Anda di halaman 1dari 69

SANDINGAN

UU NO 13 TAHUN 2003
TENTANG KETENAGAKERJAAN

UU NO 11 TAHUN 2020
TENTANG CIPTA KERJA

DENGAN

PERPPU NO 2 TAHUN 2022


TETANG CIPTA KERJA

Dipersiapkan oleh: LBH FSPMI

1
UU NO 13 TAHUN 2003
UU NO 11 TAHUN 2020 PERPPU NO 2 TAHUN 2022
TENTANG KETERANGAN
TENTANG CIPTA KERJA TENTANG CIPTA KERJA
KETENANAGAKERJAAN
BAB IV BAB IV
KETENAGAKERJAAN KETENAGAKERJAAN
Bagian Kesatu Bagian Kesatu
Umum Umum
Pasal 80 Pasal 80
Dalam rangka penguatan perlindungan Dalam rangka penguatan perlindungan
kepada tenaga kerja dan meningkatkan kepada tenaga kerja dan meningkatkan
peran dan kesejahteraan pekerja/buruh peran dan kesejahteraan pekerja/buruh
dalam mendukung ekosistem investasi, dalam mendukung ekosistem investasi,
Undang-Undang ini mengubah, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
menghapus, atau menetapkan pengaturan Undang ini mengubah, menghapus, atau
baru beberapa ketentuan yang diatur dalam: menetapkan pengaturan baru beberapa
ketentuan yang diatur dalam:
a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun
(Lembaran Negara Republik 2003 tentang Ketenagakerjaan
Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tambahan Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan
Republik Indonesia 4279); Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 42791;
b. Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial b. Undang-Undang Nomor 4O Tahun
Nasional (Lembaran Negara Republik 20O4 tentang Sistem Jaminan Sosial
Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Nasional (Lembaran Negara Republik
Tambahan Lembaran Negara Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 150,
Republik Indonesia 4456); Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4456);
c. Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011 tentang Badan Penyelenggara c. Undang-Undang Nomor 24 Tahun
Jaminan Sosial (Lembaran Negara 2011 tentang Badan Penyelenggara
Republik Indonesia Tahun 2011 Jaminan Sosial (Lembaran Negara
Nomor 116, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 116, Tambahan Lembaran
2
Negara Republik Indonesia 5256); dan Negara Republik Indonesia Nomor
5256); dan
d. d. Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2017 tentang Pelindungan Pekerja d. Undang-Undang Nomor 18 Tahun
Migran Indonesia (Lembaran Negara 2Ol7 tentang Pelindungan Pekerja
Republik Indonesia Tahun 2017 Migran Indonesia (lrmbaran Negara
Nomor 242, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Tahun 2O17
Negara Republik Indonesia 6141). Nomor 242, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
6t4tl.
Bagian Kedua Bagian Kedua
Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan
Pasal 81 Pasal 81 Tidak ada Perubahan
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Beberapa ketentuan dalam Undang-
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Ketenagakerjaan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
Tambahan Lembaran Negara Republik 39, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia 4279) diubah sebagai berikut: Indonesia Nomor 4279) diubah sebagai
berikut:
Pasal 13 1. Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga 1. Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Pelatihan kerja
diselenggarakan oleh lembaga Pasal 13 Pasal 13
pelatihan kerja pemerintah
(1) Pelatihan kerja diselenggarakan oleh: (1) Pelatihan Kerja diselenggarakan oleh:
dan/atau lembaga pelatihan
kerja swasta. a. lembaga pelatihan kerja a. lembaga Pelatihan Kerja
pemerintah; pemerintah;
(2) Pelatihan kerja dapat
diselenggarakan di tempat b. lembaga pelatihan kerja swasta; b. lembaga Pelatihan Kerja swasta;
pelatihan atau tempat kerja. atau atau
(3) Lembaga pelatihan kerja c. lembaga pelatihan kerja c. lembaga Pelatihan Kerja
pemerintah sebagaimana perusahaan. Perusahaan.
dimaksud dalam ayat (1)
(2) Pelatihan kerja dapat diselenggarakan (2) Pelatihan Kerja dapat diselenggarakan
dalam menyelenggarakan
di tempat pelatihan atau tempat kerja. di tempat pelatihan atau tempat kerja.
pelatihan kerja dapat bekerja
sama dengan swasta. (3) Lembaga pelatihan kerja pemerintah (3) Lembaga Pelatihan Kerja pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
3
a sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dalam menyelenggarakan
huruf a dalam menyelenggarakan Pelatihan Kerja dapat bekerja sama
pelatihan kerja dapat bekerja sama dengan swasta.
dengan swasta.
(4) Lembaga Pelatihan Kerja pemerintah
(4) Lembaga pelatihan kerja pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan Lembaga Pelatihan Kerja
huruf a dan lembaga pelatihan kerja Perusahaan sebagaimana dimaksud
perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c mendaftarkan
pada ayat (1) huruf c mendaftarkan kegiatannya kepada instansi yang
kegiatannya kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang
bertanggung jawab di bidang Ketenagakerjaan di kabupaten/kota.
ketenagakerjaan di kabupaten/kota.
Pasal 14 2. Ketentuan Pasal 14 diubah sehingga 2. Ketentuan Pasal 14 diubah sehingga Tidak ada Perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Lembaga pelatihan kerja
swasta dapat berbentuk badan Pasal 14 Pasal 14
hukum Indonesia atau
(1) Lembaga pelatihan kerja swasta (1) Lembaga Pelatihan Kerja swasta
perorangan.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sebagaimana dimaksud dalam Pasal
(2) Lembaga pelatihan kerja ayat (1) huruf b wajib memenuhi 13 ayat (l) huruf b wajib memenuhi
swasta sebagaimana Perizinan Berusaha yang diterbitkan Peizinan, Berusaha yang diterbitkan
dimaksud dalam ayat (1) oleh Pemerintah Daerah oleh Pemerintah Daerah kabupaten/
wajib memperoleh izin atau kabupaten/kota. kota.
mendaftar ke instansi yang
(2) Bagi lembaga pelatihan kerja swasta (2) Bagi lembaga Pelatihan Kerja swasta
bertanggung jawab di bidang
yang terdapat penyertaan modal asing, yang terdapat penyertaan modal asing,
ketenagakerjaan di
Perizinan Berusaha sebagaimana Perizinan Berusaha sebagaimana
kabupaten/kota.
dimaksud pada ayat (1) diterbitkan dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
(3) Lembaga pelatihan kerja yang oleh Pemerintah Pusat. oleh Pemerintah Pusat.
diselenggarakan oleh instansi
(3) Perizinan Berusaha sebagaimana (3) Perizinan Berusaha sebagaimana
pemerintah mendaftarkan
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dimalsud pada ayat (1) dan ayat (2)
kegiatannya kepada instansi
harus memenuhi norma, standar, harus memenuhi norna, standar,
yang bertanggung jawab di
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan prosedur, dan kriteria yang ditetapkan
bidang ketenagakerjaan di
oleh Pemerintah Pusat. oleh Pemerintah Pusat.
kabupaten/kota.
(4) Ketentuan mengenai tata cara
perizinan dan pendaftaran
lembaga pelatihan kerja
sebagaimana dimaksud dalam
4
ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan Keputusan Menteri.
Pasal 37 3. Ketentuan Pasal 37 diubah sehingga 3. Ketentuan Pasal 37 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Pelaksana penempatan tenaga
kerja sebagaimana dimaksud Pasal 37 Pasal 37
dalam Pasal 35 ayat (1) terdiri
(1) Pelaksana penempatan tenaga kerja (1) Pelaksana penempatan Tenaga Kerja
dari :
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 sebagaimana dimaksud dalam Pasal
a. instansi pemerintah yang ayat (1) terdiri atas: 35 ayat (1) terdiri atas:
bertanggung jawab di
a. instansi pemerintah yang a. instansi pemerintah yang
bidang ketenagakerjaan;
bertanggung jawab di bidang bertanggung jawab di bidang
dan
ketenagakerjaan; dan Ketenagakerjaan; dan
b. lembaga swasta berbadan
b. lembaga penempatan tenaga kerja b. lembaga penempatan Tenaga
hukum.
swasta. Kerja swasta.
(2) Lembaga penempatan tenaga
(2) Lembaga penempatan tenaga kerja (2) Lembaga penempatan Tenaga Kerja
kerja swasta sebagaimana
swasta sebagaimana dimaksud pada swasta sebagaimana dimaksud pada
dimaksud dalam ayat (1)
ayat (1) huruf b dalam melaksanakan ayat (1) huruf b dalam melaksanakan
huruf b dalam melaksanakan
pelayanan penempatan tenaga kerja Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja
pelayanan penempatan tenaga
wajib memenuhi Perizinan Berusaha wajib memenuhi Pertzinan Berusaha
kerja wajib memiliki izin
yang diterbitkan oleh Pemerintah yang diterbitkan oleh Pemerintah
tertulis dari Menteri atau
Pusat. Pusat.
pejabat yang ditunjuk.
(3) Perizinan Berusaha sebagaimana (3) Perizinan Berusaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus dimaksud pada ayat (2) harus
memenuhi norma, standar, prosedur, memenuhi norma, standar, prosedur,
dan kriteria yang ditetapkan oleh dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat. Pemerintah Pusat.
Pasal 42 4. Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga 4. Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Setiap pemberi kerja yang
mempekerjakan tenaga kerja Pasal 42 Pasal 42
asing wajib memiliki izin
(1) Setiap pemberi kerja yang (1) Setiap Pemberi Kerja yang
tertulis dari Menteri atau
mempekerjakan tenaga kerja asing mempekerjakan Tenaga Kerja Asing
pejabat yang ditunjuk.
wajib memiliki rencana penggunaan wajib memiliki rencana penggunaan
(2) Pemberi kerja orang tenaga kerja asing yang disahkan oleh Tenaga Kerja Asing yang disahkan
perseorangan dilarang Pemerintah Pusat. oleh Pemerintah Pusat.
mempekerjakan tenaga kerja
(2) Pemberi Kerja orang perseorangan
5
asing. (2) Pemberi kerja orang perseorangan dilarang mempekerjakan Tenaga Kerja
dilarang mempekerjakan tenaga kerja Asing.
(3) Kewajiban memiliki izin
asing.
sebagaimana dimaksud dalam (3) Ketentuan sebagaimana dimalsud pada
ayat (1), tidak berlaku bagi (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak berlaku bagi:
perwakilan negara asing yang pada ayat (1) tidak berlaku bagi:
a. direksi atau komisaris dengan
mempergunakan tenaga kerja
a. direksi atau komisaris dengan kepemilikan saham tertentu atau
asing sebagai pegawai
kepemilikan saham tertentu atau pemegang saham sesuai dengan
diplomatik dan konsuler.
pemegang saham sesuai dengan ketentuan peraturan
(4) Tenaga kerja asing dapat ketentuan peraturan perundang- perundangundangan;
dipekerjakan di Indonesia undangan;
b. pegawai diplomatik dan konsuler
hanya dalam hubungan kerja
b. pegawai diplomatik dan konsuler pada kantor perwakilan negara
untuk jabatan tertentu dan
pada kantor perwakilan negara asing; atau
waktu tertentu.
asing; atau
c. Tenaga Kerja Asing yang
(5) Ketentuan mengenai jabatan
c. tenaga kerja asing yang dibutuhkan dibutuhkan oleh Pemberi Kerja
tertentu dan waktu tertentu
oleh pemberi kerja pada jenis pada jenis kegiatan produksi yang
sebagaimana dimaksud dalam
kegiatan produksi yang terhenti terhenti karena keadaan darurat,
ayat (4) ditetapkan dengan
karena keadaan darurat, vokasi, vokasi, Perusahaan rintisan (start-
Keputusan Menteri.
perusahaan rintisan (start-up) up berbasis teknologi, kunjungan
(6) Tenaga kerja asing berbasis teknologi, kunjungan bisnis, dan penelitian untuk jangka
sebagaimana dimaksud dalam bisnis, dan penelitian untuk jangka waktu tertentu.
ayat (4) yang masa kerjanya waktu tertentu.
(4) Tenaga Kerja Asing dapat
habis dan tidak dapat di
(4) Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan dipekerjakan di Indonesia hanya
perpanjang dapat digantikan
di Indonesia hanya dalam hubungan dalam Hubungan Kerja untuk jabatan
oleh tenaga kerja asing
kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu dan waktu tertentu serta
lainnya.
tertentu serta memiliki kompetensi memiliki kompetensi sesuai dengan
sesuai dengan jabatan yang akan jabatan yang akan diduduki.
diduduki.
(5) Tenaga Kerja Asing dilarang
(5) Tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi
menduduki jabatan yang mengurusi personalia.
personalia.
(6) Ketentuan mengenai jabatan tertentu
(6) Ketentuan mengenai jabatan tertentu dan waktu tertentu sebagaimana
dan waktu tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam
dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pemerintah.
Pasal 43 5. Pasal 43 dihapus. 5. Pasal 43 dihapus. Tidak ada perubahan
6
(1) Pemberi kerja yang
menggunakan tenaga kerja
asing harus memiliki rencana
penggunaan tenaga kerja
asing yang disahkan oleh
Menteri atau pejabat yang
ditunjuk.
(2) Rencana penggunaan tenaga
kerja asing sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
sekurang-kurangnya memuat
keterangan :
a. alasan penggunaan tenaga
kerja asing;
b. jabatan dan/atau
kedudukan tenaga kerja
asing dalam struktur
organisasi perusahaan
yang bersangkutan;
c. jangka waktu penggunaan
tenaga kerja asing; dan
d. penunjukan tenaga kerja
warga negara Indonesia
sebagai pendamping
tenaga kerja asing yang
dipekerjakan.
(3) Ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) tidak
berlaku bagi instansi
pemerintah, badan-badan
internasional dan perwakilan
negara asing.
(4) Ketentuan mengenai tata cara
pengesahan rencana
penggunaan tenaga kerja
asing diatur dengan
7
Keputusan Menteri.
Pasal 44 6. Pasal 44 dihapus. 6. Pasal 44 dihapus. Tidak ada perubahan
(1) Pemberi kerja tenaga kerja
asing wajib menaati ketentuan
mengenai jabatan dan standar
kompetensi yang berlaku.
(2) Ketentuan mengenai jabatan
dan standar kompetensi
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur dengan
Keputusan Menteri.
Pasal 45 7. Ketentuan Pasal 45 diubah sehingga 7. Ketentuan Pasal 45 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Pemberi kerja tenaga kerja
asing wajib : Pasal 45 Pasal 45
a. menunjuk tenaga kerja (1) Pemberi kerja tenaga kerja asing (1) Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing
warga negara Indonesia wajib: wajib:
sebagai tenaga
a. menunjuk tenaga kerja warga a. menunjuk Tenaga Kerja warga
pendamping tenaga kerja
negara Indonesia sebagai tenaga negara Indonesia sebagai tenaga
asing yang dipekerjakan
pendamping tenaga kerja asing pendamping Tenaga Kerja Asing
untuk alih teknologi dan
yang dipekerjakan untuk alih yang dipekerjakan untuk alih
alih keahlian dari tenaga
teknologi dan alih keahlian dari teknologi dan alih keahlian dari
kerja asing; dan
tenaga kerja asing; Tenaga Kerja Asing;
b. melaksanakan pendidikan
b. melaksanakan pendidikan dan b. melaksanakan pendidikan dan
dan pelatihan kerja bagi
pelatihan kerja bagi tenaga kerja Pelatihan Kerja bagi Tenaga Kerja
tenaga kerja Indonesia
Indonesia sebagaimana dimaksud warga negara Indonesia
sebagaimana dimaksud
pada huruf a yang sesuai dengan sebagaimana dimaksud pada huruf
pada huruf a yang sesuai
kualifikasi jabatan yang diduduki a yang sesuai dengan kualifikasi
dengan kualifikasi jabatan
oleh tenaga kerja asing; dan jabatan yang diduduki oleh
yang diduduki oleh tenaga
Tenaga Kerja Asing; dan
kerja asing. c. memulangkan tenaga kerja asing ke
negara asalnya setelah hubungan c. memulangkan Tenaga Kerja Asing
(2) Ketentuan sebagaimana
kerjanya berakhir. ke negara asalnya setelah
dimaksud dalam ayat (1) tidak
Hubungan Kerjanya berakhir
berlaku bagi tenaga kerja (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud
asing yang menduduki jabatan pada ayat (1) huruf a dan huruf b tidak (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud
direksi dan/atau komisaris. berlaku bagi tenaga kerja asing yang pada ayat (1) huruf a dan huruf b tidak
8
menduduki jabatan tertentu. berlaku bagi Tenaga Kerja Asing yang
menduduki jabatan tertentu.
Pasal 46 8. Pasal 46 dihapus. 8. Pasal 46 dihapus. Tidak ada perubahan
(1) Tenaga kerja asing dilarang
menduduki jabatan yang
mengurusi personalia
dan/atau jabatan-jabatan
tertentu.
(2) Jabatan-jabatan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur dengan
Keputusan Menteri.
Pasal 47 9. Ketentuan Pasal 47 diubah sehingga Ketentuan Pasal 47 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Pemberi kerja wajib
membayar kompensasi atas Pasal 47 Pasal 47
setiap tenaga kerja asing yang
(1) Pemberi kerja wajib membayar (1) Pemberi Kerja wajib membayar
dipekerjakannya.
kompensasi atas setiap tenaga kerja kompensasi atas setiap Tenaga Kerja
(2) Kewajiban membayar asing yang dipekerjakannya. Asing yang dipekerjakannya.
kompensasi sebagaimana
(2) Kewajiban membayar kompensasi (2) Kewajiban membayar kompensasi
dimaksud dalam ayat (1) tidak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku bagi instansi
tidak berlaku bagi instansi pemerintah, tidak berlaku bagi instansi
pemerintah, perwakilan
perwakilan negara asing, badan pemerintah, perwakilan negara asing,
negara asing, badan-badan
internasional, lembaga sosial, lembaga badan internasional, lembaga sosial,
internasional, lembaga sosial,
keagamaan, dan jabatan tertentu di lembaga keagamaan, dan jabatan
lembaga keagamaan, dan
lembaga pendidikan. tertentu di lembaga pendidikan.
jabatan-jabatan tertentu di
lembaga pendidikan. (3) Ketentuan mengenai besaran dan (3) Ketentuan mengenai besaran dan
penggunaan kompensasi sebagaimana penggunaan kompensasi sebagaimana
(3) Ketentuan mengenai jabatan-
dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai
jabatan tertentu di lembaga
dengan ketentuan peraturan dengan ketentuan peraturan
pendidikan sebagaimana
perundang-undangan. perundang-undangan.
dimaksud dalam ayat (2)
diatur dengan Keputusan
Menteri.
(4) Ketentuan mengenai besarnya
kompensasi dan
9
penggunaannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 48 10. Pasal 48 dihapus 10. Pasal 48 dihapus Tidak ada perubahan
Pemberi kerja yang
mempekerjakan tenaga kerja asing
wajib memulangkan tenaga kerja
asing ke negara asalnya setelah
hubungan kerjanya berakhir.
Pasal 49 11. Ketentuan Pasal 49 diubah sehingga 11. Ketentuan Pasal 49 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
Ketentuan mengenai penggunaan
tenaga kerja asing serta Pasal 49 Pasal 49
pelaksanaan pendidikan dan
Ketentuan lebih lanjut mengenai Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelatihan tenaga kerja pendamping
penggunaan tenaga kerja asing diatur dalam penggunaan Tenaga Kerja Asing diatur
diatur dengan Keputusan Presiden.
Peraturan Pemerintah. dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 56 12. Ketentuan Pasal 56 diubah sehingga 12. Ketentuan Pasal 56 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Perjanjian kerja dibuat untuk
waktu tertentu atau untuk Pasal 56 Pasal 56
waktu tidak tertentu.
(1) Perjanjian kerja dibuat untuk waktu (1) Perjanjian Kerja dibuat untuk waktu
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu atau untuk waktu tidak
tertentu sebagaimana tertentu. tertentu.
dimaksud dalam ayat (1)
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (2) Perjanjian kerja waktu tertentu
didasarkan atas :
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. jangka waktu; atau didasarkan atas: didasarkan atas:
b. selesainya suatu pekerjaan a. jangka waktu; atau a. jangka waktu; atau
tertentu.
b. selesainya suatu pekerjaan tertentu. b. selesainya suatu pekerjaan tertentu.
(3) Jangka waktu atau selesainya suatu (3) Jangka waktu atau selesainya suatu
pekerjaan tertentu sebagaimana pekerjaan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditentukan dimaksud pada ayat (2) ditentukan
berdasarkan perjanjian kerja. berdasarkan Perjanjian Kerja.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
perjanjian kerja waktu tertentu perjanjian kerja waktu tertentu
berdasarkan jangka waktu atau berdasarkan jangka waktu atau

10
selesainya suatu pekerjaan tertentu selesainya suatu pekerjaan tertentu
diatur dalam Peraturan Pemerintah diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 57 13. Ketentuan Pasal 57 diubah sehingga 13. Ketentuan Pasal 57 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Perjanjian kerja untuk waktu
tertentu dibuat secara tertulis Pasal 57 Pasal 57
serta harus menggunakan
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (1) Perjanjian kerja waktu tertentu dibuat
bahasa Indonesia dan huruf
dibuat secara tertulis serta harus secara tertulis serta harus
latin.
menggunakan bahasa Indonesia dan menggunakan bahasa Indonesia dan
(2) Perjanjian kerja untuk waktu huruf latin. huruf latin.
tertentu yang dibuat tidak
(2) Dalam hal perjanjian kerja waktu (2) Dalam hal perjanjian kerja waktu
tertulis bertentangan dengan
tertentu dibuat dalam bahasa Indonesia tertentu dibuat dalam bahasa
ketentuan sebagai mana
dan bahasa asing, apabila kemudian Indonesia dan bahasa asing, apabila
dimaksud dalam ayat (1)
terdapat perbedaan penafsiran antara kemudian terdapat perbedaan
dinyatakan sebagai perjanjian
keduanya, yang berlaku perjanjian penafsiran antara keduanya, yang
kerja untuk waktu tidak
kerja waktu tertentu yang dibuat dalam berlaku perjanjian kerja waktu
tertentu.
bahasa Indonesia. tertentu yang dibuat dalam bahasa
(3) Dalam hal perjanjian kerja Indonesia.
dibuat dalam bahasa
Indonesia dan bahasa asing,
apabila kemudian terdapat
perbedaan penafsiran antara
keduanya, maka yang berlaku
perjanjian kerja yang dibuat
dalam bahasa Indonesia.
Pasal 58 14. Ketentuan Pasal 58 diubah sehingga 14. Ketentuan Pasal 58 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Perjanjian kerja untuk waktu
tertentu tidak dapat Pasal 58 Pasal 58
mensyaratkan adanya masa
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (1) Perjanjian kerja waktu tertentu tidak
percobaan kerja.
tidak dapat mensyaratkan adanya masa dapat mensyaratkan adanya masa
(2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja. percobaan kerja.
percobaan kerja dalam
(2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan (2) Dalam hal disyaratkan masa
perjanjian kerja sebagaimana
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat percobaan kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1),
(1), masa percobaan kerja yang dimaksud pada ayat (1), masa
masa percobaan kerja yang
disyaratkan tersebut batal demi hukum percobaan kerja yang disyaratkan
disyaratkan batal demi
dan masa kerja tetap dihitung. tersebut batal demi hukum dan masa
11
hukum. kerja tetap dihitung.
Pasal 59 15. Ketentuan Pasal 59 diubah sehingga 15. Ketentuan Pasal 59 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Perjanjian kerja untuk waktu
tertentu hanya dapat dibuat Pasal 59 Pasal 59
untuk pekerjaan tertentu yang
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (1) Perjanjian kerja waktu tertentu hanya
menurut jenis dan sifat atau
hanya dapat dibuat untuk pekerjaan dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu
kegiatan pekerjaannya akan
tertentu yang menurut jenis dan sifat yang menurut jenis dan sifat atau
selesai dalam waktu tertentu,
atau kegiatan pekerjaannya akan kegiatan pekerjaannya akan selesai
yaitu :
selesai dalam waktu tertentu, yaitu dalam waktu tertentu, yaitu sebagai
a. pekerjaan yang sekali sebagai berikut: berikut:
selesai atau yang
a. pekerjaan yang sekali selesai atau a. pekedaan yang sekali selesai atau
sementara sifatnya;
yang sementara sifatnya; yang sementara sifatnya;
b. pekerjaan yang
b. pekerjaaan yang diperkirakan b. pekerjaan yang diperkirakan
diperkirakan
penyelesaiannya dalam waktu yang penyelesaiannya dalam waktu
penyelesaiannya dalam
tidak terlalu lama; yang tidak terlalu lama;
waktu yang tidak terlalu
lama dan paling lama 3 c. pekerjaan yang bersifat musiman; c. pekerjaan yang bersifat musiman;
(tiga) tahun;
d. pekerjaan yang berhubungan d. pekerjaan yang berhubungan
c. pekerjaan yang bersifat dengan produk baru, kegiatan baru, dengan produk baru, kegiatan
musiman; atau atau produk tambahan yang masih baru, atau produk tambahan yang
dalam percobaan atau penjajakan; masih dalam percobaan atau
d. pekerjaan yang
atau penjajakan; atau
berhubungan dengan
produk baru, kegiatan e. pekerjaan yang jenis dan sifat atau e. pekerjaan yang jenis dan sifat atau
baru, atau produk kegiatannya bersifat tidak tetap. kegiatannya bersifat tidak tetap.
tambahan yang masih
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (2) Perjanjian kerja waktu tertentu tidak
dalam percobaan atau
tidak dapat diadakan untuk pekerjaan dapat diadakan untuk pekerjaan yang
penjajakan.
yang bersifat tetap bersifat tetap.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu
(3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (3) Perjanjian kerja waktu tertentu yang
tertentu tidak dapat diadakan
yang tidak memenuhi ketentuan tidak memenuhi ketentuan
untuk pekerjaan yang bersifat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tetap.
dan ayat (2) demi hukum menjadi dan ayat (2) demi hukum menjadi
(3) Perjanjian kerja untuk waktu perjanjian kerja waktu tidak tertentu. perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
tertentu dapat diperpanjang
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis
atau diperbaharui.
dan sifat atau kegiatan pekerjaan, dan sifat atau kegiatan pekerjaan,
(4) Perjanjian kerja waktu jangka waktu, dan batas waktu jangka waktu, dan batas waktu
12
tertentu yang didasarkan atas perpanjangan perjanjian kerja waktu perpanjangan perjanjian kerja waktu
jangka waktu tertentu dapat tertentu diatur dalam Peraturan tertentu diatur dalam Peraturan
diadakan untuk paling lama 2 Pemerintah. Pemerintah.
(dua) tahun dan hanya boleh
diperpanjang 1 (satu) kali
untuk jangka waktu paling
lama 1 (satu) tahun.
(5) Pengusaha yang bermaksud
memperpanjang perjanjian
kerja waktu tertentu tersebut,
paling lama 7 (tujuh) hari
sebelum perjanjian kerja
waktu tertentu berakhir telah
memberitahukan maksudnya
secara tertulis kepada
pekerja/buruh yang
bersangkutan.
(6) Pembaruan perjanjian kerja
waktu tertentu hanya dapat
diadakan setelah melebihi
masa tenggang waktu 30 (tiga
puluh) hari berakhirnya
perjanjian kerja waktu
tertentu yang lama,
pembaruan perjanjian kerja
waktu tertentu ini hanya boleh
dilakukan 1 (satu) kali dan
paling lama 2 (dua) tahun.
(7) Perjanjian kerja untuk waktu
tertentu yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2), ayat (4), ayat (5), dan ayat
(6) maka demi hukum
menjadi perjanjian kerja
waktu tidak tertentu
(8) Hal-hal lain yang belum
13
diatur dalam Pasal ini akan
diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Menteri.
Pasal 61 16. Ketentuan Pasal 61 diubah sehingga 16. Ketentuan Pasal 61 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Perjanjian kerja berakhir
apabila: Pasal 61 Pasal 61
a. pekerja meninggal dunia; (1) Perjanjian kerja berakhir apabila: (1) Perjanjian Kerja berakhir apabila:
b. berakhirnya jangka waktu a. pekerja/buruh meninggal dunia; a. Pekerja/Buruh meninggal dunia;
perjanjian kerja;
b. berakhirnya jangka waktu b. berakhirnya jangka waktu
c. adanya putusan perjanjian kerja; Perjanjian Kerja;
pengadilan dan/atau
c. selesainya suatu pekerjaan tertentu; c. selesainya suatu pekerjaan tertentu;
putusan atau penetapan
lembaga penyelesaian d. adanya putusan pengadilan d. adanya putusan pengadilan dan/
perselisihan hubungan dan/atau putusan lembaga atau putusan lembaga
industrial yang telah penyelesaian perselisihan hubungan penyelesaian Perselisihan
mempunyai kekuatan industrial yang telah mempunyai Hubungan Industrial yang telah
hukum tetap; atau kekuatan hukum tetap; atau mempunyai kekuatan hukum
tetap; atau
d. adanya keadaan atau e. adanya keadaan atau kejadian
kejadian tertentu yang tertentu yang dicantumkan dalam e. adanya keadaan atau kejadian
dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan tertentu yang dicantumkan dalam
perjanjian kerja, perusahaan, atau perjanjian kerja Perjanjian Kerja, Peraturan
peraturan perusahaan, bersama yang dapat menyebabkan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
atau perjanjian kerja berakhirnya hubungan kerja. Bersama yang dapat menyebabkan
bersama yang dapat berakhirnya Hubungan Kerja.
(2) Perjanjian kerja tidak berakhir karena
menyebabkan
meninggalnya pengusaha atau (2) Perjanjian Kerja tidak berakhir karena
berakhirnya hubungan
beralihnya hak atas perusahaan yang meninggalnya Pengusaha atau
kerja.
disebabkan penjualan, pewarisan, atau beralihnya hak atas Perusahaan yang
(2) Perjanjian kerja tidak berakhir hibah disebabkan penjualan, pewarisan, atau
karena meninggalnya hibah.
(3) Dalam hal terjadi pengalihan
pengusaha atau beralihnya
perusahaan, hak-hak pekerja/buruh (3) Dalam hal terjadi pengalihan
hak atas perusahaan yang
menjadi tanggung jawab pengusaha Perusahaan, hak-hak Pekerja/Buruh
disebabkan penjualan,
baru, kecuali ditentukan lain dalam menjadi tanggung jawab Pengusaha
pewarisan, atau hibah.
perjanjian pengalihan yang tidak baru, kecuali ditentukan lain dalam
(3) Dalam hal terjadi pengalihan mengurangi hak-hak pekerja/buruh. perjanjian pengalihan yang tidak
perusahaan maka hak-hak mengurangi hak-hak Pekerja/Buruh.
(4) Dalam hal pengusaha orang
14
pekerja/buruh menjadi perseorangan meninggal dunia, ahli (4) Dalam hal Pengusaha orang
tanggung jawab pengusaha waris pengusaha dapat mengakhiri perseorangan meninggal dunia, ahli
baru, kecuali ditentukan lain perjanjian kerja setelah merundingkan waris Pengusaha dapat mengakhiri
dalam perjanjian pengalihan dengan pekerja/buruh. Perjanjian Kerja setelah
yang tidak mengurangi hak- merundingkan dengan Pekerja/
(5) Dalam hal pekerja/buruh meninggal
hak pekerja/buruh. Buruh.
dunia, ahli waris pekerja/buruh berhak
(4) Dalam hal pengusaha, orang mendapatkan hak-haknya sesuai (5) Dalam hal Pekerja/Buruh meninggal
perseorangan, meninggal dengan peraturan perundang-undangan dunia, ahli waris Pekerja/Buruh
dunia, ahli waris pengusaha atau hak-hak yang telah diatur dalam berhak mendapatkan hakhaknya
dapat mengakhiri perjanjian perjanjian kerja, peraturan perusahaan, sesuai dengan ketentuan peraturan
kerja setelah merundingkan atau perjanjian kerja bersama. perundang-undangan atau hak-hak
dengan pekerja/buruh. yang telah diatur dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
(5) Dalam hal pekerja/buruh
Perjanjian Kerja Bersama.
meninggal dunia, ahli waris
pekerja/ buruh berhak
mendapatkan hak haknya se-
suai dengan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku atau hak hak yang
telah diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan,
atau perjanjian kerja bersama.
17. Di antara Pasal 61 dan Pasal 62 17. Di antara Pasal 61 dan Pasal 62 Tidak ada perubahan
disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 61A disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 61A
sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 61A Pasal 61A
(1) Dalam hal perjanjian kerja waktu (l) Dalam hal perjanjian kerja waktu
tertentu berakhir sebagaimana tertentu berakhir sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1)
huruf b dan huruf c, pengusaha wajib huruf b dan huruf c, Pengusaha wajib
memberikan uang kompensasi kepada memberikan uang kompensasi kepada
pekerja/buruh. Pekerja/ Buruh.
(2) Uang kompensasi sebagaimana (2) Uang kompensasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan dimaksud pada ayat (f) diberikan
kepada pekerja/buruh sesuai dengan kepada Pekerja/Buruh sesuai dengan
masa kerja pekerja/buruh di masa kerja Pekerja/Buruh di
15
perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan yang bersangkutan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai uang (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai uang
kompensasi diatur dalam Peraturan kompensasi diatur dalam Peraturan
Pemerintah. Pemerintah.
Pasal 64 18. Pasal 64 dihapus. 18. Ketentuan Pasal 64 diubah sehingga Pasal 64 UU 131/2003 yang di
berbunyi sebagai berikut: dalam UU Cipta Kerja dihapus, di
Perusahaan dapat menyerahkan
dalam Perppu dilakukan
sebagian pelaksanaan pekerjaan Pasal 64
perubahan.
kepada perusahaan lainnya melalui
(1) Perusahaan dapat menyerahkan
perjanjian pemborongan pekerjaan
sebagian pelaksanaan pekerjaan
atau penyediaan jasa pekerja/buruh
kepada Perusahaan lainnya melalui
yang dibuat secara tertulis.
perjanjian alih daya yang dibuat
secara tertulis.
(2) Pemerintah menetapkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
penetapan sebagian pelaksanaan
pekerjaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 65 19. Pasal 65 dihapus 19. Pasal 65 dihapus Tidak ada perubahan
(1) Penyerahan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lain dilaksanakan
melalui perjanjian pem
borongan pekerjaan yang
dibuat secara tertulis.
(2) Pekerjaan yang dapat
diserahkan kepada perusahaan
lain sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) harus
memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a. dilakukan secara terpisah
16
dari kegiatan utama;
b. dilakukan dengan perintah
langsung atau tidak
langsung dari pemberi
pekerjaan;
c. merupakan kegiatan
penunjang perusahaan
secara keseluruhan; dan
d. tidak menghambat proses
produksi secara langsung.
(3) Perusahaan lain sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
harus berbentuk badan hukum
(4) Perlindungan kerja dan
syarat-syarat kerja bagi
pekerja/buruh pada
perusahaan lain sebagaimana
dimak-sud dalam ayat (2)
sekurang-kurangnya sama
dengan perlindungan kerja
dan syaratsyarat kerja pada
perusahaan pemberi pekerjaan
atau sesuai dengan peraturan
perundangundangan yang
berlaku.
(5) Perubahan dan/atau
penambahan syarat-syarat
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Menteri.
(6) Hubungan kerja dalam
pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur dalam
perjanjian kerja secara tertulis
antara perusahaan lain dan
17
pekerja/buruh yang
dipekerjakannya.
(7) Hubungan kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (6)
dapat didasarkan atas
perjanjian kerja waktu tidak
tertentu atau perjanjian kerja
waktu tertentu apabila
memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 59.
(8) Dalam hal ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) dan ayat (3) tidak
terpenuhi, maka demi hukum
status hubungan kerja
pekerja/buruh dengan
perusahaan penerima
pemborongan beralih menjadi
hubungan kerja pekerja/buruh
dengan perusahaan pemberi
pekerjaan.
(9) Dalam hal hubungan kerja
beralih ke perusahaan
pemberi pekerjaan
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (8), maka hubungan kerja
pekerja/buruh dengan
pemberi pekerjaan sesuai
dengan hubungan kerja
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (7).
Pasal 66 20. Ketentuan Pasal 66 diubah sehingga 20. Ketentuan Pasal 66 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Pekerja/buruh dari perusahaan
penyedia jasa pekerja/buruh
tidak boleh digunakan oleh
Pasal 66 Pasal 66
pemberi kerja untuk
18
melaksanakan kegiatan pokok (1) Hubungan kerja antara perusahaan alih (l) Hubungan Kerja antara Perusahaan
atau kegiatan yang daya dengan pekerja/buruh yang alih daya dengan Pekerja/Buruh yang
berhubungan langsung dipekerjakannya didasarkan pada dipekerjakannya didasarkan pada
dengan proses produksi, perjanjian kerja yang dibuat secara Perjanjian Kerja yang dibuat secara
kecuali untuk kegiatan jasa tertulis, baik perjanjian kerja waktu tertulis, baik perjanjian kerja waktu
penunjang atau kegiatan yang tertentu maupun perjanjian kerja tertentu maupun perjanjian kerja
tidak berhubungan langsung waktu tidak tertentu. waktu tidak tertentu.
dengan proses produksi.
(2) Perlindungan pekerja/buruh, upah dan (2) Pelindungan Pekerja/Buruh, Upah dan
(2) Penyedia jasa pekerja/buruh kesejahteraan, syarat-syarat kerja, kesejahteraan, syarat-syarat kerja,
untuk kegiatan jasa penunjang serta perselisihan yang timbul serta perselisihan yang timbul
atau kegiatan yang tidak dilaksanakan sekurang-kurangnya dilaksanakan sekurangkurangnya
berhubungan langsung sesuai dengan ketentuan peraturan sesuai dengan ketentuan peraturan
dengan proses produksi harus perundang-undangan dan menjadi perundang-undangan dan menjadi
memenuhi syarat sebagai tanggung jawab perusahaan alih daya. tanggung jawab Perusahaan alih daya.
berikut:
(3) Dalam hal perusahaan alih daya (3) Dalam hal Perusahaan alih daya
a. adanya hubungan kerja mempekerjakan pekerja/buruh mempekerjakan Pekerja/ Buruh
antara pekerja/buruh dan berdasarkan perjanjian kerja waktu berdasarkan perjanjian kerja waktu
perusahaan penyedia jasa tertentu sebagaimana dimaksud pada tertentu sebagaimana dimaksud pada
pekerja/buruh; ayat (1), perjanjian kerja tersebut harus ayat (l), perjanjian kerja waktu
mensyaratkan pengalihan tertentu tersebut harus mensyaratkan
b. perjanjian kerja yang
perlindungan hak-hak bagi pengalihan pelindungan hak-hak lagi
berlaku dalam hubungan
pekerja/buruh apabila terjadi Pekerja/Buruh apabila terjadi
kerja sebagaimana
pergantian perusahaan alih daya dan pergantian Perusahaan alih daya dan
dimaksud pada huruf a
sepanjang objek pekerjaannya tetap sepanjang objek pekerjaannya tetap
adalah perjanjian kerja
ada. ada.
untuk waktu tertentu yang
memenuhi persyaratan (4) Perusahaan alih daya sebagaimana (4) Perusahaan alih daya sebagaimana
sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat (1) berbentuk dimaksud pada ayat (1) berbentuk
dalam Pasal 59 dan/atau badan hukum dan wajib memenuhi badan hukum dan wajib memenuhi
perjanjian kerja waktu Perizinan Berusaha yang diterbitkan Perizinan Berusaha yang diterbitkan
tidak tertentu yang dibuat oleh Pemerintah Pusat. oleh Pemerintah Pusat.
secara tertulis dan
(5) Perizinan Berusaha sebagaimana (5) Perizinan Berusaha sebagaimana
ditandatangani oleh kedua
dimaksud pada ayat (4) harus dimaksud pada ayat (41 harus
belah pihak;
memenuhi norma, standar, prosedur, memenuhi norma, standar, prosedur,
c. perlindungan upah dan dan kriteria yang ditetapkan oleh dan kriteria yang ditetapkan oleh
kesejahteraan, syarat- Pemerintah Pusat. Pemerintah Pusat.
syarat kerja, serta
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai
perselisihan yang timbul
pelindungan pekerja/buruh pelindungan Pekerja/Buruh
19
menjadi tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
perusahaan penyedia jasa dan Perizinan Berusaha sebagaimana dan Perizinan Berusaha sebagaimana
pekerja/buruh; dan dimaksud pada ayat (4) diatur dalam dimaksud pada ayat (4) diatur dalam
Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah.
Penjelasan: Perlindungan
upah dan kesejahteraan,
syarat-syarat kerja maupun
penyelesaian perselisihan
antara penyedia jasa
tenaga kerja dengan
pekerja/buruh harus sesuai
dengan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku.
Pekerja/buruh yang
bekerja pada perusahaan
penyedia jasa
pekerja/buruh memperoleh
hak (yang sama) sesuai
dengan perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama
atas perlindungan upah
dan kesejahteraan, syarat-
syarat kerja, serta
perselisihan yang timbul
dengan pekerja/buruh
lainnya di perusahaan
pengguna jasa
pekerja/buruh.
d. perjanjian antara
perusahaan pengguna jasa
pekerja/buruh dan
perusahaan lain yang
bertindak sebagai
perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh dibuat
secara tertulis dan wajib
memuat pasal-pasal
20
sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang ini.
(3) Penyedia jasa pekerja/buruh
merupakan bentuk usaha yang
berbadan hukum dan
memiliki izin dari instansi
yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan.
(4) Dalam hal ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), ayat (2) huruf a,
huruf b, dan huruf d serta ayat
(3) tidak terpenuhi, maka
demi hukum status hubungan
kerja antara pekerja/buruh dan
perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh beralih menjadi
hubungan kerja antara
pekerja/buruh dan perusahaan
pemberi pekerjaan.
Paragraf 1 21. Judul Paragraf 1 pada BAB X diubah
sehingga berbunyi sebagai berikut:
Penyandang Cacat
Paragraf 1
Penyandang Disabilitas
Pasal 67 22. Ketentuan Pasal 67 diubah sehingga Pasal 67 UU 13/2003 yang di dalam
berbunyi sebagai berikut: UU Cipta Kerja tidak ada
(1) Pengusaha yang
perubahan, di dalam Perppu
mempekerjakan tenaga kerja Pasal 67
dilakukan perubahan.
penyandang cacat wajib
(1) Pengusaha yang mempekerjalan
memberikan perlindungan sesuai
Tenaga Kerja penyandang disabilitas
dengan jenis dan derajat
wajib memberikan perlindungan
kecacatannya.
sesuai dengan jenis dan derajat
(2) Pemberian perlindungan kedisabilitasan.
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) Pemberian perlindungan sebagaimana
(1) dilaksanakan sesuai dengan
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
peraturan perundang-undangan
sesuai dengan ketentuan peraturan
21
yang berlaku. perundang-undangan.
Pasal 77 21. Ketentuan Pasal 77 diubah sehingga 23. Ketentuan Pasal 77 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Setiap pengusaha wajib
melaksanakan ketentuan Pasal 77 Pasal77
waktu kerja.
(1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan (1) Setiap Pengusaha wajib melaksanakan
(2) Waktu kerja sebagaimana ketentuan waktu kerja. ketentuan waktu kerja.
dimaksud dalam ayat (1)
(2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud (2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud
meliputi :
pada ayat (1) meliputi: pada ayat (1) meliputi:
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40
dan 40 (empat puluh) jam
(empat puluh) jam 1 (satu) (empat puluh) jam 1 (satu) minggu
1 (satu) minggu untuk 6
minggu untuk 6 (enam) hari kerja untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1
(enam) hari kerja dalam 1
dalam 1 (satu) minggu; atau (satu) minggu; atau
(satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan
b. 8 (delapan) jam 1 (satu)
40 (empat puluh) jam 1 (satu) 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
hari dan 40 (empat puluh)
minggu untuk 5 (lima) hari kerja minggu untuk 5 (lima) hari kerja
jam 1 (satu) minggu
dalam 1 (satu) minggu. dalam 1 (satu) minggu.
untuk 5 (lima) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu. (3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana (3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku
(3) Ketentuan waktu kerja
bagi sektor usaha atau pekerjaan bagi sektor usaha atau pekerjaan
sebagaimana dimaksud dalam
tertentu. tertentu.
ayat (2) tidak berlaku bagi
sektor usaha atau pekerjaan (4) Pelaksanaan jam kerja bagi (4) Pelaksanaan jam kerja bagi
tertentu. pekerja/buruh di perusahaan diatur Pekerja/Buruh di Perusahaan diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
(4) Ketentuan mengenai waktu
perusahaan, atau perjanjian kerja Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
kerja pada sektor usaha atau
bersama. Bersama.
pekerjaan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai
ayat (3) diatur dengan waktu kerja pada sektor usaha atau waktu kerja pada sektor usaha atau
Keputusan Menteri. pekerjaan tertentu sebagaimana pekerjaan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dalam dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah.
Pasal 78 22. Ketentuan Pasal 78 diubah sehingga 24. Ketentuan Pasal 78 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Pengusaha yang
mempekerjakan pekerja/buruh Pasal 78 Pasal 78
melebihi waktu kerja
22
sebagaimana dimaksud dalam (1) Pengusaha yang mempekerjakan (1) Pengusaha yang mempekerjakan
Pasal 77 ayat (2) harus pekerja/buruh melebihi waktu kerja Pekerja/ Buruh melebihi waktu kerja
memenuhi syarat: sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 sebagaimana dimaksud dalam Pasal
ayat (2) harus memenuhi syarat: 77 ayat (2) harus memenuhi syarat:
a. ada persetujuan
pekerja/buruh yang a. ada persetujuan pekerja/buruh a. ada persetujuan Pekerja/Buruh
bersangkutan; dan yang bersangkutan; dan yang bersangkutan; dan
b. waktu kerja lembur hanya b. waktu kerja lembur hanya dapat b. waktu kerja lembur hanya dapat
dapat dilakukan paling dilakukan paling lama 4 (empat) dilakukan paling lama 4 (empat)
banyak 3 (tiga) jam dalam jam dalam 1 (satu) hari dan 18 jam dalam 1 (satu) hari dan 18
1 (satu) hari dan 14 (delapan belas) jam dalam 1 (satu) (delapan belas) jam dalam 1 (satu)
(empat belas) jam dalam minggu. minggu.
1 (satu) minggu.
(2) Pengusaha yang mempekerjakan (2) Pengusaha yang mempekerjakan
(2) Pengusaha yang pekerja/buruh melebihi waktu kerja Pekerja/Buruh melebihi waktu kerja
mempekerjakan pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melebihi waktu kerja wajib membayar upah kerja lembur. wajib membayar Upah kerja lembur.
sebagaimana dimaksud dalam
(3) Ketentuan waktu kerja lembur (3) Ketentuan waktu kerja lembur
ayat (1) wajib membayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
upah kerja lembur.
huruf b tidak berlaku bagi sektor usaha huruf b tidak berlaku bagi sektor
(3) Ketentuan waktu kerja lembur atau pekerjaan tertentu. usaha atau pekerjaan tertentu.
sebagaimana dimaksud dalam
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
ayat (1) huruf b tidak berlaku
waktu kerja lembur dan upah kerja waktu kerja lembur dan Upah kerja
bagi sektor usaha atau
lembur diatur dalam Peraturan lembur diatur dalam Peraturan
pekerjaan tertentu.
Pemerintah. Pemerintah.
(4) Ketentuan mengenai waktu
kerja lembur dan upah kerja
lembur sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan
ayat (3) diatur dengan
Keputusan Menteri.
Pasal 79 23. Ketentuan Pasal 79 diubah sehingga 25. Ketentuan Pasal 79 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Pengusaha wajib memberi
waktu istirahat dan cuti Pasal 79 Pasal 79
kepada pekerja/buruh.
(1) Pengusaha wajib memberi: (1) Pengusaha wajib memberi:
(2) Waktu istirahat dan cuti
a. waktu istirahat; dan a. waktu istirahat; dan
sebagaimana dimaksud dalam
23
ayat (1), meliputi : b. cuti. b. cuti.
a. istirahat antara jam kerja, (2) Waktu istirahat sebagaimana (2) Waktu istirahat sebagaimana
sekurang kurangnya dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib
setengah jam setelah diberikan kepada pekerja/buruh paling diberikan kepada Pekerja/Buruh
bekerja selama 4 (empat) sedikit meliputi: paling sedikit meliputi:
jam terus menerus dan
a. istirahat antara jam kerja, paling a. Istirahat antara jam kerja, paling
waktu istirahat tersebut
sedikit setengah jam setelah sedikit setengah jam setelah
tidak termasuk jam kerja;
bekerja selama 4 (empat) jam bekerja selama 4 (empat) jam
b. istirahat mingguan 1 (satu) terus menerus, dan waktu istirahat terus-menerus, dan waktu istirahat
hari untuk 6 (enam) hari tersebut tidak termasuk jam kerja; tersebut tidak termasuk jam kerja;
kerja dalam 1 (satu) dan dan
minggu atau 2 (dua) hari
b. istirahat mingguan 1 (satu) hari b. istirahat mingguan I (satu) hari
untuk 5 (lima) hari kerja
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1
dalam 1 (satu) minggu;
(satu) minggu. (satu) minggu.
c. cuti tahunan, sekurang
(3) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat
kurangnya 12 (dua belas)
(1) huruf b yang wajib diberikan (1) huruf b yang wajib diberikan
hari kerja setelah
kepada pekerja/buruh, yaitu cuti kepada Pekerja/Buruh, yaitu cuti
pekerja/buruh yang
tahunan, paling sedikit 12 (dua belas) tahunan, paling sedikit 12 (dua belas)
bersangkutan bekerja
hari kerja setelah pekerja/buruh yang hari kerja setelah Pekerja/Buruh yang
selama 12 (dua belas)
bersangkutan bekerja selama 12 (dua bersangkutan bekerja selama 12 (dua
bulan secara terus
belas) bulan secara terus menerus. belas) bulan secara terus menerus.
menerus; dan
(4) Pelaksanaan cuti tahunan sebagaimana (4) Pelaksanaan cuti tahunan
d. istirahat panjang sekurang-
dimaksud pada ayat (3) diatur dalam sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
kurangnya 2 (dua) bulan
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, diatur dalam Perjanjian Kerja,
dan dilaksanakan pada
atau perjanjian kerja bersama. Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian
tahun ketujuh dan
Kerja Bersama.
kedelapan masing-masing (5) Selain waktu istirahat dan cuti
1 (satu) bulan bagi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (5) Selain waktu istirahat dan cuti
pekerja/buruh yang telah ayat (2), dan ayat (3), perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
bekerja selama 6 (enam) tertentu dapat memberikan istirahat ayat (2l., dan ayat (3), Perusahaan
tahun secara terus-menerus panjang yang diatur dalam perjanjian tertentu dapat memberikan istirahat
pada perusahaan yang kerja, peraturan perusahaan, atau panjang yang diatur dalam Perjanjian
sama dengan ketentuan perjanjian kerja bersama. Keda, Peraturan Perusahaan, atau
pekerja/buruh tersebut Perjanjian Kerja Bersama.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai
tidak berhak lagi atas
perusahaan tertentu sebagaimana (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai
istirahat tahunannya dalam
dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Perusahaan tertentu sebagaimana
2 (dua) tahun berjalan dan
dimaksud pada ayat (5) diatur dengan
24
selanjutnya berlaku untuk Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah.
setiap kelipatan masa kerja
6 (enam) tahun.
(3) Pelaksanaan waktu istirahat
tahunan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2)
huruf c diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama.
(4) Hak istirahat panjang
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) huruf d hanya berlaku
bagi pekerja/buruh yang
bekerja pada perusahaan
tertentu.
(5) Perusahaan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (4) diatur dengan
Keputusan Menteri.
Pasal 84 26. Ketentuan Pasal 84 diubah sehingga Pasal 84 UU 13/2003 yang di dalam
berbunyi sebagai berikut: UU Cipta Kerja tidak dilakukan
Setiap pekerja/buruh yang
perubahan, dalam Perppu
menggunakan hak waktu istirahat Pasal 84
dilakukan perubahan
sebagaimana dimaksud dalam
Setiap Pekerja/ Buruh yang menggunakan
Pasal 79 ayat (2) huruf b, c, dan d,
hak waktu istirahat sebagaimana dimaksud
Pasal 80, dan Pasal 82 berhak
dalam Pasal 79 ayal (2) huruf b, ayat (3),
mendapat upah penuh.
ayat (5), Pasal 80, dan Pasal 82 berhak
mendapat Upah penuh.
Pasal 88 24. Ketentuan Pasal 88 diubah sehingga 27. Ketentuan Pasal 88 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Setiap pekerja/buruh berhak
memperoleh penghasilan Pasal 88 Pasal 88
yang memenuhi penghidupan
(1) Setiap pekerja/buruh berhak atas (1) Setiap Pekerja/Buruh berhak atas
yang layak bagi kemanusiaan.
penghidupan yang layak bagi penghidupan yang layak bagi
(2) Untuk mewujudkan kemanusiaan. kemanusiaan.
penghasilan yang memenuhi
25
penghidupan yang layak bagi (2) Pemerintah Pusat menetapkan (2) Pemerintah Pusat menetapkan
kemanusiaan sebagaimana kebijakan pengupahan sebagai salah kebijakan pengupahan sebagai salah
dimaksud dalam ayat (1), satu upaya mewujudkan hak satu upaya mewujudkan hak
pemerintah menetapkan pekerja/buruh atas penghidupan yang Pekerja/Buruh atas penghidupan yang
kebijakan pengupahan yang layak bagi kemanusiaan. layak bagi kemanusiaan.
melindungi pekerja/buruh.
(3) Kebijakan pengupahan sebagaimana (3) Kebijakan pengupahan sebagaimana
(3) Kebijakan pengupahan yang dimaksud pada ayat (2) meliputi: dimaksud pada ayat (2) meliputi:
melindungi pekerja/buruh
a. upah minimum; a. Upah minimum;
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) meliputi : b. struktur dan skala upah; b. struktur dan skala Upah;
a. upah minimum; c. upah kerja lembur; c Upah kerja lembur;
b. upah kerja lembur; d. upah tidak masuk kerja dan/atau d Upah tidak masuk kerja dan/atau
tidak melakukan pekerjaan karena tidak melakukan pekerjaan karena
c. upah tidak masuk kerja
alasan tertentu; alasan tertentu;
karena berhalangan;
e. bentuk dan cara pembayaran upah; e bentuk dan cara pembayaran Upah;
d. upah tidak masuk kerja
karena melakukan f. hal-hal yang dapat diperhitungkan f hal-hal yang dapat diperhitungkan
kegiatan lain di luar dengan upah; dan dengan Upah; dan
pekerjaannya;
g. upah sebagai dasar perhitungan g Upah sebagai dasar perhitungan
e. upah karena menjalankan atau pembayaran hak dan atau pembayaran hak dan
hak waktu istirahat kewajiban lainnya. kewajiban lainnya.
kerjanya;
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
f. bentuk dan cara kebijakan pengupahan diatur dalam kebijakan pengupahan diatur dalam
pembayaran upah; Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah.
g. denda dan potongan upah;
h. hal-hal yang dapat
diperhitungkan dengan
upah;
i. struktur dan skala
pengupahan yang
proporsional;
j. upah untuk pembayaran
pesangon; dan
k. upah untuk perhitungan
26
pajak penghasilan.
(4) Pemerintah menetapkan upah
minimum sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3)
huruf a berdasarkan
kebutuhan hidup layak dan
dengan mem-perhatikan
produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi.
25. Di antara Pasal 88 dan Pasal 89 28. Di antara Pasal 88 dan Pasal 89 Tidak ada perubahan
disisipkan 5 (lima) pasal, yakni Pasal 88A, disisipkan 6 (enam) pasal, yakni Pasal
Pasal 88B, Pasal 88C, Pasal 88D, dan Pasal 88A, Pasal 88B, Pasal 88C, Pasal 88D,
88E sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 88E, dan Pasal 88F sehingga
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 88A
Pasal 88A
(1) Hak pekerja/buruh atas upah timbul
pada saat terjadi hubungan kerja antara (1) Hak Pekerja/Buruh atas Upah timbul
pekerja/buruh dengan pengusaha dan pada saat terjadi Hubungan Kerja
berakhir pada saat putusnya hubungan antara Pekerja/Buruh dengan
kerja. Pengusaha dan berakhir pada saat
putusnya Hubungan Kerja.
(2) Setiap pekerja/buruh berhak
memperoleh upah yang sama untuk (2) Setiap Pekerja/Buruh berhak
pekerjaan yang sama nilainya. memperoleh Upah yang sama untuk
pekerjaan yang sama nilainya.
(3) Pengusaha wajib membayar upah
kepada pekerja/buruh sesuai dengan (3) Pengusaha wajib membayar Upah
kesepakatan. kepada Pekerja/ Buruh sesuai dengan
kesepakatan.
(4) Pengaturan pengupahan yang
ditetapkan atas kesepakatan antara (4) Pengaturan pengupahan yang
pengusaha dan pekerja/buruh atau ditetapkan atas kesepakatan antara
serikat pekerja/serikat buruh tidak Pengusaha dan Pekerja/ Buruh atau
boleh lebih rendah dari ketentuan Serikat Pekerja/ Serikat Buruh tidak
pengupahan yang ditetapkan dalam boleh lebih rendah dari ketentuan
peraturan perundang-undangan. pengupahan yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan.
(5) Dalam hal kesepakatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) lebih rendah (5) Dalam hal kesepakatan sebagaimana
atau bertentangan dengan peraturan dimaksud pada ayat (4) lebih rendah
27
perundang-undangan, kesepakatan atau bertentangan dengan peraturan
tersebut batal demi hukum dan perundang-undangan, kesepakatan
pengaturan pengupahan dilaksanakan tersebut batal demi hukum dan
sesuai dengan ketentuan peraturan pengaturan pengupahan dilaksanakan
perundang-undangan. sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
(6) Pengusaha yang karena kesengajaan
atau kelalaiannya mengakibatkan (6) Pengusaha yang karena kesengajaan
keterlambatan pembayaran upah, atau kelalaiannya mengakibatkan
dikenakan denda sesuai dengan keterlambatan pembayaran Upah,
persentase tertentu dari upah dikenakan denda sesuai dengan
pekerja/buruh. persentase tertentu dari Upah
Pekerja/Buruh.\
(7) Pekerja/buruh yang melakukan
pelanggaran karena kesengajaan atau (71 Pekerja/Buruh yang karena
kelalaiannya dapat dikenakan denda. kesengajaan dikenakan denda.
(8) Pemerintah mengatur pengenaan (8) Pemerintah mengatur pengenaan
denda kepada pengusaha dan/atau denda kepada Pengusaha dan/atau
pekerja/buruh dalam pembayaran Pekerja/Buruh dalam pembayaran
upah. Upah.
Pasal 88B Pasal 88B Tidak ada perubahan
(1) Upah ditetapkan berdasarkan: (1) Upah ditetapkan berdasarkan:
a. satuan waktu; dan/atau a satuan waktu; dan/atau
b. satuan hasil. b satuan hasil.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai upah (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Upah
berdasarkan satuan waktu dan/atau berdasarkan satuan waktu dan/ atau
satuan hasil sebagaimana dimaksud satuan hasil s6lagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah. Pemerintah.
Pasal 88C Pasal 88C Pasal 88C dalam Perppu mengubah
pasal 88C dalam UU Cipta Kerja.
(1) Gubernur wajib menetapkan upah (1) Gubernur wajib menetapkan Upah
minimum provinsi. minimum provinsi.
(2) Gubernur dapat menetapkan upah (2) Gubernur dapat menetapkan Upah
minimum kabupaten/kota dengan minimum kabupaten/kota.
syarat tertentu.
(3) Penetapan Upah minimum
28
(3) Upah minimum sebagaimana kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dimaksud pada ayat (2) dilakukan
ditetapkan berdasarkan kondisi dalam hal hasil penghitungan Upah
ekonomi dan ketenagakerjaan. minimum kabupaten/kota lebih tinggi
dari Upah minimum provinsi.
(4) Syarat tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) meliputi pertumbuhan (4) Upah minimum sebagaimana
ekonomi daerah atau inflasi pada dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
kabupaten/kota yang bersangkutan. ditetapkan berdasarkan kondisi
ekonomi dan Ketenagakerjaan.
(5) Upah minimum kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) (5) Kondisi ekonomi dan
harus lebih tinggi dari upah minimum Ketenagakerjaan sebagaimana
provinsi. dimaksud pada ayat (4) menggunakan
data yang bersumber dari Lembaga
(6) Kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan
yang berwenang di bidang statistik.
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
menggunakan data yang bersumber (6) Dalam hal kabupaten / kota belum
dari lembaga yang berwenang di memiliki Upah minimum dan akan
bidang statistik. menetapkan Upah minimum,
penetapan Upah minimum harus
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
memenuhi syarat tertentu.
cara penetapan upah minimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
dan syarat tertentu sebagaimana cara. penetapan Upah minimum
dimaksud pada ayat (4) diatur dalam sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
Peraturan Pemerintah. dan syarat tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasal 88D Pasal 88D Pasal 88C dalam Perppu mengubah
pasal 88C dalam UU Cipta Kerja,
(1) Upah minimum sebagaimana (1) Upah minimum sebagaimana dimaksud
khususnya dalam Ayat (2)
dimaksud dalam Pasal 88C ayat (1) dalam Pasal 88C ayat (1) dan ayat (2)
dan ayat (2) dihitung dengan dihitung dengan menggunakan formula
menggunakan formula perhitungan penghitungan Upah minimum.
upah minimum.
(2) Formula penghitungan Upah minimum
(2) Formula perhitungan upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempertimbangkan variabel pertumbuhan
memuat variabel pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan indeks tertentu.
ekonomi atau inflasi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
29
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai formula penghitungan Upah minimum
formula perhitungan upah minimum diatur dalam Peraturan Pemerintah.
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 88E Pasal 88E Tidak ada perubahan
(1) Upah minimum sebagaimana (1) Upah minimum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 88C ayat (1) dimaksud dalam Pasal 88C ayat (l)
dan ayat (2) berlaku bagi dan ayat (2) berlaku bagi
pekerja/buruh dengan masa kerja Pekerja/Buruh dengan masa kerja
kurang dari 1 (satu) tahun pada kurang dari I (satu) tahun pada
perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan yang bersangkutan.
(2) Pengusaha dilarang membayar upah (2) Pengusaha dilarang membayar Upah
lebih rendah dari upah minimum. lebih rendah dari Upah minimum.
Pasal 88F Perppu ada penambahan Ayat 88F
Dalam keadaan tertentu Pemerintah dapat
menetapkan formula penghitungan Upah
minimum yang berbeda dengan formula
penghitungan Upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88D
ayat (2).
Pasal 89 26. Pasal 89 dihapus 26. Pasal 89 dihapus Tidak ada perubahan
(1) Upah minimum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 88 ayat
(3) huruf a dapat terdiri atas :
a. upah minimum
berdasarkan wilayah
provinsi atau
kabupaten/kota;
b. upah minimum
berdasarkan sektor pada
wilayah provinsi atau
kabupaten/kota.
(2) Upah minimum sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
diarahkan kepada pencapaian
30
kebutuhan hidup layak.
(3) Upah minimum sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan oleh Gubernur
dengan memperhatikan
rekomendasi dari Dewan
Pengupahan Provinsi dan/atau
Bupati/Walikota.
(4) Komponen serta pelaksanaan
tahapan pencapaian
kebutuhan hidup layak
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) diatur dengan
Keputusan Menteri.
Pasal 90 27. Pasal 90 dihapus 26. Pasal 89 dihapus Tidak ada perubahan
(1) Pengusaha dilarang
membayar upah lebih rendah
dari upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 89.
(2) Bagi pengusaha yang tidak
mampu membayar upah
minimum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 89
dapat dilakukan penangguhan.
Penjelasan: Penangguhan
pelaksanaan upah minimum
bagi perusahaan yang tidak
mampu dimaksudkan untuk
membebaskan perusahaan
yang bersangkutan
melaksanakan upah minimum
yang berlaku dalam kurun
waktu tertentu. Apabila
penangguhan tersebut
berakhir maka perusahaan
31
yang bersangkutan wajib
melaksanakan upah minimum
yang berlaku pada saat itu
tetapi tidak wajib membayar
pemenuhan ketentuan upah
minimum yang berlaku pada
waktu diberikan
penangguhan.
(3) Tata cara penangguhan
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) diatur dengan
Keputusan Menteri
28. Di antara Pasal 90 dan Pasal 91 31. Di antara Pasal 9O dan Pasal 9l Tidak ada perubahan
disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 90A disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal
dan Pasal 90B sehingga berbunyi sebagai 90A dan Pasal 9OB sehingga berbunyi
berikut: sebagai berikut:
Pasal 90A Pasal 90A Tidak ada perubahan
Upah di atas upah minimum ditetapkan Upah di atas Upah minimum ditetapkan
berdasarkan kesepakatan antara pengusaha berdasarkan kesepakatan antara Pengusaha
dan pekerja/buruh di perusahaan. dan Pekerja/Buruh di Perusahaan.
Pasal 90B Pasal 90B Tidak ada perubahan
(1) Ketentuan upah minimum (1) Ketentuan Upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal sebagaimana dimaksud dalam Pasal
88C ayat (1) dan ayat (2) dikecualikan 88C ayat (1) dan ayat (21
bagi Usaha Mikro dan Kecil. dikecualikan lagi usaha mikro dan
kecil.
(2) Upah pada Usaha Mikro dan Kecil
ditetapkan berdasarkan kesepakatan (2) Upah pada usaha mikro dan kecil
antara pengusaha dan pekerja/buruh di ditetapkan berdasarkan kesepakatan
perusahaan. antara Pengusaha dan Pekerja/ Buruh
di Perusahaan.
(3) Kesepakatan upah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sekurang- (3) Kesepakatan Upah sebagaimana
kurangnya sebesar persentase tertentu dimaksud pada ayat (21 sekurang-
dari rata-rata konsumsi masyarakat kurangnya sebesar persentase tertentu
berdasarkan data yang bersumber dari dari rata-rata konsumsi masyarakat
lembaga yang berwenang di bidang berdasarkan data yang bersumber dari
32
statistik. Lembaga yang berwenang di bidang
statistik.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai upah
bagi Usaha Mikro dan Kecil diatur (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Upah
dalam Peraturan Pemerintah. bagi usaha mikro dan kecil diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 91 29. Pasal 91 dihapus 32. Pasal 91 dihapus Tidak ada perubahan
(1) Pengaturan pengupahan yang
ditetapkan atas kesepakatan
antara pengusaha dan
pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh tidak
boleh lebih rendah dari
ketentuan pengupahan yang
ditetapkan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku.
(2) Dalam hal kesepakatan
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) lebih rendah atau
bertentangan dengan
peraturan perundang-
undangan, kesepakatan
tersebut batal demi hukum,
dan pengusaha wajib
membayar upah ekerja/buruh
menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

33
Pasal 92 30. Ketentuan Pasal 92 diubah sehingga 33. Ketentuan Pasal 92 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Pengusaha menyusun struktur
dan skala upah dengan Pasal 92 Pasal 92
memperhatikan golongan,
(1) Pengusaha wajib menyusun struktur (l) Pengusaha wajib menyusun struktur
jabatan, masa kerja,
dan skala upah di perusahaan dengan dan skala Upah di Perusahaan dengan
pendidikan, dan kompetensi.
memperhatikan kemampuan memperhatikan kemampuan
(2) Pengusaha melakukan perusahaan dan produktivitas. Perusahaan dan produktivitas.
peninjauan upah secara
(2) Struktur dan skala upah digunakan (2) Struktur dan skala Upah digunakan
berkala dengan mem-
sebagai pedoman pengusaha dalam sebagai pedoman Pengusaha dalam
perhatikan kemampuan
menetapkan upah. menetapkan Upah bagi Pekerja/Buruh
perusahaan dan produktivitas.
yang memiliki masa kerja 1 (satu)
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
(3) Ketentuan mengenai struktur tahun atau lebih.
struktur dan skala upah diatur dalam
dan skala upah sebagaimana
Peraturan Pemerintah. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
dimaksud dalam ayat (1)
struktur dan skala Upah diatur dalam
diatur dengan Keputusan
Peraturan Pemerintah.
Menteri.

34
31. Di antara Pasal 92 dan Pasal 93 34. Di antara Pasal 92 dan Pasa1 93 Tidak ada perubahan
disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 92A
92A sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 92A Pasal 92A
Pengusaha melakukan peninjauan upah Pengusaha melakukan peninjauan Upah
secara berkala dengan memperhatikan secara berkala dengan memperhatikan
kemampuan perusahaan dan produktivitas. kemampuan Perusahaan dan produktivitas.
Pasal 94 32. Ketentuan Pasal 94 diubah sehingga 35. Ketentuan Pasal 94 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
Dalam hal komponen upah terdiri
dari upah pokok dan tunjangan Pasal 94 Pasal 94
tetap maka besarnya upah pokok
Dalam hal komponen upah terdiri atas upah Dalam hal komponen Upah terdiri atas
sedikit-dikitnya 75 % (tujuh puluh
pokok dan tunjangan tetap, besarnya upah Upah pokok dan tunjangan tetap, besarnya
lima perseratus) dari jumlah upah
pokok paling sedikit 75% (tujuh puluh lima Upah pokok paling sedikit 75% (tujuh
pokok dan tunjangan tetap.
persen) dari jumlah upah pokok dan puluh lima persen) dari jumlah Upah
tunjangan tetap. pokok dan tunjangan tetap.
Pasal 95 33. Ketentuan Pasal 95 diubah sehingga 36. Ketentuan Pasal 95 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Pelanggaran yang dilakukan
oleh pekerja/buruh karena Pasal 95 Pasal 95
kesengajaan atau kelalaiannya
(1) Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit (1) Dalam hal Perusahaan dinyatakan pailit
dapat dikenakan denda.
atau dilikuidasi berdasarkan ketentuan atau dilikuidasi berdasarkan ketentuan
(2) Pengusaha yang karena peraturan perundang-undangan, upah dan peraturan perundang-undangan, Upah dan
kesengajaan atau kelalaiannya hak lainnya yang belum diterima oleh hak lainnya yang belum diterima oleh
mengakibatkan keterlambatan pekerja/buruh merupakan utang yang Pekerja/ Buruh merupakan utang yang
pembayaran upah, dikenakan didahulukan pembayarannya. didahulukan pembayarannya.
denda sesuai dengan persentase
(2) Upah pekerja/buruh sebagaimana (2) Upah Pekerja/Buruh sebagaimana
tertentu dari upah pekerja/buruh.
dimaksud pada ayat (1) didahulukan dimaksud pada ayat (1) didahulukan
(3) Pemerintah mengatur pembayarannya sebelum pembayaran pembayarannya sebelum pembayaran
pengenaan denda kepada kepada semua kreditur. kepada semua kreditur.
pengusaha dan/atau pekerja/buruh,
(3) Hak lainnya dari pekerja/buruh (3) Hak lainnya dari Pekerja/ Buruh
dalam pembayaran upah.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(4) Dalam hal perusahaan didahulukan pembayarannya atas semua didahulukan pembayarannya atas semua
dinyatakan pailit atau dilikuidasi kreditur kecuali para kreditur pemegang kreditur kecuali para kreditur pemegang
berdasarkan peraturan hak jaminan kebendaan. hak jaminan kebendaan.
perundangundangan yang berlaku,
35
maka upah dan hak-hak lainnya
dari pekerja/buruh merupakan
utang yang didahulukan
pembayarannya.
Pasal 96 34. Pasal 96 dihapus. 37. Pasal 96 dihapus. Tidak ada perubahan
Tuntutan pembayaran upah
pekerja/buruh dan segala
pembayaran yang timbul dari
hubungan kerja menjadi
kadaluwarsa setelah melampaui
jangka waktu 2 (dua) tahun sejak
timbulnya hak.
Pasal 97 35. Pasal 97 dihapus. 38. Pasal 97 dihapus Tidak ada perubahan
Ketentuan mengenai penghasilan
yang layak, kebijakan pengupahan,
kebutuhan hidup layak, dan
perlindungan pengupahan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 88, penetapan upah
minimum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 89, dan pengenaan
denda sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 95 ayat (1), ayat (2)
dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 98 36. Ketentuan Pasal 98 diubah sehingga 39. Ketentuan Pasal 98 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
(1) Untuk memberikan saran,
pertimbangan, dan merumuskan Pasal 98 Pasal 98
kebijakan pengupahan yang akan
(1) Untuk memberikan saran dan (1) Untuk memberikan saran dan
ditetapkan oleh pemerintah, serta
pertimbangan kepada Pemerintah Pusat pertimbangan kepada Pemerintah Pusat
untuk pengembangan sistem
atau Pemerintah Daerah dalam perumusan atau Pemerintah Daerah dalam perumusan
pengupahan nasional dibentuk
kebijakan pengupahan serta pengembangan kebijakan pengupahan serta pengembangan
Dewan Pengupahan Nasional,
sistem pengupahan dibentuk dewan sistem pengupahan dibentuk dewan
Provinsi, dan Kabupaten/Kota.
pengupahan. pengupahan.
(2) Keanggotaan Dewan
(2) Dewan pengupahan terdiri atas unsur (2) Dewan pengupahan terdiri atas unsur
Pengupahan sebagaimana
36
dimaksud dalam ayat (1) terdiri Pemerintah, organisasi pengusaha, serikat pemerintah, organisasi Pengusaha, Serikat
dari unsur pemerintah, organisasi pekerja/serikat buruh, pakar, dan Pekerja/Serikat Buruh, pakar, dan
pengusaha, serikat pekerja/-serikat akademisi. akademisi.
buruh, perguruan tinggi, dan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai te;ta
pakar.
cara pembentukan, komposisi keanggotaan, cara pembentukan, komposisi
(3) Keanggotaan Dewan tata cara pengangkatan dan pemberhentian keanggotaan, tata cara pengangkatan dan
Pengupahan tingkat Nasional keanggotaan, serta tugas dan tata kerja pemberhentian keanggotaan, serta tugas
diangkat dan diberhentikan oleh dewan pengupahan diatur dalam Peraturan dan tata kerja dewan pengupahan diatur
Presiden, sedangkan keanggotaan Pemerintah. dalam Peraturan Pemerintah.
Dewan Pengupahan Provinsi,
Kabupaten/Kota diangkat dan
diberhentikan oleh Gubenur/
Bupati/Walikota.
(4) Ketentuan mengenai tata cara
pembentukan, komposisi
keanggotaan, tata cara
pengangkatan dan pemberhentian
keanggotaan, serta tugas dan tata
kerja Dewan Pengupahan
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan ayat (2), diatur dengan
Keputusan Presiden.
Pasal 151 37. Ketentuan Pasal 151 diubah sehingga 40. Ketentuan Pasal 151 diubah Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:
(1) Pengusaha, pekerja/buruh,
serikat pekerja/serikat buruh, dan Pasal 151 Pasal 151
pemerintah, dengan segala upaya
(1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat (1) Pengusaha, Pekerja/Buruh, Serikat
harus mengusahakan agar jangan
pekerja/serikat buruh, dan Pemerintah Pekerja/ Serikat Buruh, dan Pemerintah
terjadi pemutusan hubungan kerja.
harus mengupayakan agar tidak terjadi harus mengupayakan agar tidak terjadi
(2) Dalam hal segala upaya telah pemutusan hubungan kerja. Pemutusan Hubungan Kerja.
dilakukan, tetapi pemutusan
(2) Dalam hal pemutusan hubungan kerja (21 Dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja
hubungan kerja tidak dapat
tidak dapat dihindari, maksud dan alasan tidak dapat dihindari, maksud dan alasan
dihindari, maka maksud
pemutusan hubungan kerja diberitahukan Pemutusan Hubungan Kerja diberitahukan
pemutusan hubungan kerja wajib
oleh pengusaha kepada pekerja/buruh oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh
dirundingkan oleh pengusaha dan
dan/atau serikat pekerja/serikat buruh. dan/atau Serikat Pekerja/ Serikat Buruh.
serikat pekerja/serikat buruh atau
dengan pekerja/buruh apabila (3) Dalam hal pekerja/buruh telah (3) Dalam hal Pekerja/Buruh telah
pekerja/buruh yang bersangkutan diberitahu dan menolak pemutusan diberitahu dan menolak Pemutusan
37
tidak menjadi anggota serikat hubungan kerja, penyelesaian pemutusan Hubungan Kerja, penyelesaian Pemutusan
pekerja/serikat buruh. hubungan kerja wajib dilakukan melalui Hubungan Kerja wajib dilakukan melalui
perundingan bipartit antara pengusaha perundingan bipartit antara Pengusaha
(3) Dalam hal perundingan
dengan pekerja/buruh dan/atau serikat dengan Pekerja/Buruh dan/atau Serikat
sebagaimana dimaksud dalam ayat
pekerja/serikat buruh. Pekerja/ Serikat Buruh.
(2) benar-benar tidak
menghasilkan persetujuan, (4) Dalam hal perundingan bipartit (4) Dalam hal perundingan bipartit
pengusaha hanya dapat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
memutuskan hubungan kerja mendapatkan kesepakatan, pemutusan mendapatkan kesepakatan, Pemutusan
dengan pekerja/buruh setelah hubungan kerja dilakukan melalui tahap Hubungan Kerja dilakukan melalui tahap
memperoleh penetapan dari berikutnya sesuai dengan mekanisme berikutnya sesuai dengan mekanisme
lembaga penyelesaian perselisihan penyelesaian perselisihan hubungan penyelesaian Perselisihan Hubungan
hubungan industrial industrial. Industrial.
38. Di antara Pasal 151 dan Pasal 152 41. Di antara Pasal 151 dan Pasal 152 Tidak ada perubahan
disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal
151A sehingga berbunyi sebagai berikut: 151A sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 151A Pasal 151A
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud Pemberitahuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 151 ayat (2) tidak perlu dalam Pasal 151 ayat (2) tidak perlu
dilakukan oleh pengusaha dalam hal: dilakukan oleh Pengusaha dalam hal:
a. pekerja/buruh mengundurkan diri atas a. Pekerja/Buruh mengundurkan diri atas
kemauan sendiri; kemauan sendiri;
b. pekerja/buruh dan pengusaha berakhir b. Pekerja/Buruh dan Pengusaha berakhir
hubungan kerjanya sesuai dengan Hubungan Kerjanya sesuai dengan
perjanjian kerja waktu tertentu; perjanjian kerja waktu tertentu;
c. pekerja/buruh mencapai usia pensiun c. Pekerja/Buruh mencapai usia pensiun
sesuai dengan perjanjian kerja, peraturan sesuai dengan Perjanjian Kerja, Peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama; Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
atau Bersama; atau
d. pekerja/buruh meninggal dunia d. Pekerja/Buruh meninggal dunia.
Pasal 152 39. Pasal 152 dihapus 42. Pasal 152 dihapus Tidak ada perubahan
(1) Permohonan penetapan
pemutusan hubungan kerja
diajukan secara tertulis kepada
38
lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial disertai alasan
yang menjadi dasarnya.
(2) Permohonan penetapan
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dapat diterima oleh lembaga
penyelesaian perselisihan
hubungan industrial apabila telah
dirundangkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 151 ayat
(2).
(3) Penetapan atas permohonan
pemutusan hubungan kerja hanya
dapat diberikan oleh lembaga
penyelesaian perselisihan
hubungan industrial jika ternyata
maksud untuk memutuskan
hubungan kerja telah
dirundingkan, tetapi perundingan
tersebut tidak menghasilkan
kesepakatan
Pasal 153 40. Ketentuan Pasal 153 diubah sehingga 43. Ketentuan Pasal 153 diubah Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:
(1) Pengusaha dilarang melakukan
pemutusan hubungan kerja dengan Pasal 153 Pasal 153
alasan :
(1) Pengusaha dilarang melakukan (1) Pengusaha dilarang melakukan
a. pekerja/buruh berhalangan pemutusan hubungan kerja kepada Pemutusan Hubungan Kerja kepada
masuk kerja karena sakit menurut pekerja/buruh dengan alasan: Pekerja/Buruh dengan alasan:
keterangan dokter selama waktu
a. berhalangan masuk kerja karena sakit a. berhalangan masuk kerja karena sakit
tidak melampaui 12 (dua belas)
menurut keterangan dokter selama waktu menurut keterangan dokter selama waktu
bulan secara terus-menerus;
tidak melampaui 12 (dua belas) bulan tidak melampaui 12 (dua belas) bulan
b. pekerja/buruh berhalangan secara terus-menerus; secara terus-menerus;
menjalankan pekerjaannya karena
b. berhalangan menjalankan pekerjaannya b. berhalangan menjalankan pekerjaannya
memenuhi kewajiban terhadap
karena memenuhi kewajiban terhadap karena memenuhi kewajiban terhadap
negara sesuai dengan ketentuan
negara sesuai dengan ketentuan peraturan negara sesuai dengan ketentuan peraturan
peraturan perundang-undangan
perundang-undangan; perundang-undangan;
yang berlaku;
39
c. pekerja/buruh menjalankan c. menjalankan ibadah yang diperintahkan c. menjalankan ibadah yang diperintahkan
ibadah yang diperintahkan agamanya; agamanya;
agamanya;
d. menikah; d. menikah;
d. pekerja/buruh menikah;
e. hamil, melahirkan, gugur kandungan, e. hamil, melahirkan, gugur kandungan,
e. pekerja/buruh perempuan hamil, atau menyusui bayinya; atau menyusui bayinya;
melahirkan, gugur kandungan,
f. mempunyai pertalian darah dan/atau f. mempunyai pertalian darah dan/ atau
atau menyusui bayinya;
ikatan perkawinan dengan pekerja/buruh ikatan perkawinan dengan Pekerja/ Bunrh
f. pekerja/buruh mempunyai lainnya di dalam satu perusahaan; lainnya di dalam satu Perusahaan;
pertalian darah dan/atau ikatan
g. mendirikan, menjadi anggota dan/atau g. mendirikan, menjadi anggota dan/ atau
perkawinan dengan pekerja/buruh
pengurus serikat pekerja/serikat buruh, pengurus Serikat Pekerja/Serikat Buruh,
lainnya di dalam satu perusahaan,
pekerja/buruh melakukan kegiatan serikat Pekerja/ Buruh melakukan kegiatan Serikat
kecuali telah diatur dalam
pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau Pekerja/Serikat Buruh di luar jam kerja,
perjanjian kerja, peraturan
di dalam jam kerja atas kesepakatan atau di dalam jam kerja atas kesepakatan
perusahan, atau perjanjian kerja
pengusaha, atau berdasarkan ketentuan Pengusaha, atau berdasarkan ketentuan
bersama;
yang diatur dalam perjanjian kerja, yang diatur dalam Perjanjian Kerja,
g. pekerja/buruh mendirikan, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian
menjadi anggota dan/atau bersama; Kerja Bersama;
pengurus serikat pekerja/serikat
h. mengadukan pengusaha kepada pihak h. mengadukan Pengusaha kepada pihak
buruh, pekerja/buruh melakukan
yang berwajib mengenai perbuatan yang berwajib mengenai perbuatan
kegiatan serikat pekerja/serikat
pengusaha yang melakukan tindak pidana Pengusaha yang melakukan tindak pidana
buruh di luar jam kerja, atau di
kejahatan; kejahatan;
dalam jam kerja atas kesepakatan
pengusaha, atau berdasarkan i. berbeda paham, agama, aliran politik, i. berbeda paham, agama, aliran politik,
ketentuan yang diatur dalam suku, warna kulit, golongan, jenis kelamin, suku, warna kulit, golongan, jenis kelamin,
perjanjian kerja, peraturan kondisi fisik, atau status perkawinan; dan kondisi fisik, atau status perkawinan; dan
perusahaan, atau perjanjian kerja
j. dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat j. dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat
bersama;
kecelakaan kerja, atau sakit karena kecelakaan kerja, atau sakit karena
h. pekerja/buruh yang mengadukan hubungan kerja yang menurut surat Hubungan Kerja yang menumt surat
pengusaha kepada yang berwajib keterangan dokter yang jangka waktu keterangan dokter yang jangka waktu
mengenai perbuatan pengusaha penyembuhannya belum dapat dipastikan. penyembuhannya belum dapat dipastikan.
yang melakukan tindak pidana
(2) Pemutusan hubungan kerja yang (21 Pemutusan Hubungan Kerja yang
kejahatan;
dilakukan dengan alasan sebagaimana dilakukan dengan alasan sebagaimana
i. karena perbedaan paham, agama, dimaksud pada ayat (1) batal demi hukum dimaksud pada ayat (1) batal demi hukum
aliran politik, suku, warna kulit, dan pengusaha wajib mempekerjakan dan Pengusaha wajib mempekerjakan
golongan, jenis kelamin, kondisi kembali pekerja/buruh yang bersangkutan. kembali Pekerja/Buruh yang bersangkutan.
fisik, atau status perkawinan;
40
j. pekerja/buruh dalam keadaan
cacat tetap, sakit akibat kecelakaan
kerja, atau sakit karena hubungan
kerja yang menurut surat
keterangan dokter yang jangka
waktu penyembuhannya belum
dapat dipastikan.
(2) Pemutusan hubungan kerja
yang dilakukan dengan alasan
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) batal demi hukum dan
pengusaha wajib mempekerjakan
kembali pekerja/buruh yang
bersangkutan.
Pasal 154 41. Pasal 154 dihapus. 44. Pasal 154 dihapus. Tidak ada perubahan
Penetapan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 151 ayat (3) tidak
diperlukan dalam hal :
a. pekerja/buruh masih dalam
masa percobaan kerja, bilamana
telah dipersyaratkan secara tertulis
sebelumnya;
b. pekerja/buruh mengajukan
permintaan pengunduran diri,
secara tertulis atas kemauan
sendiri tanpa ada indikasi adanya
tekanan/intimidasi dari pengusaha,
berakhirnya hubungan kerja sesuai
dengan perjanjian kerja waktu
tertentu untuk pertama kali;
c. pekerja/buruh mencapai usia
pensiun sesuai dengan ketetapan
dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, perjanjian kerja
bersama, atau peraturan
perundang-undangan; atau
41
d. pekerja/buruh meninggal dunia.
42. Di antara Pasal 154 dan Pasal 155 45. Di antara Pasal 154 dan Pasal 155 Tidak ada perubahan
disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal
154A sehingga berbunyi sebagai berikut: 154A sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 154A Pasal 154A
(1) Pemutusan hubungan kerja dapat terjadi (1) Pemutusan Hubungan Kerja dapat
karena alasan: terjadi karena alasan:
a. perusahaan melakukan penggabungan, a. Perusahaan melakukan penggabungan,
peleburan, pengambilalihan, atau peleburan, pengambilalihan, atau
pemisahan perusahaan dan pekerja/buruh pemisahan Perusahaan dan Pekerja/Bumh
tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja tidak bersedia melanjutkan Hubungan
atau pengusaha tidak bersedia menerima Kerja atau Pengusaha tidak bersedia
pekerja/buruh; menerima Pekerja/Buruh;
b. perusahaan melakukan efisiensi diikuti b. Perusahaan melakukan efisiensi diikuti
dengan penutupan perusahaan atau tidak dengan Penutupan Perusahaan atau tidak
diikuti dengan penutupan perusahaan yang diikuti dengan Penutupan Perusahaan yang
disebabkan perusahaan mengalami disebabkan Perusahaan mengalami
kerugian; kerugian;
c. perusahaan tutup yang disebabkan karena c. Perusahaan tutup yang disebabkan
perusahaan mengalami kerugian secara karena Perusahaan mengalami kerugian
terus menerus selama 2 (dua) tahun; secara terus menerus selama 2 (dua) tahun;
d. perusahaan tutup yang disebabkan d. Perusahaan tutup yang disebabkan
keadaan memaksa (force majeur). keadaan memaksa $orce majeur);
e. perusahaan dalam keadaan penundaan e. Perusahaan dalam keadaan penundaan
kewajiban pembayaran utang; kewajiban pembayaran utang;
f. perusahaan pailit; f. Perusahaan pailit;
g. adanya permohonan pemutusan g. adanya permohonan Pemutusan
hubungan kerja yang diajukan oleh Hubungan Kerja yang diajukan oleh
pekerja/buruh dengan alasan pengusaha Pekerja/Buruh dengan alasan Pengusaha
melakukan perbuatan sebagai berikut: 1. melakukan perbuatan sebagai berikut: 1.
menganiaya, menghina secara kasar atau menganiaya, menghina secara kasar atau
mengancam pekerja/buruh; 2. membujuk menganeam Pekerja/ Buruh; 2. membujuk
dan/atau menyuruh pekerja/buruh untuk dan/atau menyuruh Pekerja/Buruh untuk
42
melakukan perbuatan yang bertentangan melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan; 3. dengan peraturan perundang-undangan; 3.
tidak membayar upah tepat pada waktu tidak membayar Upah tepat pada waktu
yang telah ditentukan selama 3 (tiga) bulan yang telah ditentukan selama 3 (tiga) bulan
berturutturut atau lebih, meskipun berturut-turut atau lebih, meskipun
pengusaha membayar upah secara tepat Pengusaha membayar Upah secara tepat
waktu sesudah itu; waktu sesudah itu;
4. tidak melakukan kewajiban yang telah 4. tidak melakukan kewajiban yang telah
dijanjikan kepada pekerja/buruh; dijanjikan kepada Pekerja/ Buruh;
5. memerintahkan pekerja/buruh untuk 5. memerintahkan Pekerja/Buruh untuk
melaksanakan pekerjaan di luar yang melaksanakan pekerjaan di luar yang
diperjanjikan; atau diperjanjikan; atau
6. memberikan pekerjaan yang 6. memberikan pekerjaan yang
membahayakan jiwa, keselamatan, membahayakan jiwa, keselamatan,
kesehatan, dan kesusilaan pekerja/buruh kesehatan, dan kesusilaan Pekerja/Buruh
sedangkan pekerjaan tersebut tidak sedangkan pekerjaan tersebut tidak
dicantumkan pada perjanjian kerja; dicantumkan pada Perjanjian Kerja;
h. adanya putusan lembaga penyelesaian h. adanya putusan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang Perselisihan Hubungan Industrial yang
menyatakan pengusaha tidak melakukan menyatakan Pengusaha tidak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud pada perbuatan sebagaimana dimaksud pada
huruf g terhadap permohonan yang huruf g terhadap permohonan yang
diajukan oleh pekerja/buruh dan pengusaha diajukan oleh Pekerja/ Buruh dan
memutuskan untuk melakukan pemutusan Pengusaha memutuskan untuk melakukan
hubungan kerja; Pemutusan Hubungan Kerja;
i. pekerja/buruh mengundurkan diri atas i. Pekerja/Bunrh mengundurkan diri atas
kemauan sendiri dan harus memenuhi kemauan sendiri dan harus memenuhi
syarat: 1. mengajukan permohonan syarat: 1. mengajukan permohonan
pengunduran diri secara tertulis selambat- pengunduran diri secara tertulis selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum
tanggal mulai pengunduran diri; 2. tidak tanggal mulai pengunduran diri; 2. tidak
terikat dalam ikatan dinas; dan 3. tetap terikat dalam ikatan dinas; dan 3. tetap
melaksanakan kewajibannya sampai melaksanakan kewajibannya sampai
tanggal mulai pengunduran diri; tanggal mulai pengunduran diri;
j. pekerja/buruh mangkir selama 5 (lima) j. Pekerja/ Buruh mangkir selama 5 (lima)
hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa
43
keterangan secara tertulis yang dilengkapi keterangan secara tertulis yang dilengkapi
dengan bukti yang sah dan telah dipanggil dengan bukti yang sah dan telah dipanggil
oleh pengusaha 2 (dua) kali secara patut oleh Pengusaha 2 (dua) kali secara patut
dan tertulis; dan tertulis;
k. pekerja/buruh melakukan pelanggaran k Pekerja/Buruh melakukan pelanggaran
ketentuan yang diatur dalam perjanjian ketentuan yang diatur dalam Perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
kerja bersama dan sebelumnya telah Perjanjian Kerja Bersama dan sebelumnya
diberikan surat peringatan pertama, kedua, telah diberikan surat peringatan pertama,
dan ketiga secara berturut-turut masing- kedua, dan ketiga secara berturut-turut
masing berlaku untuk paling lama 6 (enam) masing-masing berlaku untuk paling lama
bulan kecuali ditetapkan lain dalam 6 (enam) bulan kecuali ditetapkan lain da-
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau lam Perjanjian Kerja, Peraturan
perjanjian kerja bersama; Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
Bersama;
l. pekerja/buruh tidak dapat melakukan
pekerjaan selama 6 (enam) bulan akibat L Pekerja/Buruh tidak dapat melakukan
ditahan pihak yang berwajib karena diduga pekerjaan selama 6 (enam) bulan akibat
melakukan tindak pidana; ditahan pihak yang berwajib karena diduga
melakukan tindak pidana;
m. pekerja/buruh mengalami sakit
berkepanjangan atau cacat akibat m. Pekerja/Buruh mengalami sakit
kecelakaan kerja dan tidak dapat berkepanjangan atau cacat akibat
melakukan pekerjaannya setelah kecelakaan kerja dan tidak dapat
melampaui batas 12 (dua belas) bulan; melakukan pekerjaannya setelah
melampaui batas 12 (dua belas) bulan;
n. pekerja/buruh memasuki usia pensiun;
atau n. Pekerja/ Buruh memasuki usia pensiun;
atau
o. pekerja/buruh meninggal dunia.
o. Pekerja/Buruh meninggal dunia.
(2) Selain alasan pemutusan hubungan
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) Selain alasan Pemutusan Hubungan
dapat ditetapkan alasan pemutusan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
hubungan kerja lainnya dalam perjanjian (1), dapat ditetapkan alasan Pemutusan
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian Hubungan Kerja lainnya dalam Perjanjian
kerja bersama sebagaimana dimaksud Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
dalam Pasal 61 ayat (1). Perjanjian Kerja Bersama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara pemutusan hubungan kerja diatur (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara Pemutusan Hubungan Kerja diatur
44
dalam Peraturan Pemerintah. dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 155 43. Pasal 155 dihapus. 46. Pasal 155 dihapus Tidak ada perubahan
(1) Pemutusan hubungan kerja
tanpa penetapan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 151 ayat (3)
batal demi hukum.
(2) Selama putusan lembaga
penyelesaian perselisihan
hubungan industrial belum
ditetapkan, baik pengusaha
maupun pekerja/buruh harus tetap
melaksanakan segala
kewajibannya.
(3) Pengusaha dapat melakukan
penyimpangan terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) berupa tindakan skorsing
kepada pekerja/buruh yang sedang
dalam proses pemutusan hubungan
kerja dengan tetap wajib
membayar upah beserta hak-hak
lainnya yang biasa diterima
pekerja/buruh
Pasal 156 44. Ketentuan Pasal 156 diubah sehingga 47. Ketentuan Pasal 156 diubah Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:
(1) Dalam hal terjadi pemutusan
hubungan kerja, pengusaha Pasal 156 Pasal 156
diwajibkan membayar uang
(1) Dalam hal terjadi pemutusan hubungan (1) Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan
pesangon dan atau uang
kerja, pengusaha wajib membayar uang Kerja, Pengusaha wajib membayar uang
penghargaan masa kerja dan uang
pesangon dan/atau uang penghargaan masa pesangon dan/ atau uang penghargaan
penggantian hak yang seharusnya
kerja dan uang penggantian hak yang masa kerja dan uang penggantian hak yang
diterima.
seharusnya diterima. seharusnya diterima.
(2) Perhitungan uang pesangon
(2) Uang pesangon sebagaimana dimaksud (2) Uang pesangon sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud dalam ayat
pada ayat (1) diberikan dengan ketentuan pada ayat (1) diberikan dengan ketentuan
(1) paling sedikit sebagai berikut:
sebagai berikut: sebagai berikut:
a. masa kerja kurang dari 1 (satu)
a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1
45
tahun, 1 (satu) bulan upah; (satu) bulan upah; (satu) bulan Upah;
b. masa kerja 1 (satu) tahun atau b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih
lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua)
tahun, 2 (dua) bulan upah; bulan upah; bulan Upah;
c. masa kerja 2 (dua) tahun atau c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih
lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga)
tahun, 3 (tiga) bulan upah; upah; bulan Upah;
d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih
lebih tetapi kurang dari 4 (empat) kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4
tahun, 4 (empat) bulan upah; bulan upah; (empat) bulan Upah;
e. masa kerja 4 (empat) tahun atau e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih
lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima)
tahun, 5 (lima) bulan upah; bulan upah; bulan Upah;
f. masa kerja 5 (lima) tahun atau f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih,
lebih, tetapi kurang dari 6 (enam) tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6
tahun, 6 (enam) bulan upah; bulan upah; (enam) bulan Upah;
g. masa kerja 6 (enam) tahun atau g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih
lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tqiuh)
tahun, 7 (tujuh) bulan upah. bulan upah; bulan Upah;
h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih
lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8
tahun, 8 (delapan) bulan upah; (delapan) bulan upah; (delapan) bulan Upah;
i. masa kerja 8 (delapan) tahun i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 i masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9
atau lebih, 9 (sembilan) bulan (sembilan) bulan upah. (sembilan) bulan Upah.
upah.
(3) Uang penghargaan masa kerja (3) Uang penghargaan masa kerja
(3) Perhitungan uang penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
masa kerja sebagaimana dimaksud diberikan dengan ketentuan sebagai diberikan dengan ketentuan sebagai
dalam ayat (1) ditetapkan sebagai berikut: berikut:
berikut :
a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih
a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua)
lebih tetapi kurang dari 6 (enam) upah; bulan Upah;
tahun, 2 (dua) bulan upah;
b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih
b. masa kerja 6 (enam) tahun atau tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3
lebih tetapi kurang dari 9
46
(sembilan) tahun, 3 (tiga) bulan (tiga) bulan upah; (tiga) bulan Upah;
upah;
c. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih c. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih
c. masa kerja 9 (sembilan) tahun tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4 tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4
atau lebih tetapi kurang dari 12 (empat) bulan upah; (empat) bulan Upah;
(dua belas) tahun, 4 (empat) bulan
d. masa kerja 12 (duabelas) tahun atau lebih d. masa kerja 12 (dua belas) tahun atau
upah;
tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5 lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas)
d. masa kerja 12 (dua belas) tahun (lima) bulan upah; tahun, 5 (lima) bulan Upah;
atau lebih tetapi kurang dari 15
e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau
(lima belas) tahun, 5 (lima) bulan
lebih tetapi kurang dari 18 (delapan belas) lebih tetapi kurang dari 18 (delapan belas)
upah;
tahun, 6 (enam) bulan upah; tahun, 6 (enam) bulan Upah;
e. masa kerja 15 (lima belas) tahun
f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau
atau lebih tetapi kurang dari 18
lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu) lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu)
(delapan belas) tahun, 6 (enam)
tahun, 7 (tujuh) bulan upah; tahun, 7 (tujuh) bulan Upah;
bulan upah;
g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun
f. masa kerja 18 (delapan belas)
atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua puluh atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua puluh
tahun atau lebih tetapi kurang dari
empat) tahun, 8 (delapan) bulan upah; empat) tahun, 8 (delapan) bulan Upah;
21 (dua puluh satu) tahun, 7
(tujuh) bulan upah; h. masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun h, masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun
atau lebih, 10 (sepuluh) bulan upah. atau lebih, 10 (sepuluh) bulan Upah.
g. masa kerja 21 (dua puluh satu)
tahun atau lebih tetapi kurang dari (4) Uang penggantian hak yang seharusnya (4) Uang penggantian hak yang seharusnya
24 (dua puluh empat) tahun, 8 diterima sebagaimana dimaksud pada ayat diterima s6lagaimana dimaksud pada ayat
(delapan) bulan upah; (1) meliputi: (1) meliputi:
h. masa kerja 24 (dua puluh a. cuti tahunan yang belum diambil dan a. cuti tahunan yang belum diambil dan
empat) tahun atau lebih, 10 belum gugur; belum gugur;
(sepuluh ) bulan upah.
b. biaya atau ongkos pulang untuk b. biaya atau ongkos pulang untuk
(4) Uang penggantian hak yang pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat Pekerja/Buruh dan keluarganya ke tempat
seharusnya diterima sebagaimana pekerja/buruh diterima bekerja; Pekerja/ Buruh diterima bekerja;
dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
c. hal-hal lain yang ditetapkan dalam c. hal-hal lain yang ditetapkan dalam
a. cuti tahunan yang belum diambil perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan,
dan belum gugur; perjanjian kerja bersama. atau Perjanjian Kerja Bersama.
b. biaya atau ongkos pulang untuk (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pekerja/buruh dan keluarganya pemberian uang pesangon, uang pemberian uang pesangon, uang
ketempat dimana pekerja/buruh penghargaan masa kerja, dan uang penghargaan masa kerja, dan uang
diterima bekerja; penggantian hak sebagaimana dimaksud penggantian hak sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur pada ayat (2), ayat (3), dan ayat l4l diatur
47
c. penggantian perumahan serta dalam Peraturan Pemerintah. dalam Peraturan Pemerintah.
pengobatan dan perawatan
ditetapkan 15% (lima belas
perseratus) dari uang pesangon
dan/atau uang penghargaan masa
kerja bagi yang memenuhi syarat;
d. hal-hal lain yang ditetapkan
dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja
bersama.
(5) Perubahan perhitungan uang
pesangon, perhitungan uang
penghargaan masa kerja, dan uang
penggantian hak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 157 45. Ketentuan Pasal 157 diubah sehingga 48. Ketentuan Pasal 157 diubah Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:
(1) Komponen upah yang
digunakan sebagai dasar Pasal 157 Pasal 157
perhitungan uang pesangon, uang
(1) Komponen upah yang digunakan (1) Komponen Upah yang digunakan
penghargaan masa kerja, dan uang
sebagai dasar perhitungan uang pesangon sebagai dasar perhitungan uang pesangon
pengganti hak yang seharusnya
dan uang penghargaan masa kerja terdiri dan uangpenghargaan masa kerja terdiri
diterima yang tertunda, terdiri atas:
atas: atas:
a. upah pokok;
a. upah pokok; dan a. Upah pokok; dan
b. segala macam bentuk tunjangan
b. tunjangan tetap yang diberikan kepada b. tunjangan tetap yang diberikan kepada
yang bersifat tetap yang diberikan
pekerja/buruh dan keluarganya. Pekerja/ Buruh dan keluarganya.
kepada pekerja/buruh dan
keluarganya, termasuk harga (2) Dalam hal penghasilan pekerja/buruh (2) Dalam hal penghasilan Pekerja/Buruh
pembelian dari catu yang diberikan dibayarkan atas dasar perhitungan harian, dibayarkan atas dasar perhitungan harian,
kepada pekerja/buruh secara upah sebulan sama dengan 30 (tiga puluh) Upah sebulan sama dengan 30 (tiga puluh)
cuma-cuma, yang apabila catu dikalikan upah sehari. dikalikan Upah sehari.
harus dibayar pekerja/buruh
(3) Dalam hal upah pekerja/buruh (3) Dalam hal Upah Pekerja/Buruh
dengan subsidi, maka sebagai upah
dibayarkan atas dasar perhitungan satuan dibayarkan atas dasar perhitungan satuan
dianggap selisih antara harga
hasil, upah sebulan sama dengan hasil, Upah sebulan sama dengan
pembelian dengan harga yang
penghasilan rata-rata dalam 12 (dua belas) penghasilan rata-rata dalam 12 (dua belas)
48
harus dibayar oleh pekerja/buruh. bulan terakhir. bulan terakhir.
(2) Dalam hal penghasilan (4) Dalam hal upah sebulan sebagaimana (4) Dalam hal Upah sebulan sebagaimana
pekerja/buruh dibayarkan atas dimaksud pada ayat (3) lebih rendah dari dimaksud pada ayat (3) lebih rendah dari
dasar perhitungan harian, maka upah minimum, upah yang menjadi dasar Upah minimum, Upah yang menjadi dasar
penghasilan sebulan adalah sama perhitungan pesangon adalah upah perhitungan pesangon adalah Upah
dengan 30 kali penghasilan sehari. minimum yang berlaku di wilayah domisili minimum yang berlaku di wilayah domisili
perusahaan. Perusahaan.
(3) Dalam hal upah pekerja/buruh
dibayarkan atas dasar perhitungan
satuan hasil, potongan/borongan
atau komisi, maka penghasilan
sehari adalah sama dengan
pendapatan ratarata per hari
selama 12 (dua belas) bulan
terakhir, dengan ketentuan tidak
boleh kurang dari ketentuan upah
minimum provinsi atau
kabupaten/kota.
(4) Dalam hal pekerjaan
tergantung pada keadaan cuaca
dan upahnya didasarkan pada upah
borongan, maka perhitungan upah
sebulan dihitung dari upah rata-
rata 12 (dua belas) bulan terakhir.
46. Di antara Pasal 157 dan Pasal 158 49. Di antara Pasal 157 dan Pasal 158
disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal
157A sehingga berbunyi sebagai berikut: 157A sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 157A Pasal 157A Tidak ada perubahan
(1) Selama penyelesaian perselisihan (1) Selama penyelesaian Perselisihan
hubungan industrial, pengusaha dan Hubungan Industrial, Pengusaha dan
pekerja/buruh harus tetap melaksanakan Pekerja/Buruh harus tetap melaksanakan
kewajibannya. kewaj ibannya.
(2) Pengusaha dapat melakukan tindakan (2) Pengusaha dapat melakukan tindakan
skorsing kepada pekerja/buruh yang sedang skorsing kepada Pekerja/Buruh yang
dalam proses pemutusan hubungan kerja sedang dalam piroses Pemutusan
dengan tetap membayar upah beserta hak Hubungan Kerja dengan tetap membayar
49
lainnya yang biasa diterima pekerja/buruh. Upah beserta hak lainnya yang biasa
diterima Pekerja/ Buruh.
(3) Pelaksanaan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sampai (3) Pelaksanaan kewajiban sebagaimana
dengan selesainya proses penyelesaian dimaksud pada ayat (1) dilakukan sampai
perselisihan hubungan industrial sesuai dengan selesainya proses penyelesaian
tingkatannya. Perselisihan Hubungan Industrial sesuai
tingkatannya.
Pasal 158 47. Pasal 158 dihapus. 50. Pasal 158 dihapus. Tidak ada perubahan
(1) Pengusaha dapat memutuskan
hubungan kerja terhadap
pekerja/buruh dengan alasan
pekerja/buruh telah melakukan
kesalahan berat sebagai berikut :
a. melakukan penipuan, pencurian,
atau penggelapan barang dan/atau
uang milik perusahaan;
b. memberikan keterangan palsu
atau yang dipalsukan sehingga
merugikan perusahaan;
c. mabuk, meminum minuman
keras yang memabukkan, memakai
dan/atau mengedarkan narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif
lainnya di lingkungan kerja;
d. melakukan perbuatan asusila
atau perjudian di lingkungan kerja;
e. menyerang, menganiaya,
mengancam, atau mengintimidasi
teman sekerja atau pengusaha di
lingkungan kerja;
f. membujuk teman sekerja atau
pengusaha untuk melakukan
perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-

50
undangan;
g. dengan ceroboh atau sengaja
merusak atau membiarkan dalam
keadaan bahaya barang milik
perusahaan yang menimbulkan
kerugian bagi perusahaan;
h. dengan ceroboh atau sengaja
membiarkan teman sekerja atau
pengusaha dalam keadaan bahaya
di tempat kerja;
i. membongkar atau membocorkan
rahasia perusahaan yang
seharusnya dirahasiakan
kecuali untuk kepentingan negara;
atau
j. melakukan perbuatan lainnya di
lingkungan perusahaan yang
diancam pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih.
(2) Kesalahan berat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) harus
didukung dengan bukti sebagai
berikut :
a. pekerja/buruh tertangkap
tangan;
b. ada pengakuan dari
pekerja/buruh yang bersangkutan;
atau
c. bukti lain berupa laporan
kejadian yang dibuat oleh pihak
yang berwenang di perusahaan
yang bersangkutan dan didukung
oleh sekurang-kurangnya 2 (dua)
orang saksi.

51
(3) Pekerja/buruh yang diputus
hubungan kerjanya berdasarkan
alasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dapat memperoleh
uang penggantian hak
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 156 ayat (4).
(4) Bagi pekerja/buruh
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) yang tugas dan fungsinya tidak
mewakili kepentingan pengusaha
secara langsung, selain uang
penggantian hak sesuai dengan
ketentuan Pasal 156 ayat (4)
diberikan uang pisah yang
besarnya dan pelaksanaannya
diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama.
Pasal 159 48. Pasal 159 dihapus. 51. Pasal 159 dihapus. Tidak ada perubahan
Apabila pekerja/buruh tidak
menerima pemutusan hubungan
kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 158 ayat (1),
pekerja/buruh yang bersangkutan
dapat mengajukan gugatan ke
lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial.
Pasal 160 49. Ketentuan Pasal 160 diubah sehingga 52. Ketentuan Pasal 16O diubah Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:
(1) Dalam hal pekerja/buruh
ditahan pihak yang berwajib Pasal 160 Pasal 160
karena diduga melakukan tindak
(1) Dalam hal pekerja/buruh ditahan pihak (1) Dalam hal Pekerja/Buruh ditahan pihak
pidana bukan atas pengaduan
yang berwajib karena diduga melakukan yang berwajib karena diduga melakukan
pengusaha, maka pengusaha tidak
tindak pidana, pengusaha tidak wajib tindak pidana, Pengusaha tidak wajib
wajib membayar upah tetapi wajib
membayar upah, tetapi wajib memberikan membayar Upah, tetapi wajib memberikan
memberikan bantuan kepada
bantuan kepada keluarga pekerja/buruh bantuan kepada keluarga Pekerja/Buruh
keluarga pekerja/buruh yang
52
menjadi tanggungannya dengan yang menjadi tanggungannya dengan yang menjadi tanggungannya dengan
ketentuan sebagai berikut : ketentuan sebagai berikut: ketentuan sebagai berikut:
a. untuk 1 (satu) orang tanggungan a. untuk 1 (satu) orang tanggungan, 25% a. untuk 1 (satu) orang tanggungan, 25o/o
: 25% (dua puluh lima perseratus) (dua puluh lima persen) dari upah; (dua puluh lima persen) dari Upah;
dari upah;
b. untuk 2 (dua) orang tanggungan, 35% b. untuk 2 (dua) orang tanggungan, 35%
b. untuk 2 (dua) orang tanggungan (tiga puluh lima persen) dari upah; (tiga puluh lima persen) dari Upah;
: 35% (tiga puluh lima perseratus)
c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan, 45% c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan, 45o/o
dari upah;
(empat puluh lima persen) dari upah; (empat puluh lima persen) dari Upah;
c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan
d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau
: 45% (empat puluh lima
lebih, 50% (lima puluh persen) dari upah. lebih, 50% (lima puluh persen) dari Upah.
perseratus) dari upah;
(2) Bantuan sebagaimana dimaksud pada (2) Bantuan sebagaimana dimaksud pada
d. untuk 4 (empat) orang
ayat (1) diberikan untuk paling lama 6 ayat (1) diberikan untuk paling lama 6
tanggungan atau lebih : 50% (lima
(enam) bulan terhitung sejak hari pertama (enam) bulan terhitung sejak hari pertama
puluh perseratus) dari upah.
pekerja/buruh ditahan oleh pihak yang Pekerja/Buruh ditahan oleh pihak yang
(2) Bantuan sebagaimana berwajib. berwajib.
dimaksud dalam ayat (1) diberikan
(3) Pengusaha dapat melakukan pemutusan (3) Pengusaha dapat melakukan Pemutusan
untuk paling lama 6 (enam) bulan
hubungan kerja terhadap pekerja/buruh Hubungan Kerja terhadap Pekerja/ Buruh
takwin terhitung sejak hari
yang setelah 6 (enam) bulan tidak dapat yang setelah 6 (enam) bulan tidak dapat
pertama pekerja/buruh ditahan
melakukan pekerjaan sebagaimana melakukan pekerjaan sebagaimana
oleh pihak yang berwajib.
mestinya karena dalam proses perkara mestinya karena dalam proses perkara
(3) Pengusaha dapat melakukan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat pidana sebagaimana dimaksud pada ayat
pemutusan hubungan kerja (1). (1).
terhadap pekerja/buruh yang
(4) Dalam hal pengadilan memutuskan (4) Dalam hal pengadilan memutuskan
setelah 6 (enam) bulan tidak dapat
perkara pidana sebelum masa 6 (enam) perkara pidana sebelum masa 6 (enam)
melakukan pekerjaan sebagaimana
bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
mestinya karena dalam proses
berakhir dan pekerja/buruh dinyatakan berakhir dan Pekerja/Buruh dinyatakan
perkara pidana sebagaimana
tidak bersalah, pengusaha wajib tidak bersalah, Pengusaha wajib
dimaksud dalam ayat (1).
mempekerjakan pekerja/buruh kembali. mempekerjakan Pekerja/ Buruh kembali.
(4) Dalam hal pengadilan
(5) Dalam hal pengadilan memutuskan (5) Dalam hal pengadilan memutuskan
memutuskan perkara pidana
perkara pidana sebelum masa 6 (enam) perkara pidana sebelum masa 6 (enam)
sebelum masa 6 (enam) bulan
bulan berakhir dan pekerja/buruh bulan berakhir dan Pekerja/Buruh
sebagaimana dimaksud dalam ayat
dinyatakan bersalah, pengusaha dapat dinyatakan bersalah, Pengusaha dapat
(3) berakhir dan pekerja/buruh
melakukan pemutusan hubungan kerja melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
dinyatakan tidak bersalah, maka
kepada pekerja/buruh yang bersangkutan. kepada Pekerja/ Buruh yang bersangkutan.
pengusaha wajib mempekerjakan

53
pekerja/buruh kembali.
(5) Dalam hal pengadilan
memutuskan perkara pidana
sebelum masa 6 (enam) bulan
berakhir dan pekerja/ buruh
dinyatakan bersalah, maka
pengusaha dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja kepada
pekerja/buruh yang bersangkutan.
(6) Pemutusan hubungan kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) dan ayat (5) dilakukan tanpa
penetapan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.
(7) Pengusaha wajib membayar
kepada pekerja/buruh yang
mengalami pemutusan hubungan
kerja sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) dan ayat (5), uang
penghargaan masa kerja 1 (satu)
kali ketentuan Pasal 156 ayat (3)
dan uang penggantian hak sesuai
ketentuan dalam Pasal 156 ayat
(4).
Pasal 161 50. Pasal 161 dihapus. 53. Pasa1 161 dihapus.
(1) Dalam hal pekerja/buruh
melakukan pelanggaran ketentuan
yang diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama,
pengusaha dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja, setelah
kepada pekerja/buruh yang
bersangkutan diberikan surat
peringatan pertama, kedua, dan
ketiga secara berturut-turut.

54
(2) Surat peringatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) masing-
masing berlaku untuk paling lama
6 (enam) bulan, kecuali ditetapkan
lain dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama.
(3) Pekerja/buruh yang mengalami
pemutusan hubungan kerja dengan
alasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) memperoleh uang
pesangon sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaan masa kerja sebesar 1
(satu) kali ketentuan Pasal 156
ayat (3) dan uang penggantian hak
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat
(4).
Pasal 162 51. Pasal 162 dihapus 54. Pasal 162 dihapus.
(1) Pekerja/buruh yang
mengundurkan diri atas kemauan
sendiri, memperoleh uang
penggantian hak sesuai ketentuan
Pasal 156 ayat (4).
(2) Bagi pekerja/buruh yang
mengundurkan diri atas kemauan
sendiri, yang tugas dan fungsinya
tidak me-wakili kepentingan
pengusaha secara langsung, selain
menerima uang penggantian hak
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4)
diberikan uang pisah yang
besarnya dan pelaksanaannya
diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama.
(3) Pekerja/buruh yang
55
mengundurkan diri sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) harus
memenuhi syarat :
a. mengajukan permohonan
pengunduran diri secara tertulis
selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari sebelum tanggal mulai
pengunduran diri;
b. tidak terikat dalam ikatan dinas;
dan
c. tetap melaksanakan
kewajibannya sampai tanggal
mulai pengunduran diri.
(4) Pemutusan hubungan kerja
dengan alasan pengunduran diri
atas kemauan sendiri dilakukan
tanpa penetapan lembaga
penyelesaian perselisihan
hubungan industrial.
Pasal 163 52. Pasal 163 dihapus. 55. Pasal 163 dihapus.
(1) Pengusaha dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja
terhadap pekerja/buruh dalam hal
terjadi perubahan status,
penggabungan, peleburan, atau
perubahan kepemilikan perusahaan
dan pekerja/buruh tidak bersedia
melanjutkan hubungan kerja, maka
pekerja/buruh berhak atas uang
pesangon sebesar 1 (satu) kali
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat
(2), uang perhargaan masa kerja 1
(satu) kali ketentuan Pasal 156
ayat (3) dan uang penggantian hak
sesuai ketentuan dalam Pasal 156
ayat (4).
56
(2) Pengusaha dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja
terhadap pekerja/buruh karena
perubahan status, penggabungan,
atau peleburan perusahaan, dan
pengusaha tidak bersedia
menerima pekerja/buruh di
perusahaannya, maka
pekerja/buruh berhak atas uang
pesangon sebesar 2 (dua) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaan masa kerja 1 (satu)
kali ketentuan dalam Pasal 156
ayat (3), dan uang penggantian hak
sesuai ketentuan dalam Pasal 156
ayat (4).
Pasal 164 53. Pasal 164 dihapus. 56. Pasal 164 dihapus.
(1) Pengusaha dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja
terhadap pekerja/buruh karena
perusahaan tutup yang disebabkan
perusahaan mengalami kerugian
secara terus menerus selama 2
(dua) tahun, atau keadaan
memaksa (force majeur), dengan
ketentuan pekerja/buruh berhak
atas uang pesangon sebesar 1
(satu) kali ketentuan Pasal 156
ayat (2) uang penghargaan masa
kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan
uang penggantian hak sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat (4).
(2) Kerugian perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) harus dibuktikan dengan
laporan keuangan 2 (dua) tahun
terakhir yang telah diaudit oleh
57
akuntan publik. (3) Pengusaha
dapat melakukan pemutusan
hubungan kerja terhadap
pekerja/buruh karena perusahaan
tutup bukan karena mengalami
kerugian 2 (dua) tahun berturut-
turut atau bukan karena keadaan
memaksa (force majeur) tetapi
perusahaan melakukan efisiensi,
dengan ketentuan pekerja/buruh
berhak atas uang pesangon sebesar
2 (dua) kali ketentuan Pasal 156
ayat (2), uang penghargaan masa
kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan
uang penggantian hak sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat (4).
Pasal 165 54. Pasal 165 dihapus. 57. Pasal l65 dihapus.
Pengusaha dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja
terhadap pekerja/ buruh karena
perusahaan pailit, dengan
ketentuan pekerja/buruh berhak
atas uang pesangon sebesar 1
(satu) kali ketentuan Pasal 156
ayat (2), uang penghargaan masa
kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan
uang penggantian hak sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat (4).
Pasal 166 55. Pasal 166 dihapus. 58. Pasal 166 dihapus.
Dalam hal hubungan kerja
berakhir karena pekerja/buruh
meninggal dunia, kepada ahli
warisnya diberikan sejumlah uang
yang besar perhitungannya sama
dengan perhitungan 2 (dua) kali
58
uang pesangon sesuai ketentuan
Pasal 156 ayat (2), 1 (satu) kali
uang penghargaan masa kerja
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat
(3), dan uang penggantian hak
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat
(4).
Pasal 167 56. Pasal 167 dihapus. 59. Pasa1 167 dihapus.
(1) Pengusaha dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja
terhadap pekerja/buruh karena
memasuki usia pensiun dan
apabila pengusaha telah
mengikutkan pekerja/buruh pada
program pensiun yang iurannya
dibayar penuh oleh pengusaha,
maka pekerja/buruh tidak berhak
mendapatkan uang pesangon
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat
(2), uang penghargaan masa kerja
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat
(3), tetapi tetap berhak atas uang
penggantian hak sesuai ketentuan
Pasal 156 ayat (4).
(2) Dalam hal besarnya jaminan
atau manfaat pensiun yang
diterima sekaligus dalam program
pensiun se-bagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ternyata lebih kecil
daripada jumlah uang pesangon 2
(dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat
(2) dan uang penghargaan masa
kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal
156 ayat (3), dan uang penggantian
hak sesuai ketentuan Pasal 156
ayat (4), maka selisihnya dibayar
oleh pengusaha.

59
(3) Dalam hal pengusaha telah
mengikutsertakan pekerja/buruh
dalam program pensiun yang
iurannya/premi-nya dibayar oleh
pengusaha dan pekerja/buruh,
maka yang diperhitungkan dengan
uang pesangon yaitu uang pensiun
yang premi/iurannya dibayar oleh
pengusaha.
(4) Ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) dapat diatur lain
dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama.
(5) Dalam hal pengusaha tidak
mengikutsertakan pekerja/buruh
yang mengalami pemutusan
hubungan kerja karena usia
pensiun pada program pensiun
maka pengusaha wajib
memberikan kepada pekerja/buruh
uang pesangon sebesar 2 (dua) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaan masa kerja 1 (satu)
kali ketentuan Pasal 156 ayat (3)
dan uang penggantian hak sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat (4).
(6) Hak atas manfaat pensiun
sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) ti-dak menghilangkan
hak pekerja/buruh atas jaminan
hari tua yang bersifat wajib sesuai
dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 168 57. Pasal 168 dihapus. 60. Pasal 168 dihapus.
60
(1) Pekerja/buruh yang mangkir
selama 5 (lima) hari kerja atau
lebih berturut-turut tanpa
keterangan secara ter tulis yang
dilengkapi dengan bukti yang sah
dan telah dipanggil oleh pengusaha
2 (dua) kali secara patut dan
tertulis dapat diputus hubungan
kerjanya karena dikualifikasikan
mengundurkan diri.
(2) Keterangan tertulis dengan
bukti yang sah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) harus
diserahkan paling lambat pada hari
pertama pekerja/buruh masuk
bekerja.
(3) Pemutusan hubungan kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) pekerja/buruh yang
bersangkutan berhak menerima
uang penggantian hak sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat (4) dan
diberikan uang pisah yang
besarnya dan pelaksanaannya
diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama.
Pasal 169 58. Pasal 169 dihapus. 61. Pasal 169 dihapus.
(1) Pekerja/buruh dapat
mengajukan permohonan
pemutusan hubungan kerja kepada
lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial dalam hal
pengusaha melakukan perbuatan
sebagai berikut :
a. menganiaya, menghina secara
kasar atau mengancam
61
pekerja/buruh;
b. membujuk dan/atau menyuruh
pekerja/buruh untuk melakukan
perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-
undangan;
c. tidak membayar upah tepat pada
waktu yang telah ditentukan
selama 3 (tiga) bulan berturut-turut
atau lebih;
d. tidak melakukan kewajiban
yang telah dijanjikan kepada
pekerja/ buruh;
e. memerintahkan pekerja/buruh
untuk melaksanakan pekerjaan di
luar yang diperjanjikan; atau
f. memberikan pekerjaan yang
membahayakan jiwa, keselamatan,
kesehatan, dan kesusilaan
pekerja/buruh sedangkan
pekerjaan tersebut tidak
dicantumkan pada perjanjian kerja.
(2) Pemutusan hubungan kerja
dengan alasan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
pekerja/buruh berhak mendapat
uang pesangon 2 (dua) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaan masa kerja 1 (satu)
kali ketentuan Pasal 156 ayat (3),
dan uang penggantian hak sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat (4).
(3) Dalam hal pengusaha
dinyatakan tidak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) oleh lembaga
62
penyelesaian perselisihan
hubungan industrial maka
pengusaha dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja tanpa
penetapan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial
dan pekerja/buruh yang
bersangkutan tidak berhak atas
uang pesangon sesuai ketentuan
Pasal 156 ayat (2), dan uang
penghargaan masa kerja sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat (3).
Pasal 170 59. Pasal 170 dihapus 62. Pasal 170 dihapus.
Pemutusan hubungan kerja yang
dilakukan tidak memenuhi keten-
tuan Pasal 151 ayat (3) dan Pasal
168, kecuali Pasal 158 ayat (1),
Pasal 160 ayat (3), Pasal 162, dan
Pasal 169 batal demi hukum dan
pengusaha wajib mempekerjakan
pekerja/buruh yang bersangkutan
serta membayar seluruh upah dan
hak yang seharusnya diterima
Pasal 171 60. Pasal 171 dihapus 63. Pasal l7l dihapus.
Pekerja/buruh yang mengalami
pemutusan hubungan kerja tanpa
penetapan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial
yang berwenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 158 ayat
(1), Pasal 160 ayat (3), dan Pasal
162, dan pekerja/buruh yang
bersangkutan tidak dapat
menerima pemutusan hubungan
kerja tersebut, maka pekerja/buruh
dapat mengajukan gugatan ke
lembaga penyelesaian perselisihan
63
hubungan industrial dalam waktu
paling lama 1 (satu) tahun sejak
tanggal dilakukan pemutusan
hubungan kerjanya.
Pasal 172 61. Pasal 172 dihapus. 64. Pasal 172 dihapus.
Pekerja/buruh yang mengalami
sakit berkepanjangan, mengalami
cacat akibat kecelakaan kerja dan
tidak dapat melakukan
pekerjaannya setelah melampaui
batas 12 (dua belas) bulan dapat
mengajukan pemutusan hubungan
kerja dan diberikan uang pesangon
2 (dua) kali ketentuan Pasal 156
ayat (2), uang penghargaan masa
kerja 2 (dua) kali ketentuan Pasal
156 ayat (3), dan uang pengganti
hak 1 (satu) kali ketentuan Pasal
156 ayat (4)
Pasal 184 62. Pasal 184 dihapus 65. Pasal 184 dihapus.
(1) Barang siapa melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 167 ayat (5),
dikenakan sanksi pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp
100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
merupakan tindak pidana
kejahatan.
Pasal 185 63. Ketentuan Pasal 185 diubah sehingga 66. Ketentuan Pasal 185 diubah Tidak ada perubahan
64
(1) Barang siapa melanggar berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:
ketentuan sebagaimana dimaksud
Pasal 185 Pasal 185
dalam Pasal 42 ayat (1) dan ayat
(2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), (1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan
Pasal 80, Pasal 82, Pasal 90 ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
(1), Pasal 143, dan Pasal 160 ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80, ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal
(4) dan ayat (7), dikenakan sanksi Pasal 82, Pasal 88A ayat (3), Pasal 88E 8O, Pasal 82, Pasa-l 88A ayat (3), Pasal
pidana penjara paling singkat 1 ayat (2), Pasal 143, Pasal 156 ayat (1), atau 88E ayat (21, Pasal 143, Pasal 156 ayat (1),
(satu) tahun dan paling lama 4 Pasal 160 ayat (4) dikenai sanksi pidana atau Pasal 160 ayat (4) dikenai sanksi
(empat) tahun dan/atau denda penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
paling sedikit Rp 100.000.000,00 paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda tahun dan paling lama 4 (empat) tahun
(seratus juta rupiah) dan paling paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus dan/atau pidana denda paling sedikit
banyak Rp 400.000.000,00 (empat juta rupiah) dan paling banyak Rp100.000.OO0,O0 (seratus juta rupiah)
ratus juta rupiah). Rp400.000.000,00 (empat ratus juta dan paling banyak Rp4OO.000.000,O0
rupiah). (empat ratus juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud
merupakan tindak pidana pada ayat (1) merupakan tindak pidana pada ayat (1) merupakan tindak pidana
kejahatan kejahatan kejahatan.
Pasal 186 64. Ketentuan Pasal 186 diubah, 67. Ketentuan Pasal 186 diubah Tidak ada perubahan
sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:
(1) Barang siapa melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 186 Pasal 186
dalam Pasal 35 ayat (2) dan ayat
(1) Barang siapa melanggar ketentuan (l) Barang siapa melanggar ketentuan
(3), Pasal 93 ayat (2), Pasal 137,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
dan Pasal 138 ayat (1), dikenakan
(2) atau ayat (3), atau Pasal 93 ayat (2), ayat (2) atau ayat (3), atau Pasal 93 ayat
sanksi pidana penjara paling
dikenakan sanksi pidana penjara paling (2), dikenai sanksi pidana penjara paling
singkat 1 (satu) bulan dan paling
singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 4 singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 4
lama 4 (empat) tahun dan/atau
(empat) tahun dan/atau denda paling sedikit (empat) tahun dan/ atau pidana denda
denda paling sedikit Rp
Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh
10.000.000,00 (sepuluh juta
paling banyak Rp 400.000.000,00 (empat juta rupiah) dan paling banyak
rupiah) dan paling banyak Rp
ratus juta rupiah). Rp400.000.000,00 (empat ratus juta
400.000.000,00 (empat ratus juta
rupiah).
rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan tindak pidana (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud
(2) Tindak pidana sebagaimana
pelanggaran pada ayat (1) merupakan tindak pidana
dimaksud dalam ayat (1)
pelanggaran.
merupakan tindak pidana
pelanggaran.

65
65. Ketentuan Pasal 187 diubah sehingga 68. Ketentuan Pasal 187 diubah sehingga Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
Pasal 187 Pasal 187 Pasal 187
(1) Barang siapa melanggar (1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan
ketentuan sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
dalam Pasal 37 ayat (2), Pasal 44 (1), Pasal 67 ayat (1), Pasal 71 ayat (2), ayal (1), Pasal 67 ayat (1), Pasal 7L ayat
ayat (1), Pasal 45 ayat (1), Pasal Pasal 76, Pasal 78 ayat (2), Pasal 79 ayat (2), Pasal 76, Pasal 7a ayat (21, Pasal 79
67 ayat (1), Pasal 71 ayat (2), (1), ayat (2), atau ayat (3), Pasal 85 ayat ayat (l), ayat (21, atau ayat (3), Pasal 85
Pasal 76, Pasal 78 ayat (2), Pasal (3), atau Pasal 144 dikenai sanksi pidana ayat (3), atau Pasal 144 dikenai sanksi
79 ayat (1), dan ayat (2), Pasal 85 kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan pidana kurungan paling singkat 1 (satu)
ayat (3), dan Pasal 144, dikenakan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan
sanksi pidana kurungan paling denda paling sedikit Rp10.000.000,00 dan/ atau pidana denda paling sedikit
singkat 1 (satu) bulan dan paling (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp10.O00.00O,00 (sepuluh juta rupiah)
lama 12 (dua belas) bulan dan/atau Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). dan paling banyak Rp100.000.000,00
denda paling sedikit Rp (seratus juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud
10.000.000,00 (sepuluh juta
pada ayat (1) merupakan tindak pidana (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud
rupiah) dan paling banyak Rp
pelanggaran. pada ayat (1) merupakan tindak pidana
100.000.000,00 (seratus juta
pelanggaran.
rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
merupakan tindak pidana
pelanggaran.
Pasal 188 66. Ketentuan Pasal 188 diubah sehingga 69. Ketentuan Pasal 188 diubah Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:
(1) Barang siapa melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 188 Pasal 188
dalam Pasal 14 ayat (2), Pasal 38
(1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan
ayat (2), Pasal 63 ayat (1), Pasal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
78 ayat (1), Pasal 108 ayat (1),
(2), Pasal 63 ayat (1), Pasal 78 ayat (1), ayat (2), Pasal 63 ayat (1), Pasal 78 ayat
Pasal 111 ayat (3), Pasal 114, dan
Pasal 108 ayat (1), Pasal 111 ayat (3), Pasal (1), Pasal 1O8 ayat (l), Pasal 111 ayat (3),
Pasal 148, dikenakan sanksi
114, atau Pasal 148 dikenai sanksi pidana Pasal 114, atau Pasal 148 dikenai sanksi
pidana denda paling sedikit Rp
denda paling sedikit Rp5.000.000,00 (lima pidana denda paling sedikit
5.000.000,00 (lima juta rupiah)
juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.O00,00 (lima juta rupiah) dan
dan paling banyak Rp
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). paling banyak Rp50.000.00O,0O (lima
50.000.000,00 (lima puluh juta
puluh juta rupiah).
rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan tindak pidana (21 Tindak pidana sebagaimana dimaksud
66
(2) Tindak pidana sebagaimana pelanggaran. pada ayat (1) merupakan tindak pidana
dimaksud dalam ayat (1) pelanggaran.
merupakan tindak pidana
pelanggaran.
Pasal 190 67. Ketentuan Pasal 190 diubah sehingga 70. Ketentuan Pasal 190 diubah Tidak ada perubahan
berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:
(1) Menteri atau pejabat yang
ditunjuk mengenakan sanksi Pasal 190 Pasal 190
administratif atas pelanggaran
(1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah (1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah
ketentuanketentuan sebagaimana
Daerah sesuai kewenangannya mengenakan Daerah sesuai dengan kewenangannya
diatur dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal
sanksi administratif atas pelanggaran mengenakan sanksi administratif atas
15, Pasal 25, Pasal 38 ayat (2),
ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur pelanggaran ketentuanketentuan
Pasal 45 ayat (1), Pasal 47 ayat
dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 14 ayat (1), sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 6,
(1), Pasal 48, Pasal 87, Pasal 106,
Pasal 15, Pasal 25, Pasal 37 ayat (2), Pasal Pasal 14 ayat (1), Pasal 15, Pasal 25, Pasal
Pasal 126 ayat (3), dan Pasal 160
38 ayat (2), Pasal 42 ayat (1), Pasal 47 ayat 37 ayat (2), Pasal 38 ayat (2), Pasal 42 ayat
ayat (1) dan ayat (2) Undang-
(1), Pasal 61A, Pasal 66 ayat (4), Pasal 87, (l), Pasal 47 ayat (1), Pasal 61A, Pasal 66
undang ini serta peraturan
Pasal 92, Pasal 106, Pasal 126 ayat (3), atau ayat (4), Pasal 87, Pasal 92, Pasal 1O6,
pelaksanaannya.
Pasal 160 ayat (1) atau ayat (2) undang- Pasal 126 ayat (3), atau Pasal 160 ayat (1)
(2) Sanksi administratif undang ini serta peraturan pelaksanaannya. atau ayat (2) Undang-Undang ini serta
sebagaimana dimaksud dalam ayat peraturan pelaksanaannya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi
(1) berupa :
administrative sebagaimana dimaksud pada (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi
a. teguran; ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah. administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam Peraturan
b. peringatan tertulis;
Pemerintah.
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara sebagian
atau seluruh alat produksi;
h. pencabutan ijin.
(3) Ketentuan mengenai sanksi
administratif sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
(2) diatur lebih lanjut oleh Menteri
67
68. Di antara Pasal 191 dan Pasal 192 71. Di antara Pasal 191 dan Pasal 192 Tidak ada perubahan
disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal
191A sehingga berbunyi sebagai berikut: 19lA sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 191A Pasal 191A
Pada saat berlakunya Undang-Undang ini: Pada saat berlakunya Undang-Undang ini:
a. untuk pertama kali upah minimum yang a. untuk pertama kali Upah minimum yang
berlaku, yaitu upah minimum yang telah berlaku, yaitu Upah minimum yang telah
ditetapkan berdasarkan peraturan ditetapkan berdasarkan peraturan
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 pelaksanaan UndangUndang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang Tahun 2OO3 tentang Ketenagakerjaan
mengatur mengenai pengupahan. yang mengatur mengenai pengupahan.
b. bagi perusahaan yang telah memberikan b. bagi Perusahaan yang telah memberikan
upah lebih tinggi dari upah minimum yang Upah lebih tinggi dari Upah minimum
ditetapkan sebelum Undang-Undang ini, yang ditetapkan sebelum Undang-Undang
pengusaha dilarang mengurangi atau ini, Pengusaha dilarang mengurangi atau
menurunkan upah. menurunkan Upah.

68

Anda mungkin juga menyukai