Anda di halaman 1dari 8

PEMBUATAN PETA KONTUR WILAYAH

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


MENGGUNAKAN ALAT LEVELLING
DENDA PUTRA

Universitas Negeri Padang, Indonesia



Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang,, Indonesia
Prodi Teknik Pertambangan, Universitas Negeri Padang, Indonesia

ABSTRAK Peta kontur adalah peta yang menggambarkan garis-garis yang menghubungkan
titik-titik yang sama pada permukaan bumi. Dalam kenyataannyagaris kontur ini merupakan garis
khayal yang dibuat untuk dapat merepresentasikanrelief dala peta seperti pada kenyataannya. Peta
kontur merupakan dasar dari peta- peta permukaan bumi lainnya. Contoh peta yang
pembuatannya didasarkan pada peta kontur adalah peta kemiringan lereng, peta bentuklahan, peta
perencanaan jalan, bendungan, tata kota dll. Garis kontur didefinisikan sebagai garis khayal
yangmenghubungkan setiap titik pada ketinggian yang sama. Pada pengertian gariskontur di atas
dapat dijelaskan bahwa sifat dari salah satu garis kontur tersebutmemiliki nilai ketinggian yang
tunggal. Untuk merepresentasikan seluruh bentukrelief dalam bentuk gambaran garis kontur
dalam suatu peta, perlu dilakukan penggambaran beberapa garis kontur yang memiliki ketinggian
yang berbedadengan garis kontur disebelahnya berdasarkan nilai tinggi yang berurutan.Salah
satucara untuk membuat peta garis tinggi atau peta kontur yaitu dengan cara menarikgaris yang
mempunyai ketinggian yang sama dari data penyebaran titik-titikketinggian pada suatu daerah.
Penyebaran titik-titik terebut diukur secara teresterialdengan mengikatkan salah satu titik pada
ketinggian tertentu dan titik ketinggiantersebut dihitung dari ketinggian diatas permukaan air laut
(Frick, 1979).
Kata Kunci : Peta kontur

I. PENDAHULUAN yang sama. Menurut Kusnadi (2013) peta kontur adalah


peta yang menggambarkan sebagian bentuk-bentuk
Peta topografi menampilkan gambaran permukaan
permukaan bumi yang bersifat alami dengan
bumi yang dapat diidentifikasi, berupa obyek alami
menggunakan garis-garis kontur. Garis kontur pada
maupun buatan. Peta topografi menyajikan obyek-
peta topografi diperoleh dengan melakukan pengolahan
obyek dipermukaan bumi dengan ketinggian yang
interpolasi linier antara titik-titik ketinggian yang
dihitung dari permukaan air laut dan digambarkan
berdekatan. Interpolasi linier adalah suatu metode atau
dalam bentuk garis-garis kontur, dengan setiap satu
fungsi matematika yang menduga nilai pada
garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta topografi
lokasilokasi yang datanya tidak tersedia atau tidak
memiliki dua unsur utama yaitu ukuran planimetrik
didapatkan. Interpolasi linier mengasumsikan bahwa
(ukuran permukaan bidang datar) dan ukuran relief
atribut data bersifat kontinu di dalam ruang dan atribut
(berdasarkan variasi elevasi). Ukuran planimetrik pada
ini saling berhubungan (dependence). Pembentukan
peta topografi digambarkan dengan koordinat X dan Y,
garis kontur menggunakan data dari pemetaan terestris
sedangkan ukuran relief digambarkan dalam koordinat
memiliki akurasi yang tinggi tetapi pengukuran
Z. Elevasi pada peta topografi ditampilkan dalam
terestris memiliki beberapa ketinggian sehingga dapat
bentuk garis-garis kontur yang menghubungkan
merepresentasikan bentuk permukaan kelemahan
titiktitik di permukaan bumi yang memiliki ketinggian

1
diantaranya membutuhkan biaya, waktu dan tenaga pertahanan. Pada bidang geodesi dan geomatika, DEM
yang besar karena semakin luas area yang dipetakan dapat digunakan untuk pembuatan peta topografi,
pembuatan citra orto, pembuatan garis kontur,
semakin banyak pula titik yang harus diukur. Semakin
perhitungan volume tanah dan sistem informasi
rapat titik yang diambil, maka semakin akurat pula geografis. Data spasial ini dipilih sebagai pertimbangan
kontur yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya. Titik untuk pengambilan keputusan karena DEM
ketinggian (spotheight) yang diambil dalam menyediakan informasi
pengukuran terestris harus memiliki kerapatan dan
persebaran yang baik untuk mengurangi kesalahan
pada interpolasi kontur. II. AREA STUDI DAN HIMPUNAN DATA SATELIT
Salah satu solusi untuk memperoleh data
ketinggian adalah dengan menggunakan data foto udara
yang dihasilkan dari pemetaan menggunakan
Unmanned Aeral Vehicle (UAV). Data foto udara akan
menghasilkan data Digital Surface Model (DSM) yang
kemudian dilakukan filterisasi untuk membentuk
Digital Terrain Model (DTM). Data DTM tersebut
digunakan untuk mengekstrak spotheight untuk
mengoptimalisasi kerapatan titik ukur yang kurang.
Pembuatan peta topografi menggunakan metode ini
memiliki tingkat ketelitian yang dipengaruhi oleh
berbagai aspek, salah satunya yaitu metode
pengolahan, sehingga sering kali kajian mengenai
akurasi berkaitan dengan optimalisasi pengolahan yang
dilakukan. Kajian yang akan disajikan dalam penelitian Gambar 1. Citra Satelit UNP
tugas akhir ini yaitu mengenai optimalisasi pembuatan
peta topografi skala 1:1.000 menggunakan kombinasi
data pengukuran terestris dan foto udara. Optimalisasi A. AREA STUDI
yang dimaksud adalah meningkatkan ketelitian vertikal
padapeta topografi menggunakan tambahan data foto Universitas Negeri Padang atau yang biasa dikenal
udara format kecil. Penelitian tugas akhir ini dengan UNP merupakan kampus terletak di Kota
memanfaatkan data pemotretan UAV yang telah Padang tepatnya di Jalan Prof. Dr. Hamka, Air Tawar.
dilakukan di wilayah pertambangan kapur yang UNP terdiri
berlokasi di Desa Sidokelar, Kecamatan Paciran, dari Kampus utama dan beberapa kampus cabang
Lamongan, Jawa Timur dan pemetaan dengan lainnya. Pada jurnal ini hanya membahas pengukuran
menggunakan Total Station serta pengukuran GPS di Area Kampus Utama UNP yang terletak di Jalan
terhadap titik – titik kontrol tanah dan titik Benchmark Prof. Dr. Hamka, Air Tawar, Kota Padang.
yang kemudian diikatkan dengan titik CORS milik BIG
supaya menghasilkan ketelitian titik kontrol yang lebih
tinggi. Kajian yang akan disajikan dalam penelitian
tugas akhir ini yaitu mengenai optimalisasi pembuatan
peta topografi skala 1:1.000 menggunakan kombinasi
data pengukuran terestris dan foto udara format kecil.
Optimalisasi pembuatan peta topografi menggunakan
kombinasi data pengukuran terestris dan foto udara
format kecil dimaksudkan untuk mengurangi waktu
dan biaya yang dikeluarkan dalam proses akuisisi data
namun data yang dihasilkan tetap terkontrol..
Model Elevasi Digital (Digital Elevation
Model/ DEM) merupakan data spasial yang
menyatakan bentuk topografi suatu wilayah, umumnya Gambar 2 Lokasi Univesitas Negeri Padang
digunakan untuk manajemen penggunaan lahan,
pembangunan infrastruktur, kebencanaan dan

1
Karena UNP ini terletak di Pusat Kota Padang , editable. Pada project ini menggunakan metode
maka memiliki batasan wilayah yaitu sebelah utara terestis.
berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman,
selatan berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan, C. METODE TERESTIS
barat berbatasan dengan Selat Mentawai, timur Pengukuran kontur merupakan hal yang penting
berbatasan dengan Kabupaten Solok.  dalam perencanaan dan pembangunan. Tidak hanya
untuk menentukan perencanaan konstruksi bangunan,
kontur juga dapat digunakan untuk perencanaan
evakuasi, perencanaan kota, dan tata ruang lainnya.
B. HIMPUNAN DATA SATELIT Metode terestis adalah kegiatan pengukuran yang
dilakukan di permukaan bumi di mana pengamat
Gunakan satu spasi setelah periode dan titik dua. melakukan kontak langsung dengan objek yang akan di
Pengubah kompleks hyphenate: "magnetisasi petakan menggunakan alat seperti sipat datar,
berpendingin medan nol." Hindari partisipan yang theodolite, Total station dan lain sebagainya. Metode
menjuntai, seperti, "Menggunakan (1), potensi terestis di lakukan untuk mendapatkan informasi posisi
dihitung." [Tidak jelas siapa atau apa yang digunakan dari suatu objek di permukaan bumi. Metode ini
(1).] Tulis sebagai gantinya, "Potensi dihitung dengan mencakup pengumpulan data besaran arah, sudut,
menggunakan (1)," atau "Menggunakan (1), kami jarak,dan ketinggian yang di peroleh langsung dari
menghitung potensi." lapangan.
Gunakan nol sebelum koma desimal: "0,25," bukan
".25." Gunakan "cm3," bukan "cc." Tunjukkan dimensi
sampel sebagai "0,1 cm × 0,2 cm ," bukan "0,1 × 0,2
cm 2." Singkatan untuk "detik" adalah "s," bukan
"detik." Gunakan "Wb/m2" atau "webers per meter
persegi," bukan "webers/m2." When mengekspresikan
rentang nilai, tulis "7 hingga 9" atau "7-9," bukan "7 ~
9."
Pernyataan kurung di akhir kalimat diselingi di luar
tanda kurung tutup (seperti ini). (Kalimat kurung
diselingi dalam tanda kurung.) Dalam bahasa Inggris
Amerika, titik dan koma berada dalam tanda kutip,
seperti "periode ini." Tanda baca lainnya adalah "di
luar"! Hindari kontraksi; Misalnya, tulis "Jangan" alih- Gambar 3. Metode Terestis
alih "Jangan". Koma serial lebih disukai: "A, B, dan C"
daripada "A, B dan C." D. REKTIFIKASI
Jika mau, Anda dapat menulis sebagai orang pertama Rektifikasi adalah suatu proses melakukan
tunggal atau jamak dan menggunakan suara aktif transformasi data dari satu sistem grid menggunakan
("Saya mengamati bahwa ..." atau "Kami mengamati suatu transformasi geometrik. Oleh karena posisi piksel
bahwa ..." alih-alih "Diamati bahwa ..."). Ingatlah pada citra output tidak sama dengan posisi piksel input
untuk memeriksa ejaan. Jika bahasa ibu Anda bukan (aslinya) maka piksel-piksel yang digunakan untuk
bahasa Inggris, mintalah kolega berbahasa Inggris asli mengisi citra yang baru harus diresampling kembali.
untuk mengoreksi makalah Anda dengan cermat. Resampling adalah suatu proses melakukan
ekstrapolasi nilai data untuk piksel-piksel pada sistem
III. METODE grid yang baru dari nilai piksel citra aslinya. Rektifikasi
juga dapat diartikan sebagai pemberian koordinat pada
Melakukan konversi data dari bentuk hardcopy citra berdasarkan koordinat yang ada pada suatu peta
menjadi soft copy excell dengan format CSV yang mencakup area yang sama. Bisa dilakukan
( Commadelimited) dengan menggunakan teknik dengan input GCP atau rectification image to map dan
rektifikasi, digitasi, adding coordinate, pembuatan diperlukan peta (dengan sistem koordinat tertentu) atau
kontur, dan layout, yang dilakukan dengan perangkat kumpulan GCP untuk objek yang sudah diketahui pada
lunak ArcGIS 10.4.1. Dari proses ini dihasilkan data citra. Data raster yang biasanya diperoleh dari hasil
digital berupa peta yang berbasiskan informasi spasial scanning peta, foto udara, dan citra satelit, belum
yang terintegrasi, mudah dicopy, informatif, dan menunjukkan referensi spasial yang akurat. Rektifikasi
atau georeferencing atau addressing merupakan proses

1
transformasi data dari data yang belum mempunyai Langkah pertama dalam proses digitasi adalah
kordinat geografis menjadi data yang mempunyai menentukan terlebih dahulu obyek yang akan
kordinat geografi. Data yang sudah direktifikasi dikerjakan . Sebagai contoh, bila ingin mendigitasi
selanjutnya dapat ditumpang susunkan atau obyek jalan, maka dalam file beri nama ‘jalan’ lalu
dioverlaykan dengan beberapa data yang lain yang pilih jenis shape file nya (line), kemudian ditentukan
sudah direktifikasi lebih dulu. kordinat yang dipakai dan tambahkan di layar. Untuk
Teknik rektifikasi dapat dilakukan dengan berbagai memulai pendigitasian dimulai dengan ‘start editing’
cara yaitu pergeseran (shifting), pemutaran (rotating), .
perubahan skala (scaling), skewing, warping, rubber
sheeting dan orthorectifying. F. ADDING COORDINATE

Selain data-data gambar dalam bentuk shape


file (*shp) pada ArcGIS juga dapat ditambahkan data
dalam bentuk tabel yang berisi informasi koordinat
dalam bentuk X (garis bujur) dan Y (garis lintang).
Posisi ini menggambarkan letak geografis suatu obyek
di atas permukaan bumi seperti posisi mercu suar atau
titik lokasi pengambilan sampel tanah. Akuisisi data
X dan Y dapat dilakukan dengan menggunakan alat
Global Positiong System (GPS).

Hasil dari proses adding data dapat dilihat pada


Gambar 4. Toolbar Rektifikasi Gambar 6

Gambar 5. Input Koordinat Gambar 6. Adding Cordinate

G. PEMBUATAN KONTUR DENGAN ARCGIS


E. DIGITIZING
Digitizing adalah proses menggambar ulang fitur 1. Buka software ArcGis lalu add data folder
geografi pada peta analog menjadi format digital yang akan digunakan
dengan digitizing tablet atau mouse yang 2. File yang belum memiliki proyeksi UTM
dihubungkan dengan komputer , hasil dari proses maka perlu diproyeksikan dengan cara
digitasi ini kemudian disimpan dalam bentuk data klik ArcToolbox > Management Tools >
spasial. Metode digitasi secara umum dapat dilakukan Projection and Transformation > Define
dengan 2 cara yaitu dengan menggunakan digitizer Project
yang menggunakan meja digitasi dan yang langsung 3. Input file point lalu pilih system coordinate
onscreen di layar monitor. Digitasi onscreen paling system UTM 49S, karena kita menggunakan
sering digunakan karena lebih mudah dilakukan, tidak peta wilayah Yogyakarta yang berada di
memerlukan tambahan alat lainnya dan lebih mudah bagian selatan maka UTM nya 49S
dikoreksi apabila terjadi kesalahan

1
4. Untuk membuat garis kontur, buat terlebih
dahulu raster yang merupakan interpolasi
ketinggian dari titik-titik yang sudah diketahui
ketinggianya dengan menggunakan IDW.
Klik ArcToolbox > Raster Interpolation >
IDW. 
Hasil IDW berupa data Raster dimana
terdapat informasi mengenai ketinggian yang
diperoleh dari hasil interpolasi antar titik yang
diketahui ketinggiannya. Data ini akan kita
ubah menjadi garis kontur.
5. Untuk mengubah data IDW menjadi garis
kontur dengan cara klik ArcToolbox >
Gambar 9. Layout
3D Analyst Tools > Raster Surface >
Contour. Isikan seperti jendela dibawah
ini,pilih interval kontur sesuai kebutuhan.

Gambar 10. Toolbar Skala

Gambar 7. Toolbar Adding Data

Gambar 11. Menu Print Out

Gambar 8. Toolbar Input XY Data

H. LAYOUT

Layout merupakan langkah akhir dalam pembuatan


peta, yang bertujuan untuk mengatur tampilan pada
peta sebelum
Gambar 12. Menu Legend

1
Pada layout ini dapat ditambahkan tampilan-
tampilan untuk melengkapi informasi yang ada pada
peta, seperti skala (Gambar 19), legend, letak
geografis, tata guna lahan, arah mata angin dan lain-
lain. Untuk mencetak peta hasil pendigitasian dalam
kertas A1 atau A0 digunakan plotter, sedangkan untuk
ukuran A2 sampai A4 digunakan printer. Pada
Gambar 20 ditampilkan menu print out yang berisi
pilihan yang akan di sesuaikan seperti ukuran kertas,
jenis plotter, skala, warna dan lain-lain.

Gambar 11.c Hasil dan Pembahasan


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 11.a Hasil dan Pembahasan

Gambar 11.d Hasil dan Pembahasan

Gambar 11.b Hasil dan Pembahasan

Gambar 11.e Hasil dan Pembahasan

1
Gambar 11.i Hasil dan Pembahasan

V. V KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini yaitu:


1.Membuat titik pengukuran dalam pembuatan peta
kontur perlu memperhatikanfaktor berupa adanya
variasi beda tinggi, apabila beda tingginya semakin
besarmaka kontur yang terproyeksikan akan semakin
baik. Untuk memplot titik pengamatan dalam
pembuatan peta kontur perlu terlebih dahulu
mengetahui titikikat, yaitu berupa sebuah titik yang
sudah diketahui koordinatnya untukmempermudah
Gambar 11.f Hasil dan Pembahasan pada saat plot kedalam peta. Pembuatan titik
pengukuran kontur perlu juga memperhatikan baseline
agar tetap dalam jalur yang sudah
diketahuikoordinatnya.

2.Membuat peta kontur secara manual dilakukan


dengan menggunakan bantuan alat berupa Lavelling
dan baak ukur , dengan pengukuran nilai titik tinggi
untuk pembuatan kontur mengkombinasikan
pengukuran jarak, sudut (horisontal danvertikal), beda
tinggi. Sedangkan dengan digital dapatmenggunakan
software-software, seperti surfer dan ArcGIS sudah
secara otomatis bekerja dengan berbagai macam
metode interpolasi yang sudah tinggaldisesuaikan
dengan keinginan

Gambar 11.g Hasil dan Pembahasan

Gambar 11.h Hasil dan Pembahasan

1
1

Anda mungkin juga menyukai