Anda di halaman 1dari 2

Nama : Eglantyne Lidya Subnafeu

NIM : 2224026
MK : Pengantar Lingkungan

Review Komponen Lingkungan “Hutan Produksi” Berdasarkan Perda


RTRW Kabupaten Klaten 2021-2041

A. Review Hutan Produksi


Hutan Produksi merupakan Kawasan hutan yang ditujukan untuk dimanfaatkan
dalam produksi hasil hutan. Negara bisa memberikan hutan negara berupa konsesi
kepada pihak swasta untuk dimanfaatkan dan dikelola hasil hutannya. Hasil hutan
yang dimaksud bisa berupa kayu atau non kayu. Pengelolaan hutan ini membutuhkan
perizinan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah dan instansi terkait.
Berdasarkan peraturan, hutan produksi dibagi ke dalam 3 tipe, yaitu:
a. Hutan Produksi Tetap (HP)
Hutan Produksi adalah jenis hutan produksi yang pemanfaatannya
menggunakan system tebang pilih maupun tebang habis. Hutan produksi
biasanya memiliki beberapa ciri khusus yaitu, memiliki kelerengan dan curah
hujan yang kecil. Areal hutan yang ditetapkan sebagai HP harus memiliki skor
dibawah 125, dan areal tersebut tidak termasuk ke dalam kawasan lindung.
b. Hutan Produksi Terbatas (HPT)
Hutan Produksi terbatas merupakan jenis hutan yang pemanfaatannya
ditujukan untuk eksploitasi kayu namun dengan intensitas rendah. Sistem yang
digunakan adalah tebang pilih. Hutan jenis ini umumnya berada di wilayah
pegunungan yang memiliki lereng-lereng curam. Areal yang bisa ditetapkan
sebagai HPT setidaknya memiliki skor 125-174, diluar kawasan lindung
seperti hutan konservasi atau hutan lindung.
c. Hutan Produksi yang bisa dikonversi (HPK)
HPK yang bisa dikonversi adalah kawasan hutan yang dicadangkan untuk
digunakan dalam pembangunan diluar kehutanan. Ciri khusus dari Hutan
Produksi yang bisa dikonversi adalah memiliki skor kelerengan, erosi dan
curah hujan di bawah 124, dan yang kedua kawasan hutan yang dicadangkan
untuk permukiman, transmigrasi, perkebunan dan pertanian.
B. Peran Hutan Produksi
Dalam pengelolaan dan eksplorasi hutan produksi memberikan banyak bagi
masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Hutan produksi sendiri memiliki peran
sebagai penghasil kepentingan produksi seperti berbagai jenis kayu dan non kayu.
hutan jenis produksi juga meliputi pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa
lingkungan dan pengambilan hasil hutan, baik kayu serta non kayu.
C. Pengembangan Hutan Produksi
Pengembangan Hutan Produksi harus dilandasi dengan dasar untuk menjamin
kelestarian hutan. Pengembangan Hutan Produksi bermanfaat dalam meminimalkan
terjadinya kerusakan hutan yang berdampak dalam jangka panjang. Potensi kerusakan
hutan dapat diminimalkan karena dapat mendorong penerapan beberapa aspek
penting. Dengan begitu, hutan produksi yang dikelola tetap bisa memberikan manfaat
secara berkesinambungan. Pengembangan Hutan Produksi dapat dilakukan dengan
pertama, Penerapan sistem pengelolaan hutan produksi pada setiap unit manajemen
akan dapat melestarikan fungsi produksi ekonomi, ekologi dan sosial budaya
masyarakat sekitar hutan. Kedua, Perlu adanya upaya pemerintah mengenai peraturan
agar memiliki legitimasi masyarakat luas sehingga mengurangi Penggunaan kawasan
hutan secara illegal. Ketiga, penerapan sistem pengelolaan hutan produksi pada setiap
unit manajemen akan dapat melestarikan fungsi produksi ekonomi, ekologi dan sosial
budaya masyarakat sekitar hutan.
D. Kebijakan Tata Ruang
Peraturan Pemerintah (PP) No. 10/2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan
Fungsi Kawasan Hutan. Menurut PP tersebut perubahan fungsi hutan dari hutan
konservasi menjadi hutan produksi konversi. Selanjutnya juga terdapat UU No.
32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mana
membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan,
rencana, dan program (KRP).

Sumber: Jurnal Kajian Pengelolaan Hutan Produksi Desa Senanggalih Kecamatan Sambelia
Kabupaten Lombok Timur Tahun 2017, Lindunghutan.com

Anda mungkin juga menyukai