Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2020 ISSN 2087-9016, e-ISSN 2685-4694

IDEOLOGI DIBALIK DOKTRIN DWIFUNGSI ABRI

I Putu Nopa Suryawan, I Ketut Laba Sumarjiana


Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas
Mahasaraswati Denpasar
Email: putunopa@gmail.com
ABSTRAK
Orde Baru merupakan salah satu rezim dimana ABRI mempunyai peran ganda atau sering juga
disebut dengan Dwifungsi ABRI. Dwifungsi ABRI adalah doktrin di lingkungan militer Indonesia yang
menyebutkan bahwa ABRI memiliki dua tugas yaitu menjaga keamanan dan ketertiban Negara serta
memegang kekuasaan dan mengatur Negara. Dengan peran ganda ini, militer diizinkan untuk memegang
posisi strategis di dalam pemerintahan. Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini yaitu (1). Apa tugas
utama ABRI bagi Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (2). Mengapa ABRI berperan penting
pada masa Orde Baru. Penelitian ini dilandasi oleh berbagai konsep teori yaitu : Ideologi, Kekuasaan,
Dwifungsi ABRI, dan Orde Baru. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara. Metode
yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif dengan analisis data deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa Dwifungsi ABRI dijadikan sebagai alat kekuasaan oleh Presiden Soeharto untuk
melanggengkan kekuasannya karena kerakteristik militer yang tunduk terhadap atasan (Doktrinasi).
Dengan adanya Dwifungsi ABRI, kegiatan politik masyarakat khususnya yang tidak sejalan dengan apa
yang digariskan oleh pemerintah berada di bawah kekangan. Namun demikian, terjadi sebuah stabilitas
politik yang mampu menjadi pendorong bagi keberhasilan program-program yang dicanangkan oleh
pemerintah. Ideologi dibalik Dwifungsi ABRI adalah ideologi kekuasaan. Hal ini terbukti selama 32 tahun
Presiden Soeharto berhasil mempertahankan kekuasaannya.

Kata Kunci : Ideologi, Kekuasaan, Dwifungsi Abri, Orde Baru

ABSTRACT
Regime Orde Baru is one where the military has a dual role, or often called Dwifungsi ABRI. Dwifungsi
ABRI is a doctrine in military environments Indonesia which states that the Armed Forces have two tasks
is to maintain security and order in the State and hold the power and set the state. With this dual role, the
military was allowed to hold strategic positions in government. The problems that arise in this study are
(1). What are the main tasks for the People and the Armed Forces of the Republic of Indonesia (2). Why
does the Armed Forces play an important role in the Orde Baru. This study is based on the various
theoretical concepts, namely: ideology, power, Dwifungsi ABRI, and Orde Baru. Data collection
techniques by observation and interviews. The method used is a qualitative research method with
qualitative descriptive data analysis. The results of this study indicate that the dual function of ABRI used
as a tool of power by President Soeharto to perpetuate his power because the military kerakteristik subject
to superiors (doctrinal). With the dual function of the military, political activity, especially people who are
not in line with what is required by the government is under restraint. However, there was a political
stability which is able to be a driving force for the success of the programs launched by the government.
Ideology behind the dual function of ABRI is an ideology of power. This was evident during the 32 years of
Soeharto managed to maintain power.

Keywords : ideology, power, dwifungsi abri, orde baru

PENDAHULUAN perjuangan dan kebudayaan bangsa Indonesia.


Kelahiran konsep Dwifungsi ABRI Dari perjalanan sejarah Indonesia, maka sangat
tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan jelas kelihatan bahwa ABRI memiliki
bangsa, oleh karenanya memang sulit untuk komitmen yang begitu kuat pada bidang
mengerti Dwifungsi ABRI tanpa hankam dan non-hankam. Di dalam konstitusi
mengaitkannya dengan kerangka sejarah Negara kita, Undang – Undang Dasar 1945,

182
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2020 ISSN 2087-9016, e-ISSN 2685-4694
tidak ada satu ketentuan yang meletakkan mengatur Negara. Dengan peran ganda ini,
militer di luar bingkai-bingkai kegiatan sosial, militer diizinkan untuk memegang posisi
ekonomi, dan politik, sebagaimana tidak strategis di dalam pemerintahan.
adanya ketentuan di dalam UUD 1945 yang
mengharuskan militer untuk menangani METODE PENELITIAN
masalah non-hankam. Penelitian ini menggunakan metode
Konsep Dwifungsi ABRI dipahami kualitatif. Metode Penelitian Kualitatif adalah
sebagai jiwa, tekad, dan semangat pengabdian metode penelitian yang digunakan untuk
ABRI, untuk bersama-sama dengan kekuatan meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
perjuangan lainnya, memikul tugas dan dimana peneliti adalah sebagai instrument
tanggung jawab perjuangan bangsa Indonesia, kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
baik di bidang hankam Negara maupun di secara tringulasi (gabungan), analisis data
bidang kesejahteraan bangsa, dalam rangka bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil
menciptakan tujuan nasional berdasarkan penelitian kualitatif lebih menekankan makna
Pancasila dan UUD 1945. Dari pengertian daripada generalisasi (Sugiyono,2014:9).
tersebut, ABRI merasa harus senantiasa Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
memiliki jiwa, mempunyai tekad, dan ini adalah pendekatan kualitatif yaitu prosedur
semangat pengabdian di dalam dua bidang penelitian yang menghasilkan data-data
yaitu hankam dan non-hankam. Kekhawatiran deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
beberapa pihak bahwa Dwifungsi ABRI akan dari orang-orang dan pribadi yang diamati.
mengarah kepada pemerintahan yang otoriter Selain pendekatan kualitatif,dalam
sebenarnya tidak perlu ada, karena ABRI rancangan penelitian ini penulis juga
sebagai kekuatan sosial politik telah menggunakan pendekatan seperti :
merupakan bagian dari sistem demokrasi 1. Pendekatan Sosiologis yaitu peristiwa
Pancasila yang mekanismenya telah diatur sejarah tidak bisa dipisahkan dengan
oleh peraturan perundang-undangan yang ada. sifat interaksi antar individu maupun
Keberadaan ABRI sebagai kekuatan sosial kelompok. Karena bentuk – bentuk
politik dalam sistem demokrasi Pancasila dan interaksi inilah yang melahirkan
adanya kewajiban untuk berbagai konfigurasi sistem sosial yang
menumbuhkembangkan demokrasi Pancasila biasanya terlibat dalam peristiwa
pada satu sisi yang dihadap-hadapkan dengan sejarah. Teori – teori sosial serta
adanya tuntutan masyarakat akan kehidupan metodelogi terkait akan sangat
demokrasi yang semakin meningkat, pada sisi membantu sejarawan menjelaskan
lain mengharuskan ABRI untuk secara terus hubungan – hubungan kausal dalam
menerus mengadakan penyesuaian- konteks – konteks tertentu dari peristiwa
penyesuaian, selama tuntutan tersebut dalam sejarah.
rangka memperkuat sistem kenegaraan 2. Pendekatan Antropologi sangat
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang membantu sejarawan mengusut
Dasar 1945. hubungan kausal kontekstual peristiwa
Dwifungsi ABRI adalah doktrin di sejarah yang merefleksikan sistem nilai
lingkungan militer Indonesia yang budaya suatu masyarakat.
menyebutkan bahwa ABRI memiliki dua tugas 3. Pendekatan Politik yaitu peristiwa
yaitu menjaga keamanan dan ketertiban sejarah sangat erat hubungannya dengan
Negara serta memegang kekuasaan dan dimensi pola hubungan kekuasaan

183
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2020 ISSN 2087-9016, e-ISSN 2685-4694
bahkan sangat didominasi oleh Instrumen sangat menentukan baik
fenomena politik, karena gambaran tidaknya hasil dari suatu penelitian. Instrumen
sejarah umumnya berpusat pada tokoh – dalam penelitian adalah alat ukur, yaitu dengan
tokoh elite kekuasaan (Pageh,2010:62). instrumen penelitian ini dapat dikumpulkan
Penelitian ini merupakan studi data sebagai alat untuk menyatakan besaran
kepustakaan. Studi kepustakaan adalah suatu atau persentase serta lebih kurangnya dalam
kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari bentuk kuantitatif dan kualitatif. Sehingga
suatu penelitian untuk memperoleh data dengan menggunakan instrumen yang dipakai
berdasarkan buku sumber, jurnal, artikel- sangat berguna sebagai alat baik untuk
artikel, laporan penelitian yang ada di mengumpulkan data maupun pengukuran data.
perpustakaan. Hampir semua penelitian Penulis melakukan observasi atau
memerlukan studi kepustakaan, walaupun mengumpulkan data dengan menggunakan
orang sering membedakan antara riset bollpoin, buku tulis, buku sejarah nasional
kepustakaan dengan riset lapangan, keduanya Inonesia yang relevan, artikel – artikel yang
tetap memerlukan penelusuran pustaka. ada hubungannya dengan penelitian serta
Perbedaan utamanya hanyalah terletak pada naskah laporan penelitian dari peneliti
fungsi, tujuan, dan kedudukan studi pustaka sebelumnya.
dalam masing-masing riset tersebut.
Metode pengumpulan data
Subjek Penelitian Metode yang di gunakan yaitu metode
1. Penelitian ini dilakukan terhadap sejarah kualitatif dengan data kualitatif yang berupa
Indonesia terutama pada masa Orde Baru. pendapat pernyataan atau judgement sehingga
2. Fokus penelitian ini adalah Ideologi dibalik tidak berupa angka akan tetapi berupa kata-
Doktrin Dwifungsi ABRI karena pada masa kata atau kalimat. Data kualitatif di peroleh
Orde Baru ABRI selain sebagai kekuatan dari berbagai teknik pengumpulan data
pertahanan dan keamanan, juga sebagai misalnya wawancara, analisis data, diskusi
kekuatan sosial politik yang merupakan alat atau observasi lapangan yang telah dituangkan
perjuangan rakyat. dalam bentuk transkrip (Siregar,2014:16).
Observasi
Objek Penelitian Observasi merupakan suatu teknik atau
Sebagai objek dalam penelitian ini cara mengumpulkan data dengan jalan
adalah perpustakaan. Oleh karena itu penulis mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
melakukan penelitian di berbagai perpustakaan yang sedang berlangsung (Syaodih,2006:220).
yang ada di Provinsi Bali seperti Perpustakaan Pengamatan yang dimaksud disini adalah
Daerah Bali di Jl. Teuku Umar, dan melihat secara langsung sumber-sumber
Perpustakaan Universitas Mahasaraswati sejarah yang ada kaitannya dengan
Denpasar di Jl. Soka Denpasar. Pada penelitian permasalahan penelitian ini seperti buku-buku
ini penulis juga melakukan pengambilan data sejarah Indonesia, artikel-artikel tentang
melalui studi lapangan dengan melakukan Dwifungsi ABRI, Jurnal-jurnal yang ada
wawancara dengan informan yang berkaitan kaitannya dengan Dwifungsi ABRI serta buku-
dengan Dwifungsi ABRI. buku penunjang penelitian yang ada di
perpustakaan. Dengan observasi peneliti akan
Instrumen Penelitian mendapatkan data yang sesuai, oleh karena itu
teknik ini dirasakan sangat membantu dalam

184
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2020 ISSN 2087-9016, e-ISSN 2685-4694
penyesuaian sekaligus penyempurnaan ini ialah mengatur, mengurutkan,
instrumen penelitian terutama menyangkut mengelompokkan, memberikan kode, dan
konsep abstrak di lapangan. mengkategorikannya. Pengorganisasian dan
pengelolaan data tersebut bertujuan
Wawancara menemukan tema dan hipotesis kerja yang
Dalam penelitian ini juga mengunakan akhirnya diangkat menjadi teori substantive
metode wawancara untuk mendapatkan (Moleong,2002:103).
informasi secara langsung dengan Setelah memperoleh data melalui metode
mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan wawancara dan observasi , peneliti melalui
kepada masyarakat yang mengetahui peristiwa mulai menggorganisasikan data-data tersebut
yang terjadi. Dalam penelitian ini melakukan dengan mendengarkan hasil rekaman
wawancara secara mendalam terhadap wawancara secara berulang-ulang. Dengan
informan yang telah di tentukan sebelumnya demikian data-data yang diperoleh dapat
untuk menjawab pertanyaan–pertanyaan yang disesuaikan dengan teori dan permasalahan
telah di berikan untuk memperkuat hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya. Sesuai
penelitian, posisi sebagai informan dalam dengan tahapan penelitian ini, maka
wawancara dalam bentuk orang tunggal yang pengolahan datanya dapat berupa pengolahan
sangat mengetahui cerita dari kesejarahan atau tahap deskritif. Teknik analisa data dalam
peristiwa yang akan di teliti oleh peneliti. penelitian kualitatif menggunakan statistik
Dalam penelitian ini maka Informan yang akan deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik
diwawancarai adalah mantan-mantan ABRI yang digunakan untuk menganalisis data
dan Sejarawan agar sesuai dengan masalah dengan cara mendeskripsikan atau
yang diteliti yaitu tentang Ideologi dibalik menggambarkan data yang telah terkumpul
Doktrin Dwifungsi ABRI. Teknik wawancara sebagaimana adanya (Sugiyono,2014:147).
menggunakan kuesioner sebagai alat untuk
memandu proses wawancara. Pertanyaan yang
akan di sampaikan harus sesuai dengan hal HASIL DAN PEMBAHASAN
Tugas Utama ABRI bagi Bangsa dan
atau peristiwa yang akan di teliti agar jawaban
dari sumber bisa di jamin kebenarannya. Negara Kesatuan Republik Indonesia
ABRI merupakan Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia yang membawahi empat
Analisis Data
Analisa data adalah proses mengatur institusi yaitu Angkatan Darat, Angkatan Laut,
Angkatan Udara, dan Kepolisian. Setelah
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam
suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. reformasi pada tahun 1998, MPR telah
Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu menetapkan pemisahan tugas antara Tentara
memberikan arti yang signifikan terhadap dengan Polisi. Ketiga angkatan (Angkatan
Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara)
analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari
hubungan di antara dimensi – dimensi uraian. berubah nama menjadi Tentara Nasional
Indonesia. Tugas pokok TNI adalah
Analisis data bermaksud pertama-tama
mengorganisasikan data. Data yang terkumpul menegakkan kedaulatan Negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara
banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan
dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
berupa laporan, biografi, artikel dan
sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal Dasar 1945, serta melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia dari

185
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2020 ISSN 2087-9016, e-ISSN 2685-4694
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan 3. mengumpulkan permasalahan untuk
bangsa dan Negara. dicari pemecahannya.
ABRI memilih desa sebagai sasaran
Tugas ABRI pada masa Orde Baru utama pembangunan. Hal tersebut karena desa
Dwifungsi ABRI adalah suatu doktrin beserta masyarakatnya merupakan penunjang
di lingkungan Militer Indonesia yang di dalam usaha bela Negara. Pelaksanaan
menyebutkan bahwa TNI memiliki dua tugas, program AMD mendapat tanggapan positif
yaitu: pertama, menjaga keamanan dan dari masyarakat. Titik berat sasaran adalah
ketertiban Negara; dan kedua, memegang program air bersih, listrik masuk membuka
kekuasaan dan mengatur Negara. Dengan akses desa, penanggulangan bencana alam,
peran ganda ini, militer diizinkan untuk musim kemarau panjang, dan mengatasi
memegang posisi strategis di dalam wabah-wabah penyakit menular. AMD juga
pemerintahan. Pernyataan di atas berdasarkan melaksanakan kegiatan-kegiatan non-fisik
beberapa pidato Soeharto, yang mengatakan seperti pemberian ceramah tentang kesadaran
bahwa sejalan dengan pelaksanaan tugasnya bernegara dan kesadaran membela Negara.
sebagai alat pertahanan dan keamanan, maka Selain kegiatan fisik / membantu
ABRI harus dapat dengan tepat melaksanakan pembangunan rumah sakit, pembuatan jalan-
peranannya sebagai kekuatan sosial politik. jalan. Kegiatan non-fisik tersebut merupakan
Sedangkan dalam terbentuknya ABRI sebagai bagian dari upaya membangkitkan kembali
kekuatan sosial, memiliki dua buah fungsi semangat dan cinta tanah air khususnya
yaitu fungsi stabilisator dan fungsi dikalangan generasi muda. Dampak positif
dinamisator. lainnya adalah membantu berkembangnya
1. ABRI sebagai Dinamisator peranan lembaga-lembaga kemasyarakatan di
Kemampuan ABRI untuk berkomunikasi pedesaan seperti LKMD, PKK, Karang
dengan rakyat, untuk merasakan dinamika Taruna, pramuka dan lain-lain.
masyarakat , dan untuk memahami serta Menurut informan Bapak I Wayan
mersasakan aspirasi serta kebutuhan- Kacong selaku Sejarawan menuturkan bahwa
kebutuhan rakyat, memungkinkan ABRI untuk pelaksanaan Dwifungsi ABRI pada masa itu
secara nyata membimbing, menggugah dan adalah sebagai berikut.
mendorong masyarakat untuk lebih giat ABRI masuk desa merupakan tugas
melakukan partisipasi dalam pembangunan. sosial ABRI. ABRI memperbaiki pura,
Dalam hal ini dapat di contohkan dalam memperbaiki jalan, kerja bakti, menangani
manunggal desa yang lebih di kenal dengan masalah-masalah sosial masyarakat, dan
ABRI masuk desa. ABRI masuk desa ini mengatasi gejolak-gejolak yang ada di
membantu segala hal yang yang berkaitan masyarakat (Wawancara,15 Mei 2016).
dengan pembangunan desa dalam rangka Berdasarkan hasil wawancara tersebut
mengabdi kepada masyarakat. Kemampuan dapat diketahui bahwa ABRI Masuk Desa
tersebut dapat mengarah kepada dua jurusan. (AMD) sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Program AMD mempunyai 3 tujuan pokok AMD banyak membantu masyarakat mulai
yaitu : dari membuka kampung-kampung baru,
1. menguji sistem keamanan pertahanan penanggulangan bencana alam, membantu
rakyat semseta di lapangan. menyelesaikan konflik yang terjadi di
2. membantu rakyat dalam semua aspek masyarakat, sampai memberikan ceramah
kehidupan. tentang kesadaran bernegara dan kesadaran

186
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2020 ISSN 2087-9016, e-ISSN 2685-4694
membela Negara sehingga AMD banyak karenanya mengalami perubahan sosial yang
mendapat tanggapan positif dari masyarakat. sangat cepat.
Berikut adalah contoh gambar ABRI Masuk 3. Kekaryaan ABRI
Desa. Kekaryaan ABRI adalah bagian dari
pelaksanaan Dwifungsi ABRI yaitu ABRI
menugaskaryakan anggota-anggotanya di
bidang-bidang sosial politik, ekonomi, sosial
budaya, kerohanian dan keagamaan. Sebagai
kekuatan sosial politik, ABRI adalah salah satu
golongan karya dan berkewajiban ikut aktif
dalam segala usaha kegiatan masyarakat dan
Negara di luar bidang pertahanan dan
keamanan untuk mencapai tujuan nasional.
ABRI lahir dari rakyat, berjuang bersama
rakyat, dan bukan merupakan tentara
professional model barat, sehingga ABRI tidak
2. ABRI sebagai Stabilisator membatasi diri pada pelaksanaan tugas
Kemampuan ABRI untuk berkomunikasi pertahanan dan keamanan saja. Secara yuridis
dengan rakyat, untuk merasakan dinamika formal, fungsi sosial politik ABRI tercantum
masyarakat dan untuk memahami aspirasi- dalam UUD 1945.
aspirasi yang hidup dalam masyarakat, Fungsi sosial politik ABRI, makin
membuat ABRI menjadi salah satu jalur melembaga dalam tata kehidupan masyarakat
penting dalam rangka pengawasan sosial. berdasarkan Ketetapan MPRS tanggal 05 Juli
Kesadaran nasional yang tinggi yang dimiliki 1966, yakni TAP No. XXIV/MPRS/1966, dan
oleh setiap prajurit ABRI merupakan suatu Undang-Undang No.20 Tahun 1982.
penangkal yang efektif terhadap pengaruh Pelaksanaan fungsi Sosial politik ABRI
sosial yang bersifat negatif dari budaya serta berdasarkan kepada Pancasila (landasan idiil),
nilai-nilai asing yang masuk membanjiri UUD 1945 (landasan konstitusional), dan
masyarakat Indonesia. Sifat ABRI yang Catur Dharma Eka Karma (landasan doktrin).
realistis dan pragmatis dapat mendorong Tujuan fungsi sospol ABRI adalah identik
masyarakat agar dalam menanggulangi dengan aspirasi ABRI yakni menuju :
masalah-masalah berlandaskan tata pilar yang 1. Terwujudnya cita-cita bangsa Indonesia
nyata dan berpijak pada kenyataan situasi serta seperti yang dimaksudkan dalam UUD
kondisi yang dihadapi, dengan mengutamakan 1945.
nilai kemanfaatan bagi kepentingan nasional. 2. Tercapainya masyarakat yang adil dan
Kemudian rakyat akan dapat secara tepat makmur merata baik spiritual dan
waktu menentukan prioritas-prioritas material berdasarkan Pancasila dan
permasalahan dan sasaran-sasaran yang UUD 1945 dalam wadah Negara RI.
diutamakan. Dengan demikian akan dapat 3. Tercapainya dan terpeliharanya
dinetralisasi atau dikurangi ketegangan, ketahanan nasional di segala bidang dan
gejolak-gejolak dan keresahan-keresahan yang aspek kehidupan Negara serta rakyat
pasti akan melanda masyarakat yang sedang Indonesia.
giat-giatnya melaksanakan pembangunan dan

187
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2020 ISSN 2087-9016, e-ISSN 2685-4694
Sedangkan tugas pokok peran sosial ABRI sebagai kekuatan sosial politik
politik ABRI dalam rangka mencapai harus dapat melaksanakan pengamanan
tujuannya adalah : politisi, psikologis, bagi kebijaksanaan
1. Ikut serta secara aktif mengamankan dan pemerintah. ABRI di Majelis
melaksanakan pembangunan nasional. Permusyawaratan Rakyat (MPR) berperan
2. Meningkatkan kemampuan ABRI mengamankan Pancasila dan UUD 1945 agar
sebagai kekuatan sosial politik untuk jangan sampai kedua landasan tersebut diubah.
melaksanakan kegiatan kekaryaan dan Sedangkan di DPR, ABRI berperan sebagai
menyerasikannya dengan kekuatan- stabilisator dan dinamisator. Bentuk partisipasi
kekuatan sosial politik lainnya. ABRI sebagai kekuatan sosial politik juga
3. Melaksanaan kekaryaan ABRI dengan terlihat dengan duduknya anggota-anggota
menggunakan daya dan dana yang ABRI dalam badan-badan penyelenggaraan
tersedia. pemilu mulai dari tingkat pusat sampai dengan
4. Menyelenggarakan operasi-operasi tingkat daerah yaitu dalam Lembaga Pemilihan
sosial politik.. Umum (LPU), Panitia Pemilihan Indonesia
ABRI sebagai kekuatan sosial politik, (PPI), Panitia Pemilihan Daerah Tingkat I
bersama-sama kekuatan sosial politik lainnya, (PPD I), Panitia Pemilihan Daerah Tingkat II
memikul tugas dan tanggung jawab perjuangan (PPD II), Panitia Pemungutan Suara (PPS),
bangsa dalam mengisi kemerdekaan dan dan Panitia Pengawas Pelaksana (Panwaslak)
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. mulai dari tingkat pusat sampai tingkat
Perwujudannya dengan cara ikut serta kecamatan. Partisipasi lainnya adalah
melaksanakan kegiatan pembangunan di pemberian penerangan mengenai segala
segala bidang baik bidang sosial politik, sesuatu tentang pemilu berupa penyuluhan
bidang ekonomi, maupun bidang kepada masyarakat umumnya dan khususnya
kerohanian/keagamaan. keluarga besar ABRI, dalam rangka
Politik kekaryaan ABRI adalah identik pelaksanaan pendidikan politik rakyat.
dengan politik pemerintah. Sedangkan strategi Menurut informan Bapak I Made Sutarta
kekaryaan ABRI selalu disesuaikan dengan selaku mantan ABRI menuturkan tentang
strategi yang ditentukan oleh pemerintah. Di kekaryaan ABRI adalah sebagai berikut.
dalam melaksanakan kekaryaan tersebut, Kekaryaan ABRI ditugaskan di legislatif,
ABRI adalah aparat pelaksana kebijakan Eksekutif, Yudikatif. ABRI sebagai kekuatan
pemerintah yang dituangkan di dalam Hankam dan sebagai kekuatan sosial politik
program-program pembangunan ( Program tidak dapat dipisahkan. Kalau ABRI sebagai
Pelita). ABRI menjalankan politik yang telah kekuatan Hankam merupakan alat Negara
digariskan oleh pemerintah. Sedangkan yang dikendalikan oleh pemerintah, maka
pelaksanaan kekaryaan ABRI dalam bidang peran ABRI di bidang stabilitas nasional cukup
legislative dan eksekutif bertujuan menjamin dominan sehingga muncul fraksi-fraksi ABRI.
terlaksananya program pemerintah Fraksi ABRI melindungi kepentingan rakyat
berdasarkan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan menyalurkan aspirasi dan tuntutan rakyat.
(GBHN). Di samping mengadakan Setiap anggota fraksi ABRI diberi penugasan
pengamanan fisik yaitu mencegah segala wilayah. ABRI di pemerintahan tetap
kemungkinan dan menindak segala gangguan mendapat gaji ABRI di tambah uang saku.
keamanan dan ketertiban yang timbul. Selain duduk di pemerintahan, ABRI juga ikut

188
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2020 ISSN 2087-9016, e-ISSN 2685-4694
sebagai pengamanan pemilu (Wawancara,14 birokrat sipil mulai dari Kepala Dinas, Kepala
Mei 2016). Kantor Departemen, Inspektur Jenderal,
Dengan demikian, berdasarkan pendapat Direktur Jenderal, sampai Sekretaris Jenderal.
informan dapat dijelaskan bahwa ABRI juga Dwifungsi ABRI juga dijadikan sebagai alat
ikut duduk di dalam pemerintahan. ABRI di kekuasaan oleh Presiden Soeharto, yang
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mengakibatkan rakyat kurang simpati kepada
berperan mengamankan Pancasila dan ABRI. Orde Baru bertekad melaksanakan
Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan di program pembangunan yang kesuksesannya
DPR (Dewan Permusyawaratan Rakyat) ABRI menuntut adanya stabilitas keamanan. Atas
berperan sebagai stabilisator dan dinamisator. nama keamanan, Orde Baru kemudian
ABRI mempunyai jatah 20 % dan tidak dapat memberikan tanggung jawab ini kepada ABRI.
diganggu gugat. ABRI kemudian mulai terlihat semena-mena,
padahal tujuan utamanya untuk menjaga
Ideologi Dibalik Doktrin Dwifungsi ABRI keamanan dan pertahanan Negara. Namun
pada masa Orde Baru yang dirasakan masyarakat justru tindak
Dwifungsi ABRI adalah suatu doktrin kekerasan terhadap segala bentuk protes atau
di lingkungan militer Indonesia yang demonstrasi yang dilakukan berbagai
menyebutkan bahwa militer mempunyai dua kalangan, selain itu ABRI juga sering
tugas, yaitu pertama menjaga keamanan dan menyelesaikan berbagai konflik dengan
ketertiban Negara, yang kedua memegang kekerasan. Ideologi dibalik Doktrin Dwifungsi
kekuasaan dan mengatur Negara. Dengan ABRI adalah Ideologi kekuasaan karena ABRI
peran ganda ini militer diizinkan untuk jadi terlihat sebagai rekan penguasa dibanding
memegang posisi di dalam pemerintahan. institusi militer yang bertujuan untuk menjaga
Perwira ABRI harus diberi kesempatan keamanan dan pertahanan Negara dan juga
melakukan partisipasinya di dalam terjebak menjadi alat kekuasaan yang
pemerintahan atas dasar individu, artinya tidak senantiasa melakukan pembenaran atas setiap
ditentukan oleh institusi ABRI. Secara kebijakan pemerintah karena sudah di atur
konseptual Dwifungsi ABRI hakekat dalam Pasal 10 Undang-Undang Dasar 1945
sebenarnya merupakan suatu pemikiran yang yang berbunyi “Presiden memegang
wajar yaitu ABRI melakukan pengabdian kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat,
kepada bangsa dan Negara secara total, baik di Angkatan Laut, dan Angkatan Udara” jadi
bidang pertahanan dan keamanan (Hankam) pada masa itu ABRI harus tunduk kepada
maupun bidang non-Hankam. Namun, dalam Presiden Soeharto dan harus menjalankan
prakteknya di lapangan terjadi penyimpangan segala perintah dari Presiden.
terhadap konsepsi semula. Melalui konsep
kekaryaan, peran militer yang mencolok
SIMPULAN
dibuktikan dengan banyaknya perwira militer
yang menduduki jabatan-jabatan politik dan Berdasarkan hasil penyajian dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
pemerintahan.
Perwira-perwira militer, mulai dari berikut.
1. Tugas utama ABRI adalah
menjadi Kepala Desa/Lurah, Camat,
Bupati/Walikota, Gubernur, sampai menjadi menegakkan kedaulatan Negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara
menteri. Selain itu, militer menduduki jabatan-
jabatan lain yang seharusnya diduduki oleh Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

189
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2020 ISSN 2087-9016, e-ISSN 2685-4694
Dasar 1945, serta melindungi segenap bangsa DAFTAR PUSTAKA :
dan seluruh tumpah darah Indonesia dari Balai Pustaka. (1984). Sejarah Nasional
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan Indonesia (p. 32). PN Balai Pustaka.
Abdurahman. D. (2007). Metodelogi
bangsa dan Negara.
Penelitian Sejarah. Ar-Ruzz Media.
2. Pada masa Orde Baru, ABRI https://doi.org/10.31227/osf.io/fv8gb
mempunyai peran ganda yang sering di sebut Djohan, A. J. 2015. Lima Pilar Kepemimpinan.
dengan Dwifungsi ABRI. Dwifungsi ABRI Malang : Media Nusa Creative
adalah suatu doktrin di lingkungan militer Pageh, I. M.2010.Metodelogi Sejarah Dalam
yang menempatkan ABRI baik sebagai Perspektif,Pendidikan.Singaraja:Fakult
kekuatan Hankam juga sebagai kekuatan sosial as Ilmu Sosial Universitas Pendidikan
Ganesha.
politik. Salah satu bentuk perwujudan fungsi
Siregar,S.2014. Metode Penelitian Kuantitatif
ABRI sebagai kekuatan sosial politik adalah Jakarta:Kencana.
penugasan prajurit ABRI dalam lembaga, Soebijono.1992. Dwifungsi ABRI
instansi, badan atau organisasi di luar jajaran perkembangan dan peranannya dalam
ABRI. Selain itu, militer mengisi kursi di kehidupan politik di
lembaga legislatif baik di MPR, DPR maupun Indonesia.Yogyakarta:Gadjah Mada
DPRD yang diperoleh berdasarkan penjatahan University Press.
Sugiyono.2014. Metode Penelitian Kuantitatif
bukan melalui pemilihan umum. Hal ini
Kualitatif Dan R&D.Bandung:Alfabeta.
menyebabkan hubungan sipil dan militer Sukarna.1981. Ideologi Suatu Studi
sudah bergeser dari pola kesetaraan atau Politik.Bandung:Alumni
kesejajaran antara sipil dan militer cenderung
menjadi pola dominasi militer atas sipil. Peran
militer yang dominan tentu saja menimbulkan
dampak yang negatif . Penempatan ABRI
diluar instansi ABRI pada dasarnya tetap
membawa masalah bagi hubungan antara sipil
dan militer, terutama karena perbedaan
karakter. Dalam pilar struktur politik pada
masa Orde Baru dapat dikatakan bahwa
hubungan Golkar dan ABRI tidak dapat
terpisahkan. ABRI dan Golkar dapat
diibaratkan sebagai mesin pelanggeng
kekuasaan Presiden Soeharto. Dengan
keberpihakan militer kepada Golkar, maka
usaha dan strategi militer untuk memenangkan
Golkar dalam setiap Pemilihan Umum menjadi
lebih di utamakan daripada urusan pertahanan
dan keamanan. Adanya anggota ABRI yang
diangkat tanpa harus bersusah payah untuk
aktif dan terlibat dalam kerja partai politik
secara langsung memupuk kesuksesan Golkar
untuk terus mengangkat dan mempertahankan
Soeharto sebagai Presiden.

190

Anda mungkin juga menyukai