Nuklir berasal dari bahasa latin nucleus yang berarti kacang kecil (dalam bahasa inggris
berubah menjadi nuclear) dan merujuk kepada inti atom. Sehingga apa yang disebut nuklir
adalah energi yang terdapat di dalam inti atom, tepatnya gaya ikat inti atom terhadap partikel
fundamental atom
Kimia Nuklir atau Kimia Inti adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari radioaktifitas, proses
nuklir, dan sifat nuklir
Siklus bahan bakar nuklir,
disebut juga sebagai rantai
bahan bakar nuklir, adalah
serangkaian proses
perkembangan bahan bakar
nuklir yang melalui
serangkaian tahapan yang
berbeda.
Ada tiga bagian pada siklus
ini, yaitu bagian depan (front
end), bagian pembangkitan
daya, dan bagian belakang
(back end). Secara sederhana
siklus bahan bakar nuklir
dapat diilustrasikan seperti
pada Gambar berikut :
1.
Pada tahapan ini, bijih uranium ditambang pada tambang terbuka maupun pada tambang bawah
tanah. Contoh dari bijih uranium adalah uranitite dan autunite. Selanjutnya bijih uranium dibawa
ke pabrik pengolahan (milling plant) yang biasanya terletak dekat dengan lokasi tambang. Dari
pengolahan ini akan diperoleh produk akhir yaitu yellow cake (U3O8).
Teras reaktor
Reaktor akan dioperasikan sekitar 1 tahun, kemudian
dilakukan pengisian ulang perangkat bahan bakar. Pengisian perangkat bahan
Hanya 1/3 dari perangkat bahan bakar yang akan bakar ke dalam teras reaktor.
diganti dengan yang baru, dan perangkat bahan bakar
yang lama akan disusun ulang. Oleh karenanya satu
perangkat bahan bakar akan berada di teras sekitar 3
tahun. Hal ini dilakukan agar energi yang dihasilkan di
dalam reaktor dapat terdistribusi merata.
Perlu diingat pula bahwa tidak semua uranium yang
ada di perangkat bahan bakar akan habis dipakai
dalam waktu 3 tahun. Perangkat bahan bakar yang
sudah dipakai disebut dengan istilah bahan bakar
bekas atau spent fuel. Pada bahan bakar bekas masih
terdapat sekitar 1% U-235 yang tidak terkonsumsi,
94% U-238, sekitar 1% plutonium dan 4% produk fisi.
Pada reaksi fisi akan dihasilkan Kolam penyimpanan bahan
produk-produk fisi yang sifatnya bakar bekas
radioaktif, oleh karenanya setelah
keluar dari reaktor, perangkat
bahan bakar harus didinginkan
terlebih dahulu. Untuk itu perangkat
bahan bakar akan dimasukkan ke
dalam kolam bahan bakar bekas
(spent fuel pool) selama beberapa Ilustrasi tabung penyimpan
tahun. Selanjutnya bahan bakar kering untuk bahan bakar bekas
akan dipindahkan ke tempat
penyimpanan kering (dry cask
storage). Baik kolam bahan bakar
bekas maupun tempat
penyimpanan kering, keduanya Tabung penyimpan kering
bahan bakar bekas
masih berada di lokasi sekitar
reaktor.
Telah disebutkan di atas bahwa bahan bakar bekas akan mengandung 94% U-238, 1% U-235, 1% plutonium
dan 4% produk fisi. Untuk mengolah bahan bakar bekas, tabung penyimpan kering akan dibawa ke pabrik
pengolah ulang (reprocessing plant).
Di pabrik ini bahan bakar bekas akan dipisahkan menjadi tiga kategori, yaitu uranium, plutonium dan
limbah yang mengandung produk fisi. Uranium yang masih mengandung U-235 lebih tinggi daripada
uranium alami kemudian akan dilakukan konversi dan dikirim ke pabrik pengkayaan. Dengan kata lain
uranium akan didaur ulang kembali ke tahapan 2 dan 3. Plutonium dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bakar. Oleh karena itu plutonium dari pabrik pengolah ulang akan dikirim ke fasilitas fabrikasi agar dibuat
pelet plutonium dioksida (PuO2) dan bersama-sama dengan pelet UO2 yang akan dijadikan sebagai bahan
bakar MOX (Mixed OXide) untuk reaktor yang menggunakannya. Bagaimana dengan limbahnya?
Limbah yang telah dipisahkan di pabrik pengolahan ulang akan dioleh tersendiri. Agar bisa disimpan
untuk jangka panjang, limbah perlu distabilkan terlebih dahulu dalam bentuk atau struktur yang tidak
akan bereaksi maupun berkurang kekuatannya. Ada beberapa cara untuk melakukannya, antara lain
Limbah radioaktivitas tinggi dari proses olah ulang dapat dikalsinasi (dipanaskan pada suhu yang sangat
tinggi) sehingga menjadi serbuk kering yang kemudian di masukkan kedalam borosilikat (pyrex) untuk
immobilisasi limbah. Cara yang lain adalah dengan menggunakan metode Synroc atau Syntethic Rock.
Pada metode ini, limbah nuklir dicampur dengan tiga buah mineral yaitu hollandite (BaAl2Ti6O16),
zirconolite (CaZrTi2O7) dan perovskite (CaTiO3). Selanjutnya dengan memberikan tekanan pada suhu
yang tinggi, campuran tersebut akan membentuk struktur yang padat dan keras seperti batu cadas.
Wadah atau
kontainer limbah
yang sudah
divitrifikasi.
Sketsa penyimpanan
limbah lestari di
Söderviken, Swedia
Tenaga nuklir juga memiliki segudang manfaat untuk kehidupan manusia. Mengutip dari web World Nuclear
Association, nuklir adalah salah satu sumber energi kedua di dunia yang menghasilkan emisi karbon paling
sedikit daripada sumber energi lainnya, seperti batu bara, gas, solar dan lainnya sehingga penggunaan energi
nuklir lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan dalam skala yang besa
1.
Sinar gama sebagai hasil reaksi inti atom dapat berguna untuk menjaga kualitas pangan atau iradiasi
pangan. Iradiasi pangan adalah teknik dan proses pengolahan bahan makanan agar terbebas dari
mikroba-mikroba pembusuk. Sehingga kualitas makanan akan terjaga utuh dalam waktu yang lama.
Nuklir berperan dalam uji tak merusak atau Non Destructive Investigation (NDI). Pengujian ini
dilakukan terhadap peralatan, fasilitas, dan infrastruktur yang bertujuan untuk mengetahui atau
mendeteksi kerusakan, malfungsi, dan diagnostik tanpa harus menghentikan proses produksi yang
sedang berjalan. Misalnya, untuk mendeteksi kebocoran pipa tanpa harus membongkarnya.
Mengutip dari Klik Dokter, teknologi nuklir berguna untuk mendeteksi penyakit, seperti jantung
koroner, kelenjar gondok, tumor, gangguan fungsi ginjal, jenis kanker beserta penyebarannya dalam
tubuh, pendeteksi pendarahan dalam saluran cerna, terapi radiasi kelenjar gondok hingga terapi
radiasi kanker. Bukan hanya itu, teknologi dari inti atom ini juga berguna untuk mensterilkan
peralatan kesehatan.
Radiasi oleh zat radioaktif mampu membunuh mikroba pada benda-benda purbakala sehingga
peninggalan purbakala tersebut tetap terjaga kualitasnya dan gak mengalami pelapukan. Selain itu,
dengan teknik radiocarbon dating, peneliti bisa mengetahui kandungan karbon yang tersimpan dalam
makhluk hidup purba. Melalui teknik itu peneliti dapat mengetahui umur dari makhluk purba
tersebut