Anda di halaman 1dari 11

INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT SUKU BAJO KAWASAN

TOROSIAJE SERUMPUN DENGAN MASYARAKAT LOKAL


GORONTALO

PROPOSAL
(Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana
di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo)

Oleh:
Darmansyah N. Samahu
NIM:
281419057

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022

i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan
Karunia Nya, selanjutnya Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat, dan keluarganya yang
telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang berilmu pengetahuan
sehingga penulis dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan Proposal Penelitian
dengan judul, “Interaksi Sosial Masyarakat Suku Bajo Kawasan Torosiaje
Serumpun Dengan Masyarakat Lokal Gorontalo”, sesuai dengan yang
direncanakan.
Usulan Penelitian ini dibuat untuk memenuhi syarat untuk mengikuti
ujian proposal. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, Usulan Penelitian ini tidak dapat penulis selesaikan. Oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Eduart Wolok, ST, MT. Selaku Rektor Universitas Negeri
Gorontalo.
2. Ibu Dr. Zulaecha Ngiu, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
3. Ibu Dr. Rahmatiah, S.Pd, M.Si. Selaku Wakil Dekan I bidang Akademik
Fakultas Ilmu Sosial.
4. Bapak Drs. Joni Apriyanto, M.Hum. Selaku Wakil Dekan II bidang
Administrasi, Keuangan dan Kepegawaian.
5. Bapak Sainudin Latare, S.Pd, M.Si. Selaku Wakil Dekan III bidang
kemahasiswaan
6. Bapak Ridwan Ibrahim, S.Pd, M.Si. Selaku ketua Jurusan Sosiologi.
7. Bapak Rudy Harold, S.Th, M.Si. Selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi.
8. Pembimbing I yang telah banyak membimbing penulisan selama Proposal ini
9. Pembimbing II yang telah banyak membimbing penulisan selama Proposal ini
10. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Gorontalo yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai disiplin ilmu
kepada penulis

ii
11. Ucapan terima kasih kepada Kedua Orang Tua penulis yang tercinta, atas segala
kasih sayang, dukungan dan doa yang di berikan pada penulis
12. Ucapan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang ikut
membantu dalam penyelesaian Proposal ini yang tak sempat penulis sebutkan
satu-persatu.
Semoga Allah,SWT melimpahkan balasan atas jasa-jasa mereka kepada kami.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah dicapai ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang konstruktif. Akhirnya penulis
berharap semoga hasil yang telah dicapai ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
Aamiin.

Gorontalo, Oktober 2022


Penulis

Darmansyah N. Samahu

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

ABSTRACT ............................................................................................................ v

ABSTRAK .............................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................5

1.3.Tujuan Penelitian ..............................................................................................5

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................................6

iv
INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT SUKU BAJO KAWASAN
TOROSIAJE SERUMPUN DENGAN MASYARAKAT LOKAL
GORONTALO.
Darmansyah N. Samahu. Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Gorontalo. Jln. Jendral Sudirman No. 6 Kota Gorontalo.

ABSTRAK
Interaksi merupakan salah satu bentuk ciri dari sekumpulan orang yang melakukan
aktivitas dengan berbagai tujuan yang memiliki kaidah atau aturan agar dapat
mencapai hal yang diinginkan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
bagaimana proses interaksi sosial masyarakat suku bajo totosiaje serumpun dengan
masyarakat lokal Gorontalo di lokasi torosiaje serumpun. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriftif dengan menggunakan
penelitian lapangan, yaitu penelitian yang datanya diperoleh dengan melakukan
survei di lapangan atau lokasi penelitian. Sedangkan teknik pengumpulan data
ditempuh dengan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data
dari penelitian ini adalah Pemerintah dan masyarakat dari Torosiaje Serumpun,
yaitu Desa Bumi Bahari, Desa Torosiaje Darat dan Desa Torosiaje Laut. Penelitian
yang telah dilakukan mengenai proses interaksi sosial masyarakat suku bajo
torosiaje serumpun dengan masyarakat lokal gorontalo menunjukkan bahwa proses
awal yang terjadi pada kedua kelompok masyarakat ini terbentuk sejak pada zaman
dahulu yang dilakukan oleh orang-orang tua dan dimana ada salah satu orang tua
dari masyarakat suku bajo menikah dengan masyarakat lokal gorontalo. Sehingga
dari adanya ikatan pernikahan inilah yang membuat masyarakat suku bajo torosiaje
serumpun dengan masyarakat lokal gorontalo menjalin hubungan. Adapun dalam
hubungan mereka tersebut terdapat bentuk-bentuk interaksi sosial, yakni proses
adaptasi dan asosiatif yang di dalamnya mencakup kerjasama dan akomodasi.
Kata Kunci: Kelompok Masyarakat, Interaksi Sosial, Pola Komunikasi.

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara singkat interaksi diartikan sebagai proses di mana orang-orang yang
berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan dalam tindakan. Proses
interaksi itu dapat dipahami dari kata interaksi itu sendiri. Secara etimologis,
interaksi terdiri dari dua kata, yakni action (aksi) dan inter (antara). Jadi, interaksi
adalah tindakan yang dilakukan di antara dua atau lebih orang atau tindakan yang
berbalas-balasan.
Orang yang paling pertama melakukan studi tentang interaksi adalah
George Simmel. Simmel menyebutnya dengan sociation atau sosiasi. Sosiasi adalah
interaksi timbal balik di antara aktor-aktor. Melalui proses ini masyarakat muncul
atau terbentuk. Menurut Simmel, masyarakat lebih dari sekadar kumpulan individu-
individu belaka. Individu-individu yang berkumpul itu harus berinteraksi satu sama
lain guna terciptanya sebuah masyarakat. Dengan demikian, interaksi merupakan
salah satu persyaratan penting dalam membentuk masyarakat.
Interaksi sosial juga memiliki jenis-jenis. Berdasarkan sarana yang
digunakan ada interaksi tanpa kata dan ada pula interaksi dengan menggunakan
kata-kata. Berdasarkan obyek-obyeknya, ada interaksi yang terfokus dan adapula
interaksi yang tidak terfokus. Berikut ini akan diuraikan pengertian dari masing-
masing jenis interaksi-insteraksi tersebut.
• Interaksi tanpa-kata: Interaksi dapat terjadi walaupun di dalamnya para pelaku
atau aktor tidak menggunakan kata-kata. Dalam menukar informasi atau arti,
mereka menggunakan expresi pada wajah atau gerak-gerak tubuh. Interaksi seperti
ini sering kali disebut interaksi dengan menggunakan bahasa tubuh. Orang
sederhana menyebut dengannya bahasa tubuh. Mengangguk, menggeleng,
mengangkat bahu, mengeluarkan lidah, membelalakkan mata, atau menutup mata
adalah contoh-contoh dari interaksi tanpa kata.
• Interaksi dengan menggunakan kata-kata: Sekalipun kita bisa berinteraksi dengan
menggunakan Bahasa tubuh, namun kebanyakan sosiolog berpendapat bahwa
interaksi melalui kata-kata atau percakapan merupakan unsur yang sangat penting

1
dalam kehidupan sosial. Kita sulit membayangkan kehidupan suatu masyarakat
yang terdiri dari orang-orang bisu. Sekalipun mereka bisa berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa isyarat, namun komunikasi seperti itu bersifat terbatas. Kata-
kata menjadi penting justru karena tidak semua gerak-gerik tubuh atau bahasa
isyarat bisa dimengerti dengan jelas. Gerak-gerak atau expresi wajah tidak bisa
menjelaskan konsep. Tetapi kata-kata bisa menjelaskan gagasan yang sulit
diterangkan hanya dengan menggunakan bahasa tubuh.
• Interaksi tidak-terfokus: Interaksi seperti ini terjadi apabila dalam setting atau latar
belakang tertentu individu-individu menyadari kehadiran orang-orang yang lain
pada tempat yang sama namun tidak memusatkan perhatian pada apa yang
dipercakapkan oleh orang-orang itu. Hal ini biasanya terjadi dalam situasi-situasi
di mana banyak orang berkumpul dengan interaksi yang sangat terbatas. Mereka
mungkin kelihatannya tidak mempunyai kontak langsung dengan orang-orang lain,
namun dalam kenyataannya individu-individu tersebut terlibat dalam interaksi
tanpa kata ketika dalam bertindak mereka tetap menyadari kehadiran orang lain.
Bagaimana hal itu mungkin? Hal itu bisa saja terjadi karena dalam bertingkah-laku,
mereka akan selalu memperhitungkan kehadiran orang lain. Di dalam hal ini,
interaksi tetap terjadi walaupun sifatnya agak mengambang atau tidak terpusat pada
satu hal.
• Interaksi yang terfokus: Interaksi seperti ini terjadi ketika individu-individu
memusatkan perhatian pada apa yang dikatakan atau diperbuat oleh orang lain.
Dalam hal ini, perhatian seseorang tertuju kepada sesuatu itu, entah kepada
perkataan ataupun tingkah laku yang tertentu dari seseorang lain. Misalnya, ketika
membeli tiket, saya harus memperhatikan apa yang dikatakan oleh petugas
kepadaku. Ketika mengikuti kuliah, saya harus memusatkan perhatian pada apa
yang dijelaskan oleh dosen.

Orang Bajo merupakan suku yang hidup di laut. Pola interaksi masyarakat
Bajo terpusat pada laut yang merupakan sumber kehidupan mereka. Gaya hidup
nomaden (mengembara atau berpindah-pindah) membuat orang Bajo merasakan
perubahan nyata dalam budaya mereka. Akibatnya, orang Bajo sulit untuk

2
menunjukkan identitasnya yang ‘asli’. Padahal identitas merupakan fenomena
sosial yang timbul dari dialektika antara individu dan masyarakat.
Identitas dibentuk oleh proses-proses sosial, dipelihara, dimodifikasi atau
dibentuk ulang oleh relasi sosial masyarakat. Identitas orang Bajo kini menjadi
samar-samar akibat perubahan sosial dan pembangunan yang terjadi begitu cepat.
Selain itu, globalisasi yang menguat sampai ke setiap lini kehidupan membuat
orang Bajo tidak bisa menahan arus perubahan global. Anthony Giddens memakai
metafora Juggernaut (Panser Besar) untuk menggambarkan dunia yang tidak
terkendali oleh arus globalisasi, sehingga menciptakan resiko dan kesempatan.
Globalisasi sering dianggap sebagai ancaman dalam masyarakat, khususnya dari
pengaruhnya dalam melemahkan kebudayaan lain. Jadi, proses penduniaan
(homogenitas) turut mengambil bagian dalam proses perubahan, pola pikir, gaya
hidup, budaya, sistem kepercayaan, dan perubahan sosial yang menuntun ke arah
universalisme itu sendiri.

Michael Forse menyatakan bahwa “perubahan sosial merupakan hasil dari


ketidakseimbangan mikrososial yang terjadi sehingga menyebabkan reaksi global
dan berantai, serta akan menghasilkan perubahan makrososial dari masyarakat
terhadap perubahan tersebut.”3 Perubahan ini berdampak pada tatanan sosial,
kultur, dan sistem kepercayaan orang Bajo. Orang Bajo yang sifatnya terbuka
menjadi “santapan segar” dalam perubahan ini, khususnya terhadap pengaruh
globalisasi. Akibatnya, “setiap hal” yang masuk sulit disaring oleh masyarakat Bajo
itu sendiri, karena sifat khas atau karakter kebudayaan mereka yang terbuka
terhadap hal baru. Hal ini terjadi pula terhadap identitas lokal orang Bajo di Desa
Torosiaje, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Pemerataan dalam hal
pembangunan terjadi di daerah tersebut mengakibatkan orang Bajo tinggal menetap
di daerah tersebut. Persoalan ini menjadi masalah kultural bagi orang Bajo, karena
mereka pada dasarnya sulit untuk tinggal pada suatu kawasan tertentu dalam waktu
yang lama, apalagi menetap untuk “selamanya.” Orang Bajo dikenal karena hidup
di atas air laut, melakukan setiap aktivitas kehidupannya ‘dari laut dan untuk laut.’
Siklus kehidupan orang Bajo mulai dari kelahiran, pernikahan, pengobatan, sampai

3
kematian selalu dihubungkan dengan laut. Itu yang menyebabkan orang Bajo
membuat satu sistem kepercayaan mereka sendiri yang berpusat dari laut dan untuk
laut. Namun kini, orang Bajo yang terkena dampak dari pembangunan telah tinggal
menetap di atas fondasi batu karang, layaknya rumah di darat.
Bila melihat kondisi Gorontalo, masyarakat Gorontalo pun bukan
masyarakat yang homogen, namun masyarakat yang heterogen, dimana
masyarakatnya terdiri atas berbagai etnik, agama dan keturunan. Namun sampai
saat ini konflik antar etnik dan konflik antar agama, konflik antar warga keturunan
belum begitu menjadi permasalahan yang dianggap serius, tetapi potensi-potensi
konflik itu ada pada masyarakat Gorontalo. Bila konflik dipahami hanya perang
fisik antar agama, suku, keturunan memang hal ini tidak pernah terjadi. Hal ini
bukan karena terjadi dengan sendirinya, namun ada upaya pemerintah dan
masyarakat untuk membina hubungan antar etnik di daerah Gorontalo, sehingga
konflik tersebut tidak terjadi. Kondisi tersebut tidak membuat kita terlena untuk
tidak mewaspadai konflik antaretnik di daerah Gorontalo, tetapi harus
mengantisipasinya agar tidak terjadi konflik antaretnik di daerah Gorontalo.
Wilayah Provinsi Gorontalo yang memiliki daerah perairan meliputi
Kecamatan Popayato, Lemito, Marisa, Paguat, Tilamuta, Paguyaman, Batudaa,
Bone Pante, Kabila, Atinggola, Kwandang, Sumalata, dan Kecamatan Kota Barat
dan Kota Selatan. Namun masyarakat Bajo di Gorontalo hanya tersebar di berbagai
Kecamatan antara lain Kecamatan Popayato dan Kecamatan Lemito Kabupaten
Pohuwato dan Kecamatan Tilamuta di Kabupaten Bualemo. Perkembangan
masyarakat Bajo sampai saat ini sudah banyak tinggal di perkampungan dengan
mendirikan rumah serta menetap di desa-desa. Di tahuntahun sebelumnya
masyarakat Bajo masih bertahan hidup di dalam perahu (leppa). Namun sekarang
ini, leppa sebagai tempat tinggal masyarakat Bajo tidak lagi diperbolehkan tinggal
di perahu yang ukurannya sangat kecil, hal ini untuk mencegah jatuhnya korban
jiwa. Leppa hanya digunakan oleh para nelayan untuk menetap beberapa saat dalam
proses penagkapan ikan. Ini terlihat pada masyarakat Bajo di Desa Torosiaje
Kecamatan Popayato.

4
Berdasarkan penjelasan di atas maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa
interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar
kelompok maupun atar individu dan kelompok.
Interaksi sosial merupakan suatu pondasi dari hubungan yang berupa
tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di
dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, interaksi sosial
itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang
ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing-
masing, maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita
harapkan. Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan judul
dalam penelitian ini adalah “Interaksi Sosial Masyarakat Suku Bajo Kawasan
Torosiaje Serumpun Dengan Masyarakat Lokal Gorontalo’’.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan pokok yang diangkat dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Awal Terjadinya Interaksi Sosial Masyarakat Suku Bajo Kawasan
Torosiaje Serumpun Dengan Masyarakat Lokal Gorontalo?
2. Bagaimana Pola Interaksi Sosial Masyarakat Suku Bajo Kawasan Torosiaje
Serumpun Dengan Masyarakat Lokal Gorontalo?
3. Bagaimana Dampak dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Masyarakat Suku Bajo Kawasan Torosiaje Serumpun Dengan Masyarakat
Lokal Gorontalo?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan yang diharapkan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Awal Terjadinya Interaksi Sosial Masyarakat Suku Bajo Kawasan
Torosiaje Serumpun Dengan Masyarakat Lokal Gorontalo.

5
2. Mengetahui Pola Interaksi Sosial Masyarakat Suku Bajo Kawasan Torosiaje
Serumpun Dengan Masyarakat Lokal Gorontalo.
3. Mengetahui Dampak dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Masyarakat Suku Bajo Kawasan Torosiaje Serumpun Dengan Masyarakat
Lokal Gorontalo.

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun yang menjadi manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Hasil Penelitian Ini Diharapkan Dapat Memberikan Sumbangan Bagi Penelitian
Terutama Kajian Tentang Interaksi Sosial Suku-Suku Yang Ada Di Provinsi
Gorontalo.
2. Hasil Penelitian Ini Diharapkan Dapat Memberikan Sumbangan Lebih Lanjut,
Khususnya Mengenai Penelitian Selanjutnya Yang Sejenis.

Anda mungkin juga menyukai