5.

Pembahasan

Casting merupakan metode yang sering digunakan dalam dunia kedokteran gigi
untuk membuat inlay, onlay, bridge, mahkota dan metal framework lainnya (Anusavice,
2013; hal.200). Dimana, dalam proses casting dibutuhkan material tanam tuang yang
memiliki sifat tahan panas yang cukup tinggi dan stabil, digunakan untuk menanam model
malam guna mendapatkan mould, yang akan digunakan sebagai cetakan dalam proses casting
logam. Secara umum, material tanam tuang dibagi menjadi tiga tipe yaitu gypsum bonded,
phosphate bonded, dan silica bonded yang dibedakan berdasarkan titik cair logam.
Gypsum bonded merupakan material tanam tuang yang digunakan pada casting
konvensional untuk membuat inlay, onlay, crown dan dental prostesa dengan rentang suhu
logam cair dibawah 1000º C (Anusavice, 2013; hal.201). Gypsum bonded merupakan bahan
tanam yang tersedia dalam bentuk bubuk, lalu dicampur dengan air sehingga menjadi bahan
yang dapat digunakan untuk menanam model malam. Gypsum bonded mengandung bahan
silica yang ditambahkan ke dalam dental stone. Penambahan bahan silica berfungsi untuk
meningkatkan ketahanan bahan tanam terhadap panas dan meningkatkan ekspansi thermal
dari mould. Ekspansi thermal dari mould sangat dibutuhkan untuk mengkompensasi
penyusutan logam saat logam mendingin setelah casting. Keuntungan dari bahan tanam tuang
gypsum bonded yakni : 1. Cukup kuat 2. Porositas yang cukup 3. Setting dan thermal
expansion dapat dikontrol 4. Proses manipulasi dan casting cukup sederhana 5. Tidak mahal
Sedangkan kerugian dari bahan tanam tuang gypsum bonded yakni : 1. Kekuatan casting
yang terlalu tinggi dan metode burnout pada model malam yang tidak hati-hati dapat
menghasilkan retakan di dalam bahan tanam. 2. Bubuk bahan tanam tuang gypsum bonded
bersifat higroskopik yakni dapat menyerap air, oleh karena itu tidak seharusnya dibeli dalam
jumlah yang besar dan sebaiknya disimpan di wadah yang kedap udara. 3. Tidak bisa
digunakan untuk logam campur titanium.
Ekspansi thermal gypsum bonded dikatakan memadai apabila diikuti dengan
peningkatan jumlah silica untuk mengimbangi kontraksi gipsum pada saat pemanasan.
Kontraksi gipsum sepenuhnya seimbang ketika konten kuarsa meningkat menjadi 75%.
Ketika setting expansion cukup memadai tercapai, casting yang dibuat pada 700 ° C mungkin
akan menghasilkan metal yang cocok dengan die cukup baik.
Thermal expansion pada gipsum bonded, dipengaruhi oleh ukural partikel kuarsa,
tipe dari gypsum binder dan rasio antara water dan powder. Kekuatan thermal ekspansi
berhubungan dengan jumlah material padat atau solid yang terlarut dalam adonan. Semakin
padat adonan gypsum, w/p ratio kecil, maka semakin besar. Sebaliknya, ketika proses
pencampuran antara bubuk gipsum dengan air berlebih, adonan lebih cair, akan terjadi
thermal expansion yang lebih kecil.
Pada praktikum bahan tanam gypsum bonded, dengan melakukan percobaan
pengukuran setting expansion dengan menggunakan ekstensiometer dengan perbandingan
w/p rasio dengan tiga variasi yakni encer, normal, dan kental. Dengan mengukur setting
expansion selama 10 menit sekali selama 60 menit. Pada percobaan pertama digunakan
adonan dengan visikositas sedang, dengan w/p ratio 15 ml:35 gram. Dari manipulasi pertama
ini, adonan mengalami ekspansi sebesar 0,24 dengan puncak ekspansi pada menit ke 50
dengan nilai ekspansi sebesar 0,17. Pada percobaan kedua, digunakan adonan kental dimana
nilai perbandingan w/p ratio yaitu 14 ml: 35 gram. Dari manipulasi ini, adonan memiliki nilai
ekspansi lebih tinggi dari pada adonan di 50 menit awal dan ekspansi total sebesar 0,21.
Adonan ini juga mengalami ekspansi puncak pada menit ke 50 dengan nilai 0,18. Semakin
banyak powder, maka jumlah partikel silika pada adonan bahan tanam tuang semakin banyak.
Jumlah partikel silika yang banyak dapat menyebabkan pembentukan dari nuklei kristal
meningkat. Selanjutnya, kristal-kristal ini akan berdesakan dan bergerak ke luar selama reaksi
pengerasan. Semakin banyak nuklei kristal yang bergerak keluar, ekspansi yang dihasilkan
akan semakin besar pula. Pada variasi manipulasi adonan terkahir, adonan lebih encer dengan
w/p ratio 16 ml: 35 gram diperoleh nilai ekspansi akhir sebesar 0,23, lebih rendah dari pada
adonan variasi manipulasi awal dengan selisih 0,01. Adonan akhir ini mengalami puncak
ekspansi pada menit ke 30 dengan nilai 0,19. Air pada percobaan ini bertindak sebagai
retarder. Penambahan air menghasilkan konsistensi adonan yang lebih encer dibandingkan
konsistensi adonan pada percobaan pertama. Jumlah partikel silika yang bertumbukan pada
adonan bahan tanam tuang menjadi semakin sedikit sehingga nuklei kristal yang bergerak
keluar semakin sedikit pula, dan ekspansi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan
percobaan yang pertama. Hasil percobaan yang kita lakukan secara garis besar sudah sesuai
teori yang ada, namun terdapat beberapa hasil pengukuran yang kurang tepat seperti nilai
ekspansi yang seharusnya lebih kecil pada adonan dan waktu tertentu, pada kenyataannya
diperoleh nilai yang lebih besar. Hal ini terjadi karena kesalahan praktikan, seperti kurang
berhati-hati dalam memindahkan ekstensiometer sehingga berpotensi menggerakkan atau
menarik tuas dari esktensiometer dan mengakibatkan perubahan nilai ekspansi. Selain itu,
kurangnya ketelitian praktikan dalam melakukan pengadukan, seperti jumlah putarannya
lebih dari 120 atau bahkan kurang. Hal seperti ini juga berpengaruh pada nilai besaran
ekspansi. Begitu pengadukan dimulai, pembentukankristal ini meningkat. Pada saat
yang sama, Kristal-kristal tersebut diputuskan oleh spatula (pengaduk) dan didistribusikan
merata dalam adukan dengan hasil pembentukan lebih banyak nukleus kristalisasi. Dalam
jangka limitnya, semakin lama waktu pengadukan, maka akan meningkatkan jumlah nukleus
kristalisasi dari partikel dihidrat. Akibatnya, jalinan ikatan kristalin yang terbentuk akan
semakin banyak, pertumbuhan internal dan dorongan keluar dari kristal– Kristal dihidrat
meningkat. Hal inilah yang menyebabkan setting expansion gipsum meningkat sejalan
dengan semakinlamanya waktu pengadukan, untuk batasan waktu tertentu.