Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“PERAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA


DALAM PENEGAKKAN HUKUM”
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran PPKN

Disusun oleh :
1. Ayu Lestari
2. Aidayasah
3. Girahmawati
4. Kelvin
5. Nanda
6. Pedro
7. Paisal

SMA NEGERI 1 BANTARUJEG


Kab. Majalengka Provinsi Jawa Barat
Tahun Ajaran 2022/2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Bantarujeg, 27 September 2022

1. Judul Makalah : Peran Kejaksaan Republik Indonesia Dalam Penegakkan Hukum


2. Ketua : Ayu Lestari
Anggota : Aidayasah
Girahmawati
Kelvin
Nanda
Pedro
Paisal

Menyetujui

Guru Pengajar Ketua

PEPEN SUPENDI AYU LESTARI

Kepala Sekolah

TOTO WARSITO S.Pd.,M.Pd

ii
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan atas anugrah Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat

membuat makalah mengenai “Peran Kejaksaan Republik Indonesia Dalam Penegakkan

Hukum“ yang berhubungan dengan pelajaran Pendidikan dan Kewarganegaraan.

Makalah yang kami buat ini sebagai sumber informasi pendamping buku pelajaran. Kami

menyusun makalah ini berdasarkan materi kurikulum yang berlaku, kami juga berusaha

untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Kami sangat berterima kasih kepada Bapak Pepen Supendi selaku guru bidang studi

PKN karena telah berjasa mendidik kami sampai sekarang ini. Kami pun menyadari bahwa

kemampuan kami belum seberapa dibandingkan dengan bapak/ibu guru pengajar, kami

berharap bahwa Makalah PPKn yang kami buat dapat diterima dan mendapatkan nilai

yang memuaskan .

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk

pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua .

Bantarujeg, 27 September 2022

Penulis

iii
Daftar Isi

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................................. ii

Kata Pengantar ..................................................................................................................................... iii

Daftar Isi .............................................................................................................................................. iv

BAB I ................................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 3

C. Tujuan ....................................................................................................................................... 3

BAB II .................................................................................................................................................. 4

PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 4

A. Hakikat Perlindungan Dan Penegakan Hukum ......................................................................... 4

B. Tugas Dan Fungsi Kejaksaan Republik Indonesia .................................................................... 6

C. Dasar Hukum Perlindungan Dan Penegakan Hukum Di Indonesia ........................................... 8

D. Alasan jaksa penuntut umum melakukan prapenuntutan pada peralidan pidana ..................... 13

BAB III ............................................................................................................................................... 17

PENUTUP .......................................................................................................................................... 17

A. Kesimpulan ............................................................................................................................. 17

Daftar Pustaka ..................................................................................................................................... 19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kejaksaan R.I. adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara, khususnya di bidang

penuntutan dan berwenang dalam penegakan hukum dan keadilan, Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa

Agung yang dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi,

dan Kejaksaan Negeri merupakan kekuasaan negara khususnya dibidang penuntutan, dimana semuanya

merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan.Mengacu pada Undang-Undang No.

16 Tahun 2004 yang menggantikan UU No. 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan R.I., Kejaksaan sebagai

salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan supremasi hukum,

perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi,

dan Nepotisme (KKN). Di dalam UU Kejaksaan yang baru ini, Kejaksaan RI sebagai lembaga negara

yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan harus melaksanakan fungsi, tugas, dan

wewenangnya secara merdeka, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan

lainnya (Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004).1

Perlindungan dan Penegakan hukum adalah hal yang sangat penting untuk dilaksanakan di Negara

kita. Hal tersebut dikarenakan Negara kita adalah Negara hukum. Selain itu, perlindungan dan

penegakan hukum merupakan faktor utama untuk mewujudkan keadilan dan perdamaian.

Konsekuensi dari diterapkannya Indonesia sebagai Negara hukum adalah bahwa dalam segala

kehidupan kenegaraan selalu berdasarkan kepada hukum. Untuk menjaga dan mengawasi hukum

berjalan dengan efektif maka dibentuklan lembaga peradilan sebagai sarana bagi masyarakat untuk

mencari keadilan dan mendapatkan perlakuan yang semestinya di depan hukum.

1
https://www.kejaksaan.go.id. Diakses tanggal 27 September 2022, Pukul 22:04 WIB

1
Kejaksaan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya dipimpin oleh Jaksa Agung yang

membawahi enam Jaksa Agung Muda serta 31 Kepala Kejaksaan Tinggi pada tiap provinsi. UU No. 16

Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia juga mengisyaratkan bahwa lembaga Kejaksaan

berada pada posisi sentral dengan peran strategis dalam pemantapan ketahanan bangsa. Karena

Kejaksaan berada di poros dan menjadi filter antara proses penyidikan dan proses pemeriksaan di

persidangan serta juga sebagai pelaksana penetapan dan keputusan pengadilan. Sehingga, Lembaga

Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara (Dominus Litis), karena hanya institusi Kejaksaan yang

dapat menentukan apakah suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti

yang sah menurut Hukum Acara Pidana.

Perlu ditambahkan, Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana

(executive ambtenaar). Selain berperan dalam perkara pidana, Kejaksaan juga memiliki peran lain

dalam Hukum Perdata dan Tata Usaha Negara, yaitu dapat mewakili Pemerintah dalam Perkara Perdata

dan Tata Usaha Negara sebagai Jaksa Pengacara Negara. Jaksa sebagai pelaksana kewenangan tersebut

diberi wewenang sebagai Penuntut Umum serta melaksanakan putusan pengadilan, dan wewenang lain

berdasarkan Undang-Undang.

Hampir seluruh negara modern di dunia ini mempunyai sebuah institusi yang disebut dengan istilah

”kejaksaan”, yang mempunyai tugas utama melakukan penuntutan dalam perkara pidana ke pengadilan.

Istilah ”jaksa” atau ”kejaksaan” sebagai institusi dalam bahasa Indonesia tidaklah mudah untuk

dipersamakan dengan istilah yang sama dalam berbagai bahasa. Dalam bahasa Inggris dibedakan antara

”attorney general” dengan ”public prosecutor”. Istilah pertama diartikan sebagai ”jaksa agung” dalam

bahasa Indonesia, sedang yang kedua diartikan sebagai ”penuntut umum”. Demikian pula dalam Bahasa

Belanda, dibedakan antara ”officer van justitie” untuk istilah ”jaksa” dan ”openbaar aanklager” untuk

”penuntut umum”. Sementara dalam Bahasa Melayu Malaysia digunakan istilah ”peguam negara”

untuk jaksa, dan ”pendakwa raya” untuk ”penuntut umum”, yang kesemuanya berada di bawah Jabatan

Peguam Negara. Jabatan ini adalah semacam Direktorat Jenderal di bawah Kementerian Dalam Negeri.

2
B. Rumusan Masalah

1. Apakah Hakikat Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia ?

2. Apa Tugas dan Fungsi Kejaksaan ?

3. Apakah Dasar Hukum Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia ?

4. Apa alasan jaksa penuntut umum melakukan prapenuntutan pada peralidan pidana?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Hakikat Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia.

2. Untuk Mengatahui Tugas Dan Fungsi Dari Kejaksaan.

3. Untuk Mengetahui Dasar Hukum Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia.

4. Untuk Mengetahui alasan jaksa penuntut umum melakukan prapenuntutan pada peralidan

pidana.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Perlindungan Dan Penegakan Hukum

Perlindungan hukum adalah segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya

kepastian hukum sebagai segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberi kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada warganya

agar hak-haknya sebagai seorang warga negara tidak dilanggar, dan bagi yang

melanggarnya akan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Contoh

perlindungan hukum adalah perlindungan hukum terhadap konsumen.

Sedangkan Penegakan hukum adalah proses dilaksanakannya upaya untuk

memfungsikan norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam

bermasyarakat dan bernegara. Contoh penegakan hukum sangat banyak disekitar kita,

misalnya penangkapan pengedar narkotika dan sebagainya.

Konsep Perlindungan dan penegakan Hukum

Menurut Andi Hamzah, Perlindungan Hukum dimaknai sebagai daya upaya yang

dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah dan swasta yang

bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan dan pemenuhan kesejahteraan hidup

sesuai dengan hak – hak asasi yang ada . Makna tersebut tidak terlepas dari fungsi hukum

itu sendiri, yaitu untuk melindungi kepentingan manusia. Dengan kata lain , hukum

memberikan perlindungan kepada manusia dalam memenuhi berbagai macam

kepentingannya, dengan syarat manusia juga harus melindungi kepentingan orang lain .

Simanjuntak mengartikan peerlindungan hukum sebagai segala upaya pemerintah

untuk menjamin adanya kepastian hukum serta member perlindungan kepada warganya

agar hak-haknya sebagai seorang warga Negara tidak dilanggar, dan bagi yang

melanggarnya akan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Dengan demikian , suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum

4
apabila mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

a. Adanya perlindungan dari pemerintah kepada warganya

b. JaminSan kepastian hukum

c. Berkaitan dengan hak- hak warga Negara

d. Adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya .

Pentingnya Perlindungan dan penegakan Hukum. Sebagai Negara hukum , Indonesia wajib

melaksanakan proses perlindungan dan penegakan hukum . Negara wajib melindungi warga

negaranya dari berbagai macam ketidakadilan, ketidaknyamanan dan penyimpangan hukum

lainnya . Selain itu , Negara mempunyai kekuasaan untuk memaksa seluruh warga negaranya untuk

melaksanakan semua ketentuan-ketentuan yang berlaku .

Perlindungan dan penegakan hukum sangat penting dilakukan karena dapat mewujudkan

hal – hal berikut ini :

a. Tegaknya supremasi hukum

b.Tegaknya Keadailan

c. Mewujudkan perdamaian dalam kehidupan di masyarakat

Keberhasilan proses perlindungan dan penegakan hukum tidaklah semata-mata menyangkut

ditegakkannya hukum yang berlaku, akan tetapi menurut Soerjono Soekanto (dalam bukunya yang

berjudul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, 2002) sangat tergantung pula dari

beberapa faktor, antara lain :

a. Hukumnya.

Dalam hal ini yang dimaksud adalah undang-undang dibuat tidak boleh bertentangan

dengan ideologi negara.

b. Penegak hukum,

yakni pihak – pihak yang secara langsung terlibat dalam bidang penegakan hukum.

c. Masyarakat,

yakni masyarakat lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

d. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

Sarana atau fasilitas`tersebut mencakup tenaga manusia yang terdidik dan terampil,

5
organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan sebagainya.

e. Kebudayaan,

yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam

pergaulan hidup.

B. Tugas Dan Fungsi Kejaksaan Republik Indonesia

Pada bagian pertama Peraturan Presiden No 18 Tahun 2011 Pasal 2 tentang kedudukan

menyebutkan bahwa komisi kejaksaan merupakan lembaga non struktural yang dalam melaksanakan

tugas dan wewenangnya bersifat mandiri serta komisi kejaksaan berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Presiden. Tugas dan Fungsi Kejaksaan yaitu:

a. Kejaksaan Agung, berkedudukan di ibukota negara Indonesia dan daerah hukumnya meliputi

wilayah kekuasaan negara Indonesia. Kejaksaan Agung dipimpin oleh seorang Jaksa Agung

yang merupakan pejabat negara, pimpinan dan penanggung jawab tertinggi kejaksaan yang

memimpin, mengendalikan pelaksanaan tugas, dan wewenang Kejaksaan Republik Indonesia.

Jaksa Agung diangkat dan diberhentikan oleh presiden.

b. Kejaksaan tinggi, berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah

provinsi. Kejaksaan Tinggi dipimpin oleh seorang kepala kejaksaan tinggi yang merupakan

pimpinan dan penanggung jawab kejaksaan yang memimpin, mengendalikan pelaksanaan

tugas, dan wewenang kejaksaan di daerah hukumnya.

c. Kejaksaan negeri, berkedudukan di ibukota kabupaten/kota dan daerah hukumnya meliputi

wilayah kabupaten/kota. Kejaksaan Negeri dipimpin oleh seorang kepala kejaksaan negeri yang

merupakan pimpinan dan penanggung jawab kejaksaan yang memimpin, mengendalikan

pelaksanaan tugas, dan wewenang kejaksaan di daerah hukumnya. Pada Kejaksaan Negeri

tertentu terdapat juga Cabang Kejaksaan Negeri yang dipimpin oleh Kepala Cabang Kejaksaan

Negeri.

Sedangkan untuk Fungsi dan Wewenang jaksa Menurut Undang-undang Kejaksaan No. 16 tahun

2004. Dalam Pasal 30 disebutkan :

6
1. Dibidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang :

a. Melakukan penuntutan;

b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap;

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan

pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;

d. Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-

undang;

e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan

tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya

dikoordinasikan dengan penyidik.

f. Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat

bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau

pemerintah.

2. Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, kejaksaan turut meyelenggarakan

kegiatan:

a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;

b. Pengamanan kebijakan penegakan hukum;

c. Pengawasan peredaran barang cetakan;

d. Pengawasan kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;

e. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;

f. Penelitian dan pengembangan hukum serta statik kriminal.

Disamping itu kejaksaan dapat meminta kepada hakim untuk menempatkan seorang terdakwa

di rumah sakit, tempat perawatan jiwa, atau tempat lain yang layak karena yang bersangkutan tidak

7
mampu berdiri sendiri atau disebabkab oleh hal-hal yang dapat membahayakan orang lain, lingkungan,

atau dirinya sendiri.

Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan

negara secara merdeka terutama pelaksanaan tugas dan kewenangan di bidang penuntutan dan

melaksanakan tugas dan kewenangan di bidang penyidikan dan penuntutan perkara tindak pidana

korupsi dan Pelanggaran HAM berat serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.

C. Dasar Hukum Perlindungan Dan Penegakan Hukum Di Indonesia

Pasal 27 ayat (1) UUD RI 1945 :

“Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan

wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”

Penjelasan : Pasal 27 ayat 1 menjelaskan bahwa yang termasuk warga negara dan

tinggal di wilayah negara indonesia wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan

yang berlaku di wilayah negara republik Indonesia. Makna lain Pasal 27 ayat (1) UUD

1945 adalah tiap warga negara Indonesia memiliki kedudukan yang sama dalam hukum

dan pemerintahan. Dilansir dari buku Dari Advokat untuk Keadilan Sosial (2022)

karangan Budi Sastra Panjaitan, Pasal 27 ayat (1) menegaskan bahwa tiap warga negara

memiliki hak untuk dibela, diperlakukan sama di mata hukum, serta mendapat keadilan.

Adapun ketiga hal tersebut merupakan hak dasar yang seharusnya dimiliki oleh tiap

masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Selain memiliki hak, warga negara Indonesia juga

memiliki kewajiban untuk menjunjung hukum serta pemerintahan. Misalnya menaati

peraturan hukum yang berlaku serta menaati proses hukum yang berlaku. 2

Pasal 28 I ayat (1) UUD RI 1945 :

“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,

2
https://www.kompas.com/skola/read/2022/06/03/090000969/bunyi-pasal-27-uud-1945-dan-
maknanya?page=all Bunyi Pasal 27 UUD 1945 dan Maknanya, Diakses pada tanggal 28 September 2022 Pukul
19:09 WIB

8
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan

hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi

manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.”

Pasal 28 I ayat (1) UUD 1945 menyatakan secara jelas dan tegas bahwa hak untuk tidak dituntut

atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam

keadaan apapun, dimana ketentuan ini adalah bersifat mutlak, tanpa kecuali dan tidak dapat

disimpangi dengan alasan apapun, termasuk alasan keadaan luar biasa atau “extraordinary”.3

Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 :

“Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan”

Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 menyatakan, Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh

sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam

lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,

lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

Berdasarkan ketentuan tersebut, Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu pelaku

kekuasaan kehakiman selain Mahkamah Agung. Kekuasaan kehakiman merupakan

kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum

dan keadilan. Dengan demikian, Mahkamah Konstitusi adalah suatu lembaga peradilan,

sebagai cabang kekuasaan yudikatif, yang mengadili perkara-perkara tertentu yang

menjadi kewenangannya berdasarkan ketentuan UUD 1945.

Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang ditegaskan kembali dalam Pasal 10

ayat (1) huruf a sampai dengan d UU 24/2003, kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah

menguji undang-undang terhadap UUD 1945; memutus sengketa kewenangan lembaga

negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945; memutus pembubaran partai

politik; dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Selain itu, berdasarkan

Pasal 7 ayat (1) sampai dengan (5) dan Pasal 24C ayat (2) UUD 1945 yang ditegaskan lagi

3
Resume Permohonan Perkara Nomor 065/Puu-Ii/2004

9
oleh Pasal 10 ayat (2) UU 24/2003, kewajiban Mahkamah Konstitusi adalah memberikan

keputusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan

pelanggaran hukum, atau perbuatan tercela, atau tidak memenuhi syarat sebagai Presiden

dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. 4

Pasal 30 ayat 4 UUD 1945 :

“Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan

dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta

menegakkan hukum”

Pada pasal 30 ayat (4), UUD 1945 memberikan tugas mulia kepada Polri. Ayat ini

mengamanatkan, Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga

keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani

masyarakat, serta menegakkan hukum.5

Sebagai amanat konstitusi, siapapun kepala negara di republik ini, sama sekali tidak

bisa membubarkan lembaga Polri. Selain itu, nama lembaga tersebut tertulis dengan huruf

besar setiap awal kata dari “Kepolisian Negara Republik Indonesia”. Hal itu mengandung

makna strategis sebagai salah satu organ negara sangat penting.

Merujuk pada narasi ayat (4) tersebut, Polri merupakan alat negara, bukan alat

kekuasaan rezim pemerintahan tertentu. Bukan pula alat politik pragmatis para aktor

politik, baik sebagai individu, atau kelompok sosial, atau partai politik sekalipun. Sebagai

alat negara, isi ayat ini sangat jelas bahwa Polri mempunyai kewenangan penuh menjaga

keamanan dan ketertiban masyarakat serta menegakkan hukum. Ini tugas mulia. Karena

itu, aparat Polri harus berintegritas kukuh, memiliki keterampilan dan profesionalitas serta

pengorbanan tanpa batas. Bahkan nyawa pun mereka pertaruhkan dalam menunaikan tugas

di lapangan.

Berdasarkan berbagai aspek yuridis tersebut, menurut hemat saya, penguatan

4
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Perkara&menu=4 MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA, Diakses pada tanggal 28 September 2022 pukuk 19:15 WIB
5
https://www.beritasatu.com/opini/6463/urgensi-penguatan-kepolisian-indonesia Urgensi Penguatan
Kepolisian Indonesia, Diakses Pada Tanggal 28 September 2022 Pukul 19:30

10
kepolisian menjadi keharusan diwujudkan oleh semua komponen bangsa, baik dari internal

maupun eksternal kepolisian. Hal ini agar Polri dapat melaksanakan tugas dan kewenangan

secara prima dan optimal dalam rangka kesejahteraan setiap warga negara di bidang

keamanan dan ketertiban.

Faktor Internal dan Ekternal :

Dari aspek penguatan internal, Polri senantiasa melakukan perbaikan ke dalam di

berbagai lini dan sektor secara terus-menerus. Beberapa tahun belakangan ini, di bawah

kepemimpinan Tito Karnavian, dan kemudian diteruskan oleh Idham Azis sebagai kapolri,

telah menunjukkan kinerja menggembirakan. Sebagai contoh, Polri berpacu meningkatkan

kinerja dengan program promoter.

Promoter menjadi rujukan bagi setiap aparat kepolisan dalam melaksanakan tugas,

kewajiban dan wewenang yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 30 dan UU Nomor 2

Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pada program Promoter ini

tertera tiga unsur perilaku bersinergi simultan satu dengan lain yaitu, profesional, modern,

dan terpercaya.

Profesional, artinya, selain berbasis pada hukum positif, polisi juga gesit, cekatan,

inisiatif, kreatif, inovatif, dan tidak diskriminatif atas dasar status sosial dan kedekatan

politik kekuasaan dengan siapa pun, baik secara vertikal maupun horisontal. Dengan

profesionalitas ini, dipastikan mampu memperkuat institusi Polri.

Modern. Dengan perubahan dunia yang begitu cepat, setiap aparat kepolisian wajib

memiliki pengetahuan dan pemahaman sangat mumpuni terhadap kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi (iptek) terkait langsung atau tidak langsung dengan tugas dan

kewajibannya. Untuk mengantisipasi dan atau menindak kejahatan komunikasi

multidimensi yang sedang terjadi di berbagai media sosial menggunakan teknologi

informasi saat ini, misalnya, aparat polisi mutlak menguasai filosofi, penggunaan, dan

proses kerja iptek, sehingga mereka dapat berpatroli di dunia dengan efektif dan melakukan

proses tahapan hukum selanjutnya secara profesional. Dengan demikian, Polri

11
berkemampuan menangani berbagai kasus kejahatan canggih yang marak terjadi akhir-

akhir ini.

Terpercaya, menyangkut keredibilitas Polri sebagai institusi negara. Unsur ini tidak

kalah pentingnya dari dua unsur sebelumnya dalam rangka penguatan kepolisian. Artinya,

dalam melaksanakan tugasnya di tengah masyarakat, aparat polisi menjadi bagian solusi

permasalahan yang dihadapi rakyat. Kehadiran polisi menjadi dirindukan dan dinantikan

rakyat di Tanah Air. Salah satu contoh terpercaya, sekalipun kasusnya termasuk kategori

sangat sulit dan melibatkan oknum petugas, baru-baru ini Polri mampu mengungkap

dugaan pelaku penyiraman air keras kepada seorang penyidik KPK.

Sedangkan faktor eksternal dapat diungkap dari wacana di ruang publik. Bisa saja

muncul kritik tajam tak berdasar yang dialamatkan kepada aparat atau bagian organ

tertentu di institusi kepolisian. Tetapi dikemas seolah kritik, sembari membuat argumentasi

dengan narasi, “lembaga negara tidak boleh anti kritik”. Sayangnya, bila kita dalami, narasi

kritik tersebut, acapkali belum disertai fakta, data, bukti, dan landasan hukum memadai.

Akibatnya, yang tertinggal di peta kognisi publik adalah pesan kritik memosisikan

kepolisian di ruang publik secara kurang produktif. Publik umum biasanya tidak begitu

peduli apakah kandungan kritik didukung oleh fakta, data, bukti terverifikasi, atau tidak.

Di sisi lain, efek negatif kritik semacam itu seolah diabaikan begitu saja oleh pengkritik

itu sendiri. Wacana semacam ini, dari aspek komunikasi, patut diduga sebagai bentuk

kejahatan komunikasi.

Sebagai contoh, pernah mengemuka pandangan dilontarkan seseorang di ruang publik

yang berpotensi melemahkan salah satu organ institusi kepolisian di tengah masyarakat,

dengan menyebut kata “ATM” dari rangkaian kalimatnya, tanpa disertai fakta, data, bukti,

serta analisis kuat. Bisa jadi yang bersangkutan belum menyadari betapa kacaunya situasi

keamanan dan ketertiban dalam suatu kelompok sosial (negara), misalnya, dengan

keberadaan lembaga kepolisian yang diperlemah kekuatan eksternal yang tidak bertangung

jawab. Harus diakui pula, sekalipun polisi eksis di suatu negara, memang kejahatan masih

ada. Namun, harus diakui bahwa kriminal akan lebih merajalela tanpa keberadaan

12
kepolisian.

Fakta menunjukkan, Polri telah bekerja keras mewujudkan keamanan dan ketertiban di

tengah masyarakat sesuai tanggung jawab yang ditugaskan negara melalui konstitusi.

Sejak Polri didirikan, atau lebih dekat mulai era reformasi hingga sekarang, Polri mampu

mengelola dan mengendalikan keamanan dan ketertiban, sehingga eksistensi negeri ini

tetap terjaga. Sebab, banyak hal bisa terjadi dengan eskalasi tinggi mengancam

kebersamaan dan kebhinnekaan di negeri ini bila Polri selama ini tidak bekerja maksimal.

Agenda nasional tahun ini melaksanakan pilkada serentak tahun di 270 daerah, dengan

perincian 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Karena itu, penguatan institusi kepolisian

dari faktor internal dan ekternal harus terjaga baik oleh semua pihak, tanpa kecuali.

D. Alasan jaksa penuntut umum melakukan prapenuntutan pada peralidan pidana

Hukum Acara Pidana sebagai pedoman bagi aparat penegak hukum dalam menegakan hukum

memuat tujuan sebagaimana tertera dalam bagian pertimbangan KUHAP mengenai alasan dibentuknya

KUHAP, yaitu :

a. Agar masyarakat menghayati hak dan kewajibannya;

b. Untuk meningkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai dengan fungsi

dan wewenang masing - masing;

c. Tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia;

d. Ketertiban serta kepastian hukum demi terselenggaranya negara hukum sessuai dengan UUD

1945.

Untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum sebagaimana disebutkan di atas, dibutuhkan suatu

organisasi yang cukup kompleks. Tanpa adanya organisasi tersebut tidak bisa dijalankan dalam

masyarakat. Organisasi tersebut adalah Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, Lembaga Permasyarakatan

13
dan lembaga perundang - undangan. Melalui organisasi serta proses - proses yang berlangsung di

dalamnya masyarakat menerima perwujudan dari tujuan – tujuan hukum.6

Proses peradilan pidana merupakan proses bekerjanya organisasi terutama Kepolisian,

Kejaksaan dan Pengadilan. Dimulai dari adanya kasus perbuatan pidana, aparat penyidik melakukan

serangkaian tindakan terhadap tersangka yang melakukan perbuatan pidana tersebut. Setelah selesai

dilakukan penyidikan, Berita Acara Pemeriksaan (BAP) oleh penyidik dilimpahkan kepada kejaksaan

untuk kemudian oleh jaksa diajukan ke pengadilan guna diperiksa dan diputuskan oleh hakim. Dari satu

pihak aparat penegak hukum oleh undang - undang diberi wewenang atau kekuasaan untuk melakukan

sesuatu yang berkaitan dengan bidang tugasnya. Namun di lain pihak hak-hak tersangka atau terdakwa

juga harus diperhatikan. Oleh karena itu undang-undang mengatur tentang tata cara yang dapat

dilakukan oleh aparat penegak hukum dengan lebih memperhatikan harkat dan martabat manusia.

Beberapa asas yang terkandung dalam KUHAP dapat dijadikan indikator apakah pelaksanaan

penegakan hukum sudah benar - benar dapat dilaksanakan sesuai undang - undang dan bagaimana sikap

tindakan para penegaknya.

Sistematika Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, (KUHAP)

dengan jelas dalam pengaturan proses beracara pidana mencakup:

1. Penyidikan;

2. Penuntutan;

3. Pemeriksaan Di Sidang Pengadilan; dan,

4. Pelaksanaan Putusan Pengadilan. Tetapi, dalam tahap pelaksanaan putusan pengadilan, tidak

lagi dilakukan pemeriksaan terhadap bersalah atau tidaknya terdakwa. Oleh karenanya, yang

sebenarnya dapat dikategorikan sebagai tahap-tahap pemeriksaan hanyalah tahap penyidikan,

penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan.

6
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung, 1978, hal. 17 - 18

14
Pada tanggal 26 Juli 2004 diundangkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun

2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67) tentang Kejaksaan Republik

Indonesia yang menggantikan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik

Indonesia (Lembaran Negara R.I. Tahun 1991 Nomor 59, Penjelasan dalam Tambahan LN Nomor

3451). Yang sebelumnya juga berlaku Undang-undang Nomor 15 Tahun 1961 tentang Ketentuan -

ketentuan Pokok Kejaksaan Republik Indonesia. Undang-undang Kejaksaan Tahun 2004 ini

memberikan wewenang pemeriksaan tambahan kepada Jaksa. Dalam Bab III: Tugas dan Wewenang,

Bagian Pertama: Umum, pada Pasal 30 ayat (1) huruf e ditentukan bahwa di bidang pidana, kejaksaan

mempunyai tugas dan wewenang untuk melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat

melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya

dikoordinasikan dengan penyidik.

Dalam Penjelasan Pasal Demi Pasal terhadap Pasal 30 ayat (1) huruf e UU No. 16 Tahun 2004

dikatakan bahwa untuk melengkapi berkas perkara, pemeriksaan tambahan dilakukan dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) tidak dilakukan terhadap tersangka;

2) hanya terhadap perkara-perkara yang sulit pembuktiannya, dan/atau dapat meresahkan

masyarakat, dan/atau yang dapat membahayakan keselamatan negara;

3) harus dapat diselesaikan dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah dilaksanakan ketentuan

Pasal 110 dan Pasal 138 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana;

4) prinsip koordinasi dan kerjasama dengan penyidik.

Bagaimanapun juga, pemberian wewenang pemeriksaan tambahan kepada Jaksa Penuntut Umum

menunjukkan telah terjadi pergeseran pandangan mengenai hakekat KUHAP tentang pejabat penyidik

dan hubungan kerja antara Polisi dan Jaksa. Pemberian wewenang pemeriksaan tambahan kepada Jaksa

Penuntut Umum ini dapat dipandang sebagai pengembalian sebagian wewenang Jaksa untuk melakukan

penyidikan terhadap tindak pidana umum. Tetapi, pengembalian sebagian wewenang ini tidak berarti

kembali ke sistem HIR, sebab ada syarat-syarat tertentu untuk melaksanakan lembaga pemeriksaan

15
tambahan oleh Jaksa ini. Menurut pendapat penulis, pemberian wewenang pemeriksaan tambahan

dengan syarat-syarat tertentu kepada Jaksa Penuntut Umum sebagaimana ditentukan dalam Undang-

undang Kejaksaan Tahun 1991 merupakan suatu hal yang dapat diterima dalam perkembangan hukum

acara pidana di Indonesia.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

a) Perlindungan hukum adalah segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum

sebagai segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada warganya agar hak-haknya sebagai

seorang warga negara tidak dilanggar. Sedangkan Penegakan hukum adalah proses

dilaksanakannya upaya untuk memfungsikan norma hukum secara nyata sebagai pedoman

perilaku dalam bermasyarakat dan bernegara. Contoh penegakan hukum sangat banyak

disekitar kita, misalnya penangkapan pengedar narkotika dan sebagainya.

b) Tugas dan Fungsi Kejaksaan yaitu :

a. Kejaksaan Agung, berkedudukan di ibukota negara Indonesia dan daerah hukumnya

meliputi wilayah kekuasaan negara Indonesia.

b. Kejaksaan tinggi, berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah hukumnya meliputi

wilayah provinsi.

c. Kejaksaan negeri, berkedudukan di ibukota kabupaten/kota dan daerah hukumnya

meliputi wilayah kabupaten/kota.

c) Dasar Hukum Perlindungan Dan Penegakan Hukum Di Indonesia yang terdapat pada undang

– undang negara republik indonesia tahun 1945.

a. Pasal 27 ayat (1) UUD RI 1945

b. Pasal 28 I ayat (1) UUD RI 1945

c. Pasal 24 ayat 1 UUD 1945

d. Pasal 30 ayat 4 UUD 1945

d) Proses peradilan pidana merupakan proses bekerjanya organisasi terutama Kepolisian,

Kejaksaan dan Pengadilan. Dimulai dari adanya kasus perbuatan pidana, aparat penyidik

melakukan serangkaian tindakan terhadap tersangka yang melakukan perbuatan pidana

tersebut. Setelah selesai dilakukan penyidikan, Berita Acara Pemeriksaan (BAP) oleh penyidik

17
dilimpahkan kepada kejaksaan untuk kemudian oleh jaksa diajukan ke pengadilan guna

diperiksa dan diputuskan oleh hakim. Dari satu pihak aparat penegak hukum oleh undang -

undang diberi wewenang atau kekuasaan untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan

bidang tugasnya. Namun di lain pihak hak-hak tersangka atau terdakwa juga harus diperhatikan.

Oleh karena itu undang-undang mengatur tentang tata cara yang dapat dilakukan oleh aparat

penegak hukum dengan lebih memperhatikan harkat dan martabat manusia. Beberapa asas yang

terkandung dalam KUHAP dapat dijadikan indikator apakah pelaksanaan penegakan hukum

sudah benar - benar dapat dilaksanakan sesuai undang - undang dan bagaimana sikap tindakan

para penegaknya.

18
Daftar Pustaka
Sumber Buku

Satjipto Rahardjo, 1978 Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung,

Sumber Artike / Website

https://www.mkri.id/index.php?page=web.Perkara&menu=4 MAHKAMAH KONSTITUSI


REPUBLIK INDONESIA
https://www.beritasatu.com/opini/6463/urgensi-penguatan-kepolisian-indonesia Urgensi Penguatan
Kepolisian Indonesia
https://www.kompas.com/skola/read/2022/06/03/090000969/bunyi-pasal-27-uud-1945-dan-
maknanya?page=all
https://www.kejaksaan.go.id

Peraturan Perundang – undangan / Berkas Peradilan

Resume Permohonan Perkara Nomor 065/Puu-Ii/2004


UNDANG – UNDANG DASAR RI 1945
UU No. 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan RI
UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

19

Anda mungkin juga menyukai