Anda di halaman 1dari 93

MEKANISME PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL DALAM

MANAJEMEN ZAKAT PADA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Srjana Ekonomi (S.E)

Oleh:

HARI NURAPDIANSYAH
NIM: 1112046300003

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF (ZISWAF)


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1440 H
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Hari Nurapdiansyah
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 21 April 1994
3. Alamat : Jl. Perdana Rt. 01 Rw. 03 Kelurahan Kedaung,
Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten
4. Telpon : 081284338837
5. E-mail : harinurapdiansyah94@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL


1. SDN CIPUTAT 6 (1999-2006)
2. TSANAWIYAH PONPES Daar El Qalam (2006-2009)
3. MA PONPES Daar El Qalam (2009-2012)
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI


1. Ikatan Santri Madrasah Ibtidaiyyah (ISMI) Bagian Kesehatan Pondok Pesantren Daar
El Qalam
2. Kelompok Ilmiah Santri (KIS) Bidang Sain dan Teknoligi Pondok Pesantren Daar El
Qalam
3. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Persatuan Sepak Bola Daar El Qalam (PERSADA) Pondok Pesantren Daar El Qalam

IV LATAR BELAKANG KELUARGA


1. Ayah : Bahrudin
2. Ibu : Nurbayah
3. Alamat : Jl. Perdana Rt. 01 Rw. 03 Kelurahan, Kedaung Kecamatan, Ciputat,
Kota Tangerang Selatan, Banten.

v
ABSTRACT

Hari Nurapdiansyah. NIM: 1112046300003, Operational Cost Management


Mechanism in Zakat Management at Baznas, South Tangerang City, Department of
Islamic Economics, Faculty of Economics and Business, Syarif Hidayatullah
National Islamic University Jakarta, 2019 M/1440 H. xiii + 63 pages of
attachments.
This study aims to determine the management mechanism in zakat
management in South Tangerang City Baznas in terms of applicable regulations.
Management of operational costs in the management of zakat includes planning of
the annual work plan and budget (RKAT), while the review of regulations based on
Law Number 34 of 1999 is updated with Law Number 23 of 2011, Government
Regulation No.14 of 2014, and other Baznas regulations. In this study the author
chose the object of research at Baznas, South Tangerang City, located on Jl.
Western Art XIV No.8, Pamulang Permai II, Pamulang, Tangerang Selatan.
In this study the author uses data collection techniques by means of
interviews, direct observation, and documentation. Interviews are used for
information from resource persons, while observations are used to obtain
comprehensive data as a place that occurs in the field and get a complete, complete
description of social life.The method used in this study is a descriptive-qualitative
method that seeks to attract factors and information from the field data found for
further analysis and then conclusions are drawn. Qualitative methods are research
procedures that produce deskiptif data in the form of written or oral words from
people or observed behavior.
The results of this research show that the mechanism for managing
operational costs in the management of zakat on South Tangerang Baznas is carried
out in two ways, namely 1. Operational costs originating from zakat collection
funds sourced from muzakki, which are taken from amil rights. 2. Operational costs
sourced from the Regional Budget of Revenue and Expenditure (APBD) of South
Tangerang City. Whereas the problem is the lack of funds sourced from the South
Tangerang City Government Budget to assist operational costs at the South
Tangerang City Baznas. So that the National Gazette of South Tangerang City uses
zakat collection funds sourced from muzakki to increase the lack of operational
costs. In addition, South Tangerang City Baznas has not fully carried out what was
mandated by Law No.23 Tahum 2011 to make the Annual Work Plan and Budget
(RKAT) as a reference for activities for one calendar year. Which resulted in a lack
of planned programs that existed at the Baznas in South Tangerang City.

Keywords: Zakat Management, Operational Cost, South Tangerang Baznas, Law


No.23 of 2011, Regional Budget, RKAT

Advisor : Drs. Ahmad Yani. M.Ag.


Bibliography : 1988 s.d 2017

vi
ABSTRAK
Hari Nurapdiansyah. NIM : 1112046300003, Mekanisme Pengelolaan Biaya
Operasioanal Dalam Manajemen Zakat Pada Baznas Kota Tangerang Selatan,
Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019 M/1440 H. xii + 63 halaman lampiran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme pengelolaan dalam
manajemen zakat pada Baznas Kota Tangerang Selatan ditinjau dari peraturan yang
berlaku. Pengelolaan baiaya operasional dalam manajemen zakat meliputi
perencanaan (planning) rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT), sedangkan
tinjauan peraturan berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 tahun 1999 yang
diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, Perraturan
Pemerintah No.14 Tahun 2014, dan peraturan-peratran Baznas lainnya. Pada
penelitian ini Penulis memilih objek penelitian di Baznas Kota Tangerang Selatan
yang berlokasi di Jl. Benda Barat XIV No.8, Pamulang Permai II, Pamulang,
Tangerang Selatan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan
cara wawancara, observasi langsung, dan dokumentasi. Wawancara digunakan
untuk informasi dari narasumber, sedangkan observasi digunkan untuk
mendapatkan data yang menyeluruh sebagiman yang terjadi dilapangan dan
mendapatkan deskripsi yang realitif lengkap mengenai kehidupan social.Adapun
metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif yang
berupaya menarik faktor-faktor dan informasi-informasi dari data lapangan yang
ditemui untuk selanjutya dianalisa lebih lanjut dan kemudian diambil kesimpulan.
Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskiptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.
Hasil penelitia ini menunjukan bahwa mekanisme pengelolaan biaya
operasional dalam manajemen zakat pada Baznas Kota Tangerang Selatan
dilakukan dengan dua cara, yaitu 1. Biaya operasional yang bersumber dari dana
penghimpunan zakat yang bersumber dari muzakki, yang diambil dari hak amil. 2.
Biaya operasional yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kota Tangeranng Selatan. Sedangkan yang menjadi kendala adalah
kurangnya dana yang bersumber dari APBD Pemerintah Kota Tangerang Selatan
untuk membantu biaya operasional pada Baznas Kota Tangerang Selatan. Sehingga
Baznas Kota Tangerang Selatan menggunakan dana penghimpunan zakat yang
bersumber dari muzakki untuk menambah kekurang biaya operasionalnya. Selain
itu Baznas Kota Tangerang Selatan belum sepenuhnya melakukan apa yang
diamanatkan Undang-Undang No.23 Tahum 2011 agar membuat Rencana Kerja
dan Anggaran Tahunan (RKAT) sebagai acuan kegiatan selama satu tahun
kalender. Yang berakibat kurang terencananya program-program yang ada pada
Baznas Kota Tangerang Selatan.

Kata Kunci : Manajemen Zakat, Biaya Operasional, Baznas Kota Tangerang


Selatan, Undang-Undang No.23 Tahun 2011, APBD, RKAT

Pembimbing : Drs. Ahmad Yani. M.Ag.


Daftar Pustaka : 1988 s.d 2017

vii
KATA PENGANTAR

Assalmu’alaikkum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kepada ribaan Allah SWT.

Atas segala curahan nikmat dan hidayah yang tiada henti sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada

Nabi Muhammad SAW. Yang insya allah kita termasuk kedalam umat-Nya.

Didorong itu semua, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Mekanisme Pengelolaan Biaya Operasional Dalam Manajemen Zakat Pada

Baznas Kota Tangerang Selatan”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mwngucpkan banyak terima

kasih kepada berbagai pihak yang secara langsung membantu penyelesaiab skripsi

ini, diantaranya adalah :

1. H. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syari’ah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah beserta jajaran Wakil Dekan.

2. Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah beserta jajran Wakil Dekan.

3. AM Hasan Ali, MA Ketua Program Setudi Muamalat (Hukum Ekonomi

Syari’ah), dan Abdurrauf, Lc, MA Selaku Sekertaris Program Studi

Muamalat (Hukum Ekonomi Syari’ah).

viii
4. Dr. Muhammad Nur Rianto Al Arif, M.Si Ketua Program Studi Ekonomi

Syariah dan Endra Kasni Laili Yuda, M.Si Selaku Sekertaris Program Studi

Ekonomi Syari’ah.

5. Drs. Ahmad Yani. M.Ag Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan bimbingan, arahan, saran, dan semangat kepada penulis.

6. Dr. Abd. Aziz Hsb, M.Pd Dosen Penasihat Akademik Konsentrasi

Manajemen Zakat dan Wakaf (ZIAWAF) atas saran dan masukan dalam

penulisan skripsi ini.

7. Segenap Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum akan ilmu dan motivasi

belajar selama penulis berkuliah di Fakultas Syari’ah dan Hukum.

8. Tim Task Force Passing Out Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

yang telah mengahrahkan penulis dalam menyelesaikan gelar Sarjana

Ekonomi (S.E.) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

9. Segenap Anggota Baznas Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan

masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

10. Drs, K.H. Endang Saefuddin, MA, Drs. Abdul Karim Ja’far, H. Muhyidin,

Moh. Sartono Selaku Badan Pelaksana Bznas Kota Tangerang Selatan yang

telah melungkan waktunya untuk membantu penulisan skripsi ini.

11. Kakak tercinta, Heni Febrianti, S.Kom, yang selalu memberikan semangat

dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman ZISWAF Angkatan 2012 dan KKN MAWAR yang telah

memnerikan motivasi, dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini.

ix
Akhir kata, penulis menyadari dengan berbagai keterbatasan penulisan baik

dalam penyajian laporan, bentuk tulisan, maupun isi dari skripsi ini. Penulis

mengharapkan kritik, saran maupun perbaikan yang bertujuan untuk

penyempurnaan skripsi ini.

Wassalamu’alaikkum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Jakarta, 08 Mei 2019

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ABSTRACT

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Permasalahan ........................................................................................ 5

1. Identifikasi Masalahan..................................................................... 5

2. Batasan Masalah .............................................................................. 5

3. Perumusan Masalah ......................................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 6

1. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

2. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

D. Metode Penelitian ................................................................................ 7

1. Lokasi Penelitian ............................................................................. 7

2. Sumber Data Penelitian ................................................................... 7

3. Pendekatan Penelitian ...................................................................... 9

xi
4. Teknik Pengelolaan Data ................................................................. 9

5. Teknik Penilisan ............................................................................ 10

E. Review Studi Terdahulu .................................................................... 10

F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 12

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 14

A. Definis Mekanisme dan Pengelolaan ................................................ 14

1. Definisi Mekanisme....................................................................... 14

2. Definisi Pengelolaan ...................................................................... 15

B. Pembahasan Zakat ............................................................................ 16

1. Pengertian Zakat ............................................................................ 16

2. Dasar Hukum Zakat ....................................................................... 18

3. Syarat-syarat Zakat ........................................................................ 20

4. Macam-macam Zakat .................................................................... 22

5. Hikmah dan Tujuan Zakat ............................................................. 23

6. Pendistribusian Zakat .................................................................... 26

BAB III GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT (BAZNAS) KOTA

TANGERANG SELATAN ................................................................. 32

A. Sejarah Berdirinya BAZNAS Kota Tangerang Selatan .................... 32

B. Visi dan Misi BAZNAS Kota Tangerang Selatan ............................ 35

C. Tugas, Fungsi dan Tanggung Jawab BAZNAS Kota Tangerang

Selatan ................................................................................................ 35

D. Struktur BAZNAS Kota Tangerang Selatan ..................................... 36

E. Program-Program Pada Baznas Kota Tangerang Selatan .................. 40

xii
BAB IV MEKANISME PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL DALAM

MANAJEMEN ZAKAT PADA BAZNAS KOTA TANGERANG

SELATAN ............................................................................................ 43

A. Ketentuan Pengelolaan Biaya Operasional Dalam Manajemen Zakat

Pada Baznas Kota Tangerang Selatan Dilihat Dari Peraturan Yang

Berlaku ............................................................................................... 43

B. Pengelolaan Biaya Operasional Dalam Manajemen Zakat Pada Baznas

Kota Tangerang Selatan ..................................................................... 46

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 57

A. Kesimpulan ....................................................................................... 57

B. Saran ................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 60

LAMPIRAN

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini banyak bermunculan Lembaga Amil Zakat dan semakin
terkoordinirnya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mulai dari tingkat
Kotamadya/Kabupaten sampai degan BAZNAS Pusat atau yang pengelolannya
dibawah pengawasan Lembaga Negara langsung. Secara teortis zakat,
disamping zakat, infaq shadaqah dan waqaf (ZISWAF) lainnya sangat potensial
untuk dijadikan sebagai salah satu penopang perekonomian Negara. Dimana
fakta membuktikan bahwa perekonomian Islam mampu mensejehterakan
rakyatnya lebih dari 14 abad pada masa Khulafahu Rasyidin sampai masa
kekalifahan Islam. Allah SWT telah mewajibkan umatnya untuk memberikan
sebagian hartanya kepada orang miskin diantara mereka. Seperti yang tertulis
dalam kitab suci Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 110 yang berbunyi :

‫الز َكاة َ َو َما تُقَ ِدِّ ُموا أل ْنفُ ِس ُك ْم ِم ْن َخي ٍْر ت َ ِجدُوهُ ِع ْندَ اللَّ ِه ِإ َّن‬ َّ ‫َوأَقِي ُموا ال‬
َّ ‫صالة َ َوآتُوا‬
ِ َ‫اللَّهَ ِب َما ت َ ْع َملُونَ ب‬
‫صير‬
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan”
Apabila berbicara tentang ekonomi Islam maka tidak akan lepas dari
masalah zakat. Secara demografi dan cultural, bangsa Indonesia merupakan
Negara dengan jumlah muslim terbesar pertama di dunia. Sebenarnya memiliki
potensi strategis yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrument
pemerataan pendapatan dengan memanfaatkan dana zakat, infaq dan sedaqah
(ZIS). Kewajian membayar zakat serta dorongan berinfaq dan besedekah dijalan
Allah SWT telah mengakar dalam teradisi di Indonesia. Dengan demikian

1
2

mayorotas masyarakat Indonesia bisa terlibat dalam mekanisme pengeloaan


zakat.
Dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan
Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengeloaan Zakat dan
Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2014, sedangkan Undang-undang RI.
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, bukti kalau pemerintah masih “melirik”
keberadaan zakat, infaq shadaqah dan wakaf (ZISWAF) dan akan memberikan
peluang. Hal sangat menggembirakan adalah kesadaran berzakat dikalangan
kaum muslimin di Indonesia telah mengalami kemajuan. Ini dapat dilihat dengan
munculnya lembaga-lembaga atau badan amil zakat, baik yang dikelola dengan
pemerintan maupun swasta. Namun perkembangan yang menggembirakan ini
belum menyentuh seluruh lapisn masyarakat kaum muslim di Indonesia.1
Dengan dikeluarkannya undang-undang tersebut juga memberikan “angin
segar” untuk lembaga-lembaga pengelolaan zakat yang ada di Indonesia untuk
lebih concern dalam pengelolaan dana ZISWAF berdasarkan skala prioritas
kebutuhan mustahik dan lebih leluasa dalam mengeluarka ide-ide baru serta
strategi baru dalam meningkatkan kinerja pengelolaan dana ZISWAF. Hal ini
perlu ditata ulang terkait dengan zakat adalah Sumber Daya Manusia (SDM)
yang handal dalam pemahaman keagaannya. Apabila zakat dikelola dengan
benar seharusnya dalam jangka waktu tertentu terjadi pergeseran dari penerima
dana zakat (mustahik) menjadi pemberi dana zakat (muzakki). Oleh karenya,
masalah pengelolaan juga menjadi lain yang perlu ditata dan dibenahi.
Diperlukan perangkat yang modern untuk mengelola zakat agar bisa efektif, baik
dari manajemen, akuntansi serta strategi pengumpulan dan pendistribusian.
Salah satu badan amil zakat yang mengelolaan dana zakatnya sesuai
dengan undang-undang adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota
Tangerang Selatan. BAZNAS Kota Tangerang Selatan adalah badan amil zakat
yang mengelola dana zakat di kota Tangerang Selatan sesusai dengan surat

1
Fakhruddin, Fiqh & Manajemen Zakat di Indonesia, cet 1 (UIN Malang Press : 2008 ), h.
310.
3

keputusan No. 451.12/Kep 73-Huk.Org/2009 yang dibuat oleh Pelaksana Tugas


(PLT) Kota Tangerang se;latan saat itu Bapak H. Muhammad Sholeh, MT.
tentang pembentukan pengurus Badan Amil Zakat Kota Tangerang Selatan masa
periode 2009-2012 pada tanggal 02 Juli 2009. Langkah tersebut adalah realisasi
dari amat Undang-Undang No. 38 tahun 1999 untuk membagun lembaga/badan
amil zakat di setiap lapisan daerah dari tingkat nasional sampai dengan tingkat
Kotamadya/Kabupaten.
Pengurus BAZNAS Kota Tangrang Selatan terdiri dari unsur masyarakat.
Badan amil zakat ini realisasi dari pemberlakuan Undang-Undang No. 34 Tahun
1999 Tentang pengelolaan zakat oleh pemerintah. Oleh karena itu, Walikota
Tangerang Selatan telah menerbitkan surat keputusan No. 451.12/Kep 73-
Huk.Org/2009, tentang pengurus badan amil zakat Kota Tangerang Selatan
Periode 2009-2012, Tanggal 02 Juli 2009. Seiring dengan itu diterbitkan pula
instruksi Walikota Tangerang Selatan No. 02 Tahun 2009. Tentang
pengumpulan zakat, infaq dan shadaqah dari para pejabat/pegawai pemerintah,
Swasta dan masyarakat di Kota Tangerang Selatan, tanggal 26 Agustus 2009.
BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam programnya dituntuk untuk menjadi
wadah yang eksis dan dipercaya sebagai landasan yang kuat dalam
memberdayakan ekonomi umat, memiliki nilai iman dan ketakwaan berdasarkan
Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam rangka pengetasan kemiskinan dan
mewujudkan masyarakat madani Kota Tangerang Selatan. 2
BAZNAS Kota Tangerang Selatan mempunyai tugas yang lebih sensitif
yaitu menimbulkan kesadaran masyarakat untuk membayar zakat,
mendistribusikannya kepada para mustahiq sesuai dengan hukum syar’i dan
peraturan Undng-Undang yang berlaku. BAZNAS Kota Tangerang Selatan juga
berfungsi menggali potensi masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Kota Tangerang Selatan. Dalam upaya pengentasan kemiskinan
serta mensosialisasikan kewajiban zakat kepada masyarakat agar potensi zakat

2
http//azaskotatangsel.com, Sejarah Baznas Kota Tangerang Selatan, diakses: 18 September
2018.
4

dapat diperdayakan secara produktif. Kenyataan yang ada, sebagaimana di


Indonesia pada umumnya, zakat yang diterima BAZNAS Kota Tangerang
Selatan tidak signifikan dengan jumlah masyarakat muslim yang ada di daerah
Kota Tangerang Selatan. Kecilnya dana yang diterima bukan hanya disebabkan
oleh karena kurangnya pengetahuan masyarakat tetapi juga karena rendahnya
kepercayaan masyarakat untuk memayar zakat melalui Baznas Kota Tangerang
selatan.
Disamping apa yang dikemukakan diatas, perorganisasian zakat perlu pula
diatur sebaik-baiknya agar pelaksanaan zakat dapat dikoordinasikan dan
diarahkan. Ini perlu memantapkan kepercayaan masyarakat dan wajib zakat.
Peranan pemerintah diperlukan dalam hal ini, disamping keikut sertaan
pemimpin-pemimpin agama. Sistem administrasi, penyusunan personalia harus
didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen yang sehat agar pelaksanaan zakat
dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.3
BAZNAS Kota Tangerang Selatan melakukan aktivitas pemhimpunan
dana zakat (fundraising) karena pada dasarnya sebuah badan/lembaga
membutuhkan dana opersional untuk memenuhi segala keperluannya agar apa
yang diharapkan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Lalu tanpa dana
operasional, badan/lembaga tidak bisa beroperasi. Begitu juga halnya BAZNAS
harus mempunyai dana supaya dapat meningkatkan sarana dan kualitas
pengembangan program. Apalagi untuk sebuah lembaga pengelolaan dana zakat
seperti BAZNAS Kota Tangerang Selatan yang merupakan salah satu lembaga
yang memegang “amanah” dari para muzakki untuk diberikan kepada para
mustahik. Bagaimana suatu lembaga tersebut untuk selalu eksistensi dan
berdedikasi tinggi dihati para muzakki tentu adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi pengelolaan biaya opersaional dan manajemen yang baik di
dalamnya.

3
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam; Zakat dan Wakaf, Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI Press), 1988, Cet.1, h. 65.
5

Hal ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi penulis untuk membahas
masalah tersebut dengan judul :

“MEKANISME PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL DALAM


MANAJEMEN ZAKAT PADA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN”

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Persoalan yang dapat muncul berdasarkan latar belakang di atas adalah


pengelolaan dan penganggaran biaya operasional pada BAZNAS Kota
Tangerang Selatan. Dan bagaimana seharusnya pengelolaan biaya
opersaional yang baik dan benar pada BAZNAS seperti pengelolaan biaya
operasional pada BAZNAS DKI Jakarta. Sebagaimana yang kita ketahui
bersama bahwa lembaga amil zakat adalah lembaga yang bergerak untuk
mensejahterakan umat dan lembaga semacam itu harus bersifat non profit
atau non rill. Dan tidak dapat dipungkiri semua lembaga pasti memerlukan
biaya opersional untuk menjalan semua programnya.

2. Batasan Masalah
Untuk menghindari kesalahan dalam proses penelitian dan penulisan
skripsi ini, penulis sengaja membuat suatu batasan sebagai berikut :
a. Badan amil zakat hanya dibatasi pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan
yang berkantor di Jalan Benda Barat XIV Nomor 8, Pamulang Permai II,
Pondok Benda, Kota Tangerang Selatan.
b. Pengelolaan biaya operasional dalam manajemen zakat pada BAZNAS
Kota Tangerang Selatan.

3. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah
Bagaimana proses penganggaran dan pengelolaan biaya operasional pada
BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Untuk menjawab permasalahan tersebut,
6

terlebih dahulu akan dijawab pertanyaan yang lebih spesifik mengenai


masalah pokoknya. Sub-sub pertanyaain itu adalah :
a. Bagaimana pengelolaan biaya operasional dalam manajemen zakat pada
BAZNAS Kota Tangerang Selatan ?
b. Bagaimana penganggaran biaya operasional pada BAZNAS Kota
Tangerang Selatan ?
c. Apakah pengelolaan biaya operasional yang ditetapkan oleh BAZNAS
Kota Tangerang Selatan sudah baik dan benar sesuai dengan peraturan
yang berlaku ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah peneliti rumuskan di atas,


maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
a. untuk mengetahui gambaran umum tentang BAZNAS Kota Tangerang
Selatan ditijau dari sejarah berdirinya, visi dan misi, strusktur organisasi,
system pengelolaan zakat dan program-prosgram yang dikembangkan.
b. Untuk menjelaskan bagaimana pengelolaan biaya operasional dalam
manajemen zakat pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan apakah sudah
baik dan benar.
c. Untuk menjelaskan ketentuan yang diterapkan oleh BAZNAS Kota
Tangerang Selatan
d. Proses penganggaran biaya operasional pada BAZNAS Kota Tangerang
Selatan.
2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan


kontribusi dan kegunaan bagi pihak-pihak terkait, yaitu sebagai berikut :

a. Bagi Penulis, dapat menambah pengetahuan penulis tentang Pengeloan


Biaya Operasional pada BAZNAS amil zakat.
7

b. Bagi BAZNAS Kota Tangerang Selatan, dapat meningkatkan mutu dan


menambahkan kepercayaan yang lebih baik dihati masyarakat, muzakki
dan lebih kereatif lagi dalam semua program-programnya.
c. Bagi Akademisi, memperkaya konsep teori yang menyokong tentang
pengelolaan biaya operasional dalam sebuah langkah awal untuk
membangun lembaga amil zakat.
d. Bagi Praktisi, Penelitian ini diharapkan menjadi masukan baru bagi para
praktisi, teorisi dan pemikir keilmuan tentang zakat menjadi kajian yang
menarik. Juga diharapkan dapat memberikan motivasi untuk lebih
memanfaatkan Badan amil zakat sebagai sarana meningkatkan
kesejahteran masyarakat.
e. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan memberika informasi dan
masukan yang selama ini belum memahami Pengelolaan Biaya
Operasional dalam manajeme zakat pada badan amil zakat, kemudian
dapat menyalurkan zakatnya sesuai dengan sya’riat islam.

D. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Adapun Lokasi Penelitian Adalah pada BAZNAS Kota Tangerang


Selatan yang berkantor di Jalan Benda Barat XIV Nomor 8, Pamulang Permai
II, Pondok Benda, Kota Tangerang Selatan.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat
diperoleh4 peneliti dalam penelitian ini dapat memperoleh data dari berbagai
macam, seperti buku-buku maupun karya tulis lainnya yang mendukung dan

4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 129.
8

relevan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat beberapa jenis


sumber data, seperti :

a. Sumber data primer, adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data.5 Data diperoleh langsung dari sumber data yang
ada di BAZNAS Kota Tangerang Selatan melalui wawancara.
b. Sumber data sekunder, adalah sumber data pendukung dan pelengkap data
penelitian. Sumber data sekunder diambil dari berbagai literatur yang ada
seperti buku-buku, dokumen-dokumen Badan Amil Zakat, surat kabar,
internet, dan kepustakaan lain yang berkaitan dengan pembahasan dalam
skripsi ini.
c. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak
akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Adapun teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan:

1) Obsevasi
Observasi adalah cara untuk memperoleh data dalam bentuk
mengamati serta mengadakan pencatatan dari hasil observasi. Teknik
observasi yang penulis lakukan adalah bersifat langsung mendatangi
gedung badan amil zakat, menjumpai staf dan karyawan.

2) Wawancara

Untuk mendukung analisis tersebut, penulis melakukan


wawancara secara langsung dengan ketua dan pengurus lembaga amil
zakat mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan prihal mekanisme

5
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. Ke-6, h. 225.
9

distribusi zakat yang telah dipersiapkan, kemudian setelah itu dijawab


oleh pemberi data dengan bebas dan terbuka.

3) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi, yaitu mengenal hal-hal atau vareabel yang


berupa catatan, transrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda dan sebagainya.6

3. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif


yang berupaya menarik faktor-faktor dan informasi-informasi dari data
lapangan yang ditemui untuk dianalisa lebih lanjut yang kemudian diambil
kesimpulan. Menurut Bogdan dan Taylor, bahwa metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.
Pendekatannya diarahkan pada latar dan individu secara holistik.7

4. Teknik Pengeloaan Data

Data-data yang terkumpul akan diklarifikasikan sesuai dengan


kebutuhan. Kemudian data-data tersebut digunkan sebagai bahan analisis.
Data yang berupa dokumen dan bahan pustaka diberi kode untuk
memudahkan penulis dalam penyusunan dan merangkai data tersebut agar
sistematis. Untuk data yang diperoleh melalui wawancara, hasilnya akan
dituangkan dalam bentuk narasi berupa teks yang dapat dipahami. Semua
data tersebut akan diolah secara manual.

6
Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 231.
7
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
Cet. 16, h. 4.
10

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam penelitian ini


mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012”.
Sedangkan untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi dalil
dalam skripsi ini, penulis menggunakan Al-Qur’an terjemah yang
dikeluarkan oleh Depatemen Agama Republik Indonesia.

E. Review Studi Terdahulu

No Nama Peneliti dan Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan

1 Maliatu Fitriah Objek pada DPU DT Jakarta Objek penelitian penulis

“Analisis Pelaksanaan Hak Amil sebagai LAZ yang modern, pada Baznas Kota

Zakat pada Dompet Peduli Umat kebijakn bagi amil untuk Tangerang Selatan

Daarut Tauhid (DPU DT) Jakarta” menerima upah dari dana meneliti manajemen

(Konsentrasi Perbankan Syariah, zakat, dengan syarat tidak biaya pengelolaan

Prodi Muamalat, Fakultas Syariah melebihi batas mamksimal didalamnya termasuk hak

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah yang telah ditentukan 12,5% amil, tetapi lebih kepada

Jakarta 1427 H / 2006 M.) / 1/8. Penelitian ini keseluruhan biaya

merupakan data kualitatif. 8 operasional.

8
Maliatul Fitriyah “analisis pelaksanaan hak amil zakat pada dompet peduli umat daarut
tauhid Jakarta”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Unuversitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jkarta, 1427H / 2006 M).
11

2 Siti Muflihah Alwan yang berjudul Membahas kontribusi BMT Penelitian memang

“Kontribusi BMT terhadap terhadap pemberdayaan menekankan sangat

pemberdayaan ekonomi perempuan”. ekonomi perempuan di pentingnya peran

(Konsentrasi perbankan Syariah, wilayah Tangerang Selatan pemberdayaan manusia

Fakultas syariah dan Hukum UIN dan uupaya-upaya yang (SDM) namun lebih

Jakarta tahun 1431 H / 2011 M) dilakukan BMT dalam menekankan kepada

pemberdayaan ekonomi askpek baiaya

perempuan disekitarnya.9 operasional.

3 Intan Fajar Sari “Sistem pelatihan Amil Objek pada kantor Objek penelitian penulis

zakat pada kantor Departemen Agama Departemen Agama Jakarta pada Baznas Kota

Jakarta Utara” Utara sebagai wadah Tangerang Selatan

(Jurusan Majemen Dakwah, Fakultas pelaihan amil. Sistem dengan meneliti

Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif pelatihan memiliki konsep manajemen biaya

Hidayatullah Jakarta 1429 H / 2008 M). yang jelas dan terarah, pengelolaan yang ada

unsur-unsur pelatihanya didalamnya termasuk

bertujuan untuk kriteria amil dilembaga

meningkatkan kualitas tersebut. Tetapi tetap

amil.Penelitian ini mengarah pada biaya

merupakan data kualitatif.10 operasionalnya.

9
Siti Muflihah Alwan, “Kontribusi BMT Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Perempuan”,
(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta,
2011).
10
Intan Fajar Sari “Sistem pelatihan amil zakat pada kantor Departemen Agam Jakarta
Utara”, (Skripsi S1 Jurusan Manajen Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1429 H / 2008 M).
12

F. Sistematika Penulisan

Sistematis penulisan diperlukan agar didapat kejelasan arah dalam


pembahasan masalah yang diuraikan, oleh karena itu untuk menyesuaikan
dengan masalah yang penulis kemukakan, maka penulisan skripsi ini dibagi
menjadi lima bab, yaitu :

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini, penulis akan menguraikan apa yang menjadi awal dalam
penulisan skripsi ini. Penulis menjabarkan sekilas mengenai latar belakang
masalaha, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan,metode penelitian, review studi terdahulu dan sistematika penulisan

BAB II Landasan Teori

Pada bab ini diuraikan mengenai landasan teori dan pembahasan zakat yang
meliputi: Definisi mekanisme, pengelolaan, Pengertian dan Dasar hukum Zakat,
Syarat-Syarat Zakat, Macam-Macam Zakat, Hikmah dan Tujuan Zakat, Zakat
Sebagai Instrument Mensejahterakan Umant, Pendistribusian Zakat. Hal
tersebut dibaas agar memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai
permasalahan yang penulis bahas dalam penulsan ini.

BAB III Gambaran Umum BAZNAS Kota Tangerang Selatan

Pada bab ini penulis memaparkan mengenai profil BAZNAS Kota


Tangerang Sealatan, yang terdiri atas Sejarah Pedirian, Visi dan Misi, Struktur
Organisasi, Program-Program pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
Pembahasan ini bertujuan untuk mengenal objek penulisan yang akan ditinjau.

BAB IV Analisis Pengelolaan Biaya Operasional Dalam Manajemen Zakat


Pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan

Pada bab ini membahas hasil penulisan tentang Ketentuan pengelolaan


biaya operasional dalam manajemen zakat pada BAZNAS Kota Tangerang
13

Selatan, Pengelolaan biaya operasionaldalam manajemen zakat pada BAZNAS


Kota Tangerang Selatan. Bab ini merupakan poin utama penulisan dalam
penelitian ini sebelum diberikan kesimpulan pada pembahasan berikutnya.

BAB V Penutup

Dalam baab ini penulis uraikan kesimpulan dari hasil penulisan yang telah
dilakukan di BAZNAS Kota Tangerang Selaan. Serta memberikan solusi atas
permasalahan dari rumusan masalah yang dipaparkan. Hal ini bertujuan untuk
mengembangkan pengelolaan biaya operasional pada BAZNAS Kota Tangerang
Selatan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Mekanisme dan Pengelolaan

1. Definisi Mekanisme

Mekanisme secara etimologi berasal dari bahasa Yunan “Mechane”


yang mempunyai arti instrumen, mesin pengangkat beban, perangkat,
peralatan dalam membuat sesuatu dan dari kata “mechos” yang mempunyai
arti sarana dan cara untuk menjalankan sesuatu. Mekanisme bisa kita artikan
dalam banyak pengertian yang bisa kita jelaskan menjadi 4 pengertian.
Pertama, mekanisme yaitu pandangan bahwa suatu interaksi bagian-bagian
dengan bagian-bagian yang lainnya dalam suatu keseluruhan atau sistem
secara tanpa disengaja menghasilkan kegiatan atau fungsi-fungsi sesuai
dengan tujuannya. Kedua, mekanisme merupakan teori bahwa semua gejala
bisa dijelaskan bersama prinsip-prinsip yang bisa dipakai dalam menjelaskan
mesin-mesin tanpa bantuan intelegensi sebagai suatu sebab atau prinsip kerja.
Ketiga, mekanisme adalah suatu teori bahwa semua gejala alam memiliki
sifat fisik dan bisa dijelaskan dalam kaitannya dengan perubahan material
atau materi yang bergerak. Keempat, mekanisme adalah suatu upaya
memberikan penjelasan mekanis yakni dengan gerak setempat dari bagian
yang secara intrinsik tidak bisa berubah bagi struktur internal benda alam dan
untuk seluruh alam.1 Pengertian Mekanisme menurut para ahli :

Pengertian Mekanisme Menurut poerwadarmita bahwa menurutnya


pengertian mekanisme adalah cara kerja dan seluk beluk dari suatu alat,
perkakas dan juga sebagainya.2

1
Moenir. H.S.A, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001),
Cet Ke-1, Edisi 2, h 67.
2
Poerwadamitra. W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003),
Cet Ke-1, Edisi 1, h 56.

14
15

Pengertian Mekanisme Menurut Bagus adalah suatu interaksi bagian


satu dengan bagian lainnya sehingga sistem secara keseluruhan dalam
menghasilkan fungsi atau kegiatan dengan tujuannya.3
Pengertian Mekanisme Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) dapat berarti cara kerja, maksudnya cara kerja yang mengarah
pada sebuah mesin/manusia yang saling melakukan kerja sama melalui
system yang telah ada. Mekanisme aka melihan setiap fungsi dari bagian
sistem secara keseluruhan4.
2. Definisi Pengelolaan
Kata “Pengelolaan” merupakan arti kata dari manajemen, secara
etimologi kata manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage yang berarti
mengurus, melaksanakan, mengelola dan memperlakukan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, manajemen diartikan sebagai proses penggunaan
sumberdaya secara efektif untuk mencapai sasaran.
Berdsarkan terminologo kata pengelola tidak memiliki keseragaman
diantara para ahli. Berikut ini beberapa pendapat para ahli mengenai definisi
pengelolaan/ manajemen.

a. Menurut George R. Terry, pengelolaan merupakan sebuah proses yang


khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan; perencanaan, pengorganisasian,
menggerakkan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
sumberdaya manusia serta sumber-sumber lain.5
b. Menurut Sodang P. Siagian, pengelolaan adalah kemampuan atau
keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian
tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.6

3
Bagus Loren, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama1996), Cet Ke-3, h.
997.
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. Ke-I, Edisi 4, h. 1183.
5
Gorge R. Trry, Leslie W. Rue, Dasar Dasar Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet
Ke-1, Edisi 2, h 67.
6
Sodang P. Siagian, Manajemen Strategik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet Ke-1, h 166.
16

c. Menurut Muljani A. Nurhadi, pengelolaan adalah suatu kegiatan atau


rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama
sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
efektif dan efisien.
d. Menurut Kath M. Bartol dan David C. Martin, pengelolaan adalah proses
untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan.7
Berdasaran pengertian diatas dapat disimpulkan pengelolaan adalah
proses yang dilakukan dengan melalui perencanaan, pengorganisasian,
menggerakkan, dan pengawasan yang bertujuan untuk menentukan serta
mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dengan efektif dan efisien.
B. Pembahasan Zakat
1. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat
Seara bahasa atau Etimologis zakat berasal dari bahasa arab, yang
berarti tumbuh (numuww) dan bertambah (ziyadah) jika diucapkan, zaka al-
zar’ artinya tanaman iu tumbuh dan berkembang. Kata ini juga sering
kemukakan untuk makna thaharah (suci), pujian dan shalah (baik).8 Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia zakat berarti jumlah harta tertentu yang wajib
dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan
yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan
yang telah ditetapkan oleh syara.9
Multi tafsir arti kata zakat secara bahasa juga dibenarkan oleh Yusuf
Qardawi yang memaknai arti dasar kata zakat menurut segi bahasa adalah
suci, tumbuh, berkah, dan terpuuji dimana semuanya disebutkan dalam Al-
Qur’an dan Hadist. Namun menurut beliau, makna yang terkuat dari arti kata

7
Muhammad Fadillah dan Lilif Mualifatuh, Pendidikan anak Usia Dini, (Jogjakarta: Ar-
Russ Media, 2013), h. 141.
8
Dr. Al-Zuhayly Wahbah, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset, 2005), Cet. Ke-6, h. 82-83.
9
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h. 1279.
17

zakat secara bahasa adalah bertambah dan tumbuh atau meningkat. 10 Zakat
merupakan nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah SWT yang dikeluarkan
seseorang kepada fakir miskin. Dinamakan zakat karena didalamnya
terkandung harapan untuk beroleh berkat, membersihkan jiwa dan
memupuknya dengan berbagai kebajikan.11
Pengertian zakat menurut istilah adalah memberikan sebagian harta
tertentu kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat. Jadi kalau
kita tilik pula zakat menurut istilah agama Islam adalah kadar harta yang
tertentu diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat
tertentu.12 Dalam pasal 1 ayat (2) Undang-undang Republik Indonesia No. 23
Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat yaitu: zakat adalah harta yang wajib
dikeluarkan oleh seseorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada
yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.13
Sedangkan pengertian zakat secara istilah sebagaimana disebutkan oleh
Wahbah al-Zhaily bahwa mazhab Maliki mendefinisikan zakat dengan
mengeluarkan sebagian dari harta yang khusus yang telah mencapai nishab
(batas kwantitas minimal yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang
berhak menerimanya. Mazhab Hanafi mendefinisikan zakat dengan
menjadikan sebagian harta yang khusus dari harta yang khusus sebagian milik
orang yang khusus, yang ditentukan oleh syari’at karena Allah SWT. Mazhab
Syafi’i, zakat merupakan sebuah ungkapan keluarnya harta sesuai dengan
khusus. Sedangkan menurut mazhab Hambali, zakat adalah hak yang wajib
dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula.14
Meskipun para ulama di dalam menafsirrkan berbeda-beda, tetapi
semaunya mengarah pada satu arti yang mengeluarkan sebagain harta benda

10
Yusuf Qardawi, Fiqhus Zakat, Terj. Salman Harun, et.al., Hukum Zakat, (Bogor: Pustaka
Lentera Antar Nusa, 2007) , Cet. Ke-10, h. 34.
11
Hasbi Al-Furqon, 125 Masalah Zakat, (Solo: Tiga Serangkai, 2008), Cet. Ke-1, h.13.
12
Nazar Bakry, Problematikan Fiqh Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), Cet.
Ke-1, h. 29.
13
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
14
Wahbah al-zuhaily , al-Fiqh al-Islami wa ‘adilla, Terj. Agus Efendi dan Bahrudin Fanani
“Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), Cet. Ke-1, h.83.
18

untuk diberiakan kepada fakir-miskin sesuai dengan aturan-aturan yang telah


ditentukan dalam al-Qura, sebagai pembersih serta menghapus kesalahan-
kesalahan manusia.
2. Dasar Hukum zakat
Kewajiban bagi umat muslim dalam berzakat adalah pada bulan
syawal tahun kedua hijriyah yang mula-mula hanya hanya diwajibkan zakat
fitrah, baru kemudian zakat mal atau harta. Selain itu perlu diperjelas bahwa
zakat merupakan suatu kewajiban bagi bagi umat Islam dengan syarat-syarat
yang telah ditentukan, dan juga salah satu rukun Islam yang selalu disebutkan
bersamaan dengan shalat maka hal ini menggabarkan bahwa betapa
pentingnya zakat sebagai salah satu rukun Islam.
Adapun dasar hukum yang disyari’atkanya zakat di dalam al-Qur’an
adalah fardlu ain bagi mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu
yang telah ditetapkan
Adapun dalil-dalilnya yang dapat dilihat dalam al-Qur’an, hadist
maupun ijma’ antara lain:
a. al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 110:

‫الز َكاة َ َو َما تُقَ ِدِّ ُموا أل ْنفُ ِس ُك ْم ِم ْن َخي ٍْر ت َ ِجدُوهُ ِع ْندَ اللَّ ِه ِإ َّن‬ َّ ‫َوأ َ ِقي ُموا ال‬
َّ ‫صالة َ َوآتُوا‬
ِ ‫اللَّهَ ِب َما ت َ ْع َملُونَ َب‬
‫صير‬
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang
kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada
sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu
kerjakan”. (QS. Al Baqarah: 110).15
b. al-Qur’an Surat al-Taubah ayat 103:

‫س َكن‬ َ ‫علَ ْي ِه ْم ِإ َّن‬


َ ‫صالت َ َك‬ َ ‫ط ِ ِّه ُر ُه ْم َوتُزَ ِ ِّكي ِه ْم ِب َها َو‬
َ ‫ص ِِّل‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن أ َ ْم َوا ِل ِه ْم‬
َ ُ ‫صدَقَةً ت‬
‫ع ِليم‬ َ ُ‫لَ ُه ْم َواللَّه‬
َ ‫س ِميع‬

15
Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat, terj. Salman Harun dkk, (Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa, 2002), Cet. Ke 6, h. 139.
19

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (QS. al Taubah:
103).16
c. Dalil sunnah
Dalam hadist Rasulullah Saw disebutkan antara lain dalam hadist
Ibnu Umar ra Rasulullah Saw bersabda Dari Abdullah ibn Umar, ia
berkata: Rasulullah SAW bersabda:

‫ع ْن ُه َما قَا َل‬


َ ُ‫ي الله‬
َ ‫ض‬
ِ ‫ب َر‬ َّ ‫ع َم َر ب ِْن ْالخ‬
ِ ‫َطا‬ ُ ‫ع ْب ِد الل ِه ب ِْن‬
َ ‫الر ْح َم ِن‬ َ ‫ع ْن أ َ ِبي‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ َ
َ ‫ي اْ ِإل ْسالَ ُم‬
: ‫علَى خ َْم ٍس‬ َ ِ‫ بُن‬: ‫س ْو َل الل ِه صلى الله وسلم يَقُ ْو ُل‬
ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬
َ :
َّ ‫صالَةِ َوإِ ْيتَا ُء‬
ِ‫الز َكاة‬ ُ ‫ش َهادَة ُ أ َ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ اللهُ َوأ َ َّن ُم َح َّمدا ً َر‬
َّ ‫س ْو ُل الل ِه َوإِقَا ُم ال‬ َ
] ‫ [رواه الترمذي ومسلم‬. َ‫ضان‬ َ ‫ص ْو ُم َر َم‬َ ‫ت َو‬ ِ ‫َو َح ُّج ْالبَ ْي‬
“Islam terdiri atas lima rukun: mengakui tidak ada Tuhan melainkan
Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah; mendirikan shalat;
menunaikan zakat; haji ke Baitullah; dan puasa ramadhan”. (HR.
Muslim).17
d. Ijma’ Ulama
Selain al Qur’an dan hadits, termasuk dalil yang menunjukkan
tentang kewajiban zakat adalah ijma’ ulama. Ijma’ ulama adalah
kesepakatan para ulama. Mereka sepakat bahwa zakat adalah wajib.
Bahkan mereka bersepakat untuk membunuh orang-orang yang enggan
mengeluarkan zakat. Dengan demikian barang siapa mengingkari
kefardhuan zakat berarti dia kafir atau murtad, dianggap keluar dari Islam.

16
TM. Hasbi al Shiddiqie, Pedoman Zakat, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999), Cet, Ke-
3, h. 34.
17
Abi Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Jus I (Beirut: t.th), h. 10.
20

3. Syarat-Syarat Zakat
Sejalan dengan ketentuan ajaran Islam yang selalu menetapkan standart
umum pada setiap kewajiban yang dibebankan kepada umatnya, maka dalam
penetapan harta menjadi sumber atau obyek zakat pun terdapat beberapa
ketentuan yang harus dipenuhi. Apabila harta seorang muslim tidak
memenuhi salah satu ketentuan, misalnya belum mencapai nishab, maka harta
tersebut belum menjadi sumber atau obyek yang wajib dikeluarkan zakatnya.
Adapun Syarat wajib zakat adalah sebagai berikut:
a. Islam
Zakat itu wajib atas setiap muslim yang merdeka, yang memiliki satu
nishab dari salah satu jenis harta yang wajib dikeluarkan. Menurut
kesepakatan ulama zakat tidak wajib bagi orang kafir, karena zakat
merupakan ibadah mahdhah yang suci sedangkan orang kafir bukan orang
yang suci. Mazhab Syafi’i berbeda dengan mazhab-mazhab lainnya,
Syafi’i mewajibkan kepada orang-orang murtad untuk mengeluarkan zakat
harta sebelum riddahnya terjadi18.
b. Milik Sempurna (al Milk al Tam)
Kepemilikan sempurna adalah bahwa aset kekayaan tersebut harus
berada di bawah kekuasaan seseorang secara total tanpa ada hak orang lain
di dalamnya. Dengan demikian, secara hukum pemilik dapat
memanfaatkan ataupun membelanjakan hartanya dengan bebas sesuai
dengan keinginannya dan dapat menghalangi orang lain untuk
menggunakan hartanya.19
Sebagian ulama ada yang sepakat bahwa harta milik sempurna
adalah harta kekayaan berada di bawah kontrol dan di dalam kekuasaan
pemiliknya, atau seperti menurut sebagian ulama bahwa harta itu berada

18
TM. Hasbi al Shiddiqie, Pedoman Zakat, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999), Cet, Ke-
3, h. 34.
19
M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2006), Cet. Ke-3, h. 19.
21

di tangan pemiliknya, di dalamnya tidak tersangkut dengan hak orang lain


dan dapat digunakan dan faedahnya dapat dinikmatinya.
c. Nishab
Harta yang dizakati, menurut jumhur ulama, harus mencapai nishab.
keculai zakat hasil tani, buah-buahan, dan logam mulia, maka wajib zakat
sepuluh persen dari hasil tersebut, mayoritas ulama sepakat bahwa nishab
adalah wajib bagi zakat kekayaan yang bisa tumbuh dari hasil tanah atau
bukan, dengn alasan bahwa harta tersebut dapat dianalogikan dengan
ternak, uang, dan barang dagangan. Oleh karena itu, Islam mensyaratkan
dalam pelaksanaan zakat agar aset yang dizakati harus mencapai nishab
tertentu. Dengan kata lain hanya aset lebih saja yang menjadi objek zakat.
Sebab tidak mungkin zakat diambil dari orang fakir dan diberikan pada
fakir lainnya.
d. Haul
Haul adalah bahwa harta tersebut telah mencapai batas waktu bagi
harta yang wajib dizakati, yaitu telah mencapai masa satu tahun. Haul
hanya berlaku bagi harta berupa binatang ternak, harta perniagaan serta
harta simpanan. Sedangkan untuk hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz
(barang temuan) tidak ada haulnya.20
Para fuqaha mensyaratkan berkembang (al nama’) atau berpotensi
untuk dikembangkan. Oleh karena itu, tidak diwajibkan zakat atas barang-
barang kebutuhan primer yang tidak dapat berkembang.21
Hikmah dari persyaratan ini adalah bahwa Islam memperhatikan
ketetapan nilai dari sebuah komoditas, properti atau aset tetapi dari sebuah
roda usaha yang dijalankan umat muslim agar dapat memberikan dorongan
dalam merealisasikan pertumbuhan ekonomi. Syarat ini juga mendorong
setiap Muslim untuk memproduktifkan semua harta yang dimilikinya.

20
Ahmad Husnan, Zakat Menurut Sunnah dan Zakat Model Baru, (Jakarta: Pustaka al-
Kautstar, 1996), Cet. Ke-1, hal. 38.
21
Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat, terj. Salman Harun dkk, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,
20020), Cet. Ke 6, h. 139.
22

Harta yang diproduktifkan akan selalu berkembang dari waktu ke waktu.


Harta ini sejalan dengan salah satu makna zakat secara bahasa, yaitu al
nama’ berkembang dan bertambah.22
e. Harta Bukan Hasil Utang
Utang yang berkaitan dengan hak para hamba mencegah kewajiban
zakat, baik utang karena Allah, maupun utang untuk manusia, walaupun
utang tersebut disertai dengan jaminan, kerana sewaktu-waktu pemberi
utang akan mengambil hartanya dari penghutang.23
4. Macam-Macam Zakat
Macam zakat dalam ketentuan Islam ada dua, yaitu zakat fitrah dan
zakat mal.
a. Zakat Fitrah
Zakat Fitrah dinamakan juga zakat nafs atau zakat jiwa. Orang yang
dibebani untuk mengeluarkan zakat fitrah adalah orang yang mempunyai
lebih dalam makanan pokoknya untuk dirinya dan keluarganya pada hari
raya, dengan pengecualian kebutuhan tempat tinggal, dan alat-alat primer.
Jumlah yang harus dikeluarkan untuk zakat fitrah adalah satu sha' (satu
gantang), baik untuk gandum kurma, anggur kering, maupun jagung, dan
seterusnya yang menjadi kebiasaan makanan pokoknya. Kalau standar
masyarat kita itu, beras dua setengah kilogram atau uang yang senilai
dengan harga beras itu. Waktu mengeluarkan zakat yaitu masuknya malam
hari raya Idul Fitri. Kewajiban melaksanakannya, mulai tenggelamnya
matahari sampai tergelincirnya matahari. Yang lebih utama dalam
melaksakannya adalah sebelum pelaksanaan sholat hari raya, menurut
Imamiyah.
b. Zakat Mal
Zakat Mal adalah zakat yang dikeluarkan dari harta-harta yang
dimiliki seseorang dengan dibatasi oleh nishab. Zakat Maal atau zakat

22
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press,
2002), Cet. Ke-2, h. 22.
23
Wahbah al Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa Adillah, terj. Agus Efendi dan Bahrudin Fanani
”Zakat Kajian Berbagai Mazhab” (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), Cet. Ke-1, h. 747.
23

harta benda telah difardukan sejak permulaan Islam di Makkah dengan


tidak ditentukan zat, nishab dan kadarnya. Akan tetapi pada tahun kedua
hijriyah dengan jelas ditentukan nishab, zatnya dan kadarnya.
5. Hikmah dan Tujuan Zakat
a. Hikmah Zakat
Zakat sebagai salah satu rukun Islam yang kelima, selain sebagai
bentuk ketaatan seorang hamba kepada sang Khalik, juga merupakan
ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah di berikan-Nya. Dengan
demikian zakat mengandung makna transendental dan horizontal, diantara
hikmah zakat antara lain:
1. Mensyukuri karunia Allah membersihkan dari sifat kikir, dengki, iri
serta dosa.24
2. Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan kemelaratan, yang
mendorong pada hal-hal negatif, sperti larangan agama dan kekufuran.
Sehingga dengan zakat dapat memberikan kecukupan, kesejahteraan.
3. Menginvestasi gotong royong dan tolong menolong dalam kebaikan
dan taqwa. Melalui syari’at zakat, kehidupan orangorang fakir miskin
dan orang-orang mnderita lainnya, akan terperhatikan dengan baik.
4. Membina dan mengembangkan stabilitas sosial. Zakat merupakan salah
satu instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola
dengan baik, dimungkinkan dapat membangun pertumbuhan ekonomi
sekaligus pemerataan pendapatan.
5. Zakat sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana
maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana
ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi, segaligus
sarana pengembangan kualitas sumberdaya manusia muslim.
Zakat adalah faktor terbesar untuk memerangi kemiskinan dan
kefakiran yang menjadi dasar dari segala melapetaka baik perorangan
ataupun masyarakat. Kefakiran adalah pokok segala bencana, pokok

24
M. Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. Ke-13, h. 325.
24

kebencian orang, menjadi sumber tindak kejahatan dan buruk sangka


karena kesenjangan sosial. hikmah ini akan kembali pada pribadi dan harta
pemberi zakat tersebut, dan juga untuk merealisasaikan keimanan,
menyebarkan risalah Islam dan menyucikan segala kesulitannya.
b. Tujuan Zakat
Perintah wajib zakat turun di Madinah pada bulan Syawal tahun ke
dua Hijrah Nabi SAW, kewajibannya terjadi setelah kewajiban puasa
Ramadhan.Zakat mulai diwajibkan di Madinah karena masyarakat Islam
sudah mulai terbentuk dan kewajiban ini dimaksudkan untuk membina
masyarakat muslim yakni sebagai bukti solidaritas sosial. Adapun ketika
umat Islam masih berada di Makkah, Allah SWT sudah menegaskan dalam
Al-Qur’an tentang pembelanjaanharta yang belum dinamakan zakat, tetapi
berupa infaq bagi mereka yangmempunyai kelebihan harta agar membantu
bagi yang kekurangan.25
Pada masa khalifah Abu Bakar, mereka yang terkena kewajiban
membayar zakat tetapi enggan melakukannya diperangi dan ditumpas
karena dianggap memberontak pada hukum agama. Hal ini menunjukkan
betapa zakat merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar. Di
zaman Umar bin Abdul Aziz, salah satu khalifah masa pemerintahan Bani
Umayyah berhasil memanfaatkan potensi zakat. Shadaqah dan zakat
didistribusikan dengan cara yang benar hingga kemiskinan tidak ada lagi
di zamannya, tidak ada lagi orang yang berhak menerima zakat ataupun
shadaqah.26
Sebagai salah satu rukun Islam, zakat mempunyai tujuan sebagai
berikut:
1. Membantu, mengurangi dan mengangkat kaum fakir miskin dari
kesulitanhidup dan penderitaan mereka.

25
Muhammad, & Ridwan Mas’ud, Zakat dan Kemiskinan, Instrumen Pemberdayaan
Ekonomi Umat, (Yogyakarta: UII Press, 2005), hal. 39.
26
Departemen Agama, Pedoman Zakat 9 Seri, (Jakarta: Departemen Agama, 1996), h. 176.
25

2. Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh para


mustahiq zakat.
3. Membina dan merentangkan tali solidaritas sesama umat manusia.
4. Menghilangkan sifat bakhil pemilik kekayaan dan penguasaan modal.
5. Menghindarkan penumpukan kekayaan perseorangan yang
dikumpulkan di atas penderitaan orang lain.
6. Mencegah jurang pemisah kaya miskin yang dapat menimbulkan
kejahatan sosial.
7. Mengembangkan tanggung jawab perseorangan terhadap kepentingan
masyarakat dan kepentingan umum.
8. Mendidik untuk melaksanakan disiplin dan loyalitas seorang untuk
menjalankan kewajibannya dan menyerahkan hak orang lain.27
Zakat merupakan alat bantu sosial mandiri yang menjadi
kewajiban moral bagi orang kaya untuk membantu mereka yang miskin
dan terabaikan yang tak mampu menolong dirinya sendiri meskipun
dengan semua skema jaminan sosial di atas, sehingga kemelaratan dan
kemiskinan dapat terhapuskan dari masyarakat muslim. Oleh karena
itu zakat dapat menjadi instrumen sebagai kesejahteraan mustahik.
Dalam kamus bahasa Indonesia, kesejahteraan adalah keamanan,
keselamatan, ketentraman dan kesenangan hidup.28 Sedangkan
mustahik adalah orang yang patut menerima zakat. Jadi kesejahteraan
mustahik berarti ketentraman dan kesenangan hidup secara lahir
ataupun batin.
Menurut al-Ghazali, kesejahteraan dari suatu masyarakat
tergantung kepada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar, yaitu
antara lain:
a. Agama
b. Hidup atau jiwa

27
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: IIIT, 2003), Edisi Ke-II, h. 98.
28
Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 794.
26

c. Keluarga atau keturunan


d. Harta atau kekayaan, dan
e. Intelek atau akal.29
6. Pendistribusian Zakat
Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan, bahwa zakat harus didistribusikan
hanya untuk delapan golongan orang, seperti dalam firman Allah:

ِّ ِ ‫علَ ْي َها َو ْال ُم َؤلَّفَ ِة قُلُوبُ ُه ْم َوفِي‬


ِ ‫الر َقا‬
‫ب‬ َ َ‫املِين‬ِ َ‫ين َو ْالع‬
ِ ‫سا ِك‬ َ ‫اء َو ْال َم‬ِ ‫صدَقَاتُ ِل ْلفُقَ َر‬
َّ ‫إِنَّ َما ال‬
َ ُ‫ضةً ِمنَ اللَّ ِه َواللَّه‬
‫ع ِليم َح ِكيم‬ َ ‫سبِي ِل فَ ِري‬َّ ‫س ِبي ِل اللَّ ِه َواِب ِْن ال‬
َ ‫َار ِمينَ َوفِي‬ ِ ‫َو ْالغ‬
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana”. (QS. At- taubah: 60).30
Secara umum, pesan pokok dalam ayat tersebut, adalah mereka yang
secara ekonomi kekurangan. Kecuali amil dan muallaf yang sangat mungkin
secara ekonomi berada dalam keadaan kecukupan. Karena itu, di dalam
pendistribusiannya, hendaknya mengedepankan upaya merubah mereka yang
memang membutuhkan, sehingga setelah menerima zakat, dalam periode
tertentu berubah menjadi pembayar zakat.
Umar bin Khattab berpendapat, bisa saja zakat dibagikan kepada salah
seorang mustahiq saja, ataupun dibagi secara rata. Namun yang perlu
dipertimbangkan adalah bahwa tujuan zakat adalah menjadikan mereka tidak
lagi sebagai penerima zakat, tetapi berubah menjadi muzakki. Dengan
demikian, distribusi zakat dapat didasarkan kepada skala prioritas dan
kebutuhan sesuai dengan kondisi masyarakat sekitar.

29
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: IIIT, 2003), Edisi Ke-II, h. 98.
30
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahanya, Yayasan Penyelenggara
Penterjemah al Qur’an,, h. 196.
27

Distribusi zakat, menurut mazhab Syafi’i tidak membolehkan


pembayaran zakat hanya dalam satu kelompok saja karena berpegang teguh
pada ayat al-Qur’an surat at Taubah ayat 60. Sedangkan menurut Hanafi,
Maliki, dan Hanbali seperti halnya Umar bin Khattab, membolehkan
pembagian zakat hanya kepada satu kelompok saja, bahkan mazhab Maliki
menyatakan bahwa memberikan zakat kepada orang yang sangat
membutuhkan dibandingkan kelompok yang lainnya adalah sunat.31
a. Macam-macam Distribusi
1. distribusi bidang jasa adalah pelayanan langsung kepada pelanggan
tanpa melalui perantara karena jasa dihasilkan dan dikonsumsi pada
saat bersamaan.
2. distribusi barang konsumsi adalah barang yang langsung digunakan
oleh individu atau anggota masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya
jadi barang konsumsi terkait langsung dengan kebutuhan yang
diinginkan oleh konsumen. Distribusi barang konsumsi adalah
penyaluran barang-barang hasil indutry atau bahan makanan dari
produsen kepada konsumen melalui agen, pengecer lalu ke toko-toko.
3. distribusi kekayaan adalah kekayaan merupakan bentuk jama’ dari kata
maal dan kata maal bagi orang arab adalah segala sesuatu yang
diinginkan sekali oleh manusia untuk menyimpan dan miliknya.
Dengan demikian, makan unta, kambing, sapi, emas, perak dan
sebagainya adalah kekayaan. Menurut ulama hanafiah, kekayaan
adalah segala sesuatu yang dipunyai dan bisa diambil manfaatnya,
seperti tanah, binatang, dan uang. Kekayaan adalah nilai aset seseorang
diukur pada satu waktu tertentu.
4. distribusi pendapatan adalah pendapatan merupakan upaya yang
memiliki pengaruh secara ekonomis.

31
Wahbah Az Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, terj, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 1995), h. 279
28

b. Sasaran Distribusi Zakat


Pada awal sejarah pertumbuhan Islam di Mekkah, orang-orang yang
berhak menerima zakat adalah orang-orang yang miskin saja. Setelah
tahun ke 9 H Allah Swt menurunkan ayat 60 surat at-Taubah di Madinah
ayat tersebut menjelaskan tentang orang-orang yang berhak menerima
zakat antara lain;
1. Golongan fakir
Fakir adalah orang-orang yang tidak mempunyai harta atau
penghasilan layak untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, tempat
dan segala keperluan pokok lainnya, baik untuk dirinya sendiri maupun
keluarga dan orang-orang yang menjadi tanggungannya.
Orang-orang yang dapat menerima zakat dari kelompok faqir, di
antaranya adalah anak yatim, anak pungut, janda, orang yang
berpenghasilan rendah, pelajar, para pengangguran, tahanan, orang-
orang yang kehilangan keluarga, dan tawanan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dalam penyaluran zakat.32
2. Golongan Miskin
Orang miskin adalah orang yang mempunyai harta atau
penghasilan layak untuk memenuhi kebutuhan diri dan tanggungannya,
tetapi penghasilan tersebut tidak mencukupi. Batasan miskin menurut
Pemerintah Indonesia dapat diketahui dengan berbagai aspek, yaitu;
aspek konsumsi, aspek ekonomi, aspek non ekonomi.33
Zakat yang dapat diberikan kepada kelompok miskin hampir
sama dengan kelompok faqir. Bahkan dalam konteks pendapat
kontemporer, zakat untuk kelompok faqir miskin dapat berupa zakat
konsumtif dan produktif. Zakat produktif diperuntukkan bagi kedua
kelompok yang sudah tidak memiliki potensi untuk melakukan suatu

32
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), Jilid I,
h. 295.
33
M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat, h. 179-185.
29

usaha. Sedangkan zakat produktif diperuntukkan bagi kedua kelompok


yang masih memiliki potensi usaha.
3. Golongan Amil Zakat
Amil adalah orang-orang yang ditugaskan oleh imam, kepala
pemerintah atau wakilnya, yang bertugas untuk mengumpulkan harta
zakat dan mengurus administrasinya.
Amil merupakan orang yang bertanggung jawab melaksankan
segala sesuatu yang berkenaan dengan zakat mulai dari mendata wajib
zakat, mengumpulkan, membukukan, memelihara, mendistribusikan
zakat.
Amil merupakan ashnaf yang tidak selalu ada. Apabila zakat
tersebut dibagikan langsung oleh muzakki, maka tidak akan ada ashnaf
dari kelompok amil. Selain karena dibagi oleh muzakki sendiri,
keberadaan amil akan hilang manakala zakat dibagikan oleh imam.34
4. Golongan Muallaf
Muallaf adalah orang-orang yang masih lemah niatnya dalam
memeluk Islam, maka seorang pemimpin perlu membujuk hatinya
dengan sesuatu pemberian untuk menguatkan keislamannya, dengan
pemberian sebagian zakat itu diharapkan orang-orang yang setaraf
dengannya ikut masuk Islam. Orang yang dapat menerima zakat dari
kelompok muallaf yakni:
a. Orang yang baru masuk Islam dan masih kurang dari satu tahun
b. Orang yang dirayu untuk masuk Islam
c. Orang yang dirayu untuk membela Islam.35
5. Golongan Riqab
Riqab jamak dari raqabah, fir riqab yang artinya mengeluarkan
zakat untuk memerdekakan budak sehingga sehingga terbebas dari
dunia perbudakan.

34
Lahmudin Nasution , Fiqh I, (Jakarta : Logos, 1995), h. 145.
35
Hikmat Kurnia dan A. Hidayat, Panduan Pintar Zakat Harta Berkah, Pahala Bertambah
Plus Cara Tepat dan Mudah Menghitung Zakat, h. 145.
30

Para budak yang dimaksud disini adalah para budak muslimin


yang telah yang telah membuat perjanjian dengan tuanya untuk
dimerdekakan dan tidak memiliki uang untuk membayar tebusan atas
diri mereka, meskipun mereka telah bekerja keras membanting tulang
mati-matian.36
Mereka tidak mungkin melepaskan diri dari orang yang tidak
menginginkan kemerdekaannya kecuali telah membuat perjanjian. Jika
ada seorang budak yang dibeli, uangnya tidak akan diberikan
kepadanya melainkan kepada tuanya. Oleh karena itu, sangat
dianjurkan untuk memberikan zakat kepada para budak itu agar
memerdekakan diri mereka.
6. Golongan Gharim
Gharim adalah orang-orang yang mempunyai hutang yang
dipergunakan untuk perbuatan yang bukan untuk maksiat, dan zakat
diberikan agar mereka dapat membayar hutangnya.
7. Fisaabilillah
Fisabilillah adalah kelompok mustahiq yang dikategorikan
sebagai orang yang dalam segala usaha untuk kejayaan agama Islam,
oleh karena itu fisabilillah dapat diartikan pula sebagai usaha
perorangan atau badan yang bertujuan untuk kejayaan agama atau
kepentingan umum. Ungkapan fisabilillah ini mempunyai cakupan
yang sangat luas dan bentuk praktisnya hanya dapat ditentukan oleh
kondisi kebiasaan dan kebutuhan waktu.
Kata tersebut dapat mencakup berbagai macam perbuatan seperti
bantuan-bantuan yang diberikan untuk persiapan perang orang Islam
untuk jihad, menyediakan kemudahan fasilitas pengobatan bagi yang
sakit dan terluka, pendidikan bagi orang-orang yang tidak mampu

36
Wahbah al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Alih Bahasa Oleh Agus Effendi dan
Bahruddin Fannany, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), Cet. Ke-I, h. 281.
31

membiayai pendidikan sendiri. Pendeknya, kata tersebut mencakup


semua perbuatan yang penting dan berfaedah bagi umat Islam.37
8. Ibnu Sabil
Ibnu Sabil adalah orang asing yang menempuh perjalanan ke
negeri lain dan sudah tidak punya harta lagi. Menurut Ahmad Azhar
Basyir, Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam perantauan atau
perjalanan. Kekurangan atau kehabisan bekal, untuk biaya hidup atau
pulang ketempat asalnya. Termasuk golongan ini adalah pengungsi-
pengungsi yang meninggalkan kampung halamannya untuk
menyelamatkan diri atau agamanya dari tindakan penguassa yang
sewenang-wenang.38
Dalam undang-undang pengelolaan zakat prosedur
pendayagunaan atau pendistribusian zakat, setelah diadakan proses
pendataan dan penelitian kebenaran musthahiq 8 asnaf yaitu faqir,
miskin, amil, mualaf, riqab, gharim, sabilillah, ibnu sabil, kemudian
pembagiaanya didahulukan untuk orang-orang yang tidak berdaya
dalam pemenuhan kebutuhan dasar secara ekonomi dan yang sangat
memerlukan, dan harus mendahulukan musthahiq yang ada di dalam
wilayah masing-masing.

37
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, h. 303
38
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Zakat, (Yogyakarta: Lukman Offset, 1997), Cet. Ke-1, h. 84
BAB III
GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT (BAZNAS) KOTA
TANGERANG SELATAN

A. Sejarah Berdirinya BAZNAS Kota Tangerang Selatan


Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Tangerang Selatan
merupakan organisasi pemungut zakat bentukan pemerintah yang bertugas
mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat. Baznas Daerah
Kota Tangerang Selatan dibentuk melalui surat keputusan No. 451.12/Kep 73-
Huk.Org/2009 yang dibuat oleh Pelaksana Tugas (PLT) Kota Tangerang se;latan
saat itu Bapak H. Muhammad Sholeh, MT. tentang pembentukan pengurus
Badan Amil Zakat Kota Tangerang Selatan masa periode 2009-2012 pada
tanggal 02 Juli 2009. Langkah tersebut adalah realisasi dari amat Undang-
Undang No. 38 tahun 1999 untuk membagun lembaga/badan amil zakat di setiap
lapisan daerah dari tingkat nasional sampai dengan tingkat
Kotamadya/Kabupaten. Kemudian diperbaharui dengan surat keputusan
Walikota No. 451.12/Kep 252-Huk./2010 Tanggal 23 Juli 2010. Badan Amil
Zakat Daerah (BAZDA) Daerah Kota Tangerang Selatan dinyatakan sebagai
lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab
kepada Walikota dan Departemen agama Kota Tangerang Selatan.1 Seiring
dengan itu diterbitkan juga intruksi Walikota Tangerang Selatan No.02 Tahun
2009 tentang pengumpulan zakat, infaq dan shadaqah dari para pejabat/pegawai
pemerintah,swasta dan masyarakat Kota Tangerang Selatan agar dilakukan di
BAZDA Kota Tangerang Selatan.
BAZDA Daerah Kota Tangerang Selatan didirikan selain sebagai realisasi
undang-undang, juga meningkatkan kesadaran dalam berzakat. Selama ini, zakat
yang dilakukan oleh masyarakat Kota Tangerang Selatan masih tradisional.
BAZDA Kota Tangerang Selatan hadir ditengah-tengah masyarakat dalam

1
http://baznaskotatangsel.com/profil/, Tim BAZDA Kota Tangerang Selatan, Profil BAZDA
Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 25 April 2018

32
33

melayani pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, infak,


sedekah dan dana keagamaan lainnya. Dilihat dari sisi ketenagaannya BAZDA
Kota Tangerang Selatan ini merupakan perpaduan antara potensi ulama, umaro
dan masyarakat. Seiring berjalannya waktu nama tersebut mengalami perubahan
dari yang semula Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) menjadi Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) karena sesuai dengan Unadang-Uandang No.23
Tahun 2011. Maka pada bulan maret tahun 2016 terbentuklah BAZNAS Kota
Tangerang Selatan melalui surat keputusan Walikota Tangerang Selatan HJ.
Airin Racmi Diani,S.h.MH No.451.12/Kep.281-Huk/2016.2
Latar belakang berdrinya BAZNAS Kota Tangerang Selatan terdiri dari
beberapa factor :
Pertama karena terpisahnya Kota Tangerang Selatan sehinggga
pemerintah Kota Tangerang Selatan mendirikan BAZNAS untuk merealisasikan
Undang-Undang No.23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.
Kedua dana zakat, infaq dan Shadaqah diyakini mampu bersumbangsih
dalam mendukung keadilan sosial dan pembangunan sosial dan mengurangi
angka kemiskinan. Indonesia dengan negara penduduk muslim terbesar di dunia
mempunyai potensi zakat, infaq dan shadaqah yang cukup tinggi sehingga
apabila dana tersebut dikelola dengan maksimal maka akan memberikan dampak
yang sangat signifikan dalam penyelesaian masalah yang terjadi pada
masyarakat. Aytas dasar tersebut perlu adanya lembaga yang mengatur tentang
pelaksanaan zakat secara baik dan benar.3
Walaupun BAZNAS Kota Tangerang Selatan merupakan lembaga resmi
pengelolaan zakat di Kota Tangerang Selatan, tidak menutup kemungkinan
bahwa keberhasilan pengelolaan zakat belum maksimal walaupun potensi dana
zakat di Kotangerang Selatan sangat besar dibandingkan dengan kabupaten atau
kota lain yang berada di Provinsi Banten, hal ini kemungkinan terdapat beberapa
kendala :

2
http://baznaskotatangsel.com/profil/, Tim BAZDA Kota Tangerang Selatan, Profil BAZDA
Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 25 April 2018
3
Wawancara pribadi dengan Bapak Ade. Pamulang, 15 November 2018.
34

a. Banyaknya lembaga pengumpul zakat selain BAZNAS, diantaranya :


1) Dompet Dhuafa
2) Lembaga Amil Zakat (LAZ)
3) Rumah Zakat
4) Dan adanya lembaga-lembaga lain yang memungut dan
mengumpulkan zakat secara ilegal (tidak mempunyai legalitas)
b. Belum sepenuhmya masyarakat memahami tentang kewajiban
memebayar zakat
c. Tingkat kepercayaan masyarakat masih rendah kepada Badan Amil
Zakat (BAZNAS) sehingga banyak para muzakki menyalurkan zakat
secara langsung kepada para mustahik.4
BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki struktur anggota untuk
melakukan pengelolaan zakat. Anggota BAZNAS Daerah Kota Tangerang
Selatan merupakan individu yang berasal dari ulama, tokoh masyarakat, dan
praktisi. Selain itu, BAZNAS Daerah Kota Tangerang Selatan dibantu Unit
Pengumpul Zakat (UPZ) dalam mengumpulkan, mendistribusikan dan
mendayagunakan dana zakat.
BAZNAS Daerah Kota Tangerang Selatan mempunyai visi sebagai
pengumpul, pendayaguna, dan pendistribusi zakat di Kota Tangerang Selatan.
Visi tersebut ialah menjadikan BAZNAS Daerah Kota Tangerang Selatan
sebagai lembaga pengelola zakat yang dipercaya dalam membangkitkan
ekonomi umat dalam rangka memerangi dan mengentaskan kemiskinan.5 Visi
tersebut menjelaskan bahwa BAZNAS Daerah Kota Tangerang Selatan dalam
mengumpulkan, mendayagunakan, dan mendistribusikan zakat mempunyai
integritas dan dapat me-numbuhkan perekonomian umat Islam di Kota
Tangerang Selatan. Dalam memberikan pelayanan dalam pengelolaan zakat,
BAZNAS Daerah Kota Tangerang Selatan mempunyai kantor pusat di Jalan
Benda Raya, Pamulang, Tangerang Selatan. Setelah berpindah tempat, kini

4
Wawancara pribadi dengan Bapak Ade. Pamulang, 15 November 2018.
35

beralamat di Jalan Benda Barat XIV Nomor 8, Pamulang Permai II, Pondok
Benda, Pamulang, Tangerang Selatan.
B. Visi dan Misi BAZNAS Kota Tangerang Selatan
1. Visi
Adapun visi BAZNAS Kota Tangerang Selatan adalah menjadikan badan amil
zakat Nasional sebagai lembaga pengelola zakat yang dapat dipercaya dalm
membangkitkan ekonomi dalam rangka memerangi dan mengentaskan
kemiskinan di wilayah Kota Tangerang Selatan.
2. Misi
Adapun Misi BAZNAS Kota Tangerang Selatan seperti berikut ini :
a. Menggali potensi umat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota
Tangerang Selatan dalam upaya memperkecil kemiskinan. Mendayagunakan
dana umat bagi peningkatan kualitas umat yang islami.
b. Memudahkan pelayan para muzakki, munfiq dan mufashaddiq dalam
menunaikan zakat, infaq dan shadaqah (ZIS).
c. Mendistribusikan zakat kepada mustahiq (yang berhak menerima zakat)
sesuai dengan hukum dan syariat serta Undang-undang yang berlaku.6
C. Tugas, Fungsi dan Tanggung Jawab BAZNAS Kota Tangerang Selatan
1. Tugas Pokok
Sebagai pengelolaan, tugas pokok BAZNAS KotaTangerang Selatan adalah :
a. Menggali potensi zakat
b. Mengumpulkan harta/zakat
c. Mengelola harta/zakat yang telah terkumpul
d. Mendistribusikan zakat kepada mustahiq secara proporsional
e. Mendayagunaan dana zakat
f. Mengupayakan pengembangan zakat baik dari segi sumber maupun
pemanfaatannya
g. Menyusun pedoman zakat yang sederhana dan mudah dipahami oleh muzakki

6
Wawancara pribadi dengan Bapak Ade. Pamulang, 15 November 2018.
36

2. Fungsi
Sebagai pengelola zakat, BAZNAS Kota Tangerang Selatan akan
mengfungsikan diri sebagai lembaga pelayanan masyarakat yang akan berzakat
(Muzakki) dan bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan dana zakat
(mustahiq).
3. Tanggung Jawab
Amanah yang diberikan kepada BAZNAS Koata tangerang Selatan adalah :
a. memperbaiki keadaan dan taraf perekonomian masyarakat, dalam ini : adalah
mustahiq
b. Menyediakan fasilitas yang akan menunjukan perbaikan penghasilan bagi
umat
c. Melakukan penataan administrasi umum, personalia dan keuangan zakat
4. Tujuan
Tersalurnya dana umat sesuai denga ketentuan syariat islam terwujudnya
pengelolaan zakat sesuai dengan tuntutan syariah dan perundang-undangan di
Indonesia.
D. Struktur Badan Amil Zakat (BAZNAS) Kota Tangerang Selatan
Sebagai lembaga pelayanan masyarakat dari masyarakat yang ber-zakat
(muzakki) untuk masyarakat yang membutuhkan bantuan zakat (mustahiq),
BAZNAS Daerah Kota Tangerang Selatan dikelola berdasarkan struktur
organisasi. Struktur organisasi tersebut adalah :

Dewan
Komisi Pengawas
Pertimbangan

Ketua Ketua
Walikota Kepala Kemenag
Tangerang Selatan Kab. Tangerang

Sekretaris Wakil Ketua Wakil Ketua


Sekretaris
Asda 1 Kota Sekretaris Kota Drs. Norodom
Drs. H. Noor Aly
Tangerang Selatan Tangerang Selatn Soekarno, S .Ip

Anggota Anggota
K.H. Saidih, S .Ag, K.H. Zainuddin Abdullah, K.H. Saidih, S .Ag, K.H. Zainuddin Abdullah,
K. H. Hasyim Rais K. H. Hasyim Rais
37

Gambar 1.1 Struktur Petinggi Pada Baznas Kota Tangerang Selatan

Struktur Lembaga BAZNAS Kota Tangerang Selatan

SK. Walikota Tanagerang Selatan No. 451.12/Kep.281-Huk/2016.7

No Jabatan Nama Tugas

1 Ketua Drs. KH. Endang


Saefuddin, MA.

2 Wakil Teten Kustiawan, 1. Pelaksana Layanan Muzakki


Ketua 1 Ak., CA Perorangan Atau Badan

2. Pelaksana Layanan Muzakki Unit


Pengumpul Zakat

3. Pelaksana Konter Administrasi dan


Database

3 Wakil H. Muhammad 1. Pelaksana Layanan Santunan


Ketua II Salbini, LC. Mustahiq

2. Pelaksana Dalam Pemberdayaan

3. Pelaksana Administrasi dan


Database

4 Wakil Drs. H. Ucup 1. Pelaksana Perencana dan


Ketua III Yusuf, M.Pd. Pengembangan

2. Pelaksana Keuangan

7
http://baznaskotatangsel.com/profil/, Tim BAZDA Kota Tangerang Selatan, Profil
BAZDA Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 25 April 2018
38

3. Pelaksana Akuntansi dan Pelaporan

5 Wakl H. Muhamad 1. Pelaksana HRD dan Legal


Ketua IV Thohir. SQ.
2. Pelaksana Administrasi dan Humas

3. Pelaksana IT dan Umum

Tabel 2.1 Struktur Keorganisasian Pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan Periode 2016-2021

1. Ketua

Ketua mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas Baznas Kota


Tangerang Selatan dalam menjalankan program kerja dan rencana seperti
membina dan membimbing umatdalam pelaksanaan Zakat Infak dan
Shodaqah (ZIS), mensosialisasi-kan hukum zakat dan undang-undang
tentang pengelolaan zakat dan melakukan kerjasama dengan berbagai
pihak dalam peningkatan kualitas pungutan zakat dan kualitas pengelolaan
zakat.8 Dalam kegiatannya, ketua bertanggung jawab terhadap seluruh
kegiatan Baznas Kota Tangerang Selatan, baik dalam pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

2. Sekretaris

Sekretaris mempunyai tugas antara lain mengadakan pembagian


tugas bagi masing-masing staf sekretaris, menyusun laporan bulanan,
triwulan dan tahunan bekerjasama dan berkoordinasi dengan seksi-seksi
lain, menyiapkan kupon pungutan dan pendistribusian zakat, infaq dan
shadaqah, dan mengadakan dan membuat data inventaris.9 Sekretaris
membantu ketua untuk menginventaris setiap kegiatan yang dilakukan
oleh Baznas Daerah.

8
http://baznaskotatangsel.com/profil/, Tim BAZDA Kota Tangerang Selatan, Profil BAZDA
Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 25 April 2018
9
http://baznaskotatangsel.com/profil/, Tim BAZDA Kota Tangerang Selatan, Profil BAZDA
Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 25 April 2018
39

3. Bendahara

Bendahara mempunyai tugas antara lain membuat rencana anggaran


tahun operasional Baznas Kota Tangerang Selatan, dan menyiapkan data
keuangan.10 Bendahara membantu ketua dalam mengelola keuangan dan
operasional.

4. Seksi Pengumpulan

Seksi pengumpulan mempunyai pada Baznas Kota Tangerang


Selatan tugas antara lain menyusun rencana dan program pelaksanaan
pengumpulan ZIS dan menginformasikan hasil pe-ngumpulan zakat, infaq
dan shadaqah, dan melaksanakan sosialisasi pengumpulan ZIS.11 Seksi ini
sangat berperan penting dalam me-ningkatkan potensi zakat di Kota
Tangerang Selatan.

5. Seksi Pendistribusian

Seksi pendistribusian mempunyai tugas yang meliputi merumuskan


format database, mengelola pendistribusian ZIS secara produktif serta
meningkatkan kualitas SDM.12 Seksi pendistribusian mengembangkan
data mustahik untuk kemudian menjadi bahan acuan untuk
mendistribusikan zakat secara optimal.

6. Seksi Pendayagunaan

Seksi pendayagunaan mempunyai tugas yang meliputi perencanaan


dan melaksanakan pendayagunaan dana ZIS untuk kegiatan non
komsumtif (modal bergulir), merencanakan dan me-laksanakan

10
http://baznaskotatangsel.com/profil/, Tim BAZDA Kota Tangerang Selatan, Profil
BAZDA Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 25 April 2018
11
http://baznaskotatangsel.com/profil/, Tim BAZDA Kota Tangerang Selatan, Profil
BAZDA Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 25 April 2018
12
http://baznaskotatangsel.com/profil/, Tim BAZDA Kota Tangerang Selatan, Profil
BAZDA Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 25 April 2018
40

pendayagunaan dana ZIS untuk usaha produktif, dan menyiapkan data


pendayagunaan ZIS sebagai bahan laporan dan publikasi.13 Seksi
pendayagunaan melakukan tugas yang hampir sama dengan seksi
pendistribusian zakat dengan bertanggung jawab dalam pendayagunaan
zakat setelah didistribusikan.

7. Seksi Pengembangan

Seksi pengembangan mempunyai tugas yang meliputi menyusun


rencana program pelaksanaan pengembangan ZIS dengan pengelolaan
yang profesional dan melaksanakan penelitian tentang pengelolaan ZIS.14
Pengembangan dimaksud adalah membentuk penelitian untuk
mengembangkan zakat. Hingga nantinya, seksi pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan merencanakan kegiatan untuk
pengelolaan zakat.

E. Program-Program Pada Baznas Kota Tangerang Selatan

Penentuan sasaran pada Baznas Daerah Kota Tangerang Selatan


ditunjukkan untuk mewujudkan visi dan misi lembaga. Penentuan sasaran
dilakukan untuk menggali potensi zakat, mengelola harta / zakat, mendistribusikan
zakat kepada mustahiq secara proporsional, serta mendayagunakan dana zakat.

1. Progam Tangsel Cerdas

Program Tangsel Cerdas memiliki sasaran untuk membangun


pendidikan. Sasaran dalam program ini ditunjukkan kepada siswa SD,
SMP, dan SMA yang tidak mampu untuk membayar uang sekolah.
Program ini terbagi atas beasiswa pendidikan dengan dibayarkan langsung
oleh pihak sekolah dengan siswa tersebut datang membawa tagihan SPP,
dan beasiswa temporer, untuk siswa yang tidak mampu untuk membeli

13
http://baznaskotatangsel.com/profil/, Tim BAZDA Kota Tangerang Selatan, Profil
BAZDA Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 25 April 2018
14
http://baznaskotatangsel.com/profil/, Tim BAZDA Kota Tangerang Selatan, Profil
BAZDA Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 25 April 2018
41

baju, buku sekolah, dan keperluan lainnya yang tidak terjangkau pada
beasiswa pendidikan.

2. Program Tangsel Modern

Program ini memiliki sasaran kepada mustahik yang tidak memiliki


kelayakan untuk hidup, seperti rumah tak layak huni, dan tidak
mempunyai modal untuk berdagang. Sesuai dengan namanya, Tangsel
Modern bertujuan untuk mewujudkan Kota Tangerang Selatan kepada
masyarakat modern. Bantuan tersebut adalah bedah rumah, biaya
kesehatan, modal ekonomi umat, peningkatan mu’allaf dan dhuafa, dan
bantuan-bantuan modal lain untuk meningkatkan kemampuan finansial
masyarakat.

3. Program Tangsel Religius

Program ini memiliki sasaran untuk meningkatkan perangkat masjid


di Kota Tangerang Selatan. Obyek sasaran dalam program ini adalah
masjid, mushalla dan masyarakat di dalamnya seperti guru ngaji, marbot,
guru TPA, dan anak yatim.15

15
http://baznaskotatangsel.com/profil/, Tim BAZDA Kota Tangerang Selatan, Profil
BAZDA Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 25 April 2018
BAB IV

MEKANISME PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL DALAM

MANAJEMEN ZAKAT PADA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN

A. Ketentuan Pengelolaan Biaya Operasional Dalam Manajemen Zakat Pada

Lembaga Baznas Kota Tangerang Selatan Dilihan Dari Peraturan Yang

Berlaku

Pada Dasarnya mekanisme pengelolaan keuangan pada BAZNAS

Nasional, BAZNAS Privini dan BAZNAS Kota/Kabupaten telah diatur dalam

peraturan Badan Amil Zakat Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018.

Penegasan dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan

zakat dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 serta Peraturan Mentri

Agama Nomor 30 Tahun 2016 tentang tugas, fungsi, dan tata kerja anggota

Badan Amil Zakat Nasional.1

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 bahwa biaya

operasional BAZNAS Provinsi dan Baznas Kota/Kabupaten dibebankan kepada

anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dan hak amil bila dirasa masih

kurang. Namun pada dasarnya terdapah hal-hal pada biaya operasional

BAZNAS Provinsi dan Baznas Kota/Kabupaten yang dibebankan pada anggaran

pendapatan dan belaja daerah, meliputi :

1
http://pid.baznas.go.id/, Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Zakat, artikel diakses pada 13 juli 2018.

43
44

1. Hak keuangan pimpinan Baznas Provinsi dan BAZNAS Kota/Kabupaten

2. Biaya administrasi umum

3. Biaya sosialisasi dan koordinasi BAZNAS Kota/Kabupaten dengan Baznas

Provinsi, dan LAZ Provinsi

4. Biaya sosialisasi BAZNAS Kota/Kabupaten dengan LAZ Kota/Kabupaten2

Dan apabila pembiayaan operasional yang bersumber dari anggaran

pendapatan dan belanja daerah (APBD) tidak mencukupi dapat bersumber dari

anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Jadi dana hasil penghinpunan

dari para muzakki seharusnya hanya untuk disalurkan kepada para mustahik

karena biaya operasional BAZNAS Kota/Kabupaten sudah terpenuhi dari

anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) atau anggaran pendapatan dan

belanja Negara (APBN).

Namun kenyataan yang terjadi pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan

sekarang adalah sebagian biaya pengeluaran operasional masih diambil dari

dana hasil penghimpunan para muzakki. Karena pemerintah Kota Tangerang

Selatan kurang ikut berperan aktif dalam mensukseskan peran BAZNAS Kota

Tangerang Selatan ditengan-tengan masyarakat. Walaupun secara peraturan

BAZNAS Kota/Kabupten adalah lembaga independent dan nostruktural diluar

dari pemerintahan Kota/Kabupaten. Tetapi ada beberapa hal yang menjadi

tanggung jawab pemerintah Kota/Kabupaten, seperti halnya biaya operasional

BAZNAS Kota/Kabupaten.

2
http://pid.baznas.go.id/, Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Zakat pasal 69 ayat 2, artikel diakses pada 13 juli
2018.
45

Tetapi BAZNAS Kota Tangerang Selatan juga tidak sepenunya benar

karena masih banyak BAZNAS Kota/Kabupaten yang masih belum

menjalankan amanat undang-undang No.23 tahun 2011 tentang pembuatan

rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT) secara baik dan benar bagi seluruh

BAZNAS dari berbagai tingkatan. Seperti yang tertera dalam peraturan

BAZNAS No.5 Tahun 2018 rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT) adalah

naskah yang memuat program kerja dan anggran kegiatan BAZNAS, BAZNAS

Povinsi, LAZ berskala Provinsi, BAZNAS Kota/Kabupaen dan Laz berskala

Kota/Kabupaten untuk periode waktu satu tahun dan digunakan sebagi acuan

dalam pelaksanaa kegiatan.3

Jadi dengan adanya rencana kerja dan anggran tahun (RKAT) segala

sesuatunya dapat dilaksanakan dengan baik. Karena BAZNAS Kota/Kabupaten

sudah mempunyai acuan dalam hal program kerja yang akan dilakukan dan

penganggaran yang sudah diperhitungkan secara matang. Termasuk biaya

operasional apa saja yang harus dikeluarkan selama kurun waktu satu tahun ke

depan. Yang kemudian dapat diajukan kepada pemerintah Kota/Kabupaten

dalam perumusan anggaran pendapatan dan belanja daerah (RAPBD) sehingga

biaya operasional Baznas Kota/Kabupaten dapat terpenuhi sesuai dengan

rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT) yang telah diajukan.

Dalam menjalankan peraturan untuk membuat RKAT BAZNAS Kota

Tangerang Selatan sebenarnya sudah membuat acuan untuk melakukan semua

3
http://pid.baznas.go.id/, Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Zakat pasal 1 ayat 22, artikel diakses pada 13 juli
2018.
46

kegiatannya untuk kurun waktu satu tahun kedepan, namun acuan kegiatan pada

BAZNAS Kota Tangerang Selatan belum dapat dibilang sebagai RKAT. Karena

BAZNAS Kota Tangerang Selatan hanya membuat acuan kegiatannya secara

global/umum tidak terperinci sesuai dengan RKAT yang harusnya. Karena siring

berjalannya waktu seringkali kegiatan yang dilakukan sifatnya lebih

mengedepankan aspek prioritas atau dianggap yang sekiranya lebih penting, jadi

sering tidak sesuai dengan acuan awal yang sudah dibuat.

Selain itu sesuai dengan apa yang diamanatkan Undang-Undang No.23

Tahun 2011 dalam pengelolaan zakat Baznas dianjurkan menjelenggarakan

fungsi sebagai berikut :

1. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat

2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat

3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat

4. Pelaporan dan pertanggung jawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.4

B. Pengelolaan Biaya Operasional Dalam Manajemen Zakat Pada Lembaga

BAZNAS Kota Tangerang Selatan

Seperti hal-hal yang sudah dipaparkan diatas dilihat dari segi peraturan

yang berlaku pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam pengelolaan biaya

operasional. Masih kurangnya peran aktif dari pemerintah Kota Tangerang

Selatan dalam membantu pembiayaan operasional pada Baznas Kota Tangerang

4
http://uuzakat.go.id/, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Tugas Pengelolaan Zakat pasal 7 ayat 1 (a,b,c dan d), artikel diakses pada 14 juli 2018.
47

Selatan. Sehingga BAZNAS Kota Tangerang Selatan masih bergantung pada

dana penghimpunan dari para muzakki dalam memenuhi biaya operasionalnya.

Padahal jika dilihat dari anggaran APBD Kota Tangerang Selatan

jumlahnya relatif besar. Dana yang ditunjukan untuk BAZNAS Kota Tangerang

Selatan masuk kedalam cost hibah pada APBD Kota Tangerang Selatan. Pada

APBD Kota Tangerang Selatan tahun 2018 untuk cost hibah sendiri jumlahnya

sebesar Rp 79.148.700.000,00 namun itu dibagi untuk beragai macam keperluan.

Sedangkan untuk biaya operasional pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan

sendiri jumlahnya masih sangat kecil dari total keseluruhan dana hibah pada

APBD Kota Tangerang Selatan.5

Selain itu juga tidak semua biaya operasional pada BAZNAS Kota

Tangerang Selatan tiak dapat tercover seluruhnya dari dana APBD Kota

Tangerang Selatan karena untuk menggunakan dana APBD ada hal-hal yang

harus diperhatikan. Selain itu dana yang berasal dari APBD peruntukannya harus

sesuai dengan undang-undang yang berlaku, juga harus sesuai dengan arah

kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Kota Tangerang Selatan. Jadi bila

ada hal yang dirasa kurang sesuai dengan arah kebijakan dari pemerintah Kota

Tangerang Selatan maka sumber dananya tidak bisa dari APBD Kota Tangerang

Selatan.6

Bila dilihat dari laporan keuangan BAZNAS Kota Tangerang Selatan

tahun 2018 sebagai berikut :

5
Wawancara pribadi dengan Bapak H. Muhammad Thohir, SQ, Pamulang, 2 Maret 2019
6
Wawancara pribadi dengan Bapak H. Muhammad Thohir, SQ, Pamulang, 2 Maret 2019
48

Laporan Penerimaan Dana Zakat

Penerimaan zakat perorangan 115.584.178

Penerimaan zakat, infaq dan sedekah 4.085.667.067

Penerimaan zakat dari dana social keagamaan lainnya 25.000.000

Penerimaan zakat fitrah 17.565.000

Penerimaan zakat melalui hak amil 57.721.550

Total Penerimaan Zakat 4.301.537.795

Tabel 2.2 Laporan Penerimaan Dana Zakat

Dari table laporan keuangan BAZNAS Kota Tangerang Selatan tahun

2018 diatas menunjukan bahwa dana yang berasal dari APBD Kota Tangerang

Selatan tidak dimasukkan kedalam laporan keuanganya. Karena anggaran yang

berasal dari APBD Kota Tangerang Selatan tidak diberikan secara tunai

melainkan sudah langsung dibayarkan utuk biaya seperti listrik, sewa bangunan

kantor dll. Dan sumber penerimaan dana zakat yang terbesar dari zakat, sedekah

dan infak yang berasal daripara muzakki, yang jumlahnya mencapai 90% dari

total keseluruhan dana yang berhasil dihimpun.

Dikarenakan sumber dari biaya operasional pada BAZNAS Kota

Tangerang Selatan tidak semuanya berasl dari dana APBD Kota Tangerang

Selatan. Maka dana operasional BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebagian

berasal dari muzakki yang diambil dari hak amil. Bahkan sebagian besar dana
49

operasional pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan berasal dari dana yang

dihumpun dari para muzakki. Karena itu BAZNAS Kota Tangerang Sealatan

sangat mengedepankan kepercayaan terhadap para muzakki, agar para muzakki

merasa aman untuk berzakat di BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Prinsip–

prinsip operasional menjadi indentitas bagi BAZNAS KotaTangerang Selatn

dalam melaksanakan pengelolaan zakat dengan sebaik-baiknya. BAZNAS Kota

Tangerang Selatan menetapkan prinsip-prinsip operasional seperti :

1. Taat kepada aturan syariah dengan menimbangkan setiap kegiatan

bersama dengan dewan pertimbangan dan komisi pengawasan

2. Independent dalam mengelola zakat

3. Tanggung jawab dengan memberikan laporan kepada walikota tangerang

Selatan, BAZNAS Provinsi dan Para muzakki secara berkala.

Perinsip operasional BAZNAS Kota Tangerang Selatan dibantu oleh

dewan pertimbangan dan komisi pengawas dalam pengelolaan zakat yang terdiri

dari pemerintah Kota Tangerang Selatan dan Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Kota Tangerang Selatan. Dalam melaksanakan prinsip operasionalnya BAZNAS

Kota Tangerang selatan juga sudah berkoordinasi dengan pemerintah Kota

Tangerang Selatan dan MUI Kota Tangerang Selatan. Hal ini dapat dilihat dari

jumlah penyaluran dana zakat kepada 22.029 mustahik, sedangkan jumlah

penduduk miskin di Kota Tangerang Selatan sebanyak 115.183 jiwa. Dengan

demikian pemerintah Kota Tangerang Selatan dan MUI Kota Tangerang Selatan

belum maksimal untuk membantu BAZNAS Kota Tangerag Selatan. Berikut

adalah program layanan mustahik pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan :


50

Tangsel Cerdas, Religius dan Modern


Program Layanan Mustahik Pada Baznas Kota Tangerang Selatan

Kota : Tangerang Selatan


Alamat : Jl. Benda Barat XIV No.8 Pmulang Permai II. Pamulang
Provinsi : Banten

REKAPITULASI PENDISTRIBUSIAN PROGRAM DAN BANTUAN TEMPORER

I Bidang Pendidikan Asnaf Jumlah


1. Program Bea Siswa Untuk Tingkat SLTP dan SLTA SLTP/Mts fm Rp 99.020.000
SLTA/MA fm Rp 72.400.000
2. Bantuan Pembayaran Tunggakan Pendidikan (temporer) fm Rp 117.000.000
3. Bantuan Sarana Pendidikan fs Rp 7. 500.000

II Bidang Kesehatan
1. Program Rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) fm Rp 713.152.000
2. Bantuan Biaya Kesehatan fm Rp 21.205.000

III Bidang Ekonomi


1. Program Bina Usaha Mustahik fm Rp 146.500.000
2 Bantuan Modal Usaha (temporer) fm Rp 23.200.000

IV Bidang Keagamaan
1. Bantuan Mualaf mf Rp 2.515.000
2. Program Bantuan Marbot/imam masjid fs Rp 54.900.000
3. Program Bantuan Guru TPA/TPQ fs Rp 116.550.000
4. Program Bantuan Guru Majlis Taklim fs RP 65.100.000
5. Program Bantuan Sarana Ibadah fs Rp 336.500.000
Bantuan Sarana Ibadah (temporer) fs Rp 12.250.000
6. Pengembangan dan Pengendalian Program Baznas Tangsel fs RP 46.550.000
(keagamaan lainnya)

V Bidang Kemanusiaan
1. Bantuan Korban Bencana (temporer) fm Rp 60.377.500
2. Program Bantuan Dhu’afa fm Rp 273.099.000
3. Bantuan Ibnu Sabil (temporeer) is Rp 4.010.000
4. Bantuan Gharimin gr Rp 5.100.000
5. Bantuan Biaya Hidup fm Rp 22.250.000

VI Amilin fm Rp 75.000.000

TOTAL KESELURUHAN Rp 2.274.358.500

Tabel 2.3 Laporan Program Pentasharufan BAZNAS Kota Tangerang Selatan


51

Selain dengan pemerintah Kota Tangerang Selatan dan MUI Kota

Tangerang Selatan BAZNAS Kota Tangerag Selatan juga menjalin hubungan

kerjasama dengan banyak pihak. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan

optimalisasi pengelolaan zakat di Kota Tangerang Selatan yang berdampak

positif kepada pengelolaan biaya operasional. Hubungan kerjasama itu terjalin

kepada sebagi berikut :

1. Hubungan kerjasama dengan LAZ dan UPZ

Hubungan kerjasama untuk mengoptimalkan pengumpulan dan

pendistribusian yang dilakukan BAZNAS Kota Tangerang Selatan dengan

melakukan kepanjangna tangan dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang

ada di wilayah Kota Tangerang Selatan. Dan juga dengan Unit Pengumpul

Zakat (UPZ) Kelurahan, UPZ DKM dan UPZ yang berada di dinas

pemerinyah Kota Tangerang Selatan untuk mengoptimalisasikan

pengumpulan zakat di Kota Tangerang Selatan.

2. Hubungan kerjasama dengan Walikota Tangerang Selatan

BAZNAS Kota Tangerang Selatan melakukan hubungan kerjasama

dengan Walikota Tangerang Selatan terkait laporan pelaksanaan dalam

pengelolaan zakat. Walikota Tangerang Selatan membantu BAZNAS

Kota Tangerang Selatan untuk optimalisasi pengelolaan zakat dan bantuan

operasional dalam bentuk hibah pada anggran pendapatan dan belanja

daerah (APBD). Pemberian dana hibah dimaksudkan untuk membantu

jalnnya operasional pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan.


52

Namun selama ini Walikota hanya mengawasi pelaksanaan

pengelolaan zakat yang dilakukan BAZNAS Kota Tangerang Selatan serta

menyisihkan anggaran pendapatan dan belanja (APBD) untuk biaya

operasional zakat. Walikota belum mengoptimalisasikan pengelolaan

zakat sepeti mengeluarkan Peraturan Daerah (PERDA) kepada para

pegawai pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk mengeluarkan

zakatnya ke BAZNAS Kota Tangerang Selatan, atau pemotongan besaran

zakat otomatis pada slip gaji setiap bulannya bagi seluruh pegawai muslim

pemerintah Kota Tangerang Selatan, serta kurangnya himbauan yang

dilakukan oleh Walikota Tangerang Selatan kepada masyaran untuk

berzakat di BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

BAZNAS Kota Tangerang Selatan melakukan tugas pengelolaan

zakat sesuai dengan UU No.8 Tahun 2011. Baznas Kota Tangerang

Selatan harus menyelenggarakan fungsi manajemen secara baku

sebagiman berikut :

1. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan

zakat.

Dalam perencanaan pengumpulan zakat, BAZNAS Kota

Tangerang Selatan melakukan pendekatan kepada muzakki dengan

dua opsi, muzakki menghitung sendiri zakatnya atau dibantu oleh

anggota BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Setelah itu muzakki

mendapatkan kwitansi sebagai bukti pembayaran zakat, namun


53

BAZNAS Kota Tangerang Selatan belum membuat Nomor Pokok

Wajib Pazak (NPWZ) untuk data muzakki.

2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan

zakat

Pendistribusian dan pendayagunaan zakat dilakukan secara

bertahap, karena capaian pengumpulan zakat sedikit. BAZNAS Kota

Tangerang Seatan melakukan pendistribusian dan pendayagunaaan

program, baik Tangsel cerdas, Tangsel modern dan Tangsel religius

dengan bergantian dan mengutamakan pemenuhan kebutuhan fakir

miskin. Disamping itu BAZNAS KotaTangerang Selatan belum

mengembangkan data muzakki dan mustahik. Pengembangan data

muzakki dan mustahik menjadi penting agar tidak terjadi double

receiver dalam pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

Pendayagunaan zakat di BAZNAS Kota tangerang Selatan

belum memberikan pendampingan kepada penerima program zakat,

karena dana tidak menukupi. Untuk melakukan pendampongan

diperlukan dana kompensasi kepada pendamping. Sedangkan

BAZNAS Kota Tangerang Selatan belum bisa memberikan

kompensasi kepada pendamping.

3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan

zakat

Dalam pengendalian pengumpulan pemerintah memberikan

dorongan kepada BAZNAS Kota Tangerang Selatan dengan


54

membatu mengoptimalisasikan zakat dipemerintahan dan

memberikan fasilitas berupa akses kepada pengusaha di wilayah

Kota Tangerang Selatan untuk berzkat.

Namun masyarakat Kota Tangeranga Selatan belum merespon

keberadaan BAZNAS Kota Tangerang Selatan karena faktor

kepercayaan masyarakat, kurangnya sosialisasi, dan dan persaingan

dengan lembaga zakat lain kepercayaan muzakki untuk berzakat di

Bzanas Kota Tangerang Selatan terkadang terhalng oleh LAZ yang

lebih inovatif. Faktor lainnya adalah sulitnya menemukan lokasi

kantor BAZNAS Kota Tangerang Selatan yang berada di area

perumahan dan kondisi kantor yang terliaht seperti rumah pada

umumnya, dapat mempengaruhi referensi muzakki untuk berzakat.

4. Pelaporan dan pertanggung jawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

BAZNAS Kota Tangerang Selatan menampaikan laporan

pengelolaan zakatnya kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan

dalam hal ini Walikota Tangerang Selatan. Data yang diberikan oleh

BAZNAS Kota Tangerang Selatan dilakukan secara berkala stiap

dua kali dalam setahun.7 Faktor untuk membiayai auditor

independent menjadi kendala belum diauditnya pelaporan di

BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Selain belum diaudit, laporan

7
Wawancara pribadi dengan Bapak H. Muhammad Thohir, SQ, Pamulang, 2 Maret 2019
55

pengelolaan zakat masih berbentuk sederhana, hanya laporan

pentasharufan saja.

Meskipun demikian laporan BAZNAS Kota Tangerang

Selatan dibuat secara teratur. Uraian transaksi pengeluaran

cenderung tetap setiap tahunnya. Untuk mewujudkan prinsip

pemerataan dan keadilan, BAZNAS Kota Tangerang Selatan

seyogyanya melihat terlebih dahulu dalam memprioritaskan

pendistribusian dan pendayagunaan zakat sehimgga dapat berjalan

secara optimal.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis terhadap BAZNAS Kota Tangerang Selatan


tentang mekanisme pengelolaan biaya operasional, maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebaaimana berikut :

1. Mekaminsme pengelolaan biaya operasional pada BAZNAS Kota Tangerang


Selatan sangat penting dalam hal pengaturannya karena semua jenis lembaga,
badan atau organisasi sangat tergantung pada pengelolaan biaya
operasionalnnya. Karena untuk melakukan semua aktivitas lembaga, badan
atau organisasi yang sudah dirancang sedemikian rupa sangat bergantung
dengan pengelolaan biaya operasionalnya. Dapat dikatakan bila dalam
pengelolaan biaya operasional suatu lembaga, badan atau organisasinya baik
maka lembaga, badan atau organisasi tersebut akan berjalan sesuai dengan
apa yang dicita-citakannya. Dalam hal ini BAZNAS Kota Tangerang Selatan
belum baik dalam pengelolaan biaya operasionalnnya, baik itu dalam hal
pemasukan atau pengelolaannya. Sehingga berakibat pada visi dan misi
BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebagai lembaga pengelola zakat yang
dipercaya dalam membangkitkan ekonomi umat dalam rangka memeragi dan
mengentaskan kemiskinan belum efektf.
2. BAZNAS Kota Tangerang Selatan belum sepenuhnya menjalankan amanat
Undang-undang No.23 Tahun 2011 serta Peraturan Pemerintah No.14 Tahun
2014 secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat dari belum dibuatnya Rencana
Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) sesuai dengan apa yang diamanatkan
undang-undang. Selama ini BAZNAS Kota Tangerang Selatan hanya
membuat rencana kerja yang sifatnya umum tidak secara detail. Sehingga
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BAZNAS Kota Tangerang Selatan

57
58

terkadang masih sedikit kurang jelas karena terkadang apa yang dilaksanakan
bukan dari apa yang suadah direncanakan.
3. Kurang optimalnya kerjasama yang dilakukan BAZNAS Kota Tangerang
Selatan dengan para relasinya, seperti kerjasama BAZNAS Kota Tangerang
Selatan dengan Pemerintah Kota Tangerang Selatan yang kurang baik dalam
pengalokasian dana hibah yang bersumber dari APBD Kota Tangerang
Selatan untuk memenuhi keperluan biaya operasional BAZNAS Kota
Tangerang Selatan yang masih jauh dari kata cukup. Selain itu kurangnya
kerjasama BAZNAS Kota Tangerang Selatan dengan LAZ yang ada di daerah
Kota Tangerang Selatan. Sehingga masih terjadinya tumpang tindih dalam
hal mengumpulan dan pengalokasian dana zakat yang terjadi di Kota
Tangerang Selatan. Dilihat dari sisi pemerintah Kota Tangerang Selatan,
dirasa kurang ikut berperan aktif baik dari segi bantuan dana untuk
operasional pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Maupun dari segi
kebijakan, misalnya mengeluarkan perda khusus yang mengatur tentang
pelaksanaan zakat harus dilaksanakan di BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
Dimulai dari jajaran pegawai yang ada di wilayah Kota Tangerang Selatan
maupun masyarakat Kota Tangerang Selatan.

B. Saran

Sebagai masukan dari penulis mengenai mekanisme pengelolaan baiaya


operasional pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebaiknya dilakukan hal-
hal sebagai berikut :

1. BAZNAS Kota Tangerang Selatan diharapkan dapat segera melaksanakan


amanat Undang-Undang secara keseluruhan agar dapat lebih baik dalam hal
pengumpulan, pengelolaan dan penyaluran dana zakat. Seperti sesegera
mungkin membuat Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) yang baik
dan benar agar semuanya dapat berjalan dengan baik sesuai dengan acuan
RKAT.
59

2. Untuk Pemerintah Kota Tangerang Selatan diharapkan dapat melakukan


sinergi dan koordinasi yang lebih baik dalam hal bantuan dana operasional
BAZNAS Kota Tangerang Selatan yang bersumber dari Anggaran Belanja
dan Pendapatan Daerah (APBD) agar dapat terpenuhi semua kebutuhan biaya
operasional BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
3. Perlu adanya Peraturan Daerah yang mengatur secara khusus tentang
pengumpulan, pengelolaan dan penyaluran dana zakat di daerah Kota
Tangerang Selatan. Contonya : mengeluarkan PERDA kepada pegawai
pemerintahan Kota Tangerang Selatan dan juga para pemilik usaha yang ada
di wilayah Kota Tangerang Selatan untuk menyalurkan zakatnya kepada
BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
4. BAZNAS Kota Tangerang Selatan dan PEMKOT Kota Tangerang Selatan
harus lebih aktif lagi melakukan sosialisasi terhadap masyarakat mengeai
keberadaan BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Yang dirasa masih banyak
dari masyarakat Kota Tangerang Selatan yang belum mengetahui keberadaan
dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan itu sendiri.
5. Letak kantor BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebainya dipilih tempat yang
lebih strategis. Karena kantor BAZNAS Kota Tangerang Selatan sekarang
berada dalam perumahan yang kurang terlihat oleh masyarakat. Penulis
mengusulkan kepada Walikota Tangerang Selatan agar membangun kantor
BAZNAS Kota Tangerang Selatan di wilayah komplek administrasi Kota
Tangerang Selatan, atau setidaknya berada di samping jalan raya utama agar
dapat terlihat oleh masyarakat.
6. Untuk penulis atau peneliti selanjutnya setelah penelitian ini, penulis
menyarankan hendaknya peneliti lebih kritis mengenai hal-hal baru, seperti
menajemen keuangan, manajemen strategi, serta aspek-aspek lainnya dari
Badan Amil Zakat.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Reverensi

Ali, Muhammad Daud. Sistem Ekonomi Islam; Zakat dan Wakaf. Jakarta: Universitas
Indonesia Press. 1988.

Alwan,Siti Muflihah. “Kontribusi BMT Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Perempuan.”


Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah jakarta. 2011.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka
Cipta. 2006.

Bakry, Nazar. Problematikan Fiqh Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1994.

Basyir, Ahmad Azhar. Hukum Zakat. Yogyakarta: Lukman Offset. 1997.

Departemen Agama RI. Pedoman Zakat 9 Seri. Jakarta: Departemen Agama. 1996.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2008.

Fadillah, Muhammad dan Lilif Mualifatuh. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Ar-
Russ Media. 2013.

Fakhruddin. Fiqh & Manajemen Zakat di Indonesia Malang: UIN Malang Press. 2008.

Fitriyah, Maliatul. “Analisis Pelaksanaan Hak Amil Zakat Pada Dompet Peduli Umat
Daarut Tauhid.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Unuversitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. 2006.

Furqon Al, Hasbi. Masalah Zakat. Solo: Tiga Serangkai. 2008.

Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani Press.
2002.

H.S.A, Moenir. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. 2001.

68
Husnan, Ahmad. Zakat Menurut Sunnah dan Zakat Model Baru. Jakarta: Pustaka al-
Kautstar. 1996.

Karim, Adiwarman. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: IIIT. 2003.

Kurnia, Hikmat dan A. Hidayat. Panduan Pintar Zakat Harta Berkah, Pahala Bertambah
Plus Cara Tepat dan Mudah Menghitung Zakat.

Loren, Bagus. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1996.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013.

Mufraini, M. Arif. Akuntansi dan Manajemen Zakat, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2006.

Muhammad Abi Abdullah bin Ismail al-Bukhari. Beirut.

Muhammad dan Ridwan Mas’ud. Zakat dan Kemiskinan, Instrumen Pemberdayaan


Ekonomi Umat. Yogyakarta: UII Press. 2005.

Nasution, Lahmudin. Fiqh I. Jakarta : Logos. 1995.

Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. Kamus Umum Bahasa


Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

Qardhawi, Yusuf. Fiqh Zakat, Terj. Salman Harun, et.al., Hukum Zakat. Bogor: Pustaka
Lentera Antar Nusa. 2007.

Qardhawi, Yusuf. Fiqh Zakat, terj. Salman Harun dkk. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa.
2002.

Rahman,Afzalur. Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.

Sari, Intan Fajar. “Sistem pelatihan amil zakat pada kantor Departemen Agam Jakarta
Utara.” Skripsi S1 Jurusan Manajen Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008.

69
Shiddiqie Al , TM. Hasbi. Pedoman Zakat. Semarang: Pustaka Rizki Putra. 1999.

Shihab,M. Quraisy. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan. 2002.

Siagian, Sodang P. Manajemen Strategik. Jakarta: Bumi Aksara. 2005.

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.


Bandung: Alfabeta. 2008.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. 2002.

Trry, Gorge R dan Leslie W Rue. Dasar Dasar Manajemen Jakarta: Bumi Aksara. 2003.

Wahbah, Al-Zuhayly. Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya Offset. 2005.

W.J.S, Poerwadamitra. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2003.

Zuhayly Al, Wahbah. Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Alih Bahasa Oleh Agus Effendi
dan Bahruddin Fannany. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 1995.

Zuhayly Al, Wahbah. al-Fiqh al-Islam wa Adillah, terj. Agus Efendi dan Bahrudin
Fanani “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
2000.

Al-Qur’an dan Hadist

Departemen Agama RI. al-Qur’an dan Terjemahanya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara


Penterjemah al Qur’an. 2003.

Perundang-Undangan

Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang
Pengelolaan Keuangan Zakat. artikel diakses pada 13 juli 2018 pukul 13.23 dari
http://pid.baznas.go.id.

70
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Tugas Pengelolaan
Zakat pasal 7 ayat 1 (a,b,c dan d). artikel diakses pada 14 juli 2018 pukul 10.00 dari
http://uuzakat.go.id.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Internet

Sejarah Baznas Kota Tangerang Selatan. diakses 18 September 2017 dari


www.azaskotatangse.com.

Tim BAZDA Kota Tangerang Selatan. Profil BAZDA Kota Tangerang Selatan. artikel
diakses pada 25 April 2018 pukul 15:15 dari http://baznaskotatangsel.com/profil.

Wawancara

Wawancara pribadi dengan Bapak Ade. Staff Administrasi BAZNAS Kota Tangerang
Selatan. Pamulang. 15 November 2018.

Wawancara pribadi dengan Bapak H. Muhammad Thohir SQ. Wakil Ketua IV BAZNAS
Kota Tangerang Selatan. Pamulang. 2 Maret 2019.

71
Wawancara Narasumber

“Mekanisme Pengelolaan Biaya Operasionl Pada Baznas Kota Tangerang Selatan”

Narasumber : Bapak H. Muhammad Thohir,SQ,.


Jabatan : Wakil Ketua IV Baznas Kota Tangerang Selatan
Tempat : Kantor Baznas Kota Tangerang Selatan
Waktu : 15.00 s/d selesai

Assalamu Alaikkum Warahmatullahi Wabarakatuh


Perkenalkan nama saya Hari Nurapdiansyah, mahasiswa UIN Jakarta dengan judul skripsi
Mekanisme Pengelolaan Biaya Operasional Pada Baznas Kota Tangerang Selatan. Hari ini
saya berkesempatan untuk melakukan Observasi atau Penelitian (wawancara) Kepada Baznas
Kota Tangerang Selatan
1. Saya ingin menanyakan apakah Baznas Kota Tangerang Selatan Sudah sesuai dengan
Undang-Undang No.23 Tahun 2011 ?
Ya pada dasarnya memeng baznas Kota Tangerang Selatan Ini sudah mulai menyesuaikan
pengelolaan baznas ini sesuai dengan amanat uu no.23 tahun 2011 nah tepatnya kita
melaksanakan amanat tersebut dimulai dari tahun 2017 dibulan maret meskipun pengelolaan
baznas di kota tangerang selatan ini sudah dimulai dari tahun 2010 kalau tidak salah akan tetapi
waktu itu masih menggunakan nomenkelatur bazda badan amil zakat daerah kota tangerang
selatan, nah setelah terbitnya uu no.23 tahun 2011 kita menyesuaikan dengan amanat uu
tersebut maka sekarang kita sudah menggunakan istilah atau nomenkelatur badan amil zakat
nasional kota tangerang selatan. Jadi dimulainya dari tahun 2017 sekarang 2019 sudh dua tahun
berjalan.
2. Apakah ada perbedaan dari awalnya bazda menjadi baznas kota tangerang selatan?
Kalau dulu waktu kita masih bazda maka perangkat kita dibawah itu ada bazcam badan amil
zakat tingkat kecamatan, tapi setelah diberlakukan uu no.23 tahun 2011 itu kita mnggunakan
perangkat sesuai dengan aturan dan tata kerja peraturan baznas, perbaznas ri tahun 2016 no.2
yaitu kita membentuk apa yang disebut unit pengumpul zakat/upz. Jadi baznas kota tangerang
selatan dalam merealisasikan pengelolaan zakat dalam hal ini mengumpulkan dana zakat dan
mendistribusikannya dengan perangkat yang ada dibawah kita langsung yang namanya unit
pengumpul zakat/upz.
3. Berarti upz itu dibentuk dari Baznas pak ?
Nah upz itu dibentuk dan di sk kan untuk legalitasnya dari baznas, karena penngelolaan zakat
ini harus dikelola oleh badan legal, badan legal adalah badan yang dibentuk oleh pemerintah
daerah sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam mengelola zakat, demikian juga
bagaimana untuk perangkat dibawahnya dalam pengumpulan dan pendistribusian nah baznas
membentuk apa yang dinamakan dengan unit pengumpul zakat. Jadi esensinya adalah zakat itu
harus dikelola oleh badan amil zakat yang legal, jadi sebenarnya tidak bisa pengelolaan zakat
contohnya di masjid-masjid yang pengelolaannya tidak dibentuk oleh badan yang legal. Jadi
dkm-dkm yang ada di masjid itu bila ingin pengelolaan zakatnya legas harus membentuk upz
dan mengajukan ke baznas dan menunjukan susunan kepengurusannya ke baznas.
4. Jadi harus ada keterkaitan baznas di dalam upz itu ya pak ?
Ya, sesungguhnya upz itu adalah baznas di tingkat daerah yang paling bawah atau
perpanjangan tangan dari baznas
5. Siapa saja yang duduk dalam keorganisasian Bazans Kota Tangerang Selatan
sekarang ?
Di baznas kota tangerang selatan itu secara legalitas itu mendapatkan sk dari walikota, nah
yang di sk kan oleh walikota itu adalah para pimpinan baznas. Para pimpinan baznas itu ada
lima. Yang pertama itu adalah sebagai ketua baznas, yang empat sebagai wakil ketua atau
pimpian bidang. Yaitu yang pertama bidang pengumpulan, misalnya melakukan pengumpulan
zakat, sosialisasi uu no.23 tahun 2011, melakukan pelatihan bagaimana mengelola zakat. Yang
kedua adalah yang membidangi keuangan, itu bertanggung jawab bagaimana administrasi
keuangan itu bagaimana dikelola secara profesional dan akuntabel. Nah yang ketiga adalah
bidang pendistribusian itu bertugas mulai dari pendataan penyaluran dan pendampingan pada
calon atau mustahik-mustahik yang menerima bantuan dari baznas dari hasil pengumpulan
zakat. Nah yang keempat adalah yang membidangi sdm dan administrasi. Periodenya dalam
berapa tahun ? Periodenya perlima tahun
6. Apakah ada pegawi pemerintah kota dalam struktur keorganisasian Baznas Kota
Tangerang Selatan ?
Untuk baznas kota tangerang selatan ini tidak ada staf, karyawan yang berasal dari pegawai
pemerintah atau asn. Semua yang berada di sini adalah para pengabdi, sukarelawan yang
berasal dari unsur masyarakat murni. Tidak ada yang berstatus sebagai pegawai negri atau asn
7. Kenapa tidak ada pegawai pemerintahan dalam struktur organisasi Baznas Kota
Tangerang Selatan bukannya baznas harus melaporkan hasil kerjanya ke
pemkot/walikot ?
Oh iya jadi baznas itu memang harus melaporkan hasil pengelolaannya sitap tahunnya kepada
walikota dan baznas provinsi, nah adapun tentang pembiayaan dari pemerintah daerah baznas
ini adalah dalam bentuk pemberian dana hibah, nah dana hibah itu untuk membiayai kegiatan-
kegiatan dalam menjalankan program baznas. Contonya : kita melakukan kampanye zakat
kepada pihak-pihak yang kita anggap sebagai sumber atau potensi pengumpulan zakat. Kita
mengundang mereka-mereka seperti perwakilan rumah sakit, perwakilan perusahaan swasta
yang terhimpun dalan kamar dagang dan indistri Kadin kota tangerang selatan. Kita
menghimbau kepada mereka, memberi informasi yang cukup tentang zakat dan
pengelolaannya. Nah kegiatan-kegiatan seperti itu adalah contoh kegiatan yang dananya
bersumber dari anggaran pemerintah daerah dalam bentuk dana hibah
8. Dalam UU No.23 Tahun 2011 dan Perbanas No. 5 Tahun 2018 menyatakan bahwa
sumber penerimaan dana operasional zakat Baznas Kota/Kabupaten dapat berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota/Kabupaten ?
Biaya operasional banyak kategori-kategori yang sifatnya itu adalah biaya-biaya untuk
membiayai overhead kantor. Misalnya : listrik, itu bisa kita ajukan kepada apbd, misanya sewa
atau kontrak rumah yang kita fungsikan sebagai kantor ini itu dibiayai oleh dana yang
bersumber dari apbd. Jadi tidak semuanya, yang dimaksud dari amilin itu adalah seluruh proses
pengumpulan sampai pendistribusian bahkan pemberdayaan terhadap mustahik itu seluruhnya
disebut sebagai biaya operasional, akan tetepi tidak semua biaya operasional itu bersumber dari
dana apbd.
9. Menurut data APBD yang saya baca dana operasional untuk baznas masuk dalam cost
hibah ya pak ?
Ya akan tetapi itu kan bahasanya kan disesuaikan dengan kemampuan, jadi misalnya jangan
kaget misalnya untuk di kota tangerang, di tangsel dan di delapan kabupaten dan kota lainya di
provinsi banten ini jumlah dana hibah yang diterima oleh baznas itu berbeda-beda. Yang
dimaksudkan menyesuaikan kemampuan daerah. Misalnya ada daerah-daerah yang memang
belum terlalu banyak dana hibah yang diterima dari pemirintah. Nah itu sesuai dengan
kebijakan dari pemerintah, berapa dana hibah yang akan diberikan pada baznas,
10. Berarti baznas hanya mengajukan saja ya pak ?
Iya baznas hanya mengajukan kemudian melalau proses-proses yang berlaku, nah kemudian
kita hanya menerima begitu saja keputusan yang diambil oleh pemerintah daerah, sehingga
biaya operasional yang masuk dalam kategori asnaf delapan amilin itu tidak sepenuhnya
berasal dari dana hibah pemerintah.
11. Kalau misalkan boleh diperhitungkan jumlah dana amil atau biaya operasional lebih
besar dari pendapatan APBD atau dari hak amil yang delapan asnaf itu pak ?
Pada dasarnya begini, kalau dalam kita mengikuti aturan syar’I itu 1/8 dari dana yang
berhasilkita kumpul atau 12,5%. Nah ini relatif, relatifnya itu apa, 12,5% itu kan angkanya bisa
besar bisa kecil tergantung seberapa banyak perolehan yang didapat dari dana zakat. Akan
tetapi berapapun prolehannya itu tidak boleh melewati 12,5% atau 1/8. Jadi yang dimaksudkan
12,5% untuk amilin itu bukan saja orang yang mengurus zakat itu tapi seluruh kegiatan-
kegiatan pengumpulan, pendistribusian bahkan pemberdayaan zakat itu amylin. Misalnya
transport survey tempat mustahik, mengontrol program bagaimana jalannya program sesuai
dengan yang dianggarkan itu semuanya dananya besrmber dari dana amylin.
12. Jadi peran pembiayaan yang bersumber dari APBD terbatas hanya dalam hal-hal
tertentu saja pak ?
Iya terbatas, seperti yang saya sebutkan tadi, tidak semuanya bisa dicover dari apbd. Pada
sarnya begini apbd itu harus kita gunakan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Misalnya kita butuh a untuk memaksimalkan hasil pengumpulan. Tapi kalau kegiatan itu tidak
sesuai dengan apa yang menjadi aturan pengelolaan atau realisasikan dana hibah maka tidak
bisa.
13. Apakah Bazans Kota Tangerang Selatan Sudah Membuat Rencana Kerja dan
Anggaran Tahunan (RKAT) setiap tahunnya ?
Ya jadi di baznas itu selain hal paling dasar dalam pengelolaan zakat itu sesuai dengan syar’I
tentu saja sumber-sumber literature islam seperti al-quran dan hadist kemudian ijma ulama dan
lain sebagainya itu yang pertama. Yang kedua harus sesuai dengan regulasi atau peraturan yang
berlaku, trus kemudia transparansi, akuntabel semuanya harus teradministrasikan dengan baik.
Baik pemasukan pengeluaran. Nah dalam melaksanakan itu kita berpegang kepada prinsip itu.
Sesuai syar’I, regulasi dan transparansi. Ya kalau misalnya sebut saja tiga hal itu adalah
landasan idealnya yang wajib kita gunakan. Dan ini ada landasan operasionalnya. Bagaimana
itu dilaksanakan jadi sebelum rkat itu ada yang namanya renstra nah tadi kan sudah saya
sampaikan bahwa priode baznas ini adalah lima tahun. Jadi kita ini membuat yang namanya
renstra (rencana kerja strategis dalam jangka lima tahun). Nah acuan ini kita gunakan untuk
menurunkan atau membreak down operasionalisasinya itu maka muncul lah apa yang disebut
rkat. Jadi pertahun kita ini misalnya mau hasil pengumpulan misalnya 5 milyar pertahun. Nah
kemudian ini dari sisi pengumpulan, trus darii sisi pendistribusian dalam tahun ini kita akan
melakukan program-program pentasharufpan a,b,c,d misalnya rehab rumah, bantuan
pendidikan, trus bantuan manula nah ini kita tuangkan dalam rkat itu. Jadi program-program
kita itu mengacu pada rkat. Nah tadi kita sebutkan misalnya 5 milyar. 5 milyar ini bagaimana
merealisasikannya.
14. Apakah pemerintah kota Tanggera Selatan berperan aktif dengan Baznas Kota
Tangerang Selatan dalam hal penghimpunan, penyaluran dan Pengawasan Zakat ?
Jadi petama soal zakat adalah kesadaran individu berbasis dengan keimanan, yang kedua
adalah tentu harus ada motivasi, mengajak, mendorong, mengingatkan agar masyarakat
muslim baik itu yang ada di pemerintahan maupun di luar pemerintahan untuk melaksanakan
zakat untuk pemerintah kota tangerang selatan pernah ada himbautian kepada aparatur
pemerintah kota tangsel agar melaksanakan kewajiban syariat islam zakat dilaksanakannya itu
melalui baznas, itu beberapa tahun yang lalu ada surat edarannya pada pejabat walikota pada
awal-awal berdirinya tangsel agar membayar zakat melalui baznas, itu sebelum walikota yang
sekarang, kalau walikota yang sekarang belum ada.
15. Apakah ada perda khusus yang mengatur tentang penghimpunan dana zakat melalui
Baznaz Kota Tangerang Selatan ?
Kalau di daerah kota tangerang selatan blum ada, surat-surat itu kan saya kira ada yang
bersumber dari walikota sifatnya itu mungkin saran, himbauan tapi kalau sifatnya intruksi juga
belum, mewajibkan juga blum, perda juga blum, perda itu juga kan harus hasil kesepakatan
dprd. Ya sebernarnya kita ini kalaupun disebut kita ini untuk menjaring zakat memang alat itu
masih Sangat minim atau senjatanya belum ada. Yasudah kita mencoba semapu kita sekuat kita
semaksimal kita.
16. Jadi sekarang yang dilakukan baznas kota tangerang selatan lebih mengedepankan
kesadaran masyarakat ?
iya kesadaran, seperti kita kumpulkan upz-upz agar menghimbau kepada masyarakat mengajak
terutama mencegah terdistribusinya atau terkumpulnya zakat pada pendataan-pendataan yang
kurang bisa dipertanggung jawabkan misalnya seperti itu. Misalnya dulu pernah kita
kumpulkan terutama masjid-masjid di zona satu (serpong utara, setu, serpong) kemudian zona
dua (ciputat dan ciputat timur) dan zona tiga (pamulang dan pondok aren) kita kumpulkan itu
para dkm-dkm itu sekaligus kita menyampaikan kepada mereka seharusnya badan amil zakat
itu sudah terbentuk kepada lembaga penarik zakat. Nah kemudian kita sampaikan juga
perkecamatan, kemudian kita lakukan juga tingkat kelurahan ya dengan seperti itu kita ingin
membangun kesadaran pelaksanaan zakat itu pada calon muzakki/ orang-orang yang
berkemampuan cukup agar melaksanakan zakat.
17. Menurut bapak apa dirasa harus ada perda khusus yang mengatur tentang zakat
seperti halnya yang ada di DKI Jakarta ?
Ya saya kira perlu, karena kalau tidak ada cantolan hukum/hukum yang dibentuk maka aturan
ini kan mengandung hak, kewajiban, sanksi dan lain sebagainya maka seperti yang saya
sampaikan tadi persenjataan untuk memaksimalkan hasil pengumpulan zakat ya sangat minim
kan gitu.
18. Apakah selama ini belum ada musyawarah bersama dengan walikota atau memang
belum kearah situ, atau masih jauh kearah situ ?
Ya ini butuh kemauan politik baik dari semua pihak. Kan pihak-pihak diluar baznas ini kan
banyak. Kita menace kepada lembaga moral misalnya : mui lembaga legislasi misalnya dprd
lembaga eksekutif misalnya pemkot beserta jajarannya mulai dari walikota, sekda dam dinas-
dinas yang ada. Kalau disitu muncul kemauan bersema, jadi keberhasilan kan harus ada
kemauan bersama agar sebuah niat yang baik untuk membangun tangerang selatan religious
baik dalam moto dan realisasinya bisa dilaksanakan. Ya butuh sinergi bersama, saya kira itu.
19. Apakah Baznas Kota/Kabupaten harus melaporkan dan bertanggung jawab kepada
Baznas Provinsi ? sejauhmana keterlibatan Baznas Provinsi kepada Baznas
Kota/Kabupaten dalam hal penghimpunan dana zakat ?
Oh iya, tadi kana da rkat itu nanti pada akhir tahun nanti kita buat laporannya. Ya secara umum
berapa pemasukan dari hasil kerja yang kita himpun dan berapa yang kita distribusikan, berapa
saldo akhirnya semua kita laporkan pada walikota dan baznas provinsi. Secara akuntabel semua
berbasis kepada akuntansi keuangan-keuangan yang dikelola itu. Sudah jadi kewajiban, bahkan
kita ini selalu melakukan komunikasi, koordinasi hubungan baik dengan pemerintah, baznas
provinsi dalam melaksanakan program-program itu bisa terealisasi karena kepatuhan kita
kepada syariat dan kepatuhan kita terhadap regulasi kepatuhan kita terhadap administrasi juga
lembaga-lembaga vertical kita ini kan baznas, walikota dan baznas provinsi.
20. Pada baznas DKI pemerintah ikut berperan aktif dalam pengembangan baznas dki
dan salah satu caranya ikut campurnya unsur pemerintah dalam keanggotaan Baznas
DKI ? Apakah hal serupa dapat dilaksanakan di Baznas Kota Tangerang Selatan ?
Ya upaya-upaya itu sudah kita lakukan, kita pernah mengadakan acara yang namanya tokoh
tangsel berzakat. Kita buat acara semua orang yang kita anggap memiliki ketokohan dari segi
masing-masing baik itu tokoh yang berasal dari segmen politik apakah karena dia punya
jabatan dalam prusahaan kita undang semua. Untuk apa ? pertama kita menginformasikan
kepada mereka bahwa ini loh baznas ini loh yang dilakukan oleh baznas ini loh kekutan baznas
ini kelemahan baznas dan sebagainya. Agar baznas ini menjadi centrum pengelolaan amaliah
sosial masyarakat adanya ya di baznas ini. Karena apa? Karena ayatnya jelas hadistnya jelas
bahkan kita berfikir kalau seluruh potensi sosial melalui baznas saya kira lebih akuntabel lebih
terkoordinir agar jangan sampai ada zakat yang tidak tercatat sehingga tidak imbang antara
jumlah pendudk muslim, jumlah muzakki yang ada itu tidak imbang dengan hasil pengumpulan
zakat. Contohnya misalnya harusnya kalau dikumpulkan itu harusnya sudah nencapai sekian
milyar akan tetapi nyatanya hasil pengumpulan tidak sampai segitu. Kenapa pemerintah tidak
melaksanakan zakat di kota tangerang selatan, apakah mereka menunaikan zakatnya ke
lembaga lain selain baznas. Maka juga ada pertanyaan ke lembaga lain selain baznas itu apa.
Apakah lembaga lain sudah mendapatkan legalitasnya untuk mengelola zakat dan sebagainya,
atau mereka dalam melaksanakan zakat itu dianggap seperti pemberian biasa. Misalnya
kewajiban zakatnya itu Rp 2 jt kemudian uang yang Rp 2 jt itu dibagi-bagikan begitu saja,
langsung tidak melalui amil. Itu sudah dianggap zakat sehingga tidak melaksanakan ibadah
zakatnya itu melalui amil legal seperti baznas ini.
21. Tanggapan Baznas Kota Tangerang Selatan Terhadap LAZ-LAZ / UPZ yang kini
semakin menjamur di Kota Tangerang Selatan ?
Ya, makanya pengelolaan zakat itu kan ada dua ada baz ada laz. Sebenarnya pengelola zakat
diluar baznas itu meskipun lembaga tersebut bertaraf naional an tidak boleh mereka itu
membuka layanan zakat lebih dari satu disetiap provinsi. Misalnya seperti ini, lembaga amil
zakat a itu berarti dia memiliki kantor daerahnya maksimal 34 provinsi. Kalau dibanten ini di
kota serang sudah ada maka di kota tangerang selatan tidak boleh karena disetiap provinsi
hanya boleh satu. Kalau di tangerang selatan sudah ada berarti asumsinya di kota di luar
tangerang selatan tidak ada. Ini kan sekarang yang terjadi di tangerang selatan sudah ada tetapi
di kabupaten atau kota tangerang juga ada. Akan tetapi lagi-lagi seperti yang saya sampaikan
tadi butuh kerjasama dengan berbagai pihak. Karena baznas ini kan pelaksana pengelola zakat
nah laz yang lai juga adalah badan pengelola zakat. Kan tidak mungkin sesama pengelola zakat
legal salibg mengawasi kan tidak mungkin. Maka di sini yang dibutuhkan adalah peran-peran
kantor kementrian agama sebagai pengawas pelaksanaan undang-undang itu. Kalau dari
kemenagnya juga tidak melakukan pengawasan ya apalagi kita. Kita kan tidak punya
wewenang kan begitu. Nah memang kekhawatirannya seperti itu, apakah laz-laz di luar itu
sudah memenuhi syarat untuk melaksanakan aturan-aturan di sebuah provinsi itu sudah benar
atau blum. Karena itu kita ini memang kadang-kadang tidak tahu apakah laz ini sudah
menjalankan aturan main yang benar atau tidak. Nah kalau tidak salah jumlah laz itu ada 16
yang resmi dan legal bertaraf nasional. Kalau tidak salah ada 6 laz yang ijinnya hanya disatu
daerah tertentu.
22. Apakah Ada sinergi bersama yang dilakukan Baznas Kota Tangerang Selatan dengan
LAZ-LAZ atau UPZ-UPZ dalam pengelolaan dana zakat di Kota Tangerang Selatan ?
Karena kita ini tidak mengetahui persis apakah keberadaan kelembagaan pengelola zakat di
tangerang selatan ini sudah sudah sesuai dengan mereka. Karena bagini mungkin kalau
dilakukan secara informal mungkin bisa, tapi kalau yang berbicara sebagai lembaga resmi
menggunakan surat resmi, komunikasi resmi itu blum. Karena ya mohon maaf ada lembaga itu
yang penting mereka itu menerima dana masyarakat apakah itu bantuan santunan apakah itu
infaf, sedekah biasa, zakat mal. Nah yang disasar oleh undan-undang no.23 tahun 2011 itu
adalah zakat. Tapi kalau dana sosial selain zakat itu tidak termasuk yang disasar oleh undang-
undang.
23. Menurut Baznas apakah pengelolaan zakat di Kota Tangerang Selatan Ini sudah
baik atau perlu sedikit perbaikan lagi supaya dapat mencapai tujuan yang diinginkan
bersama ?
Ya kalau dibaznas sendiri ya tentu kita akan memaksimalkan bagaimana pengelolaan zakat
sesuai undang-undang. Ya saya tidak tahu kalau pengelolaan zakat secara keseluruhan
dikelembagaan apa pun apakah sudah maksimal atau belum. Kerana masih ada masjid itu yang
tidak mau. Misalnya begini kita menyampaikan surat agar masjid tersebut dalam pengelolaan
zakat itu membentuk badan amil legal terus mereka jawab kami sudah punya kok amilin, badan
amil zakat sudah punya, terus legalitasnya dari mana ya dari kami. Jadi memang ada
kekhawatiran masyarakat bahwa kami ini baznas ini akan mengambil aset yang selama ini
mereka kelola. Padahal kita ini memberi payung hukum legal. Contohnya ada sebuah masjid
yang kita bentuk upznya itu hasil pengumpulan zakat katakan 40 juta. Nominal yang mereka
setorkan ke baznas dari 40 juta itu 1 juta. Dari mana kita mengambilnya. Sebut saja 100% itu
40 juta kemudian dibagi seperdelapan itu artinya 12,5% menjadi hak amil. Hak amil itu terdiri
dari baznas dan upz masjid nah, upz masjid itu selain mengelola yang 7 asnaf. Yang hak amil
ini yang 10% menjadi hak upz masjid yang 2,5% menjadi hak baznas. Untuk apa yang 2,5%
ini Rp 1 juta tadi dari Rp 40 juta ini adalah untuk memfasilitasi pelaksanaan program
pengumpulan zakat. Contohnya untuk mencetak kartu bukti penyetoran, untuk mencetak
sepanduk sosialisasi zakat. Dan bila dihitung-hitung para upz tersebut mendapatkan prioritas
dalam pendistribusian. Seperti kita ada bantuan masjid, bantuan operasional masjid. Sebut saja
Rp 3 juta nah itu masjid-masjid yang mendapatkan bantuan operasional dari pendistribusian
itu adalah masjid-masjid yang kita utamakan masjid yang sudah memiliki upz.
24. Untuk jumlah UPZ-UPZ khususnya masjid di Kota Tangerang Selatan ini kira-kira
jumlahnya ada berapa pak ?
Ada 200 dan target kita mencapai 500 ini berdasarkan akhir tahun 2018 itu jumlajnya 200 dan
untuk tahun 2019 ini harapannya palingtidak bisa terkumpul 100 upz lagi dan pada tahun-tahun
berikutnya mudah-mudahan seluruh masjid sudah memiliki sk upz.
Ya terima kasih atas waktunya.
Wassalamu Alikkum Warahmatullahi Wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai