Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PERPAJAKAN BISNIS

PERUBAHAN PERATURAN PAJAK PENGHASILAN DI UU HARMONISASI


PAJAK TAHUN 2022

Disusun Oleh:

Elizabeth Marietta Puspa Wijayanti

NIM: 162214171

Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2022
A. Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap
subjek pajak baik orang pribadi ataupun subjek pajak badan, berkenaan
dengan penghasilan yang diterima dalam satu tahun pajak.
Dasar hukum PPh adalah Undang-Undang No 7 Tahun 1983 tentang
pajak penghasilan. UU tersebut mengalami beberapa kali perubahan, yaitu:
1. Undang-Undang No 7 tahun 1991 tentang perubahan atas UU No.
7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang perubahan kedua
UU No 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan
3. Undang-Undang No. 17 tahun 2000 tentang perubahan ketiga UU
No.7 tahun 1983 tentang Pajak penghasilan.
4. Undang-Undang No 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat
UU No. 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan

Selain itu, terdapat aturan terbaru tentang pajak penghasilan yang


terdapat dalam UU Cipta Kerja No. 11 Tahun 2020 dan juga terdapat dalam
UU HPP No. 7 tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.

B. Kategori Pajak Penghasilan


Pajak penghasilan dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:
1. PPh yang dikenakan pada wajib pajak orang pribadi, yang terbagi
atas pegawai serta bukan pegawai maupun pengusaha.
2. PPh yang dibebankan atas penghasilan wajib pajak badan atau
perusahaan, hingga objek yang dikenakan PPh itu sendiri.
C. Jenis Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan terbagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan objek
dan subjek yang dikenakan PPh, diantaranya:
1. PPh 21
Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan
yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri
2. PPh 22
Pajak penghasilan yang dikenakan kepada badan-badan usaha
tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan
kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re impor.
3. PPh 23
Pajak penghasilan yang dikenakan atas modal, penyerahan jasa
atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh
pasal 21
4. PPh 4 ayat (2) / PPh Final
Pajak penghasilan yang dikenakan atas beberapa jenis
penghasilan yang didapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat
final serta tidak dapat di kreditkan dengan pajak penghasilan
terutang.
5. PPh 15
Pajak penghasilan yang dikenakan atau dipungut dari wajib pajak
yang bergerak pada industri tertentu yang ditetapkan dalam UU
PPh.
6. PPh 24
Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan
dari luar negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam
negeri, dimana pembayaran pajaknya bisa di kreditkan.
7. PPh 25
Pajak yang dibayar secara angsuran setiap bulannya dalam tahun
pajak berjalan dengan tujuan untuk meringankan beban wajib
pajak, mengingat pajak yang terutang harus dilunasi dalam waktu
satu tahun.
8. PPh 26
Pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima wajib pajak
luar negeri dari Indonesia selain BUT dari pemeritah, subjek pajak
dalam negeri, penyelenggaraan kegiatab, perwajilan perusahaan
luar negeri.
D. Perubahan UU No 36 2008 ke UU No. 7 Tahun 2021
1. Tabel perbedaan

No UU No. 36 tahun 2008 UU No. 7 tahun 2021


1 Pasal 4 Pasal 4
(2) Penghasilan dibawah ini (2) Penghasilan dibawah ini dapat
dapat dikenai pajak bersifat final: dikenai pajak bersifat final:
a. penghasilan berupa bunga a. penghasilan berupa bunga
deposito dan tabungan deposito dan tabungan
lainnya, bunga obligasi lainnya, bunga obligasi dan
dan surat utang negara, surat utang negara, bunga
bunga atau diskonto surat atau diskonto surat
berharga jangka pendek berharga jangka pendek
yang diperdagankan di yang diperdagankan di
pasar uang, dan bunga pasar uang, dan bunga
simpanan yang simpanan yang dibayarkan
dibayarkan oleh koperasi oleh koperasi kepada
kepada anggota koperasi anggota koperasi orang
orang pribadi; pribadi;
b. penghasilan berupa b. penghasilan berupa hadiah
hadiah undian undian
c. penghasilan dari transajsi c. penghasilan dari transajsi
saham dan sekuritas saham dan sekuritas
lainnya, transaksi lainnya, transaksi derivative
derivative yang yang diperdagangkan di
diperdagangkan di bursa, bursa, dan transaksi
dan transaksi pennjualan pennjualan saham atau
saham atau pengalihan pengalihan penyertaan
penyertaan modal pada modal pada perusahaan
perusahaan pasangannya pasangannya yang diterima
yang diterima oleh oleh perusahaan modal
perusahaan modal ventura ventura
d. penghasilan dari transaksi d. penghasilan dari transaksi
pengalihan harta berupa pengalihan tanah dan/atau
tanah dan/atau bangunan, bangunan, usaha jasa
usaha jasa kontruksi, konstruksi, usaha real
usaha real estate dan estate, dan persewaan
persewaan tanah dan/atau tanah dan/atau bangunan;
bangunan; dan dan
e. penghasilan tertentu e. penghasilan tertentu
lainnya, yang diatur lainnya, termasuk
dengan atau berdasarkan penghasilan dari usaha
peraturan pemerintah; yang diterima atau
diperoleh wajib pajak yang
memiliki peredaran bruto
tertentu, yang diatur dalam
atau berdasarkan peraturan
pemerintah.

2 Pasal 7 Pasal 7
(1) Penghasilan Tidak Kena (1) Penghasilan Tidak Kena
Pajak per tahun diberikan Pajak per tahun diberikan
paling sedikit sebesar: paling sedikit:
a. Rp15.840.000,00 (lima a. Rp54.000.000,00 (lima
belas juta delapan puluh empat juta rupiah)
ratus empat puluh ribu untuk diri Wajib Pajak
rupiah) untuk diri Wajib orang pribadi;
Pajak orang pribadi; b. Rp4.500.000,00 (empat
b. Rp1.320.000,00 (satu juta lima ratus ribu
juta tiga ratus dua rupiah) tambahan untuk
puluh ribu rupiah) Wajib Pajak yang kawin;
tambahan untuk Wajib c. Rp54.000.000,00 (lima
Pajak yang kawin; puluh empat juta rupiah)
c. Rp15.840.000,00 (lima tambahan untuk
belas juta delapan seorang isteri yang
ratus empat puluh ribu penghasilannya
rupiah) tambahan digabung dengan
untuk seorang isteri penghasilan suami
yang penghasilannya sebagaimana dimaksud
digabung dengan dalam Pasal 8 ayat (1);
penghasilan suami dan
sebagaimana d. Rp4.500.000,00 (empat
dimaksud dalam Pasal juta lima ratus ribu
8 ayat (1); dan rupiah) tambahan untuk
d. Rp1.320.000,00 (satu setiap anggota keluarga
juta tiga ratus dua sedarah dan keluarga
puluh ribu rupiah) semenda dalam garis
tambahan untuk setiap keturunan lurus serta
anggota keluarga anak angkat, yang
sedarah dan keluarga menjadi tanggungan
semenda dalam garis sepenuhnya, paling
keturunan lurus serta banyak 3 (tiga) orang
anak angkat, yang untuk setiap keluarga.
menjadi tanggungan (2) Penerapan ketentuan
sepenuhnya, paling sebagaimana dimaksud
banyak 3 (tiga) orang pada ayat (1) ditentukan
untuk setiap keluarga oleh keadaan pada awal
(2) Penerapan ketentuan tahun pajak atau awal
sebagaimana dimaksud bagian tahun pajak.
pada ayat (1) ditentukan (2a) Wajib Pajak orang pribadi
oleh keadaan pada awal yang memiliki peredaran bruto
tahun pajak atau awal tertentu sebagaimana
bagian tahun pajak. dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(3) Penyesuaian besarnya (2) huruf e tidak dikenai Pajak
Penghasilan Tidak Kena Penghasilan atas bagian
Pajak sebagaimana peredaran bruto sampai
dimaksud pada ayat (1) dengan Rp500.000.000,00
ditetapkan dengan (lima ratus juta rupiah) dalam 1
Peraturan Menteri (satu) tahun pajak
Keuangan setelah (3) Penyesuaian besarnya:
dikonsultasikan dengan a. Penghasilan Tidak Kena
Dewan Perwakilan Rakyat. Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1);
dan
b. batasan peredaran
bruto tidak dikenai Pajak
Penghasilan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (2a),
ditetapkan dengan
Peraturan Menteri
Keuangan setelah
dikonsultasikan dengan
Dewan Perwakilan
Rakyat Republik
Indonesia.

2. Perbedaan tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak.


2.1 Menurut UU No. 36 tahun 2008
 Pasal 17
(1) Tarif Pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak
bagi:
a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sebagai berikut:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


sampai dengan Rp50.000.000,00 5%
(lima puluh juta rupiah (lima persen)
di atas Rp50.000.000,00 (lima 15%
puluh juta rupiah) sampai dengan (lima belas persen)
Rp250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah)
di atas Rp250.000.000,00 (dua 25%
ratus lima puluh juta rupiah) sampai (dua puluh lima
dengan Rp500.000.000,00 (lima persen)
ratus juta rupiah)
di atas Rp500.000.000,00 (lima 30%
ratus juta rupiah) (tiga puluh persen)
b. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap
adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen)
(2) Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dapat diturunkan menjadi paling rendah 25% (dua puluh lima
persen) yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(2a) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku
sejak tahun pajak 2010.

(2b) Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk


perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh
persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi
persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar
5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

(2c) Tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen


yang dibagikan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri adalah paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dan
bersifat final

(2d) Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya tarif


sebagaimana dimaksud pada ayat (2c) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

(3) Besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat diubah dengan
Keputusan Menteri Keuangan.
(4) Untuk keperluan penerapan tarif pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), jumlah Penghasilan Kena Pajak
dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.
(5) Besarnya pajak yang terutang bagi Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri yang terutang pajak dalam bagian
tahun pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(4), dihitung sebanyak jumlah hari dalam bagian tahun pajak
tersebut dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) dikalikan dengan
pajak yang terutang untuk 1 (satu) tahun pajak.
(6) Untuk keperluan penghitungan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), tiap bulan yang penuh dihitung 30
(tiga puluh) hari.
(7) Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan tarif pajak
tersendiri atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2), sepanjang tidak melebihi tarif pajak tertinggi
sebagaimana tersebut pada ayat (1).

2.2 Menurut UU No. 7 tahun 2021


 Pasal 17
(1) Tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak
bagi:
a. Wajib pajak orang pribadi dalam negeri sebagai berikut:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


sampai dengan Rp50.000.000,00 5%
(lima puluh juta rupiah (lima persen)
di atas Rp50.000.000,00 (lima 15%
puluh juta rupiah) sampai dengan (lima belas persen)
Rp250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah)
di atas Rp250.000.000,00 (dua 25%
ratus lima puluh juta rupiah) sampai (dua puluh lima
dengan Rp500.000.000,00 (lima persen)
ratus juta rupiah)
di atas Rp500.000.000,00 (lima 30%
ratus juta rupiah) sampai dengan (tiga puluh persen)
Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah)
Diatas Rp 5.000.000.000,00 (lima 35%
miliar rupiah) (tiga puluh lima
persen)
b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap
sebesar 22% (dua puluh dua persen) yang mulai berlaku
pada tahun pajak 2022.
(2) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
diubah dengan Peraturan Pemerintah setelah disampaikan
oleh pemerintah kepada Dewan Perwakilan Ralryat Republik
Indonesia untuk dibahas dan disepakati dalam pen5rusunan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(2a) Dihapus

(2b) Wajib Pajak badan dalam negeri:

a. Berbentuk perseroan terbuka;


b. Dengan jumlah keseluruhan saham yang di setor
diperdagangkan pada bursa efek di Indonesia paling
sedikit 40% (empat puluh persen); dan
c. Memenuhi persyaratan tertentu, dapat memperoleh tarif
3% (tiga persen) lebih rendah dari tarid sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b.

(2c) Tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang


dibagikan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
adalah paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dan
bersifat final.

(2d) Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya tarif


sebagaimana dimaksud pada ayat (2c) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

(2e) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan tertentu


sebagaimana dimaksud pada ayat (2b) huruf c diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

(3) Besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan
(4) Untuk keperluan penerapan tarif pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), jumlah Penghasilan Kena Pajak
dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.
(5) Besarnya pajak yang terutang bagi Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri yang terutang pajak dalam bagian
tahun pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(4)', dihitung sebanyak jumlah hari dalam bagian tahun pajak
tersebut dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) dikalikan dengan
pajak yang terutang untuk 1 (satu) tahun pajak.
(6) Untuk keperluan penghitungan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), tiap bulan yang penuh dihitung 30
(tiga puluh) hari.
(7) Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan tarif pajak
tersendiri atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2), sepanjang tidak melebihi tarif pajak tertinggi
sebagaimana tersebut pada ayat (1).

Anda mungkin juga menyukai