1
Kau untuk masuk kedalam rumah itu menggunakan kunci
yang berada di saku mu”,Pinta lelaki itu. Huan memeriksa
saku nya sambil tertawa kecil karena Ia sama sekali tidak
merasa memiliki kunci, “Kau pasti merasa ini adalah hal yang
lucu karena kau tidak berpikir bahwa kunci itu ada pada mu”,
Kata lelaki itu. Benar saja ternyata ada sebuah kunci pada
saku Huan. Tanpa berpikir lama lelaki itu menyuruh Huan
untuk segera membuka pintu rumah tersebut.
2
muda lagi. Huan merasa Ia sangat mengenal wanita itu, tiba-
tiba wanita itu menghampiri Huan dan menatap dengan
tatapan yang sangat dalam pada Huan, dan berkata bahwa Ia
sangat merindukan Huan. Huan sangat bingung dengan apa
yang baru saja terjadi, setelah mengatakan itu wanita itu
pergi menjauh dari Huan. Huan memperhatikan wanita itu,
terlihat wanita itu sangat sedih. Tiba-tiba Huan di hampiri
seorang pria tua pribumi, dan Ia berkata pada Huan “Kau
adalah harapan kami satu-satunya, kami sangat berharap,
Kau dapat mengalahkan makhluk itu”, Huan dibuat semakin
penasaran.
3
dengan jelas. “Hǒu pernah datang kesini sebelumnya?”,
Tanya Huan lagi. “Iya, dan juga kakek moyang mu lah yang
megalahkan Hǒu menggunakan alat-alat yang Dia simpan di
dalam ruang rahasia itu, jadi kami mohon kau bersedia
kembali untuk melawan Hǒu, untuk menyelamatkan warga
dan kampung ini”, Pinta lelaki itu. Huan setuju karena Ia
berpikir saat ini hanya Ia yang dapat menyelamatkan mereka,
karena hanya Ia yang dapat menggunakan alat yang berada
di ruangan bawah patung Dewa itu.
4
sangat mempercayainya. Warga pun membunyikan gong
tersebut dengan beberapa pukulan, tidak lama, Hǒu datang,
makhluk itu terlihat seperti seekor naga tapi ukurannya lebih
kecil. “Nyawanya ada di leher, kau harus menusuk tepat di
lehernya, kau ingat Huan?, kali ini tolong jangan meleset”,
Lelaki muda itu memberi tahu. Huan mencari kesempatan
untuk dapat menusuk leher makhluk itu. Saat makhluk itu
tertuju pada seorang anak perempuan dan mulai mendekati
anak itu, Huan juga tidak menyia-nyiakan momen itu untuk
menusuk Hǒu. Huan berhasil menusuk Hǒu, makhluk itu
terlihat kesakitan dan semakin lama makhluk itu pun jatuh
dan mati, jasad nya terbakar dan lenyap tanpa menyisakan
apapun.
5
bersama kami, tapi pembantaian itu terus-terusan terjadi,
karena Ayahku sangat khawatir pada kondisi mu sebagai
keturunan Tionghoa, Ayahku menyarankan kau untuk
menikah dengan ku, dan terjadilah pernikahan silang”, Jawab
wanita tua itu. “Lelaki yang bersama kau itu adalah anak kita,
kau pernah melawan Hǒu sebelumnya, tapi kau tidak
selamat, saat itu ternyata aku sedang mengandung”, Jelas
wanita tua itu. “Karena itu aku tidak bisa melawan Hǒu, Aku
tidak dapat darah keturunan Kakek, karena hanya Ayah yang
dapat melakukan ritualnya, sayangnya saat aku lahir kau
sudah tiada, tapi aku tetap mewarisi salah satu benda pusaka
yaitu jam tangan ini, dengan jam ini aku bisa memutar waktu,
masa lalau maupun masa depan, dan aku dapat membuat
gerbang seperti portal tadi dan membawa mu kesini”, Jawab
lelaki itu yang yernyata adalah anaknya Huan. “Tetapi Aku
berhasil membawa mu kesini untuk melawan Hǒu, entah
bagaimana makhluk itu bisa hidup kembali, karena aku tidak
bisa melawannya, tapi sekarang kau harus kembali ke tempat
dan zaman mu yang seharusnya, Aku akan mengembalikan
kau sama seperti sebelum Aku menjemput mu” Kata Lelaki
itu. “Apa Aku akan lupa dengan kejadian ini?”, Tanya Huan.
Tanpa menjawab lelaki itu membuka gerbang portal dan
menyuruh Huan untuk masuk ke portal itu. Huan melangkah
dan mendapati dirinya sedang berada di hutan. Huan masih
dalam pengejaran para Kolonial Belanda, saat sedang berlari
Huan melihat sebuah rumah berwarna merah dan masuk
untuk bersembunyi, karena hari juga sudah malam. Di pagi
harinya Huan di kagetkan dengan seorang laki-laki pribumi
yang datang ke tempat Huan berada.