besar desentralisasi pasar semakin kecil biaya
pengangkutan kepada konsumen. Pelayanan yang dibutuhkan konsumen adalah semakin
banyak variasi produk yang ditawarkan, maka semakin besar tingkat pelayanan yang
diharapkan dari penyalur. Kedua, menentukan tujuan dan batasan saluran distribusi.
Ketiga, mengidentifikasi pilihan saluran distribusi yang penting, yang meliputi jenis dan
jumlah penyaluran, intensif atau distribusi selektif. Keempat adalah menentukan hak
dan tanggung jawab penyalur.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan saluran distribusi adalah
bahwa anggota penyalur harus secara rutin dievaluasi dengan membandingkan prestasi
sekarang dengan periode sebelumnya atau dengan membandingkan prestasi anggota
satu dengan anggota lainnya. Modifikasi saluran perlu dilakukan secara periodik untuk
menyesuaikan dengan perubahan lingkungan pemasaran, misalnya dengan menambah
atau mengurangi anggota penyalur.
d. Perencanaan Promosi
Komunikasi pemasaran merupakan salah satu elemen bauran pemasaran yang dapat
berwujud iklan, promosi penjualan, publikasi atau personal selling.
Prinsip utama mengadakan promosi adalah untuk mengadakan komunikasi dengan
konsumen. Oleh karena itu, perusahaan harus mengetahui siapa yang akan dituju dan
bagaimana cara mendapatkan audience.
Merencanakan dan membuat program promosi menyangkut delapan tahap, yaitu
 pertama, perencanaan program promosi harus mengidentifikasikan target
audience yang ingin dicapai dan sifat-sifatnya, termasuk image yang ingin
diciptakan terhadap produk.
 kedua, perencana harus mendefinisikan tujuan mengadakan komunikasi dalam
promosi, misalnya untuk menciptakan kesadaran terhadap produk, pengetahuan,
kesenangan, preferensi, kepercayaan atau pembelian terhadap produk
 Ketiga, perusahaan perlu merencanakan "pesan' yang ingin disampaikan.
Perencanaan pesan tersebut meliputi isi, struktur, format, dan sumber.
 Keempat, memilih saluran komunikasi baik komunikasi personal (langsung)
meliputi nonpersonal (melalui media).
 Kelima, memperkirakan anggaran promosinya.
Metode yang digunakan untuk menentukan anggaran promosi adalah the affordable
method, the percentage-of-sales method, the competitive-pariry method dan the
objective- and-task method. The Affordable Method merupakan cara menentukan
anggaran promosi atas dasar kemampuan perusahaan menurut pendapat para perencana
promosi, sedangkan The Percentage-of-sales Method digunakan untuk menentukan
anggaran promosi dengan cara menentukan persentase tertentu atas penjualan.
Competitive-Parity Method merupakan salah satu metode menentukan anggaran
promosi atas dasar biaya promosi pesaing. Dalam The Objective-and-Task Method
perencana promosi harus mendefinisikan tujuan tertentu dan menentukan tugas-tugas
yang harus dijalankan sebelum promosi.
Setelah anggaran promosi berhasil disusun, perlu dialokasikan kepada tiap- tiap alat
promosi (bauran promosi), yaitu iklan, promosi penjualan, publikasi, dan personal
selling. Faktor-faktor yang mempengaruhi bauran promosi adalah pertama, jenis pasar
produk. Misalnya, antara produk konsumen (lebih menitikberatkan pada iklan) dan
produk industri (lebih menitikberatkan pada personal selling). Faktor kedua, adalah
strategi mendorong/push (lebih banyak personal selling dan promosi dagang) atau
strategi menarik/pull (lebih banyak mengadakan iklan).
Faktor ketiga ialah tahap kesiapan pembeli. Misalnya, iklan dan publikasi lebih banyak
dilakukan untuk mengundang kesadaran konsumen terhadap adanya produk. Faktor
keempat, ialah tahap daur usia produk. Pada saat produk berada dalam tahap perkenalan,
iklan, dan publikasi memegang peranan besar. Dalam tahap pertumbuhan semua alat
promosi mulai dapat dikurangi karena permintaan tidak menjadi masalah. Pada tahap
kedewasaan semua alat promosi mulai ditingkatkan lagi. Dan pada tahap penurunan
promosi penjualan tetap diperkuat, sedangkan iklan dan publikasi dapat dikurangi dan
tidak perlu melakukan personal selling karena pembeli tidak akan tertarik.
Tahap selanjutnya, mengikuti perkembangan pasar, yaitu mengenai seberapa jauh
konsumen potensial menyadari adanya produk dan kemudian mencoba untuk membeli
produk, mencoba untuk membeli produk yang ditawarkan tersebut, dan akhirnya puas
karena kebutuhannya terpenuhi.
Terakhir, semua komunikasi harus dikelola dan dikoordinasikan secara konsisten,
tepat waktu, dan efektivitas biaya.

2. Berikan analisa anda tentang bagaimana perannya dalam berbagai hal sehingga
dianggap hal yang sangat penting bagi pemerintah Bengkulu untuk dilakukan dan
diterapkan oleh perusahaan terkait dengan studi kelayakan bisnis!
Jawaban :

Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan
pembangunan layak lingkungan (alami, binaan, sosial-ekonomi, dan budaya). Dengan
AMDAL, diharapkan usaha atau kegiatan pembangunan dapat memanfaatkan dan mengelola
sumber daya alam secara efisien dan meminimumkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Tidak semua rencana usaha/kegiatan membutuhkan AMDAL. Studi ini hanya dilaksanakan
oleh proyek-proyek yang berskala besar, memiliki kegiatan yang kompleks, dan dapat
mempengaruhi daerah sensitif/kawasan lindung. Dengan demikian, AMDAL adalah proses
pengkajian terpadu yang mempertimbangkan aspek ekologi, sosial-ekonomi, dan sosial-
budaya sebagai pelengkap kelayakan dari teknis dan ekonomi suatu rencana usaha atau
kegiatan.
Alasan diperlukannya AMDAL dalam suatu studi kelayakan adalah karena:
 undang-undang dan peraturan pemerintah menghendaki demikian;
 AMDAL harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan adanya
proyek-proyek.
AMDAL suatu proyek bukanlah suatu proyek yang berdiri sendiri, tetapi merupakan
bagian proses AMDAL yang lebih besar dan lebih penting, menyeluruh dan utuh dari
perusahaan dan lingkungannya sehingga AMDAL dapat dipakai dalam rangka pengelolaan
dan pemantauan proyek dan lingkungannya dengan menggunakan dokumen yang benar.

Beberapa Peran AMDAL bagi Pemerintah Bengkulu Sebagai Berikut:


a. Peran AMDAL dalam Pengelolaan Lingkungan
Aktivitas pengelolaan lingkungan baru dapat dilakukan apabila telah disusun rencana
pengelolaan lingkungan, yang sebelumnya telah diketahui dulu dampak lingkungan yang
akan timbul sebagai akibat dari proyek yang akan dibangun. Dalam kenyataannya nanti,
dampak lingkungan yang telah diduga dapat jauh berbeda dengan kenyataannya. Hal ini
dapat terjadi karena kesalahan- kesalahan dalam menyusun AMDAL atau karena pemilik
proyek tidak menjalankan proyeknya sesuai AMDAL yang ada. Agar dapat dihindari
kegagalan pengelolaan ini, pemantauan harus dilakukan sedini mungkin, sejak awal
pembangunan, secara terus-menerus, dan teratur.
b. Peran AMDAL dalam Pengelolaan Proyek
AMDAL merupakan salah satu studi kelayakan lingkungan yang disyaratkan untuk
mendapatkan perizinan. Selain aspek-aspek studi kelayakan yang lain, seperti aspek teknis
dan ekonomis, seharusnya AMDAL dilakukan bersama-sama di mana masing-masing aspek
dapat memberikan masukan bagi aspek-aspek lainnya sehingga akan dihasilkan suatu
penilaian yang optimal terhadap proyek. Kenyataan yang biasa terjadi adalah bahwa hasil
studi kelayakan untuk aspek lingkungan tidak dapat menghasilkan penyesuaian dalam studi
kelayakan untuk aspek lainnya. Bagian dari AMDAL yang diharapkan oleh aspek teknis dan
ekonomis biasanya adalah sejauh mana keadaan lingkungan dapat menunjang perwujudan
proyek, terutama sumber daya yang diperlukan oleh proyek tersebut, seperti air, energi,
manusia, dan ancaman alam sekitar.

c. AMDAL sebagai Dokumen Penting Laporan


AMDAL merupakan dokumen penting sebagai sumber informasi yang rinci mengenai
keadaan lingkungan pada waktu penelitian proyek, dan gambaran keadaan lingkungan di
masa yang akan datang. Dokumen ini juga penting untuk melakukan evaluasi, untuk
membangun proyek yang lokasinya berdekatan dan dapat digunakan sebagai alat legalitas.

3. Berdasarkan atas kasus diatas, banyak sekali faktor penyebab dari tutupnya gerai 7-
eleven di Indonesia baik itu dari faktor internal maupun eksternal. Dalam kasus ini,
Anda diminta untuk menganalisis penyebab kegagalan manajemen yang terjadi pada
kasus tersebut berdasarkan pendapat Muray D.Bryce terkait dengan studi kelayakan
bisnis

Jawaban :
Menurut pengalaman Murray D. Bryce, kegagalan manajemen disebabkan:
a. Kegagalan Memahami Fungsi Puncak Pimpinan (Top Management)
Hal ini sering terjadi jika puncak pimpinan berkedudukan di lokasi yang berjauhan dengan
bawahan. Manajer lokal mendapat perintah dan kebijaksanaan dari puncak pimpinan pusat
dan bertanggung jawab terbatas pada perintah yang diberikan pimpinan pusat kepadanya.
Manajer lokal kurang mendapat informasi lebih jauh mengenai kebijaksanaan pimpinan
pusat sehingga manajer lokal kurang memperhitungkan alasan-alasan yang mendasari
kebijaksanaan yang dicanangkan oleh pimpinan pusat yang biasanya merupakan tujuan
jangka panjang perusahaan, dan hanya memusatkan pikirannya pada masalah rutin di
sekitarnya.

b. Kegagalan Memberikan Wewenang dan Tanggung Jawab yang Memadai


Seorang manajer tidak akan dapat bekerja secara efektif tanpa tugas, tanggung jawab, dan
wewenang dari atasannya (dalam hal ini adalah pemilikperusahaan atau pemegang saham).
Larangan dan sanksi yang terlalu banyak akan membuat bawahan merasa tidak bebas
berkreasi sehingga akan membuat mereka tidak bisa bekerja secara efektif. Tertera bahwa
Dugaan kemelut yang dialami PT Modern Sevel Indonesia seperti persoalan manajemen dan
para pemegang saham keluarga.

c. Kegagalan Mendapatkan Tenaga Manajemen yang Memadai


Suatu proyek yang secara ekonomis nampaknya mempunyai prospek yang baik bisa gagal
apabila tidak memiliki tenaga manajer dalam jumlah yang memadai. Kurangnya tenaga
manajemen akan menyebabkan meningkatnya biaya produksi, menurunkan output,
menimbulkan kesulitan mekanis. Apabila hal ini dibiarkan, proyek akan mengalami
kegagalan.
d. Kekurangan Tenaga Manajemen yang Berpengalaman
Serupa dengan kasus kegagalan memperoleh tenaga manajemen dalam jumlah yang cukup,
kualitas tenaga manajemen penting bagi keberhasilan suatu proyek. Kerap kali terjadi,
manajer-manajer yang menduduki posisi kunci sebagai manajer pemasaran, produksi,
personalia, dan keuangan tidak pernah mengikuti latihan dasar, tidak memiliki pengalaman,
dan tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Seorang yang
dipilih menjadi manajer umum harus memiliki pengalaman yang cukup dalam industri
bersangkutan, pernah mengikuti latihan-latihan kemampuan dasar atau kursus yang
berkaitan dengan pekerjaannya, dan memiliki bakat pemimpin, bakat bisnis, dan pengalaman
mengelola.

e. Kekurangan Pemimpin yang Berbakat


Seorang manajer yang memiliki kemampuan tekąis sempurna tetap tidak akan berhasil
memimpin tanpa ada bakat memimpin. Nilai seorang manajer baik adalah tergantung pada
bakat memimpin yang ada pada dirinya, yaitu yang kemampuan memimpin, mengorganisir,
mengerahkan, dan merangsang inspirasi orang lain.

f. Tidak ada Pendelegasian


Seorang manajer sering tidak diberi kepercayaan untuk mengelola. Sebaliknya, manajer
tidak memiliki kewenangan sering pula terjadi pemilik memberikan tugas kepada manajer
yang tidak mampu.

g. Kurangnya Kesadaran tentang Profit dan Biaya


Cara mengukur efisiensi operasi perusahaan adalah dengan profitabilitas, yaitu tingkat
keuntungan yang dihasilkan. Tingkat keuntungan yang dihasilkara bisa pula dipakai untuk
menilai kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan. Dimana dugaan tersebut
didasarkan pada pantauan penjualan bersih 7-Eleven yang menurun pada tahun 2015. Pada
tahun tersebut, total penjualan bersih 7- Eleven adalah Rp886,84 miliar. Penjualan bersih
tersebut menunjukkan penurunan sebesar 8,7 persen

h. Kurangnya Kesadaran Menggunakan Alat Akuntansi sebagai Alat Manajemen


Perusahaan-perusahaan di negara berkembang pada umumnya sering tidak memiliki laporan
harian, bulanan, atau tahunan sesuai dengan prosedur akuntansi yang berlaku. Tidak adanya
laporan-laporan tersebut akan menyulitkan para manajer untuk mengetahui dan
menunjukkan prestasinya.

i. Kurangnya Kesadaran Pengelolaan Sumber Daya Manusia


Pengelolaan sumber daya manusia dengan kurang baik akan membuat perusahaan
mengalami berbagai kesulitan, misalnya tenaga kerja tidak puas dengan fasilitas yang
diberikan sehingga mempengaruhi hasil kerjanya. Karena itu, sebuah perusahaan
memerlukan pengelola yang baik mulai dari perencanaan jumlah dan kualitas, pencarian,
seleksi, pemilihan, pemeliharaan, dan pengembangan.

j. Kurangnya Kesadaran terhadap Fungsi Pemasaran


Kesadaran akan pentingnya kepuasan konsumen adalah sangat diperlukan. Hal ini
sering dilupakan karena perusahaan terlalu berorientasi pada profit. Jika keadaan ini
berlangsung terus, produk perusahaan tidak akan dapat bersaing dengan produk sejenis dari
perusahaan pesaing karena kebutuhan konsumen tidak lagi berhasil dipenuhi sesuai dengan
tingkat kepuasan yang mereka harapkan. Dimana model bisnis yang tidak jelas. Pengusaha
dan pelatih eksekutif, Budi Satria Isman menilai bahwa 7-Eleven tidak tegas dalam
menentukan model bisnisnya (antara kafe atau convenience store).
Beliau menilai bahwa inovasi yang dicoba dilakukan oleh 7-Eleven di Indonesia, yaitu
menerapkan model bisnis food store destination, menyebabkan biaya per gerai mahal.

4. Berdasarkan kasus tutupnya 7-eleven di Indonesia pada kasus no. 3, ada beberapa
faktor penyebab internal dan eksternal yang muncul. Dari faktor-faktor tersebut,
mahasiswa diminta untuk menganalisa faktor terkait dengan aspek hukum yang
menyebabkan tutupnya gerai tersebut dan apakah yang seharusnya dilakukan oleh 7-
eleven sebelum masuk ke Indonesia terkait studi kelayakan bisnis agar tidak
tersandung dengan masalah hukum tersebut.
Jawaban :

a. Menganalisa Faktor Terkait dengan Aspek Hukum yang Menyebabkan Tutupnya Gerai
tersebut :
Faktor-faktor hukum yang mempengaruhi sebuah studi kelayakan bisnis. Dalam hal ini
faktor hukum yang mempengaruhi dalamnya studi kelayakan bisnis yakni faktor
legalitas. Dari sudut pandang hukum aspek legalitas ini jika dilihat dari segi
demografinya kita bagi menjadi legalitas hukum dan legalitas lingkungan.
Legalitas lingkungan dalam hal ini masyarakat atau para penduduk yang berdomisili
disekitar tempat usaha yang hendak dibuka. Legalitas dari lingkungan sekitar ini juga
termasuk dengan adat dan budaya masyarakat apakah bentuk usaha yang akan kita buka
di daerah tersebut bertentangan atau tidak dengan tata norma daerah sekitar.
Dari segi hukum negara aspek legalitas tentu saja erat kaitannya dengan legalitas
berdasarkan hukum negara. Dalam hal ini khususnya Indonesia, apabila sebuah bisnis
atau usaha hendak dibuka maka sudah barang tentu usaha atau bisnis tersebut harus taat
dan tidak menyalahi norma hukum yang berlaku di negara Indonesia.

b. Yang seharusnya dilakukan oleh 7-eleven sebelum masuk ke Indonesia terkait studi
kelayakan bisnis agar tidak tersandung dengan masalah hukum tersebut.

• Aspek hukum dalam studi kelayakan bisnis menyangkut segala hal yang
berkaitan dengan legalitas dari sebuah usaha atau bisnis yang hendak dilakukan.
Ketentuan-ketentuan hukum yang diikuti tentu saja ketentuan hukum negara
namun tidak boleh dilupakan ketentuan hukum adat atau norma daerah yang
berlaku pada lokasi domisili usaha juga harus diperhitungkan.
• Ketentuan-ketentuan hukum meliputi izin lokasi, akte pendirian perusahaan dari
notaris, nomor pokok wajib pajak (NPWP), surat tanda daftar perusahaan, surat
izin tempat usaha dari pemerintah daerah setempat, surat tanda rekanan dari
pemerintahan daerah setempat, dan surat izinusaha perdagangan (SIUP).
• Aspek-aspek legalitas hukum di atas harus dipenuhi oleh para pelaku usaha
mengingat dalam setiap melakukan bisnis atau usaha yang legal para pelaku
usaha harus mentaati hukum negara dan aturan daerah yang berlaku demi
kelancaran dan kestabilan usaha.
• Mengacu pada kebijakan di bidang penanaman modal dan kebijakan di sektor
perdagangan, maka seharusnya perusahaan yang akan berinvestasi di Indonesia
dalam hal ini pemberi waralaba pihak asing harus mengikuti dan menaati semua
ketentuan hukum yang ada di Indonesia. Mengenai perdagangan eceran/ritel
dalam bentuk convenience store patut mendapat perhatian karena perkembangan
perdagangan eceran atau ritel di Indonesia seperti juga di negara- negara Asia
lainnya tumbuh dengan pesat.
Jangan sampai lokasi penempatannya itu mematikan pengusaha retail lokal.
Pemerintah harus mendukung program ekonomi kerakyatan yang melindungi
usaha kecil menengah dan koperasi, jangan sampai perusahaan yang didominasi
dengan modal asing dan teknologi yang melampaui menyingkirkan retail lokal
dan tradisional. Dengan demikian sebelum memberikan ijin waralaba dalam hal
ini penerbitan STPW, perlu di cek secara seksama apakah syarat-syarat teknis
pengajuan STPW itu sudah memenuhi syarat dan tidak melanggar peraturan
perundang-undangan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai