Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan diatas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
1. Perencanaan Produk
Produk adalah unsur yang pertama dan penting dalam bauran pemasaran.
Strategi produk merupakan koordinasi keputusan yang menyangkut bauran produk,
pengelompokan produk, produk secara individu, dan produk jasa.
Definisi bauran produk menurut Kotler (1988: 452) adalah kesatuan kelompok
produk dan jenisnya yang ditawarkan penjual kepada pembeli, sedangkan yang
disebut dengan kelompok produk (product line) adalah sekelompok produk yang
sama, dipasarkan melalui cara-cara yang sama, dan memiliki harga jual yang kurang
lebih sama. Perusahaan perlu membuat keputusan yang berkenaan dengan produk
secara individu, yaitu menyangkut masalah kualitas produk, pemberian merek,
pembungkusan dan pemberian label.
Setiap produk yang ditawarkan kepada konsumen dapat dilihat berdasarkan
tiga tingkat. Pertama, inti produk itu sendiri yang merupakan pelayanan yang penting
bagi pembeli. Kedua, produk yang berwujud, berdasarkan kualitasnya, merek,
penampilannya dan pembungkusannya. Ketiga, produk yang baik, yang diikuti
dengan berbagai pelayanan yang menyertai produk tersebut, seperti jaminan halal
yang diterbitkan oleh MUI jika di Indonesia, atau lembaga islam di luar negeri,
pelayanan perawatan di salon setiap ada event launching produk, dan pengangkutan
gratis.
Masalah bauran produk dihadapi oleh banyak perusahaan yang menangani
lebih dari satu macam produk. Terdapat empat dimensi untuk menyusun strategi
produk, yaitu pertama, dilihat dari lebarnya, artinya berapa banyak kelompok produk
yang akan diproduksi/dijual. Kedua, dilihat dari panjangnya, yaitu jumlah jenis dalam
bauran produk. Ketiga, ditinjau dari kedalamannya, yakni jumlah variasi setiap
produk yang ditawarkan. Terakhir, dilihat dari konsistensinya, yaitu seberapa jauh
hubungan berbagai kelompok produk terhadap pemakaian akhir, kebutuhan produksi,
dan saluran distribusi.
Empat dimensi tersebut membantu perusahaan untuk mendefinisikan strategi
produknya, yakni perusahaan akan memperlebar kelompok produknya atau yang tidak
dengan menambah kelompok produk, atau perusahaan ingin memperpanjang
kelompok produknya menjadi perusahaan yang memproduksi bahan baku sampai
dengan barang jadi, atau perusahaan akan menambah variasi jenis produknya, atau
perusahaan akan menambah atau mengurangi konsistensi kelompok produknya.
Hal-hal yang perlu dilakukan perusahaan dalam kebijakan produk adalah
pertama, menentukan merek yang disesuaikan dengan kualitas produk, penampilan,
dan desain. Kedua, pembungkusan yang bertujuan untuk melindungi produk,
penghematan, kemudahan dan promosi. Ketiga, pemberian label yang bertujuan untuk
identifikasi produk, deskripsi, dan promosi produk.
2. Perencanaan Harga
Walaupun faktor bukan harga mulai memainkan peranan dalam proses
pemasaran modern, harga tetap merupakan unsur yang memegang peranan penting.
Dalam kaitannya dengan studi kelayakan, masalah penentuan harga
merupakan masalah yang pertama kali dihadapi dalam penentuan harga bagi proyek
baru. Dalam penentuan harga bagi proyek baru ini, Perusahaan menghadapi enam
tahapan, yaitu:
Tahap pertama, perusahaan harus menentukan tujuan perusahaan. Misalnya,
bertahan, maksimisasi profit, pendapatan maksimal, tingkat pertumbuhan penjualan
maksimal, atau kualitas produk tinggi.
Tahap kedua, perusahaan perlu menentukan skedul permintaan yang
menunjukkan jumlah yang bisa dibeli setiap periode pada setiap pilihan harga.
Semakin tidak elastisnya permintaan terhadap produk, semakin tinggi harga produk
bisa ditetapkan.
Tahap ketiga, perusahaan memperkirakan perbedaan biaya setiap tingkat
keluaran (output).
Tahap keempat, perusahaan meneliti harga pesaing sebagai dasar untuk
menentukan harga, dengan cara mempelajari daftar pesaing, mengirimkan “mata-
mata” yang berpura-pura membeli produk pesaing, atau dengan mewawancarai
konsumen produk pesaing.
Tahap kelima, memilih metode penentuan harga, misalnya penentuan harga
mark up, going rate pricing (penentuan harga berdasarkan harga pesaing), penentuan
harga target kembali, perceived value pricing, yaitu atas dasar persepsi pembeli
terhadap produk, dan sealed-bid pricing, yaitu penentuan harga untuk keperluan
lelang sehingga perusahaan cenderung menentukan harga yang lebih rendah
dibandingkan dengan pesaing dengan maksud dapat memenangkan tender.
Tahap terakhir, penentuan harga untuk proyek baru adalah memilih harga
akhir dengan memasukkan unsur psikologis dalam penentuan harga, koordinasi
dengan elemen bauran pemasaran lainnya, mencocokkan dengan kebijakan penentuan
harga perusahaan dan memastikan pemilihan harga akhir ini dapat diterima oleh para
distributor, tenaga pemasaran, pesaing, pemasok dan pemerintah.
4. Perencanaan Promosi
Komunikasi pemasaran merupakan salah satu elemen bauran pemasaran yang
dapat berwujud iklan, promosi penjualan, publikasi atau personal selling.
Prinsip utama mengadakan promosi adalah untuk mengadakan komunikasi
dengan konsumen. Oleh karena itu, perusahaan harus mengetahui siapa yang akan
dituju dan bagaimana cara mendapatkan audience.
Merencanakan dan membuat program promosi menyangkut delapan tahap,
yaitu pertama, perencanaan program promosi harus mengidentifikasikan target
audience yang ingin dicapai dan sifat-sifatnya, termasuk image yang ingin diciptakan
terhadap produk.
Kedua, perencana harus mendefinisikan tujuan mengadakan komunikasi
dalam promosi, misalnya untuk menciptakan kesadaran terhadap produk,
pengetahuan, kesenangan, preferensi, kepercayaan atau pembelian terhadap produk.
Ketiga, perusahaan perlu merencanakan ‘pesan’ yang ingin disampaikan.
Perencanaan pesan tersebut meliputi isi, struktur, format dan sumber.
Keempat, memilih saluran komunikasi baik komunikasi personal (langsung)
meliputi nonpersonal (melalui media).
Kelima, yang dilakukan dalam rangka merencanakan dan membuat program
promosi adalah memperkirakan anggaran promosinya. Metode yang digunakan untuk
menentukan anggaran promosi adalah the affordable method, the percentage-of-sales
method, the competitive-parity method dan the objective-and-task method. The
Affordable Method merupakan cara menentukan anggaran promosi atas dasar
kemampuan perusahaan menurut pendapat para perencana promosi, sedangkan The
Percentage-of-sales Method digunakan untuk menentukan anggaran promosi dengan
cara menentukan persentase tertentu atas penjualan. Competitive-Parity Method
merupakan salah satu metode menentukan anggaran promosi atas dasar biaya promosi
pesaing. Dalam The Objective-and-Task Method perencana promosi harus
mendefinisikan tujuan tertentu dan menentukan tugas-tugas yang harus dijalankan
sebelum menentukan anggaran promosi.
Setelah anggaran promosi berhasil disusun, perlu dialokasikan kepada tiap-
tiap alat promosi (bauran promosi), yaitu iklan, promosi penjualan, publikasi dan
personal selling. Faktor-faktor yang mempengaruhi bauran promosi adalah pertama,
jenis pasar produk. Misalnya, antara produk konsumen (lebih menitikberatkan pada
iklan) dan produk industri (lebih menitikberatkan pada personal selling). Faktor
kedua, adalah strategi mendorong (lebih banyak personal selling dan promosi dagang)
atau strategi menarik (lebih banyak mengadakan iklan). Faktor ketiga ialah tahap
kesiapan pembeli. Misalnya, iklan dan publikasi lebih banyak dilakukan untuk
mengundang kesadaran konsumen terhadap adanya produk. Faktor keempat, ialah
tahap daur usia produk. Pada saat produk berada dalam tahap perkenalan, iklan dan
publikasi memegang peranan besar. Tahap pertumbuhan semua alat promosi mulai
dapat dikurangi karena permintaan tidak menjadi masalah. Pada tahap kedewasaan
semua alat promosi mulai ditingkatkan lagi. Dan pada tahap penurunan promosi
penjualan tetap diperkuat, sedangkan iklan dan publikasi dapat dikurangi dan tidak
perlu melakukan personal selling karena pembeli tidak akan tertarik.
Tahap selanjutnya, mengikuti perkembangan pasar, yaitu mengenai seberapa
jauh konsumen potensi menyadari adanya produk dan kemudian mencoba untuk
membeli produk, mencoba untuk membeli produk yang ditawarkan tersebut, dan
akhirnya puas karena kebutuhannya terpenuhi.
Terakhir, semua komunikasi harus dikelola dan dikoordinasikan secara
konsisten, tepat waktu dan efektivitas biaya.
SUMBER : BMP EKMA4311 (Studi Kelayakan Bisnis Edisi 2) Modul 2 Halaman 2.55 –
2.61
Penjelasan AMDAL
Analisis mengenai dampak lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak
penting suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang
diperlukan dalam proses pengambilan keputusan.
Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan
pembangunan layak lingkungan (alami, binaan, sosial-ekonomi dan budaya). Dengan
AMDAL, diharapkan usaha atau kegiatan pembangunan dapat memanfaatkan dan
mengelola sumber daya alam secara efisien dan meminimumkan dampak negatif terhadap
lingkungan.
Tidak semua rencana usaha/kegiatan membutuhkan AMDAL. Studi ini hanya
dilaksanakan oleh proyek-proyek yang berskala besar, memiliki kegiatan yang kompleks,
dan dapat mempengaruhi daerah sensitif/kawasan lindung. Dengan demikian, AMDAL
adalah proses pengkajian terpadu yang mempertimbangkan aspek ekologi, sosial-
ekonomi, dan sosial-budaya sebagai pelengkap kelayakan dari teknis dan ekonomi suatu
rencana usaha atau kegiatan.
AMDAL suatu proyek bukanlah suatu proyek yang berdiri sendiri, tetapi
merupakan bagian proses AMDAL yang lebih besar dan lebih penting, menyeluruh dan
utuh dari perusahaan dan lingkungannya sehingga AMDAL dapat dipakai dalam rangka
pengelolaan dan pemantauan proyek dan lingkungannya dengan menggunakan dokumen
yang benar.
AMDAL merupakan ujung tombak sekaligus pelengkap kelayakan dari teknis dan
ekonomis suatu rencana usaha atau kegiatan yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang pelaksanaan rencana kegiatan yang berdampak kepada lingkungan.
Alasan diperlukannya AMDAL dalam suatu studi kelayakan adalah (1) karena
undang-undang dan peraturan pemerintah menghendaki demikian dan (2) AMDAL harus
dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan adanya proyek-proyek.
Kesimpulan
Seperti kasus diatas, hal ini tidak didasarkan karena kesalahan-kesalahan
menyusun amdal tetapi karena pihak perusahaan PT Greenfield tidak menjalankan
dokumen AMDAL yang telah dikantonginya. Padahal dokumen AMDAL dibuat untuk
dijalankan agar pengelolaan lingkungan terjaga dan pihak sekitar (masyarakat) tidak
dirugikan akibat dari pembangunan proyek atau perusahaan PT Greenfield ini. Meskipun
telah dilaporkan oleh masyarakat dan banyak beredar postingan-postingan yang
menunjukkan pencemaran limbah, tetapi pihak PEMKAB BLITAR juga tidak ada
perbaikan sama sekali. Dapat disimpulkan secara hierarki AMDAL disusun untuk
melindungi lingkungan dan juga warga sekitar, tetapi apabila dokumen amdal hanya
sebagai formalitas untuk mendapatkan perizinan dan tidak dijalankan, maka peran
AMDAL akan otomatis tidak ada artinya.
Begitu juga kaitannya AMDAL dengan Studi Kelayakan Bisnis, sudah dijelaskan
bahwa Alasan diperlukan AMDAL adalah pertama karena undang-undang dan peraturan
pemerintah menghendaki demikian, kedua AMDAL harus dilakukan agar kualitas
lingkungan tidak rusak dengan adanya proyek-proyek. Dari kasus diatas bisa diaimpulkan
bahwa perusahaan hanya berorientasi terhadap poin pertama saja dengan mengabaikan
poin kedua, karena tidak menjalankan AMDAL yang dikantonginya.
SUMBER : BMP EKMA4311 (Studi Kelayakan Bisnis Edisi 2) Modul 6 Halaman 6.3 –
6.7
Kesimpulan :
Jadi menurut saya dari 10 poin kegagalan manajemen menurut Murray D. Bryce, ada
beberapa poin yang menjadi kegagalan manajemen pada KODAK yaitu Poin kedua dan
poin kesepuluh
SUMBER : BMP EKMA4311 (Studi Kelayakan Bisnis Edisi 2) Modul 7 Halaman 7.2 –
7.4
4. Berdasarkan studi kasus diatas, jelaskan analisa Anda apa yang seharusnya
dilakukan oleh perusahaan terkait dengan aspek hukum dalam Studi Kelayakan
Bisnis agar tidak mengalami penutupan usaha seperti kasus perusahaan diatas.
Analisis dan penilaian aspek hukum juga tidak kalah pentingnya dengan analisis aspek
lainnya. Aspek ini merupakan aspek yang perlu diperhatikan pula untuk menilai
keberhasilan proyek dalam keseluruhan. Analisis yuridis (hukum) perlu dilakukan untuk
menilai proyek bertentangan atau tidak dilihat dari segi hukum. Misalnya, masalah
pendirian, perizinan. Peninjauan dari sisi ini penting dilakukan sebelum proyek terlanjur
diberhentikan oleh pihak-pihak yang berwajib karena dianggap beroperasi secara ilegal
atau menghadapi protes masyarakat yang menganggap bahwa proyek yang dibangun
dianggap melanggar norma kemasyarakatan. Akibatnya, paling tidak kerugian materi
akan menimpa sponsor proyek perusahaan.
Hal yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan dalam rangka menyelenggarakan
proyeknya yaitu dengan melengkapi dokumen-dokumen terutama yang menyangkut
perizinan pendirian usaha. Untuk jangka panjang tidak hanya sebagai formalitas saja
dalam mengurus izin-izin tersebut tetapi harus dilaksanakan agar tidak ada pihak yang
merasa dirugikan. Dari kasus diatas sebaiknya PT Jatim Steel Abadi segera mengurus
izin HO (izin gangguan) dan IUI (Izin Usaha Industri) agar tidak ditutup lagi.
Berdasarkan ketentuan dari pemerintah dan keuntungan-keuntungan yang diperoleh
nantinya, PT Jatim Steel Abadi yang mengurus legalitas perusahaannya. Dengan proses
yang tidak terlalu rumit dan biaya yang tidak terlalu besar, PT Jatim Steel Abadi sudah
mendapatkan jaminan keberlangsungan perusahaannya. Justru jika pelegalan itu tidak
diurus, nantinya PT Jatim Steel Abadi itu sendiri yang akan mendapatkan kesulitan dalam
kegiatan usahanya. Selain merasa terancam dengan penertiban oleh pihak berwajib,
mereka juga akan kesulitan mengembangkan usahanya menuju ke arah yang lebih baik
Dengan dimilikinya surat-surat izin sebagai bentuk legalitas PT Jatim Steel Abadi, maka
akan diperoleh beberapa manfaat diantaranya:
a) Sarana perlindungan hukum
PT Jatim Steel Abadi yang telah melegalkan perusahaannya akan terhidar dari
tindakan pembongkaran atau penertiban dari pihak berwajib, sehingga memberikan
rasa amandan nyaman akan keberlangsungan usahanya
b) Sarana Promosi
Dengan mengurus dokumen-dokumen legalitas tersebut, secara tidak langsung PT
Jatim Steel Abadi telah melakukan serangkaian promosi.
c) Bukti kepatuhan terhadap hukum
Dengan memiliki unsur legalitas tersebut menandakan bahwa PT Jatim Steel Abadi
telah mematuhi aturan hukum yang berlaku, secara tidak langsung ia telah
menegakkan budaya disiplin pada dirinya.
d) Mempermudah mendapatkan suatu proyek
Dalam suatu tender, selalu mensyaratkan bahwa perusahaan harus memiliki dokumen-
dokumen hukum yang menyatakan pelegalan perusahaan tersebut. Sehingga hal ini
sangat penting nantinya untuk sarana pengembangan usaha.
e) Mempermudah pengembangan usaha
Untuk pengembangan usaha pasti diperlukan dana yang cukup besar untuk
merealisasikannya. Dana yang dibutuhkan bisa diperoleh dengan proses peminjaman
kepada pihak bank, dan dokumen-dokumen legalitas ini akan menjadi salah satu
persyaratan yang diajukan pihak bank.
SUMBER : BMP EKMA4311 (Studi Kelayakan Bisnis Edisi 2) Modul 8 Halaman 8.3 –
8.13