Anda di halaman 1dari 12

 

CARA MENYUSUN KONTRAK KONTRUKSI

I. PENDAHULUAN

Elemen yang paling penting dalam suatu proses kerjasama antara berbagai pihak untuk 
mewujudkan suatu tujuan tertentu yang telah disepakati bersama adalah kontrak. Dalam proyek 
konstruksi, kontrak merupakan dokumen yang harus dipatuhi dan dilaksanakan bersama antara
 pihak yang telah sepakat untuk saling terikat. Tahap awal yang harus dipahami lebih dahulu adalah
dasar-dasar pengertian kontrak serta konsep kontrak kostruksi.

Dengan adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan industri jasa konstruksi
( UU No. 18/1999, PP No. 28/2000, PP No. 29/2000, dan PP No. 30/2000 ) maka mulai saat
 berlakunya peraturan perundang-undangan tersebut, penyusunan kontrak konstruksi kita harus
menggunakannya sebagai acuan/rujukan yang baku.

II. PENGERTIAN/BATASAN

1. Kontra
Kontrak
k Konstruksi
Konstruksi ada
adalah
lah perjanjian
perjanjian ter
tertulis
tulis antara
antara pengg
pengguna
una jasa dan
dan penyedia
penyedia jasa
mengenai pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi.
2. Dokume
Dokumen n kontrak
kontrak adalah
adalah kumpulan
kumpulan dokumen
dokumen yang berkaitan
berkaitan dengn pelaksa
pelaksanaan
naan kontr
kontrak 
ak 
sekurang-kurangnya berisi ketentuan tercantum dalam PP No. 29/2000 Pasal 22, yaitu:
1. Surat P Perjanjia
erjanjian,
n, yang ditanda tangani oleh pe pengguna
ngguna jasa
jasa dan penyedia jasa.
2. Dokume
Dokumen n Lelang,
Lelang, yaitu dokumen yang disusun
disusun oleh
oleh pengguna
pengguna jasa pengguna jasa
yang merupakan dasar bagi penyedia jasa untuk menyusun usulan atau penawaran
untuk pelaksanaan tugas yang berisi lingkup tugas dan persyaratannya ( umum dan
khusus, teknis dan administratif, kondisi kontrak ).
3. Penawar
Penawaranan atau usulan, yaitu dokumen
dokumen yang disusun
disusun oleh penyedia jasa
 berdasarkan dokumen lelang yang berisi metode, harga penawaran, jadwal waktu,
dan sumber daya.
4. Berita aacara,
cara, berisi
berisi kesepakatan
kesepakatan yang terjadi antara pe pengguna
ngguna jasa
jasa dan penyedia
penyedia jasa
jasa
selama proses evaluasi usulan atau penawaran oleh pengguna jasa antara lain
klarifikasi atas hal-hal yang menimbulkan keagu-raguan.
5. Surat pe
pernyataa
rnyataan
n penggu
pengguna
na jasa, menyatakan
menyatakan mene
menerima
rima atau
atau menyetujui
menyetujui usulan
atau penawaran dari penyedia jasa.
6. Surat pernyataan
pernyataan penye
penyedia
dia ja
jasa,
sa, menyatakan
menyatakan kesangg
kesanggupan
upan untuk
untuk melaksanaka
melaksanakann
 pekerjaan.
7. Yang didimaksud
maksud dengan ccara
ara me
menyusun
nyusun k
kontrak
ontrak disini adalah cara menyusun
menyusun
Perjanjian/Kontrak yang dilengkapi dengan cara menyusun syarat-syarat kontrak.
Pola yang diambil dapat mengacu kepada FIDIC dengan tetap berpegang pada
ketentuan yang tercantum dalam UU No. 18/1999 dan PP No. 29/2000.
8. Yang didimaksud
maksud dengan iisi
si kontrak
kontrak ssebagaima
ebagaimana
na tercantum
tercantum dalam
dalam PP No. 29/20
29/2000
00
Pasal 23 adalah uraian-uraian yang sekurang-kurangnya harus termuat dalam suatu
kontrak konstruksi. Sedangkan kontrak konstruksi minimal meliputi hal-hal seperti
yang disebutkan dalam PP No. 29/2000 Pasal 22. Jadi yang dimaksud dengan isi
kontrak bukanlah uraian yang harus terdapat dalam perjanjian/kontrak tetapi yang
harus terdapat dalam dokumen kontrak.
 

9. Dengan demikia
demikian n akan tterdapat
erdapat bebera
beberapapa dokumen
dokumen yang akan disusun/di
disusun/disiapkan,
siapkan,
antara lain:
1. Perj
Perjan
anji
jian
an/K
/Konontrtrak 
ak 
2. Sy
Syar
arat
at-s
-syar
yaratat ( Umum
Umum )
3. Sy
Syar
arat
at-s
-syar
yaratat ( Khus
Khususus )
4. Spes
Spesififik
ikas
asii T
Tek
ekni
niss
5. La
Lamp
mpiriran
an-l
-lam
ampi pira
rann
6. Gamb
Gambar ar-g
-gamb
ambar ar ( Kontr
Kontrak
ak ))..

III. CARA MENYUSUN KONTRAK KONSTRUKSI

1. Ac
Acua
uan/
n/La
Land
ndas
asan
an Hu
Huku
kum
m
1. Sebagai aacuan
cuan baku
baku dalam menyusun
menyusun kontr
kontrak
ak adalah
adalah UU No. 18/1999
18/1999 tentang
tentang Jasa
Jasa
Konstruksi dan PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
2. Syarat-s
Syarat-syarat
yarat Umum
Umum dadan
n perat
peraturan
uran lain
lain sejauh
sejauh tidak bertentangan
bertentangan dengan
dengan UU No.
18/1999 dan atau PP No. 29/2000. Hal ini mengingat ketentuan sebagaimana
disebut dalam UU No. 18/1999 Pasal 44 ayat 1 dan Pasal 45 dan PP No. 29 Pasal
63 yang berbunyi sebagai berikut:

UU No. 18/1999 Pasal 44 ayat 1:

“Ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur kegiatan jasa konstruksi yang telah ada
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini, dinyatakan tetap berlaku sampai
diadakan peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan undang-undang”.

UU No. 18/1999 Pasal 45:

“Pada saat berlakunya undang-undang ini, maka ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur hal yang sama dan bertentangan dengan ketentuan undang-undang ini, dinyatakan tidak 
 berlaku”.

PP No. 29 Pasal 63:

“Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, peraturan perundang-undangan mengenai


 penyelenggaraan jasa konstruksi yang masih ada sepanjang tidak bertentangan ataupun belum
diganti dengan yang baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku”.

1. Ketent
Ketentuan
uan yang termua
termuatt dalam
dalam KU
KUHP
HP Per
Per Pas
Pasal
al 13
1320
20 yang berbunyi:
berbunyi:

Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 syarat:

1. Sepa
Sepakat
kat mereka
mereka yang meg
megikat
ikatkan
kan d
diri
irinya
nya
2. Kec
Kecakap
akapanan un
untuk
tuk mem
membuat
buat suatu
suatu perika
perikatan
tan
3. Su
Suat
atu
u hal
hal te
tert
rten
entu
tu
4. Su
Suat
atu
u seba
sebabb ya
yang
ng hal
halal
al..
 

Yang dimaksud dengan syarat 1: adalah para pihak yang mengikatkan diri dalam suatu perjanjian
( dalam hal ini kontrak konstruksi ) adalah kesepakatan mereka tanpa ada tekanan atau ancaman
dari pihak lain.

Yang dimaksud dengan syarat 2 : para pihak adalah orang-orang yang sudah dewasa ( bukan anak-
anak ) dan sehat akal pikirannya/waras ( bukan orang gila ).

Yang dimaksud dengan syarat 3 : tentang suatu hal tertentu, ada obyek tertentu yang akan
diperjanjikan. Dalam kontrak konstruksi yang dimaksudkan adalah lingkup pekerjaan.

Yang dimaksudkan dengan syarat 4 : suatu sebab yang halal adalah halal menurut hukum.
Misalnya, kontrak konstruksi untuk membangun pabrik narkoba adalah tidak halal.

Bagi kontrak konstruksi yang menyebutkan bahwa hukum yang berlaku dalam kontrak tersebut
adalah hukum Republik Indonesia, maka dalam salah satu pasal kontrak/syarat-syarat kontrak 
harus dinyatakan bahwa pasal 1266 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHP Per) tidak 
diberlakukan ( dikesampingkan ). Sebab apabila pasal ini tidak dikesampingkan, maka dalam hal
salah satu pihak ingin memutuskan/membatalkan perjanjian/kontrak maka hal tersebut harus
melalui suatu putusan pengadilan.

Isi Perjanjian/Kontrak 

Sesuai ketentuan tersebut dalam PP No. 29/2000 Pasal 22 ayat a maka perjanjian yang
ditandatangani Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa harus memuat antara lain:

Uraian Para Pihak 

Harus dijelaskan nama dan alamat perusahaan yang merupakan para pihak dalam perjanjian. Siapa
yang diberi kuasa untuk bertindak untuk dan atas nama perusahaan tersebut.

Sebutkan akta pendirian perusahaan dan tunjukkan orang yang bertindak untuk dan atas nama
 perusahaan tersebut memang berhak sesuai akta pendirian perusahaan.

Konsiderasi

Yang dimaksud disini adalah pertimbangan-pertimbangan yang mendasari pembuatan perjanjian


ini. Biasanya pertimbangan ini lebih dari satu dan semuanya harus ditulis.

Lingkup Pekerjaan

Yang dimaksud disini adalah lingkup pekerjaan secara garis besar ( global ). Misalnya,
membangun sebuah hotel mulai dari seluruh struktur fondasi sampai seluruh superstruktur disertai
 pekerjaan mekanikal, elektrikal, lingkungan serta pekerjaan penyelesaian hingga siap beroperasi.
Lingkup pekerjaan secara rinci akan dijelaskan dalam dokumen kontrak lain seperti spesifikasi
teknis dan gambar-gambar kontrak.
 

 Nilai Kontak 

Dicantumkan besarnya nilai kontrak dalam angka dan huruf dan dalam mata uang tertentu
( Rp/US$ ). Dapat saja nilai kontrak dalam 2 ( dua ) atau lebih mata uang. Jelaskan pula nilai
kontrak tersebut apa sudah termasuk Jasa Kontraktor dan atau pajak-pajak dan ditetapkan nilai
tukar mata uang asing terhadap rupiah.

Bentuk Kontrak yang Dipakai

Dijelaskan apakah Fixed Lump Sum atau Unit Price sekalian diberikan arti/batasannya untuk 
menghindarkan sengketa dikemudian hari.

Jangka Waktu Pelaksanaan

Sebutkan dalam angka dan huruf dan arti hari ( hari kerja atau hari kalender ) dan sebutkan waktu
tersebut sejak kejadian apa ( penerbitan Surat Perintah Kerja/penandatnganan Kontrak, penyerahan
lahan, penyampaian Jaminan Pelaksana, dan sebagainya ).

Prioritas Dokumen

Sebutkan dengan jelas urutan prioritas keberlakuan dokumen kontrak, misalnya: mulai dari yang
 paling tinggi prioritasnya Perjanjian/Kontrak, Syarat-syarat Khusus Kontrak, Syarat-syarat Umum
Kontrak, Spesifikasi Teknis, Gambar-gambar, Bill of Quantity, Surat Penawaran, dan seterusnya.

Isi Syarat-syarat Umum Kontrak 

Dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah ( PP ) No. 29/2000 Pasal 23 Syarat-syarat kontrak 
sekurang-kurangnya harus memuat uraian berikut karena merupakan salah satu dokumen kontrak 
yang terpenting.

Definisi dan Interpretasi

Pasal ini memuat defenisi/penafsiran dari kata-kata/istilah yang dipakai dalam Syarat-syarat
Kontrak khususnya dan Dokumen Kontrak umumnya. Misalnya siapa yang dimaksud dengan:
Pengguna Jasa atau Penyedia Jasa. Perkataan “hari” apa berarti hari kerja atau hari
takwim/kalender.

Pengertia-pengertian seperti Pekerjaan, Proyek, Lapangan, Syarat-syarat Kontrak, Pemasok,


Pengawas dan sebagainya yang akan disebut/dipakai selanjutnya dalam Syarat-syarat Kontrak atau
Dokumen Kontrak lainnya diberikan defenisinya secara jelas.

Untuk memudahkan pencarian, arti kata-kata/istilah tersebut dapat disusun menurut abjad, ditulis
tebal, dan diberi tanda kutip untuk membedakannya dengan arti yang dikenal sehari-hari.

Para Pihak 
 

Disini harus disebutkan akta pendirian badan usaha/uasaha perseorangan beserta tempat
kedudukannya.

 Nama Wakil/Kuasa badan usaha sesuai akta atau sertifikat keahlian kerja dan sertifikat
keterampilan kerja bagi usaha perseorangan harus dicantumkan. Masing-masing pihak dapat
disebut Pihak Kesatu dan Pihak Kedua atau Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa atau nama
 perusahaan masing-masing pihak.

Rumusan Pekerjaan

Yang dimaksud disini adalah lingkup pekerjaan pokok yang diperjanjikan. Volume atau besaran
 pekerjaan tercantum dalam Rencana Anggaran ( Bill
 Bill of Quantity) yang merupakan bagian
 penawaran.

 Nilai Pekerjaan/Harga Borongan

Ditulis dalam angka dan huruf dan sebaiknya ditebalkan. Dijelaskan pula apa saja yang sudah
termasuk dalam besaran tersebut ( keuntungan Pengguna Jasa, Pajak-pajak, dan sebagainya ).
Sebutkan pula sekiranya ada akibat fluktuasi harga ( akibat tindakan moneter Pemerintah ).
Kemungkinan nilai pekerjaan ditetapkan dalam lebih dari satu mata uang misalnya Rupiah dan US
Dollar/Japanese Yen.

Jangka Waktu Pelaksanaan dan Perpanjangannya

Disebut dalam “hari” ( angka dan huruf ). Yang penting disebut disini terhitung sejak kapan
( penandatanganan kontrak, tanggal Surat Perintah Kerja, tanggal penyerahan lahan, penyerahan
 jaminan, dan sebagainya ). Apabila ada perpanjangan waktu pelaksanaan, Syarat-syarat yang harus
dipenuhi harus jelas.

Pertanggungan ( Asuransi )

Yang dimaksud disini adalah jenis-jenis asuransi seperti Contractor’s All Risk ( CAR ). Third 
 Party Liability ( TPL ), ASKES , dan ASTEK Kegagalan Bangunan.
Harus dijelaskan siapa penerima manfaat ( Beneficiary ). Siapa yang membayar premi dan
ketentuan-ketentuan lain.

Jaminan

Yang dimaksud disini diantaranya adalah Jaminan Pelaksanaan, Jaminan Uang Muka, Jaminan
Pembayaran, Jaminan Masa Perawatan atau Cacat, dan sebagainya.

Tenaga Ahli

Disebutkan persyaratan kualifikasi, prosedur penerimaan/pemberhentian, dan jumlahnya.


 

Hak dan Kewajiban Para Pihak 

Disini diuraikan hak dan kewajiban Penyedia Jasa serta hak dan kewajiban Pengguna Jasa.
Usahakan agar terdapat keadilan dan kesetaraan sebagaimana diuraikan dalam UU No. 18/1999
Pasal 2 dan Pasal 3.

Cara Pembayaran

Dijelaskan prosedur permintaan pembayaran, evaluasi/pemeriksaan hasil pekerjaa, penerbitan


sertifikat pembayaran. Ditetapkan pula periode/masa untuk membayar ( period of bonouring the
 payment certificate ). Dijelaskan pula bila ada ganti rugi atas keterlambatan (  Liquidated Damages
).

Penyerahan Pekerjaan/Serah Terima Pekerjaan

Diatur tata cara/prosedur pengajuan permohonan penyerahan pekerjaan yang dilanjutkan dengan
 pemeriksaan hasil pekerjaan. Bila ternyata sudah mencapai tingkat “penyelesaian praktis” (
 practical completion ) maka Pengguna Jasa harus menerbitkan Berita Acara Serah Terima Pertama
Pekerjaan ( Certificate of Practical Completion ) disertai satu Daftar Pekerjaan Cacat (  Punch List 

) yang harus disempurnakan selama Masa Perawatan atas Cacat.


Masa Pertanggungan atas Cacar ( Defect Liability Period )

Istilah ini dipakai sebagai pengganti Masa Pemeliharaan ( Maintenance Period ) yang dinilai
kurang tepat karena proses pemeliharaan akan berjalan terus sepanjang fasilitas yang dibangun
masih ada, sedangkan yang sesungguhnya dimaksudkan disini adalah kewajiban Penyedia Jasa
untuk menjamin pekerjaan-pekerjaan yang cacat atau kurang sempurna dalam kurun waktu
tertentu. Oleh karena itu, dipakai istilah yang lebih tepat: Masa Jaminan/Tanggung Jawab atas
Cacat.

Dalam pasal ini diuraikan lamanya ( rentang waktu ) masa tersebut, pekerjaan yang harus
dilakukan selama masa tersebut beserta sanksi apabila pekerjaan tersebut lalai dilaksanakan
( Pekerjaan diserahkan ke pihak ketiga atas tanggungan Penyedia Jasa ).
Juga diuraikan langkah-langkah selanjutnya setelah masa ini berakhir, yaitu menerbitkan Berita
Acara Penyerahan Terakhir Pekerjaan. Juga dapat disebutkan seandainya Pengguna Jasa lalai
menerbitkan Berita Acara Serah terima Terakhir Pekerjaan, berakhirnya masa Jaminan atas Cacat
cukup manjadi bukti bahwa Penyedia Jasa telah melaksanakan seluruh kewajibannya sesuai
kontrak.

Ganti Rugi Keterlibatan ( Liqidated Damages )

Pasal ini menguraikan tentang kewajiban Penyedia Jasa membayar ganti rugi kepada Pengguna
Jasa akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang menyebabkan kerugian pada Pengguna
Jasa.
 

Kontrak-kontrak terdahulu menggunakan istilah denda. Perbedaannya adalah kalau denda, tidak 
 peduli apakah keterlambatan tersebut mengakibatkan kerugian atau tidak, tetap saja dikenakan.

Dalam pasal ini disebutkan besarnya ganti rugi per hari dalam persentase dan nilai maksimum.
Tentu saja pengenaan ganti rugi ini ada syarat-syaratnya termasuk tata cara pemotongan dari
 pembayaran.

Pekerjaan Tambah/Kurang ( Perubahan Pekerjaan )

Pertama-tama harus dijelaskan dulu apa arti Pekerjaan Tambah dan Pekerjaan Kurang. Setelah itu,
tetapkan tata cara pelaksanaannya, misalnya setelah ada perintah tertulis/pengesahan tertulis
setelah ada perintah bisa dalam waktu tertentu.

Disebutkan pula bahwa Pekerjaan Tambah memberi hak kepada Penyedia Jasa untuk mendapatkan
tambahan waktu pelaksanaan apabila memenuhi persyaratan. Diatur pula tata cara pembayaran
Pekerjaan Tambah atau pengurangan pembayaran atas Pekerjaan Kurang.

Selain itu diatur pula ketentuan mengenai suatu Pekerjaan Tambah yang jenisnya sama dengan
yang tercantum dalam kontrak namun tidak dapat dilaksanakan dengan cara dan kondisi yang

sama, misalnya
Crane pekerjaan
sudah dibongkar tambahharus
sehingga untukdilakukan
beton dimana Concretealat-alat
remobilisasi Batching Plant atau
tersebut beserta Tower 
menggunakan
metode lain ( Ready Mix concrete ) yang mungkin harganya tidak sesuai lagi dengan harga yang
terdapat dalam kontrak.

Menarik untuk diperhatikan bahwa peraturan perundang-undangan mengenai Industri Jasa


konstruksi baik UU No. 18/1999 maupun PP No. 29/2000 tidak mengatur secara rinci mengenai
Pekerjaan Tambah/Kurang ini, padahal sebagaimana diketahui di dalam suatu kegiatan usaha jasa
konstruksi kedua hal ini hampir selalu terjadi dan hampir tidak mungkin dihindari.

Ditetapkan hal-hal kondisi dimana Penyedia Jasa dapat dikategorikan telah melakukan tindakan
cedera janji seperti: tidak menyelesaikan tugas, tidak memenuhi mutu, kuantitas, tidak 
menyerahkan hasil pekerjaan, menunda pelaksanaan, tidak melaksanakan Industri Pemberi tugas.

Pengguna Jasa juga dapat dikategorikan telah melakukan tindakan cedera janji bila tidak 
membayar tepat waktu dan tepat jumlah sebagaimana diamanatkan PP No. 29/2000 Pasal 29 ayat
3, tidak membayar karena tidak ada dana ( UU No. 18 Pasal 15 ), tidak menyerahkan lahan sesuai
ketentuan kontrak.

Disebutkan pula kompensasi yang akan diperoleh pihak yang dirugikan akibat terjadi cedera janji.

Cedera Janji

Ditetapkan hal-hal kondisi dimana Penyedia Jasa dapat dikategorikan telah melakukan tindakan
cedera janji seperti: tidak menyelesaikan tugas, tidak memenuhi mutu, kuantitas, tidak 
menyerahkan hasil pekerjaan, menunda pelaksanaan, tidak melaksanakan instruksi Pemberi Tugas.
 

Pengguna Jasa juga dapat dikategorikan telah melakukan tindakan cedera janji bila tidak 
membayar tepat waktu dan tepat jumlah sebagaimana diamanatkan PP No. 29/2000 Pasal 29 ayat
3, tidak membayar karena tidak ada dana ( UU No. 18 Pasal 15 ), tidak menyerahkan lahan sesuai
ketentuan kontrak.

Disebutkan pula kompensasi yang akan diperoleh pihak yang dirugikan akibat terjadi cedera janji
ini.

Pelimpahan Pekerjaan

Yang dimaksudkan disini adalah pelimpahan pekerjaan dari Penyedia Jasa yang telah mendapatkan
 pekerjaan/memenangkan tender kepada Pihak Ketiga. Biasanya Pengguna Jasa berkeberatan
apabila keseluruhan pekerjaan diserahkan kepada pihak ketiga, kecuali hanya sebagian saja dan
tertulis. Jadi dalam pasal ini disebut bahwa pekerjaan tidak boleh diserahkan secara keseluruhan
kepada pihak ketiga. Penyerahan sebagian boleh dilakukan dengan izin tertulis dari Pengguna Jasa.

Hal yang perlu juga disebut disini adalah bahwa pelimpahan bagian pekerjaan yang diserahkan
kepada pihak ketiga tidak membebaskan Penyedia Jasa dari tanggung jawab terhadap pekerjaan
yang dilimpahkan tersebut.

Penyedia Jasa Lain

Yang dimaksudkn disini adalah Penyedia Jasa lain yang dipekerjakan Pengguna Jasa untuk suatu
 pekerjaan lain tetapi lokasinya sama atau berdekatan dengan lokasi pekerjaan yang kita bicarakan.

Disini yang perlu diatur adalah kesediaan Penyedia Jasa untuk bekerja sama. Bahkan biasanya
Penyedia Jasalah yang diminta Pengguna Jasa menjadi Koordinator. Disyaratkan pula bahwa
Penyedia Jasa lain tersebut tidak boleh sampai mengganggu kelancaran pekerjaan Penyedia Jasa.

Pengawas, Pelaksana Pekerjaan

Dalam pasal ini diatur pula penunjukan “pengawas” sebagai kuasa dari Pengguna Jasa. Arti
Pengawas sudah didefenisikan dan penunjukan itu diberitahukan tertulis kepada Penyedia Jasa
menempatkan seorang Pelaksana yang berkuasa penuh untuk menerima instruksi pengawas disertai
kualifikasi dan Hak Pengguna Jasa untuk mengganti Pelaksana bila terbukti tidak cakap.

Gambar Kerja

Dijelaskan bahwa Gambar-gambar kerja harus dibuat Penyedia Jasa berdasarkan gambar kontrak 
dan harus disetujui lebih dahulu oleh Pengguna Jasa sebelum dilaksanakan. Biaya gambar 
ditanggung Penyedia Jasa.

Kemudahan Memasuki Lapangan, Tempat Penyimpanan, Bengkel


 

Penyedia Jasa harus menjamin kemudahan Pengguna Jasa untuk setiap saat memasuki lapangan
 pekerjaan, bengkel ( workshop ), tempat penyimpanan bahan untuk Penyedia Jasa dan para Sub
Penyedia Jasa.

Laporan/Dokumentasi

Ditetapkan kewajiban kepada Penyedia Jasa untuk membuat laporan berkala mengenai kemajuan
 pekerjaan, bahan persediaan, peralatan, dan jumlah tenaga kerja. Kemajuan pekerjaan direkam
melalui foto dokumentasi.

Bahan, Peralatan dan Tenaga Kerja

Diuraikan kewajiban Penyedia Jasa untuk menyediakan bahan, peralatan alat bantu dan tenaga
kerja yang diperlukan untuk proyek ini.

Pemeriksaan dan Pengujian

Diatur tata cara pemeriksaan dan pengujian hasil pekerjaan beserta konsekuensi yang timbul serta
 penetapan biayanya.

Perlindungan Kerja

Ditetapkan persyaratan-persyaratan untuk melindungi pekerja beserta jaminan sosial dan


kesejahteraannya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Keadaan Memaksa ( Force Majeur )

Dalam pasal ini ditetapkan apa saja yang dapat disebut/digolongkan force majeur dan risiko lain
yang dapat disamakan dengan force majeur . Apa yang menjadi hak para pihak apabila hal ini
terjadi. Bagaimana tata cara pemberitahuan serta konsekuensi terhadap kelangsungan pekerjaan.

Kegagalan Bangunan

Ditetapkan jangka waktu tanggung jawab atas Kegagalan Bnagunan sesuai UU No. 18 Pasal 25
dan PP No. 29/2000 Pasal 34 s/d 39 termasuk bentuk tanggung jawab puhak yang menyebabkan
Kegagalan Bangunan tersebut.

Penghentian sementara Pekerjaan

Disini diatur ketentuan mengenai penundaan/penghentian sementara pekerjaan baik yang


dilakukan oleh Pengguna Jasa maupun Penyedia Jasa.

Harus diingat bahwa hal ini sama sekali bukan berarti pemutusan kontrak walaupun akibatnya
sama, yaitu kegiatan proyek terhenti.

Pemutusan perjanjian/Pembatalan Kontrak 


 

Pertama-tama harus dikemsampingkan dulu berlakunya Pasal 1266 KUHPPer. Jika tidak,
 pembatalan kontrak hanya dapat dilakukan melalui keputusan pengadilan. Hal ini sering dilupakan.

Kemudian diatur hak Pengguna Jasa atau Penyedia Jasa untuk memutuskan kontrak secara sepihak 
 berdasarkan hal-hal yang ditetapkan beserta akibat dari pemutusan kontrak ini.

Hak Atas Kekayaan Intelektual

Diatur mengenai kepemilikan hasil perencanaan berdasarkan kesepakatan dan pencantuman


kewajiban terhadap hak cipta yang telah memiliki hak paten sesuai undang-undang hak cipta dan
hak paten.

Insentif 

Diatur ketentuan dan persyaratan mengenai pemberian insentif dan benuk insentif 

Sub Penyedia Jasa/Pemasok 

Diatur tata cara pengajuan Sub Penyedia Jasa dan Pemasok beserta peranannya. Juga diatur 

tanggung
intervensijawab Penyedia
Pengguna Jasa sehubungan
Jasa dalam penggunaan
hal pembayaran Sub Penyedia
dan penampilan mutuJasa/Pemasok dan hak 
pekerjaan/bahan.

Bahasa Kontrak 

Ditetapkan hanya satu bahasa yang berlaku sesuai ketentuan tercantum dalam PP No. 29 ayat 5
walaupun kemungkinan kontrak menggunakan 2.

Hukum yang Berlaku

Hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum yang berlaku di wilayah RI sesuai ketentuan
tercantum dalam PP No. 29 ayat 6.

Syarat-syarat Khusus Kontrak 


Disini diatur Syarat-syarat yang khusus hanya berlaku untuk pekerjaan tertentu berdasarkan sifat,
 jenis, tingkat teknologi tertentu yang biasa disebut sebagai Spesial Conditions of Contract atau
Conditions of Contract ( Particulars ).

IV. BEBERAPA PETUNJUK MENYUSUN KONTRAK 

1. Secara u umum
mum kontrak
kontrak konstru
konstruksi
ksi har
harus
us me
mengacu
ngacu kekepada
pada peraturan
peraturan pe
perundang-u
rundang-undangan
ndangan
yang berlaku, antara lain:
2. Gunakan kalimat
kalimat-kalima
-kalimatt pendek yang pengertiannya
pengertiannya jelas dan tegas
tegas dan tidak
tidak dapat
dapat
diartikan lain.
3. istila
istilah-istil
h-istilah
ah yang dip
dipakai
akai dala
dalam
m kontra
kontrakk kecual
kecualii artinya memang sudah
sudah jelas,
jelas, harus diberi
defenisi agar artinya tidak rancu.
 

Kata-kata/ungkapan yang didefenisikan sebaiknya dicetak tebal dan diberi tanda kutip.

1. Penggunaa
Penggunaan n kata
kata-kata
-kata sseperti
eperti “dan lain-lain”,
lain-lain”, “dan sebagainya”,
sebagainya”, “beberapa”
“beberapa” harus
dihindari, karena tidak memberi arti yang pasti.
2. Bahasa k kontrak
ontrak da
dan
n hukum y yang
ang berl
berlaku
aku harus secara ttegas
egas disebut
disebut dalam
dalam kontrak,
kontrak, sesuai
sesuai
Peraturan Pemerintah No. 29 Pasal 23 ayat 5 dan ayat 6.
3. Pilihan mmengenai
engenai penyele
penyelesaian
saian seng
sengketa
keta haru
haruss tegas dicantu
dicantumkan
mkan dalam
dalam kontrak sesuai
ketentuan UU No. 18/1999 Pasal 36 dan 37 dan Peraturan Pemerintah No. 29/2000 Pasal
49, 50, 51.
4. – Menunj
Menunjukuk suatu PPasal
asal at
atau
au ayat lain
lain dalam kontrak
kontrak juga
juga harus tertib.
tertib. Dimulai
Dimulai dengan
 perjanjian, kemudian Pasalnya dan baru ayat dan sub ayat ( bila ada ).

- Apabila menyebut salah satu ayat dalam pasal yang sama sebaiknya disebut : Sesuai ketentuan
ayat … Pasal ini ( tidak perlu menyebut “Perjanjian” ).

1. Urut-ur
Urut-urutan
utan kedudukan
kedudukan dokumen
dokumen kontrak harus jelas aagar
gar tidak
tidak muncul
muncul kerancuan,
kerancuan,
ketidakjelasan atau pertentangan antara sesama dokumen kontrak.
2. Di samping hal-hal tersebut, berikut ini disampaikan beberapa petunjuk yang ditulis oleh
Robert D. Gilbreath dalam bukunya “Managing Construction Contracts” mengenai

“Language Consideration” pada halaman 80-82 yang telah diterjemahkan sebagai berikut :
V. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN BAHASA

Bahasa kontrak sangat membingungkan, membosankan, dan mengecewakan yang apabila


dianalogikan bagaikan menyeberangi rawa. Kontrak-kontrak konstruksi dan dokumen penawaran
dimaksudkan untuk meneruskan informasi yang tepat kepada orang yang harus bertindak dan
tindakan itu mengakibatkan hasil yang nyata yang sangat sukar untuk diubah. Bahasa kontrak dan
 bahasa spesifikasi harus jelas, ringkas/singkat, dan langsung.

Pedoman-pedoman berikut diberikan sebagai pengganti risalah rinci pada penulisan kontrak:

1. Hindari “keabsahan” kecuali bila mutlak diperlukan untuk kejernihan arti, buang huruf 
seperti selanjutnya, tersebut ( seperti dalam pihak tersebut harus … ), tersebut di muka dan
dengan ini. Hindari penyusunan kata-kata muluk seperti “pihak dari bagian pertama, pada
waktu mana dan atas pemberitahuan tersebut, mengenai hak-hak kewajiban dan tanggung
 jawab dari seseorang ditugaskan usaha tersebut”.
2. Pertukaran judul-judul atau istilah-istilah harus dihindari. Walaupun seseorang sering
memandang pemilik, perusahaan, pembenli, dan wakil perusahaan, atau kontraktor,
 pemasok, penjual dan leveransir untuk digunakan sebagai pengganti masing-masing wakil
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa, hal ini harus dihindari. Dalam seluruh dokumen, satu
dan hanya satu istilah yang harus dipakai. Sama halnya dengan istilah-istilah Gambar-
 gambar Rencana, Gambar-gambar kontraktor, Gambar-gambar kerja dan seterusnya,
tidak harus dipakai untuk maksud yang sama. Setiap istilah mempunyai defenisi, arti
kontraktual, dan harus digunakan sebagaimana mestinya.
3. Hindari keingina
keinginan
n untuk mengula
mengulangi
ngi permintaan.
permintaan. Sebut se
sekali,
kali, sebutkan
sebutkan hal
hal tersebut
tersebut
dimana harus disebut. Jika permintaan yang sama dinyatakan di beberapa tempat di antara
 

dokumen-dokumen, di samping mengganggu pembaca, mengganti permintaan tersebut,


memastikan anda menemukan rujukannya dan masing-masing mengundang resiko dan
usaha yang tidak perlu.
4. Gunakan setia
setiap
p dokumen
dokumen untuk tujuan yang
yang didimaksud.
maksud. Jangan menempat
menempatkankan ketentuan-
ketentuan-
ketentuan teknis dalam Syarat-syarat Umum atau istilah-istilah dagang dalam Spesifikasi
Teknis atau dalam Gambar-gambar.
5. Tinjau da
dan
n perbarui
perbarui standar
standar dan at
atau
au pasal-pasal
pasal-pasal rujukan
rujukan dan
dan dokumen-dokume
dokumen-dokumen n secara
 berkala untuk mencerminkan kebutuhan perubahan, penafsiran hukum, keperluan
 pemerintah, praktek industri dan pilihan organisasi. Jangan gunakan dokumen yang telah
 berumur 20 tahun walaupun “kelihatannya berjalan baik waktu yang lalu”.
6. Antisipasi
Antisipasi pe
permasal
rmasalahan-perm
ahan-permasalaha
asalahan,
n, sala
salah
h penger
pengertian-peng
tian-pengertian,
ertian, dan perubahan
perubahan
lingkup pekerjaan dan lengkapi hal-hal ini dalam dokumen kontrak.
7. Masukk
Masukkan an ke dala
dalam
m kontrak!
kontrak! Para PPenyedia
enyedia Jasa
Jasa tidak dapat diharapkan
diharapkan untuk
untuk membaca
membaca
 pikiran atau mengantisipasi dan menyediakan permintaan khusus Pengguna Jasa. Jika anda
ingin sesuatu nyatakanlah dalam Dokumen Penawaran dan dokumen kontrak.
8. Pertimbangkan penggunaan kata “shall” untuk menyatakan tindakan yang diminta atau
dihasilkan Penyedia Jasa. Gunakan kata “will” bila menerangkan kegiatan Pengguna Jasa
atau pihak lain. Hal ini membantu menjelaskan lingkup pekerjaan dan tanggung jawab
yang ditugaskan.

Anda mungkin juga menyukai