Review Komponen Lingkungan “Hutan Produksi” Berdasarkan Perda
RTRW Kabupaten Klaten 2021-2041
A. Review Hutan Produksi
Hutan Produksi merupakan Kawasan hutan yang ditujukan untuk dimanfaatkan dalam produksi hasil hutan. Negara bisa memberikan hutan negara berupa konsesi kepada pihak swasta untuk dimanfaatkan dan dikelola hasil hutannya. Hasil hutan yang dimaksud bisa berupa kayu atau non kayu. Pengelolaan hutan ini membutuhkan perizinan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah dan instansi terkait. Berdasarkan peraturan, hutan produksi dibagi ke dalam 3 tipe, yaitu: a. Hutan Produksi Tetap (HP) Hutan Produksi adalah jenis hutan produksi yang pemanfaatannya menggunakan system tebang pilih maupun tebang habis. Hutan produksi biasanya memiliki beberapa ciri khusus yaitu, memiliki kelerengan dan curah hujan yang kecil. Areal hutan yang ditetapkan sebagai HP harus memiliki skor dibawah 125, dan areal tersebut tidak termasuk ke dalam kawasan lindung. b. Hutan Produksi Terbatas (HPT) Hutan Produksi terbatas merupakan jenis hutan yang pemanfaatannya ditujukan untuk eksploitasi kayu namun dengan intensitas rendah. Sistem yang digunakan adalah tebang pilih. Hutan jenis ini umumnya berada di wilayah pegunungan yang memiliki lereng-lereng curam. Areal yang bisa ditetapkan sebagai HPT setidaknya memiliki skor 125-174, diluar kawasan lindung seperti hutan konservasi atau hutan lindung. c. Hutan Produksi yang bisa dikonversi (HPK) HPK yang bisa dikonversi adalah kawasan hutan yang dicadangkan untuk digunakan dalam pembangunan diluar kehutanan. Ciri khusus dari Hutan Produksi yang bisa dikonversi adalah memiliki skor kelerengan, erosi dan curah hujan di bawah 124, dan yang kedua kawasan hutan yang dicadangkan untuk permukiman, transmigrasi, perkebunan dan pertanian. B. Peran Hutan Produksi Dalam pengelolaan dan eksplorasi hutan produksi memberikan banyak bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Hutan produksi sendiri memiliki peran sebagai penghasil kepentingan produksi seperti berbagai jenis kayu dan non kayu. hutan jenis produksi juga meliputi pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan dan pengambilan hasil hutan, baik kayu serta non kayu. C. Pengembangan Hutan Produksi Pengembangan Hutan Produksi harus dilandasi dengan dasar untuk menjamin kelestarian hutan. Pengembangan Hutan Produksi bermanfaat dalam meminimalkan terjadinya kerusakan hutan yang berdampak dalam jangka panjang. Potensi kerusakan hutan dapat diminimalkan karena dapat mendorong penerapan beberapa aspek penting. Dengan begitu, hutan produksi yang dikelola tetap bisa memberikan manfaat secara berkesinambungan. Pengembangan Hutan Produksi dapat dilakukan dengan pertama, Penerapan sistem pengelolaan hutan produksi pada setiap unit manajemen akan dapat melestarikan fungsi produksi ekonomi, ekologi dan sosial budaya masyarakat sekitar hutan. Kedua, Perlu adanya upaya pemerintah mengenai peraturan agar memiliki legitimasi masyarakat luas sehingga mengurangi Penggunaan kawasan hutan secara illegal. Ketiga, penerapan sistem pengelolaan hutan produksi pada setiap unit manajemen akan dapat melestarikan fungsi produksi ekonomi, ekologi dan sosial budaya masyarakat sekitar hutan. D. Kebijakan Tata Ruang Peraturan Pemerintah (PP) No. 10/2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan. Menurut PP tersebut perubahan fungsi hutan dari hutan konservasi menjadi hutan produksi konversi. Selanjutnya juga terdapat UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mana membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan program (KRP).
Sumber: Jurnal Kajian Pengelolaan Hutan Produksi Desa Senanggalih Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur Tahun 2017, Lindunghutan.com