Anda di halaman 1dari 1

Presensinya sebelum TO dimulai.

Dan kalau sampai itu terjadi, bu nadia bakal nemuin kunci jawaban di presensi
dan gue yakin dia bakal ngekensel TO ini. Di tambah lagi sama audio-“

“Re”Kai menyela. Lorong depan gudang itu dijejak lima remaja yang sama-sama tidak ingin
membahas lebih lanjut argumen apapun yang re lontarkan. Tapi, “Re’ munkin kependekan dari ’Realis’, karena
laki-laki itu memutuskan bahwa teman –temannya harus menelan mentah-mentah skenario paling buruk yang
bisa terjadi, yang kemudian hanya kai beri gelengan.

“Kita nggak punya pilihan .” Mungkin hanya sanggahan singkatnya yang pernah berhasil membunuh
nadi opini Re.”Satu-satunya yang bisa kita lakuin sekarang adalah berharp Bu Nadia bakal ngelakuin
kesalahan.” Kai tampak seperti baru saja dipaksa menelan palin pahit sedunia.Dan Re tampak seperti barusaja
dipaksa diam tanpa berbuat apa-apa.

“Putih udah gerak tadi malam.sekarang giliran hitam.”

Kalau bagian itu, Re mengerti. Tapi, otaknya benar-benar gagal mancerna bagaimana mungkin aksi
penuh antisipasi dan perhitungan ini pada akhirnya dituntaskan dengan-

“Re Dirgantara?”

-hal seremeh dan sedelusional harapan?

“tolong keluarkan isi saku kamu.”

Pemutran ulang memori di kepla Re segera terhenti begitu Pak Rahmad mengulurkan telapak tangan ke
arahnya. Antran di belakangnya semakin panjang oleh murid kelas 12 yang inggin segera masuk dan
menuntaskan TO terakhir sebelum ujian nasional.

Re merogoh saku kemejanya,menunjukkan tidak ada apapun di sana. Kemudian, kedua saku samping
celana, sama kosongnya.

“masuk”

Laboratorium komputer ternyata berisik.

“0 berarti A

Anda mungkin juga menyukai