MAKALAH PPKN
MAKALAH PPKN
Disusun oleh :
1. Ayu Lestari
2. Aidayasah
3. Girahmawati
4. Kelvin
5. Nanda
6. Pedro
7. Paisal
i
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui
Kepala Sekolah
ii
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan atas anugrah Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat
Makalah yang kami buat ini sebagai sumber informasi pendamping buku pelajaran. Kami
menyusun makalah ini berdasarkan materi kurikulum yang berlaku, kami juga berusaha
Kami sangat berterima kasih kepada Bapak Pepen Supendi selaku guru bidang studi
PKN karena telah berjasa mendidik kami sampai sekarang ini. Kami pun menyadari bahwa
kemampuan kami belum seberapa dibandingkan dengan bapak/ibu guru pengajar, kami
berharap bahwa Makalah PPKn yang kami buat dapat diterima dan mendapatkan nilai
yang memuaskan .
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk
Penulis
iii
Daftar Isi
BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 1
C. Tujuan ....................................................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 4
D. Alasan jaksa penuntut umum melakukan prapenuntutan pada peralidan pidana ..................... 13
PENUTUP .......................................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ............................................................................................................................. 17
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Kejaksaan R.I. adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara, khususnya di bidang
penuntutan dan berwenang dalam penegakan hukum dan keadilan, Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa
Agung yang dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi,
dan Kejaksaan Negeri merupakan kekuasaan negara khususnya dibidang penuntutan, dimana semuanya
merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan.Mengacu pada Undang-Undang No.
16 Tahun 2004 yang menggantikan UU No. 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan R.I., Kejaksaan sebagai
salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan supremasi hukum,
perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme (KKN). Di dalam UU Kejaksaan yang baru ini, Kejaksaan RI sebagai lembaga negara
yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan harus melaksanakan fungsi, tugas, dan
wewenangnya secara merdeka, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan
Perlindungan dan Penegakan hukum adalah hal yang sangat penting untuk dilaksanakan di Negara
kita. Hal tersebut dikarenakan Negara kita adalah Negara hukum. Selain itu, perlindungan dan
penegakan hukum merupakan faktor utama untuk mewujudkan keadilan dan perdamaian.
Konsekuensi dari diterapkannya Indonesia sebagai Negara hukum adalah bahwa dalam segala
kehidupan kenegaraan selalu berdasarkan kepada hukum. Untuk menjaga dan mengawasi hukum
berjalan dengan efektif maka dibentuklan lembaga peradilan sebagai sarana bagi masyarakat untuk
1
https://www.kejaksaan.go.id. Diakses tanggal 27 September 2022, Pukul 22:04 WIB
1
Kejaksaan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya dipimpin oleh Jaksa Agung yang
membawahi enam Jaksa Agung Muda serta 31 Kepala Kejaksaan Tinggi pada tiap provinsi. UU No. 16
Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia juga mengisyaratkan bahwa lembaga Kejaksaan
berada pada posisi sentral dengan peran strategis dalam pemantapan ketahanan bangsa. Karena
Kejaksaan berada di poros dan menjadi filter antara proses penyidikan dan proses pemeriksaan di
persidangan serta juga sebagai pelaksana penetapan dan keputusan pengadilan. Sehingga, Lembaga
Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara (Dominus Litis), karena hanya institusi Kejaksaan yang
dapat menentukan apakah suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti
Perlu ditambahkan, Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana
(executive ambtenaar). Selain berperan dalam perkara pidana, Kejaksaan juga memiliki peran lain
dalam Hukum Perdata dan Tata Usaha Negara, yaitu dapat mewakili Pemerintah dalam Perkara Perdata
dan Tata Usaha Negara sebagai Jaksa Pengacara Negara. Jaksa sebagai pelaksana kewenangan tersebut
diberi wewenang sebagai Penuntut Umum serta melaksanakan putusan pengadilan, dan wewenang lain
berdasarkan Undang-Undang.
Hampir seluruh negara modern di dunia ini mempunyai sebuah institusi yang disebut dengan istilah
”kejaksaan”, yang mempunyai tugas utama melakukan penuntutan dalam perkara pidana ke pengadilan.
Istilah ”jaksa” atau ”kejaksaan” sebagai institusi dalam bahasa Indonesia tidaklah mudah untuk
dipersamakan dengan istilah yang sama dalam berbagai bahasa. Dalam bahasa Inggris dibedakan antara
”attorney general” dengan ”public prosecutor”. Istilah pertama diartikan sebagai ”jaksa agung” dalam
bahasa Indonesia, sedang yang kedua diartikan sebagai ”penuntut umum”. Demikian pula dalam Bahasa
Belanda, dibedakan antara ”officer van justitie” untuk istilah ”jaksa” dan ”openbaar aanklager” untuk
”penuntut umum”. Sementara dalam Bahasa Melayu Malaysia digunakan istilah ”peguam negara”
untuk jaksa, dan ”pendakwa raya” untuk ”penuntut umum”, yang kesemuanya berada di bawah Jabatan
Peguam Negara. Jabatan ini adalah semacam Direktorat Jenderal di bawah Kementerian Dalam Negeri.
2
B. Rumusan Masalah
4. Apa alasan jaksa penuntut umum melakukan prapenuntutan pada peralidan pidana?
C. Tujuan
4. Untuk Mengetahui alasan jaksa penuntut umum melakukan prapenuntutan pada peralidan
pidana.
3
BAB II
PEMBAHASAN
kepastian hukum sebagai segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada warganya
agar hak-haknya sebagai seorang warga negara tidak dilanggar, dan bagi yang
melanggarnya akan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Contoh
bermasyarakat dan bernegara. Contoh penegakan hukum sangat banyak disekitar kita,
Menurut Andi Hamzah, Perlindungan Hukum dimaknai sebagai daya upaya yang
dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah dan swasta yang
sesuai dengan hak – hak asasi yang ada . Makna tersebut tidak terlepas dari fungsi hukum
itu sendiri, yaitu untuk melindungi kepentingan manusia. Dengan kata lain , hukum
kepentingannya, dengan syarat manusia juga harus melindungi kepentingan orang lain .
untuk menjamin adanya kepastian hukum serta member perlindungan kepada warganya
agar hak-haknya sebagai seorang warga Negara tidak dilanggar, dan bagi yang
4
apabila mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
Pentingnya Perlindungan dan penegakan Hukum. Sebagai Negara hukum , Indonesia wajib
melaksanakan proses perlindungan dan penegakan hukum . Negara wajib melindungi warga
lainnya . Selain itu , Negara mempunyai kekuasaan untuk memaksa seluruh warga negaranya untuk
Perlindungan dan penegakan hukum sangat penting dilakukan karena dapat mewujudkan
b.Tegaknya Keadailan
ditegakkannya hukum yang berlaku, akan tetapi menurut Soerjono Soekanto (dalam bukunya yang
berjudul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, 2002) sangat tergantung pula dari
a. Hukumnya.
Dalam hal ini yang dimaksud adalah undang-undang dibuat tidak boleh bertentangan
b. Penegak hukum,
yakni pihak – pihak yang secara langsung terlibat dalam bidang penegakan hukum.
c. Masyarakat,
Sarana atau fasilitas`tersebut mencakup tenaga manusia yang terdidik dan terampil,
5
organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan sebagainya.
e. Kebudayaan,
yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam
pergaulan hidup.
Pada bagian pertama Peraturan Presiden No 18 Tahun 2011 Pasal 2 tentang kedudukan
menyebutkan bahwa komisi kejaksaan merupakan lembaga non struktural yang dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya bersifat mandiri serta komisi kejaksaan berada di bawah dan bertanggung
a. Kejaksaan Agung, berkedudukan di ibukota negara Indonesia dan daerah hukumnya meliputi
wilayah kekuasaan negara Indonesia. Kejaksaan Agung dipimpin oleh seorang Jaksa Agung
yang merupakan pejabat negara, pimpinan dan penanggung jawab tertinggi kejaksaan yang
b. Kejaksaan tinggi, berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah
provinsi. Kejaksaan Tinggi dipimpin oleh seorang kepala kejaksaan tinggi yang merupakan
wilayah kabupaten/kota. Kejaksaan Negeri dipimpin oleh seorang kepala kejaksaan negeri yang
pelaksanaan tugas, dan wewenang kejaksaan di daerah hukumnya. Pada Kejaksaan Negeri
tertentu terdapat juga Cabang Kejaksaan Negeri yang dipimpin oleh Kepala Cabang Kejaksaan
Negeri.
Sedangkan untuk Fungsi dan Wewenang jaksa Menurut Undang-undang Kejaksaan No. 16 tahun
6
1. Dibidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang :
a. Melakukan penuntutan;
undang;
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
f. Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat
bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau
pemerintah.
kegiatan:
Disamping itu kejaksaan dapat meminta kepada hakim untuk menempatkan seorang terdakwa
di rumah sakit, tempat perawatan jiwa, atau tempat lain yang layak karena yang bersangkutan tidak
7
mampu berdiri sendiri atau disebabkab oleh hal-hal yang dapat membahayakan orang lain, lingkungan,
negara secara merdeka terutama pelaksanaan tugas dan kewenangan di bidang penuntutan dan
melaksanakan tugas dan kewenangan di bidang penyidikan dan penuntutan perkara tindak pidana
korupsi dan Pelanggaran HAM berat serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.
“Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”
Penjelasan : Pasal 27 ayat 1 menjelaskan bahwa yang termasuk warga negara dan
tinggal di wilayah negara indonesia wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan
yang berlaku di wilayah negara republik Indonesia. Makna lain Pasal 27 ayat (1) UUD
1945 adalah tiap warga negara Indonesia memiliki kedudukan yang sama dalam hukum
dan pemerintahan. Dilansir dari buku Dari Advokat untuk Keadilan Sosial (2022)
karangan Budi Sastra Panjaitan, Pasal 27 ayat (1) menegaskan bahwa tiap warga negara
memiliki hak untuk dibela, diperlakukan sama di mata hukum, serta mendapat keadilan.
Adapun ketiga hal tersebut merupakan hak dasar yang seharusnya dimiliki oleh tiap
masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Selain memiliki hak, warga negara Indonesia juga
peraturan hukum yang berlaku serta menaati proses hukum yang berlaku. 2
“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,
2
https://www.kompas.com/skola/read/2022/06/03/090000969/bunyi-pasal-27-uud-1945-dan-
maknanya?page=all Bunyi Pasal 27 UUD 1945 dan Maknanya, Diakses pada tanggal 28 September 2022 Pukul
19:09 WIB
8
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
Pasal 28 I ayat (1) UUD 1945 menyatakan secara jelas dan tegas bahwa hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun, dimana ketentuan ini adalah bersifat mutlak, tanpa kecuali dan tidak dapat
disimpangi dengan alasan apapun, termasuk alasan keadaan luar biasa atau “extraordinary”.3
Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 menyatakan, Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
dan keadilan. Dengan demikian, Mahkamah Konstitusi adalah suatu lembaga peradilan,
Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang ditegaskan kembali dalam Pasal 10
ayat (1) huruf a sampai dengan d UU 24/2003, kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah
negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945; memutus pembubaran partai
politik; dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Selain itu, berdasarkan
Pasal 7 ayat (1) sampai dengan (5) dan Pasal 24C ayat (2) UUD 1945 yang ditegaskan lagi
3
Resume Permohonan Perkara Nomor 065/Puu-Ii/2004
9
oleh Pasal 10 ayat (2) UU 24/2003, kewajiban Mahkamah Konstitusi adalah memberikan
keputusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan
pelanggaran hukum, atau perbuatan tercela, atau tidak memenuhi syarat sebagai Presiden
“Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan
menegakkan hukum”
Pada pasal 30 ayat (4), UUD 1945 memberikan tugas mulia kepada Polri. Ayat ini
mengamanatkan, Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
Sebagai amanat konstitusi, siapapun kepala negara di republik ini, sama sekali tidak
bisa membubarkan lembaga Polri. Selain itu, nama lembaga tersebut tertulis dengan huruf
besar setiap awal kata dari “Kepolisian Negara Republik Indonesia”. Hal itu mengandung
Merujuk pada narasi ayat (4) tersebut, Polri merupakan alat negara, bukan alat
kekuasaan rezim pemerintahan tertentu. Bukan pula alat politik pragmatis para aktor
politik, baik sebagai individu, atau kelompok sosial, atau partai politik sekalipun. Sebagai
alat negara, isi ayat ini sangat jelas bahwa Polri mempunyai kewenangan penuh menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat serta menegakkan hukum. Ini tugas mulia. Karena
itu, aparat Polri harus berintegritas kukuh, memiliki keterampilan dan profesionalitas serta
pengorbanan tanpa batas. Bahkan nyawa pun mereka pertaruhkan dalam menunaikan tugas
di lapangan.
4
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Perkara&menu=4 MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA, Diakses pada tanggal 28 September 2022 pukuk 19:15 WIB
5
https://www.beritasatu.com/opini/6463/urgensi-penguatan-kepolisian-indonesia Urgensi Penguatan
Kepolisian Indonesia, Diakses Pada Tanggal 28 September 2022 Pukul 19:30
10
kepolisian menjadi keharusan diwujudkan oleh semua komponen bangsa, baik dari internal
maupun eksternal kepolisian. Hal ini agar Polri dapat melaksanakan tugas dan kewenangan
secara prima dan optimal dalam rangka kesejahteraan setiap warga negara di bidang
berbagai lini dan sektor secara terus-menerus. Beberapa tahun belakangan ini, di bawah
kepemimpinan Tito Karnavian, dan kemudian diteruskan oleh Idham Azis sebagai kapolri,
Promoter menjadi rujukan bagi setiap aparat kepolisan dalam melaksanakan tugas,
kewajiban dan wewenang yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 30 dan UU Nomor 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pada program Promoter ini
tertera tiga unsur perilaku bersinergi simultan satu dengan lain yaitu, profesional, modern,
dan terpercaya.
Profesional, artinya, selain berbasis pada hukum positif, polisi juga gesit, cekatan,
inisiatif, kreatif, inovatif, dan tidak diskriminatif atas dasar status sosial dan kedekatan
politik kekuasaan dengan siapa pun, baik secara vertikal maupun horisontal. Dengan
Modern. Dengan perubahan dunia yang begitu cepat, setiap aparat kepolisian wajib
pengetahuan dan teknologi (iptek) terkait langsung atau tidak langsung dengan tugas dan
informasi saat ini, misalnya, aparat polisi mutlak menguasai filosofi, penggunaan, dan
proses kerja iptek, sehingga mereka dapat berpatroli di dunia dengan efektif dan melakukan
11
berkemampuan menangani berbagai kasus kejahatan canggih yang marak terjadi akhir-
akhir ini.
Terpercaya, menyangkut keredibilitas Polri sebagai institusi negara. Unsur ini tidak
kalah pentingnya dari dua unsur sebelumnya dalam rangka penguatan kepolisian. Artinya,
dalam melaksanakan tugasnya di tengah masyarakat, aparat polisi menjadi bagian solusi
permasalahan yang dihadapi rakyat. Kehadiran polisi menjadi dirindukan dan dinantikan
rakyat di Tanah Air. Salah satu contoh terpercaya, sekalipun kasusnya termasuk kategori
sangat sulit dan melibatkan oknum petugas, baru-baru ini Polri mampu mengungkap
Sedangkan faktor eksternal dapat diungkap dari wacana di ruang publik. Bisa saja
muncul kritik tajam tak berdasar yang dialamatkan kepada aparat atau bagian organ
tertentu di institusi kepolisian. Tetapi dikemas seolah kritik, sembari membuat argumentasi
dengan narasi, “lembaga negara tidak boleh anti kritik”. Sayangnya, bila kita dalami, narasi
kritik tersebut, acapkali belum disertai fakta, data, bukti, dan landasan hukum memadai.
Akibatnya, yang tertinggal di peta kognisi publik adalah pesan kritik memosisikan
kepolisian di ruang publik secara kurang produktif. Publik umum biasanya tidak begitu
peduli apakah kandungan kritik didukung oleh fakta, data, bukti terverifikasi, atau tidak.
Di sisi lain, efek negatif kritik semacam itu seolah diabaikan begitu saja oleh pengkritik
itu sendiri. Wacana semacam ini, dari aspek komunikasi, patut diduga sebagai bentuk
kejahatan komunikasi.
yang berpotensi melemahkan salah satu organ institusi kepolisian di tengah masyarakat,
dengan menyebut kata “ATM” dari rangkaian kalimatnya, tanpa disertai fakta, data, bukti,
serta analisis kuat. Bisa jadi yang bersangkutan belum menyadari betapa kacaunya situasi
keamanan dan ketertiban dalam suatu kelompok sosial (negara), misalnya, dengan
keberadaan lembaga kepolisian yang diperlemah kekuatan eksternal yang tidak bertangung
jawab. Harus diakui pula, sekalipun polisi eksis di suatu negara, memang kejahatan masih
ada. Namun, harus diakui bahwa kriminal akan lebih merajalela tanpa keberadaan
12
kepolisian.
Fakta menunjukkan, Polri telah bekerja keras mewujudkan keamanan dan ketertiban di
tengah masyarakat sesuai tanggung jawab yang ditugaskan negara melalui konstitusi.
Sejak Polri didirikan, atau lebih dekat mulai era reformasi hingga sekarang, Polri mampu
mengelola dan mengendalikan keamanan dan ketertiban, sehingga eksistensi negeri ini
tetap terjaga. Sebab, banyak hal bisa terjadi dengan eskalasi tinggi mengancam
kebersamaan dan kebhinnekaan di negeri ini bila Polri selama ini tidak bekerja maksimal.
Agenda nasional tahun ini melaksanakan pilkada serentak tahun di 270 daerah, dengan
perincian 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Karena itu, penguatan institusi kepolisian
dari faktor internal dan ekternal harus terjaga baik oleh semua pihak, tanpa kecuali.
Hukum Acara Pidana sebagai pedoman bagi aparat penegak hukum dalam menegakan hukum
memuat tujuan sebagaimana tertera dalam bagian pertimbangan KUHAP mengenai alasan dibentuknya
KUHAP, yaitu :
b. Untuk meningkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai dengan fungsi
c. Tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia;
d. Ketertiban serta kepastian hukum demi terselenggaranya negara hukum sessuai dengan UUD
1945.
organisasi yang cukup kompleks. Tanpa adanya organisasi tersebut tidak bisa dijalankan dalam
13
dan lembaga perundang - undangan. Melalui organisasi serta proses - proses yang berlangsung di
Kejaksaan dan Pengadilan. Dimulai dari adanya kasus perbuatan pidana, aparat penyidik melakukan
serangkaian tindakan terhadap tersangka yang melakukan perbuatan pidana tersebut. Setelah selesai
dilakukan penyidikan, Berita Acara Pemeriksaan (BAP) oleh penyidik dilimpahkan kepada kejaksaan
untuk kemudian oleh jaksa diajukan ke pengadilan guna diperiksa dan diputuskan oleh hakim. Dari satu
pihak aparat penegak hukum oleh undang - undang diberi wewenang atau kekuasaan untuk melakukan
sesuatu yang berkaitan dengan bidang tugasnya. Namun di lain pihak hak-hak tersangka atau terdakwa
juga harus diperhatikan. Oleh karena itu undang-undang mengatur tentang tata cara yang dapat
dilakukan oleh aparat penegak hukum dengan lebih memperhatikan harkat dan martabat manusia.
Beberapa asas yang terkandung dalam KUHAP dapat dijadikan indikator apakah pelaksanaan
penegakan hukum sudah benar - benar dapat dilaksanakan sesuai undang - undang dan bagaimana sikap
Sistematika Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, (KUHAP)
1. Penyidikan;
2. Penuntutan;
4. Pelaksanaan Putusan Pengadilan. Tetapi, dalam tahap pelaksanaan putusan pengadilan, tidak
lagi dilakukan pemeriksaan terhadap bersalah atau tidaknya terdakwa. Oleh karenanya, yang
6
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung, 1978, hal. 17 - 18
14
Pada tanggal 26 Juli 2004 diundangkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67) tentang Kejaksaan Republik
Indonesia yang menggantikan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia (Lembaran Negara R.I. Tahun 1991 Nomor 59, Penjelasan dalam Tambahan LN Nomor
3451). Yang sebelumnya juga berlaku Undang-undang Nomor 15 Tahun 1961 tentang Ketentuan -
ketentuan Pokok Kejaksaan Republik Indonesia. Undang-undang Kejaksaan Tahun 2004 ini
memberikan wewenang pemeriksaan tambahan kepada Jaksa. Dalam Bab III: Tugas dan Wewenang,
Bagian Pertama: Umum, pada Pasal 30 ayat (1) huruf e ditentukan bahwa di bidang pidana, kejaksaan
mempunyai tugas dan wewenang untuk melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat
Dalam Penjelasan Pasal Demi Pasal terhadap Pasal 30 ayat (1) huruf e UU No. 16 Tahun 2004
dikatakan bahwa untuk melengkapi berkas perkara, pemeriksaan tambahan dilakukan dengan
3) harus dapat diselesaikan dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah dilaksanakan ketentuan
Pasal 110 dan Pasal 138 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana;
Bagaimanapun juga, pemberian wewenang pemeriksaan tambahan kepada Jaksa Penuntut Umum
menunjukkan telah terjadi pergeseran pandangan mengenai hakekat KUHAP tentang pejabat penyidik
dan hubungan kerja antara Polisi dan Jaksa. Pemberian wewenang pemeriksaan tambahan kepada Jaksa
Penuntut Umum ini dapat dipandang sebagai pengembalian sebagian wewenang Jaksa untuk melakukan
penyidikan terhadap tindak pidana umum. Tetapi, pengembalian sebagian wewenang ini tidak berarti
kembali ke sistem HIR, sebab ada syarat-syarat tertentu untuk melaksanakan lembaga pemeriksaan
15
tambahan oleh Jaksa ini. Menurut pendapat penulis, pemberian wewenang pemeriksaan tambahan
dengan syarat-syarat tertentu kepada Jaksa Penuntut Umum sebagaimana ditentukan dalam Undang-
undang Kejaksaan Tahun 1991 merupakan suatu hal yang dapat diterima dalam perkembangan hukum
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a) Perlindungan hukum adalah segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum
sebagai segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada warganya agar hak-haknya sebagai
seorang warga negara tidak dilanggar. Sedangkan Penegakan hukum adalah proses
dilaksanakannya upaya untuk memfungsikan norma hukum secara nyata sebagai pedoman
perilaku dalam bermasyarakat dan bernegara. Contoh penegakan hukum sangat banyak
wilayah provinsi.
c) Dasar Hukum Perlindungan Dan Penegakan Hukum Di Indonesia yang terdapat pada undang
Kejaksaan dan Pengadilan. Dimulai dari adanya kasus perbuatan pidana, aparat penyidik
tersebut. Setelah selesai dilakukan penyidikan, Berita Acara Pemeriksaan (BAP) oleh penyidik
17
dilimpahkan kepada kejaksaan untuk kemudian oleh jaksa diajukan ke pengadilan guna
diperiksa dan diputuskan oleh hakim. Dari satu pihak aparat penegak hukum oleh undang -
undang diberi wewenang atau kekuasaan untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan
bidang tugasnya. Namun di lain pihak hak-hak tersangka atau terdakwa juga harus diperhatikan.
Oleh karena itu undang-undang mengatur tentang tata cara yang dapat dilakukan oleh aparat
penegak hukum dengan lebih memperhatikan harkat dan martabat manusia. Beberapa asas yang
terkandung dalam KUHAP dapat dijadikan indikator apakah pelaksanaan penegakan hukum
sudah benar - benar dapat dilaksanakan sesuai undang - undang dan bagaimana sikap tindakan
para penegaknya.
18
Daftar Pustaka
Sumber Buku
19