Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER

PAN 100 - B

Disusun Oleh:
Sabillah Haniyyati / 2016070294
Soal Wajib

1. Sikap dan kesadaran beragama/berke-Tuhanan seperti apa yang perlu diwujudkan


dalam kehidupan berbangsa supaya tidak terjebak dalam narkoba karena tidak
sesuai dengan spritit sila pertama Pancasila?

Dalam butir sila pertama Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa,”
yang artinya Tuhan menjadi pedoman paling utama bagi setiap manusia untuk menjalankan
kehidupan (Sihotang et al., 2019). Dalam setiap agama, juga diajarkan bahwa tidak boleh
mengonsumsi benda terlarang , seperti yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain,
benda memabukkan, maupun benda yang dapat mengacaukan jiwa dan raga Badan Narkotika
Nasional. Narkoba Ditinjau dari sisi berbagai Agama di Indonesia 2020,
https://malut.bnn.go.id/narkoba-ditinjau-dari-sisi-berbagai-agama-di-indonesia Dalam hal ini,
benda yang dilarang oleh berbagai agama di Indonesia adalah narkoba. Oleh karena itu, ketika
seseorang menanamkan nilai ketuhanan maka pada dirinya, maka diharapkan orang tersebut
akan mampu meningkatkan nilai keimanannya sehingga mampu melawan godaan narkoba.
Dalam diri individu, perlu membentengi diri dengan agama dengan tujuan agar terhindar
dari ajaran menyimpang dari lingkungan sekitar yang biasanya mendorong perilaku terbentuk.
Selain membentengi diri, seseorang perlu berpikir panjang dalam mengambil tindakan yang
tentunya memberikan dampak negatif.
Nilai inti yang terdapat di Atma Jaya KUPP Atma Jaya yaitu (Kritstiani, Unggul, Peduli,
Professional). Merupakan nilai – nilai yang perlu diwujudkan agar tidak terjebak dalam
narkoba. Dalam nilai Kristiani menunjukan nilai spiritual yang berarti menunjukan sikap yang
dekat dengan Tuhan. Lalu nilai Unggul, dalam hal ini nilai unggul perlu dicerminkan karena
unggul diartikan sebagai suatu hal yang bermutu dimana seseorang yang unggul memiliki
pemikiran jangka panjang sehingga tidak mudah terjebak dalam narkoba.

2. Jelaskan mengapa korupsi bertentangan dengan prinsip keadilan sosial?

Prinsip keadilan sosial merupakan salah satu sila dalam Pancasila yaitu sila kelima. Nilai
pada sila ini merumuskan dengan tegas Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Kata
sosial menunjukan keadilan dalam kehidupan bersama sebagai satu masyarakat yang
dimaksudnya masyarakat bangsa Indonesia.
Dengan adanya korupsi, secara langsung telah melakukan tindakan yang melenceng dari
sila ini. Tindakan korupsi menunjukan ketidakadilan antar pemerintah dan masyarakat.
Tindakan korupsi juga membuktikan ketidakadilan terhadap negara sendiri karena telah
menggunakan sesuatu yang bukan haknya dan untuk dijadikan kenikmatan bagi diri sendiri
tanpa memikirkan tujuan awal hal tersebut dilakukan.
Pada dasarnya sesama manusia memiliki hak dan kewajiban serta kedudukan yang sama.
Pelaku korupsi telah melanggar hal tersebut karena telah mementingkan kepentingan pribadi
yang seharusnya diberikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, dapat disimpulkan korupsi
bertentangan dengan prinsip keadilan sosial. Namun, tindakan korupsi tidak hanya
bertentangan dengan keadilan sosial saja. Tindakan korupsi juga telah melanggar dan
menyeleweng nilai – nilai luhur yang terkandung pada semua sila dalam Pancasila.
Tindak korupsi sangat bertentangan dengan nilai – nilai inti yang dimiliki oleh Atma Jaya, nilai
inti KUPP Atma Jaya yaitu (Kritstiani, Unggul, Peduli, Professional). Dalam nilai Peduli,
perilaku korupsi tentu saja berlawanan dimana sikap korupsi menunjukan sikap yang tidak
memedulikan hak rakyat para pelaku pengambil keputusan tanpa memedulikan orang lain.

3. Sila kedua Pancasila menegaskan ‘harkat dan martabat setiap orang sebagai manusia’
mengapa pelecehan seksual atau bullying merupakan sikap yang tidak adil beradab?

Harkat dan martabat manusia didefinisikan sebagai nilai manusia sebagai


makhluk tuhan Yang Maha Esa yang dimiliki dengan rasa cipta dan hak -hak sebagai manusia
dengan kedudukan yang terhormat. Hal ini menunjukan martabak manusia tidak boleh
diremehkan dengan siapapun.
Sila kedua dalam Pancasila yang menegaskan harkat dan martabat bertentangan dengan
terjadinya kasus – kasus pelecehan di Indonesia. Pelaku yang melakukan pelecehan seksual
menunjukan perilaku yang tidak mencerminkan nilai – nilai yang terkandung dalam sila kedua.
Karena pelecehan seksual merupakan perilaku yang bersifat menyerang korban tanpa
memandang martabat seseorang. Perilaku pelecehan juga bersifat tidak adil karena pelaku
bertujuan untuk mengambil kepentingan satu pihak.
Kasus bullying yang sama maraknya dengan kasus pelecehan seskual di Indonesia juga
merupakan tindakan yang sangat tidak sesuai dengan sila kedua Pancasila, kasus bullying
bertujuan untuk mengucilkan, merendahkan seseorang sehingga korban menjadi terpojoki akan
adanya tindakan ini. Kedua kasus ini tidak hanya bertentangan dengan sila kedua Pancasila
namun kasus ini tidak sesuai dengan nilai inti KUPP Atma Jaya yaitu (Kritstiani, Unggul,
Peduli, Professional). Nilai kristiani tidak sesuai dalam kasus pelecehan dan bullying, hal ini
ditunjukan karena pelaku tersebut mengabaikan Firman Tuhan. Selain itu juga tidak sesuai
dengan nilai Unggul, karena pada dasarnya seorang manusia yang memiliki akal sehat dan
unggul tidak akan mlakukan tindakan tersebut.
Kemudian, dalam nilai Peduli pelaku juga tidak mencerminkan nilai tersebut karena
hanya mementingkan kepentingan diri sendiri tidak memikirkan dampak terhadap korban.
Lalu, dalam nilai Professional juga bertentangan karena pelaku tidak mampu berperilaku yang
mencerminkan peran sebagai warga negara yang patuh dan bijak terhadap nilai – nilai yang
terdapat.

DAFTAR PUSTAKA
Sihotang, Mikhael, M., Molan, B., Kama V. Pendidikan Pancasila. 2014 Upaya Internalisasi
Nilai-nilai Kebangsaan. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

Badan Narkotika Nasional. (2020, Desember 16) Narkoba Ditinjau dari sisi berbagai Agama
di Indonesia. Diakses dari https://malut.bnn.go.id/narkoba-ditinjau-dari-sisi-berbagai-agama-
di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai