Anda di halaman 1dari 18

BAB IV.

MENYUSUN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL DAN


INSTRUKSI KERJA KEGIATAN LABORATORIUM

A. Pendahuluan
Pada dasarnya setiap aktivitas yang ada dalam laboratorium, harus
memiliki pedoman baku yang mendukungnya, dari sistem mutu (normatif,
kebijakan) secara keseluruhan sampai dengan proses paling teknis seperti cara
memperoleh air untuk analisa yang baik atau pemeliharaan suhu lemari
pendingin dan lain-lain.
Demi menjamin tercapainya dan terpeliharanya mutu Laboratorium dari
waktu ke waktu, diperlukan bakuan mutu berupa standar/bakuan yang
tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja bagi tenaga pelaksana. Tujuan
dari Bakuan Mutu :
- Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur melakukan suatu aktivitas.
- Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana
baru yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktivitas.
- Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis
akan menjamin konsistennya mutu hasil yang dicapai.
Pembakuan dibuat berjenjang berdasarkan jenjang aktivitas yang ada dalam
laboratorium. Jenjang tertinggi adalah Pedoman Mutu yang merupakan
kebijakan tertinggi dalam menjamin mutu di laboratorium, dan dibuat oleh
pimpinan laboratorium bersangkutan. Jenjang kedua adalah kelompok
prosedur pada jenjang kedua tertinggi misalnya di seksi-seksi, dan dibuat oleh
pimpinan seksi yang bersangkutan. Demikian seterusnya hingga diperoleh
bakuan prosedur di jenjang terendah dan dikerjakan serta dibuat oleh mereka
yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan tersebut. Bakuan yang
berkedudukan berbeda sebaiknya diberi nama berbeda.
Misalnya: (a). bakuan pada jenjang tertinggi dapat disebut sebagai panduan
mutu; (b). bakuan pada jenjang berikutnya disebut prosedur tetap, dan pada
jenjang paling teknis disebut sebagai petunjuk kerja. Penamaan ini dibakukan
berdasarkan kesepakatan bersama. Istilah yang lazim digunakan adalah
standar prosedur operasional (standard operating procedure) untuk prosedur
jenjang menengah dan instruksi kerja (instruction manual) untuk petunjuk
teknis
Secara umum, sesuai tujuannya, setelah mempelajari modul ini
diharapkan Mahasiswa Memiliki kemampuan menyusun Bakuan Mutu berupa
Standar Prosedur Operasional dan Instruksi Kerja Kegiatan Laboratorium

B. Penyajian Materi

1) PRINSIP DALAM MEMBAKUKAN AKTIVITAS LABORATORIUM


Setiap prosedur dibuat oleh pejabat/staf yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan prosedur bersangkutan, sebagai contoh: a). sistem mutu secara
keseluruhan, dibuat oleh pimpinan laboratorium. B). prosedur pemeliharaan
alat dibuat oleh staf yang diberi tanggung jawab atas pemeliharaan alat. C).
prosedur pengendalian mutu harian kimia dibuat oleh pimpinan seksi kimia.
Prosedur disusun bersama staf yang ikut terlibat dalam proses tersebut.
Keterlibatan dalam menentukan bagaimana pekerjaan sebaiknya dilakukan,
akan menimbulkan komitmen yang lebih besar pada diri orang yang terlibat
untuk ikut menjaga ketertiban terlaksananya prosedur tersebut dengan baik
dan benar. Sebagai contoh: Prosedur pemeliharaan alat yang dibuat oleh
penanggung jawab pemeliharaan alat, sebaiknya disusun bukan hanya oleh
penanggungjawab pemeliharaan alat akan tetapi bersama pelaksana harian
yang ditunjuk untuk melaksanakan pemeliharaan alat bersangkutan.
Bakuan harus mengandung komponen yang menjamin bahwa bakuan
tersebut telah benar dan selalu digunakan di tempat yang tepat oleh orang
yang tepat. Misalnya, pada prosedur baku perlu diberi ciri yang menandakan
bahwa prosedur tersebut adalah yang sedang berlaku pada saat itu. Harus
dicegah kemungkinan terjadinya penggunaan prosedur yang sudah
kadaluwarsa, yang sudah tidak digunakan lagi karena sudah mendapatkan
revisi baru. Komponen yang selayaknya terdapat dalam sebuah Prosedur Tetap
dapat dilihat pada bagian lain dalam bab ini.
Tiap prosedur baku harus didukung oleh dokumen (formulir) yang dalam
aktivitas sehari-hari membuktikan bahwa prosedur tersebut memang ditaati.
Sebagai contoh : Bila dibuat prosedur baku untuk setiap hasil pemeriksaan
yang mengandung langkah pemeriksaan ulang untuk setiap hasil menyimpang,
maka perlu disediakan pula dokumen yang ditandatangani oleh pelaksana
pemeriksaan sebingga akan menjadi bukti bahwa langkah pengulangan benar-
benar telah dilakukan. Dengan demikian terjamin bahwa prosedur yang
ditetapkan memang benar dilaksanakan.
Prosedur baku perlu ditempatkan di dekat orang yang mengerjakan
sehingga tiap saat dapat dijadikan pegangan pada saat bekerja. Tiap bakuan
harus didokumentasi dengan baik. Bakuan yang sudah tidak berlaku juga
harus tetap disimpan, akan tetapi jangan disimpan bersama dokumen yang
masih berlaku. Setiap kali terjadi perubahan pada prosedur kerja, Prosedur
Tetap atau Petunjuk Teknis terkait juga harus mengalami penyesuaian.

2) KOMPONEN STANDAR PROSEDUR OPERASIONA LABORATORIUM


 Nama prosedur dan nomor prosedur:
a. Ditulis dengan singkat namun jelas. Contoh: Pemeliharaan Mingguan
Penangas Air (Waterbath)
b. Penamaan jangan rancu dengan prosedur lain yang hampir sama.
Contoh: Prosedur Penanganan Limbah Sisa Reaksi, jangan ditulis
Prosedur Penanganan Limbah karena akan rancu dengan limbah lain. c.
Revisi: Riwayat penulisan naskah tersebut perlu dicantumkan, demikian
pula tanda kapan mulai berlakunya prosedur tersebut, untuk
memastikan bahwa pengguna benar-benar sedang menggunakan
prosedur yang sah pada saat itu. Standar prosedur operasional yang
sudah kadaluwarsa, perlu ditarik kembali agar tidak lagi digunakan
dalam pekerjaan sehari-hari.

 Tujuan dan Ruang lingkup


Nyatakan tujuan dari prosedur yang ditulis, beserta batasan yang
spesifik (agar tidak tumpang tindih dengan prosedur lain).

 Penanggung jawab
Tuliskan siapa yang bertanggungjawab atas kebenaran isi prosedur
tersebut (sebaiknya adalah orang yang juga bertanggungjawab atas
terlaksananya prosedur itu).

 Referensi
Tuliskan sumber-sumber (surat keputusan, pustaka) yang menjadi
dasar dari prosedur tersebut.
 Definisi / Pengertian
Tuliskan pengertian dari semua istilah yang digunakan di seluruh
naskah tersebut.

 Dokumentasi
Sebutkan formulir-formulir yang digunakan dalam mengoperasikan
prosedur tersebut. Tiap formulir memiliki judul dan nomor/kode
tersendiri.

 Prosedur kerja
Tuliskan rincian dari prosedur yang dikerjakan, secepatnya dengan alur
kerja (Flowchart). Lambang yang digunakan pada alur kerja secara
universal adalah seragam, dengan makna khusus bagi tiap jenis
lambang, seperti dapat dilihat pada tabel 1. Perlu diperhatikan bahwa
langkah-langkah dalam prosedur seringkali membutuhkan keputusan,
misalnya apa yang harus dilakukan dalam hal kontrol tidak memenuhi
syarat. Karena itu dalam membuat alur kerja harus diperhatikan
adanya kemungkinan seperti itu.
Diagram alur kerja (Flowchart) digambarkan dengan orientasi dari atas
ke bawah. Setiap diagram alur harus dimulai dari satu “Mulai/Start”
dan berakhir pada satu atau lebih Terminal/ Akhir. Gunakan
penguhubung (Connector) dengan label untuk menunjukkan
keterhubungan antar path terputus/terpotong: misalnya ganti halaman.

 Tanggal mulai diberlakukan


Cantumkan tanggal diterbitkannya naskah tersebut, atau tanggal mulai
diberlakukan, untk menjamin bahwa pengguna sedang memakai
naskah yang sah setiap saat.

 Otorisasi
Setiap naskah perlu mendapatkan otorisasi sebagai pensahan.
Pensahan dapat dilakukan bertingkat sesuai kepentingan, misalnya
pembuat (yang mungkin adalah sekaligus penanggung jawab atau
"owner" dari prosedur tersebut) dan atasannya yang menyetujui
diberlakukannya prosedur tersebut.
Tabel 1. Lambang yang lazim digunakan dalam alur kerja

Decision

Dokumen/ formulir

Simbol Diagram Alur: Garis Penghubung


 Alur Garis Penghubung tanpa tanda panah (berbagai arah): pada umumnya
dijadikan garis yang sejajar, seperti koordinasi, monitoring, dan
menunjukkan dokumen/ formulir yang ada, lain – lain.

 Alur Garis Penghubung dengan tanda panah (berbagai arah): Dimaksudkan


sebagai urutan berikut dari prosedur
3) CONTOH STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PRA ANALITIK
No Dokumen : UNIMUS.001/SPO/LAB/01

No. Revisi : 00
Tanggal Berlaku : 16 Agustus 2022
Tanggal Tinjau Ulang :-
Dokumen yang tergantikan :-
Lokasi : Seksi Laboratorium
Halaman : 1 dari 6

1. Tujuan dan ruang lingkup


Prosedur ini ditujukan untuk menjadi pedoman baku memastikan proses
pra analitik dapat dilakukan dengan benar sehingga dapat memenuhi
kualitas dan kebutuhan sampel untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium

2. Pengertian
Kegiatan tahap pra analitik adalah serangkaian kegiatan laboratorium
sebelum pemeriksaan spesimen, yang meliputi: Persiapan pasien, Pemberian
identitas spesimen, Pengambilan dan penampungan spesimen, Pengolahan
spesimen, Pengiriman spesimen dan Penyimpanan Spesimen

Kegiatan ini dilaksanakan agar spesimen benar-benar representatif sesuai


dengan keadaan pasien, tidak terjadi kekeliruan jenis spesimen, dan
mencegah tertukarnya spesimen-spesimen pasien satu sama lainnya

3. Unit Terkait
Petugas Sampling, Pranata Lab/ ATLM, Bagian Pendaftaran/ Customer
Service

4. Referensi
4.1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2013 Tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
4.2. Good Laboratory Practice
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PRA ANALITIK
No Dokumen : UNIMUS.001/SPO/LAB/01

No. Revisi : 00
Halaman : 2 dari 6

5. Prosedur Kerja
5.1. Proses Pendaftaran Pasien laboratorium
5.2. Petugas Sampling menerima Formulir permintaan pemeriksaan dari
Bagian Pendaftaran/ Customer Service
5.3. Petugas Sampling mengecek Formulir permintaan pemeriksaan
dengan bukti / kuitansi pemeriksaan :
- Apakah identitas pasien, identitas pengirim (dokter, lab. pengirim,
Kontraktor, dll), No. Lab, tanggal pemeriksaan, permintaan
pemeriksaan sudah lengkap dan jelas ?
- Apakah semua permintaan pemeriksaan sudah ditandai ?
5.4. Apabila sesuai dapat dilakukan persiapan sampling
5.5. Apabila tidak sesuai serahkan Formulir permintaan pemeriksaan ke
customer service untuk dilakukan koreksi di billing system
5.6. Petugas Sampling menyiapkan peralatan, wadah dan label sesuai
pemeriksaan
Label menggunakan print barcode atau label tertulis : No. Lab/
Tanggal Pengambilan Sampel, Nama dan No. Pasien, Jenis Kelamin,
Usia, Jenis Spesimen.
5.7. Petugas Sampling memanggil Pasien sesuai urutan selesainya
transaksi dengan customer service
5.8. Petugas Sampling mempersilahkan pasien untuk duduk di kursi
sampling
5.9. Petugas Sampling memberi penjelasan pada pasien sebelum
pengambilan spesimen, mengenai prosedur yang akan dilakukan, dan
tanyakan kembali Persiapan Pasien, Apakah persiapan pasien sesuai
persyaratan pengambilan spesimen. ( Lihat IK. Persiapan Pasien )
5.10. Petugas Sampling meminta persetujuan pasien dalam bentuk
informed consent.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PRA ANALITIK
No Dokumen : UNIMUS.001/SPO/LAB/01

No. Revisi : 00
Halaman : 3 dari 6

5.11. Petugas Sampling melakukan pengambilan sampel sesuai persyaratan yang


telah ditetapkan ( Lihat IK. Pengambilan sampel dan IK. Persyratan dan
Penampungan Sampel )
5.12. Petugas Sampling menempatkan sampel yang diambil pada rak sampel.
5.13. Menyerahkan sampel ke bagian preparasi sampel
5.14. Petugas Preparasi sampel melakukan pengecekan kondisi sampel dan
melakukan pengolahan / mempersiapkan sampel yang layak untuk dilakukan
proses analitik. ( Lihat IK. Pengolahan sampel dan IK. Verifikasi Sampel
)
5.15. Setelah dilakukan verifikasi sampel “OK” maka petugas preparasi
mengirimkan sampel ke bagian Analitik (Lihat IK. Pengiriman Sampel
).
5.16. Sampel yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan
memperhatikan jenis sampel, antikoagulan, wadah serta stabilitasnya
( Lihat IK. Penyimpanan sampel )
5.17. Jika diperlukan lakukan proses rujukan kelua
5.18. Catat semua sampel yang masuk pada bagian preparasi pada buku preparasi
sampel
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PRA ANALITIK
No Dokumen : UNIMUS.001/SPO/LAB/01

No. Revisi : 00
Halaman : 4 dari6

6. Alur Kerja ( Flowchart ) 7. Dokumen

Mulai
Formulir
Permintaan
5.1 Pemerriksaan

Informed
Petugas Sampling
Consent

5.2

Form Kendali
Petugas Sampling Mutu

5.3

Tembusan
Tidak Bukti/
Customer Service
Sesuai Kuintansi
? Pemeriksaan
5.5

Ya

Petugas Sampling

A/5
5.4
La STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PRA ANALITIK
No Dokumen : UNIMUS.001/SPO/LAB/01

No. Revisi : 00
Halaman : 5 dari 6

A/4

Petugas Sampling Label

5.6, 5.7 , 5.8, 5.9 , 5.10

Petugas Sampling

. 5.11, 5.12, 5.13

Preparasi Sampel
Informed
5.14 Consent

Form Kendali
Verifikasi Tidak
Mutu
sampel
OK ?

Ya
Form Preparasi
Preparasi Sampel Sampel

5.15, 5.16
B/6
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PRA ANALITIK
No Dokumen : UNIMUS.001/SPO/LAB/01

No. Revisi : 00
Halaman : 6 dari 6

B/5

Tidak
Perlu di Proses
Rujuk ? Analitik

Ya

Proses
Rujukan
Keluar
Selesai

8.Pengesahan
PENYUSUN MANAJER MUTU
ttd ttd
(...........................) (...........................)
Tanggal :...... Tanggal :......
Disahkan oleh
DIREKTUR PENANGGUNG JAWAB LABORATORIUM

ttd ttd
(...........................) (...........................)
Tanggal :...... Tanggal :......
4) KOMPONEN PETUNJUK TEKNIS/ INSTRUKSI KERJA
Komponen dalam petunjuk teknis dapat dibuat sesuai dengan kepentingan,
asal dapat dijamin bahwa langkah-langkah dituliskan dengan jelas. Petunjuk
teknis bagi pemeriksaan (tahapan analitik) dapat mengandung komponen
sebagai berikut:
 Nama petunjuk/instruksi dan nomor
Lihat sama dengan komponen standar prosedur operasional.
 Pelaksana
Dituliskan jabatan dari pelaksana.
 Prinsip kerja/metode yang digunakan.
Cantumkan bilamana ada.
 Bahan yang digunakan
Cantumkan dengan spesifik semua bahan yang digunakan (atau yang
dapat digunakan). Termasuk disini adalah reagen dengan nama spesifik
(bila merupakan reagen komersial dalam bentuk kit, sebaiknya
dicantumkan pula nomor katalog).
 Alat yang digunakan
Cantumkan nama alat yang digunakan.
 Langkah kerja
Cantumkan langkah demi langkah semua tahapan yang harus
dikerjakan.
 Interferensi/gangguan
Cantumkan bilamana ada.
 Interpretasi hasil
Tuliskan bagaimana perhitungan, pembacaan atau interpretasi dari hasil
langkah kerja yang dituliskan di atas. Cantumkan pula bila ada rumusan
yang digunakan.
 Nilai normal/nilai rujukan
Cantumkan nilai atau rentang nilai yang digunakan sebagai rujukan yang
menyatakan hasil yang diinginkan dalam keadaan normal/sehat.
 Pustaka rujukan
Cantumkan pustaka yang digunakan sebagai rujukan bila ada.
 Tanggal mulai diberlakukan, dan otorisasi
Lihat sama dengan komponen standar prosedur operasional.
5) CONTOH INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM

INSTRUKSI KERJA

GLUKOSA
No Dokumen : UNIMUS.002/IK/LAB/03-01

No. Revisi : 00
Tanggal Berlaku : 16 Agustus 2022
Tanggal Tinjau Ulang :-
Dokumen yang tergantikan :-
Lokasi : Seksi Laboratorium
Halaman : 1 dari 4
INSTRUKSI KERJA

GLUKOSA
No Dokumen : UNIMUS.002/IK/LAB/03-01

No. Revisi : 00
Halaman : 2 dari 4
INSTRUKSI KERJA

GLUKOSA
No Dokumen : UNIMUS.002/IK/LAB/03-01

No. Revisi : 00
Halaman : 3 dari 4

C. Pelaksanaan Praktikum/Unjuk Kerja

XIII. Referensi
i. Kit Insert Glukosa....
ii. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2013 Tentang
Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
iii. Good Laboratory Practice
INSTRUKSI KERJA

GLUKOSA
No Dokumen : UNIMUS.002/IK/LAB/03-01

No. Revisi : 00
Halaman : 4 dari 4

XIV. Pengesahan

PENYUSUN MANAJER MUTU


ttd ttd
(...........................) (...........................)
Tanggal :...... Tanggal :......
Disahkan oleh
DIREKTUR PENANGGUNG JAWAB LABORATORIUM

ttd ttd
(...........................) (...........................)
Tanggal :...... Tanggal :......

C. Pelaksanaan Praktikum/Unjuk Kerja

1. Alat dan Bahan


Laptop dan LCD
Referensi / sumber-sumber (surat keputusan, pustaka) yang dibutuhkan
2. Langkah Kerja
- Selalu bayangkan siapa pengguna SPO
- Sebelum mulai menulis, putuskan apa tujuan dari prosedur tesrsebut
- Gunakan prinsip “Ceritakan apa yg akan Anda ceritakan, kemudian
ceritakan”
- Buatlah sebuah panduan sebelum menulis SPO (buat daftar topik yang
harus dibicarakan, kemudian kelompokkan)
- Mulailah dgn kata kerja dan hindari kalimat pasif
- Buat draft terlebih dahulu
- Koreksi draft setelah 24 jam. Perhatikan apa dikatakan oleh setiap kalimat,
kemudian perbaiki
- Perhatikan kebosanan Anda sendiri ketika membuat SPO. Jika Anda merasa
bosan, maka hal yg sama akan dirasakan oleh pembaca
- Isi SPO Jelas dan ringkas: hindari kalimat yg panjang
- Isi SPO Komplit: semua informasi penting yg digunakan untuk menjalankan
kegiatan
- Isi SPO Obyektif: berisikan fakta, bukan pendapat
- Koheren: menunjukan alur dan urutan langkah utk menjalankan kegiatan

3. Hasil Unjuk Kerja


- Penyusunan Standar Prosedur
- Penyusunan Instruksi Kerja

4. Deskripsi dan Simpulan Kegiatan Praktikum

Lembar penilaian Penyusunan SPO/IK


Judul SPO/ IK :________________________________________
Nama Mahasiswa : ______________________________________
NILAI NILAI X
NO KRITERIA EVALUASI BOBOT KET
1 2 3 4 BOBOT
1 Penyaji menyiapkan SPO/ IK 50
sesuai komponen
2 Penyaji menyiapkan referensi 25
3 Penyaji menjelaskan setiap 25
komponen SPO/IK
Jumlah 100 A

NILAI AKHIR = a/100


1=Belum memahami penyusunan SPO/IK
2=Sudah menyusun SPO/IK tetapi masih perlu bimbingan
3=Sudah mampu menyusun SPO/IK tetapi masih memerlukan perbaikan
4=Mampu menyusun dan menjelaskan SPO/IK yang dibuat dengan baik

D.Rangkuman
Prosedur baku yang dibuat harus mampu menjawab pertanyaan : mengapa
aktivitas itu dilakukan, apa yang dilakukan, dimana aktivitas itu dilakukan,
siapa yang melakukan, kapan dilakukan, dan bagaimana pekerjaan itu
dilakukan.
Kriteria dari SPO antara lain :
 Specific
 Lengkap prosedur
 Jelas dan mudah dipahami
 Layak Terap (Applicable)
 Controllable
 Layak Audit
 Layak Ubah (Changeable and flexible)

E.Latihan/Tugas
Buat SPO/ IK Laboratorium secara mandiri

Anda mungkin juga menyukai