Dalam perkembangan peradaban dunia, sesuai dengan konteks sosial dan perkembangan pendidikan, literasi merupakan kebutuhan dasar yang harus dimiliki setiap orang. Literasi menjadi kebutuhan masyarakat maju karena literasi merupakan kemampuan hidup (life skill) sehingga rendahnya tingkat literasi suatu bangsa akan menghabat kemajuan sebuah bangsa. Kemajuan sebuah bangsa sangat tergantung kepada tingkat literasi pada masyarakatnya maka dari itu pendidikan dan literasi merupakan hal yang sangat penting dalam hidup. Oleh karena itu, berbagai bangsa di dunia berupaya mencoba meningkatkan peradapan masyarakatnya dengan pendidikan melalui literasi. Dalam buku (Buku-Prosiding) beberapa ahli mengemukan bahwa pengaruh dari tingkat literasi sebuah masyarakat yang rendah menyembabakan rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Maka dari itu, literasi sangat penting bagi kemajuan sebuah bangsa manapun, termasuk bangsa Indonesia dikarenakan literasi sebagai dasar bagi seseorang warga negara atau masyarakat berinteraksi dengan dunia, mendidik warga negara atau masyarakat dan mempengaruhi masyarakat di sekitarnya serta menjadi sarana pembangunan manusia. Sayangnya pentingnya literasi dalam sebuah bangsa tidak menjadikan masyarakat Indonesia mengangap penting adanya literiasi dibuktikan dengan hasil survey dari Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa literasi di Indonesia menempati urutan ke-73 dari 79 negara (Hidayati, 2020). Literasi di bangsa Indonesia dibandingkan dengan bangsa lain dalam penelitian (Fini,2021) dikatakan sangat rendah yaitu berada di peringkat ke-60 hanya satu tingkat diatas bangsa Botswana, salah satu negara di Afrika yang berada di peringkat 61. Ini berati bahwa Indonesia mendapati tingkat literasi terendah kedua dari bangsa-bangsa lainya. Sejalan dengan data United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang mendapati bahwa di Indonesia memiliki minat baca hanya 0,001% yaitu berati dari 1000 penduduk dalam masyarakat Indonesia, hanya 1 yang rajin membaca (Qulloh, 2021). Problem litrasi di Indonesia juga terkait dengan tingginya buta aksara, hal ini dikemukakan dalam penelitan dari yang mengemukakan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam data sebanyak 3,4 juta masyarakat atau sekitar 2,07% penduduk di indonesia masih mengalami buta huruf dari total seluruh penduduk Indonesia (Ningsih, 2019). Undang-undang Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan menyatakan bahwa budaya literasi masyarakat Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus guna mendorong masyarakat berperan dalam tingkat global. Segala problem terkait literasi di Indonesia seharusnya dapat dengan mudah diatasi, karena keberpihakan kebijakan pemerintah Indonesia terhadap regulasi kelembagaan dan penganggaran pembangunan perpustakaan, sehingga menghantarkan bangsa Indonesia dengan infrastruktur perpustakaan yaitu sebanyak 164.000 perpustakaan terbanyak kedua setelah bangsa india (Bondar, 2019). Hal tersebut seharusnya dapat membantu meningkatkan literasi pada masyarakat indonesia. Masyarakat dianggap melek huruf jika telah memperoleh keterampilan bahasa dasar yaitu membaca dan menulis, sejalan dengan makna dasar literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis yang merupakan pintu gerbang utama untuk lebih mengembangkan makna literasi secara lebih luas, cara ataupun metode yang digunakan untuk memperoleh literasi adalah melalui pendidikan. Literasi pada pendidikan menjadi faktor penting untuk mendukung dari suksesnya pendidikan atau kegiatan pembelajaran (Novitasari, 2022). Namun beberapa problematika ataupun kendala terkait literasi pada pendidikan sepeti yang dihadapi diantaranya antara lain menurut hasil penelitian dari (4.-Fatimah- Nu) yaitu kesulitan dalam literasi atau menerapkan keterampilan membaca siswa dalam belajar di rumah, rendahnya minat siswa dalam membaca, kurangnya sumber daya guru, kurangnya guru menggunakan teknologi, kurangnya sumber bacaan, bacaan yang kurang menarik, kesulitan mendapatkan bacaan yang sesuai, kehabisan bahan bacaan, kurangnya kuota atau sinyal internet, dan sebagian orang tua tidak memiliki waktu untuk mengajak anaknya membaca. Padahal pentingnya literasi dalam pendidikan Menurut (Pang, 2021) bahkan menyadarkan di berbagai bangsa di dunia sejak tahun 1990 melalui persatuan bangsa-bangsa (PBB) bersatu untuk mengabsahkan tiga puluh empat bidang literasi, supaya dapat mengembangkan pendidikan manusia yang menghargai dan menghormati bangsa lainya, termasuk adanya literasi geografi di dalamnya. Literasi geografi pada prinsipnya merupakan pembangunan keterampilan manusia untuk menemukan lokasi pada peta dunia secara spesifik, rendahnya literasi geografi seseorang disebabkan kekurangan pendidikan formal geografi di kebanyakan sekolah dan literasi geografi yang rendah dalam kalangan siswa. Menurut (Pang 2021). Padahal literasi geografi memiliki dimensi yang sangat penting yaitu dapat memberikan pemahaman mengenai bangsa luar secara luas dan meningkatkan karakter melalui sifat ingin tau, salah satunya yaitu melalui literasi peta dunia. Namun menurut (Agustin, 2022) terdapat kendala dalam literasi yaitu keterbatasan alat pada kegiatan literasi, kegiatan diskusi, kegiatan penilaian dan kesempatan belajar yang dimiliki perserta didik atau siswa siswa. Menyebabkan mereka tidak mempunyai pengalaman dan pengetahuan untuk mempelajari ilmu yang berkaitan dengan geografi. Menurut (Suhendra et al., 2020) begitupula untuk mempelajari peta dunia sehingga tidak memiliki keterampilan literasi peta dunia (World Map Literacy). Segara et al. (2018) menyatakan bahwa sistem pendidikan yang di implementasikan di sekolah memiliki tanggung jawab dalam hal memberi pengetahuan dan keterampilan tentang cara menggunakan peta dunia atau literasi peta dunia (World Map Literacy). yang merupakan media informasi penting pada saat ini. Literasi peta dunia World Map Literacy) merupakan hal yang sangat dibutuhkan, khusunya di dunia pendidikan geografi yang berkembang era dimana informasi spasial sangat diperlukan (Pala, 2020). Informasi spasial yang dimaksud dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan ruang atau tempat, Ini berati bahwa manusia dihadapkan setiap hari dengan sejumlah besar informasi tentang objek, fenomena, proses, dan perspektif ruang atau tempat Ni'mah (2021). Oleh karena itu diperlukan cepat tanggap untuk menghadapi permasalahan spasial yang mencangkup kosep fundamental seperti lokasi, tempat, hubungan dan gerakan wilayah dalam kesadaran pada setiap manusia khususnya perserta didik bahwa segala fenomena di permukaan bumi saling terkait dalam prespektif ruang dan waktu (Ikhsan, 2018). Literasi peta dunia (World Map Literacy) yang terdapat pada pendidikan pada kalangan siswa khususnya kelas ilmu sosial di jenjang pendidikan sekolah menengah atas dianggap relevan karena dalam kelas ilmu sosial diajarkan terkait dengan peta dari materi geografi yang diajarkan dalam kelas ilmu sosial. Materi terkait dengan peta wajib dikuasai oleh siswa pada mata pelajaran geografi. Diperkuat dengan pendapat (Pala, 2020) bahwa keterampilan terkait pemetaan dapat direplikasi dalam kursus ilmu sosial dan pembelajaran awal dapat dilakukan disediakan untuk keterampilan peta lainnya yang diberikan dalam kursus geografi di pendidikan. Sehingga seharusnya literasi peta khususnya literasi peta dunia (World Map Literacy) pada siswa sekolah menengah atas dalam kelas sosial diharapkan memiliki tingkat yang tinggi mengingat seberapa pentingnya literasi peta dunia (World Map Literacy) pada siswa sekolah sebagai generasi penerus bangsa. Salah satu sekolah menengah atas yang memiliki sistem pembagian kelas sarana dan prasarana yang cukup memadai dalam pendidikan yaitu pada SMAN 1 Bangorejo. Dari observasi awal siswa di SMAN 1 Bangorejo memiliki pembagian kelas khusus ilmu pengetahuan sosial dengan pembelajaran geografi didalamya seperti sekolah pada umumnya, sekolah yang terletak di kabupaten banyuwangi menjadi obyek penelitian dikarenakan pemerintah kabupaten Banyuwangi melalui dinas pendidikan pada bulan oktober 2022 mendapatkan prestasi dan tiga penghargaan sekaligus terkait kegiatan bertema transformasi literasi pada peringatan hari aksara internasional 2022 tingkat provinsi jawa timur. Provinsi jawa timur sendiri menurut data dari kementerian komunikasi dan informatika republic Indonesia memiliki indeks literasi jawa timur melebihi nasional sebesar 3,49 dimana terjadi peningkatan dari tahun 2021 sebesar 3,55 sehingga peneliti mengangap literasi pada siswa SMAN 1 Bangorejo yang terletak di banyuwangi jawa timur layak untuk diteliti. Hasil literatur dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini. Riset yang dilakukan oleh (Pang, 2020) yang menunjukan bahwa dapatan faktor paling signifikan dalam literasi peta dunia (World Map Literacy) secara berututan yaitu minat terhadap peta geografi, kekerapan mengunakan peta dunia, pengalaman berpergian serta keterlibatan ibu bapak dengan keseluruhan dari tingkat literasi peta dunia (World Map Literacy). Hasil temuan dari (Hanus (2019) memperlihatkan bahwa sebagian besar faktor yang diidentifikasi berhubungan dengan pengguna peta terbukti menjadi faktor paling signifikan yaitu jenis kelamin, usia dan kelas pendikan. Hasil riset yang pernah dilakukan oleh (Aksoy 2019) menyatakan menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan peta dan tingkat minat geografi adalah prediktor yang signifikan pada literasi peta geografi, adanya hubungan positif terhadap tingginya tingkat literasi peta dunia (World Map Literacy) dengan minat terhadap geografi yang selanjutnya akan dijadikan acuan dalam penelitan penulis. Hasil riset dari (Pala, 2020) keterampilan terkait pemetaan ataupun literasi peta dapat direplikasi dalam kursus ilmu sosial ataupun ilmu yang terkait dengan pelajaran geografi. Hasil penelitian (Muniandy, 2019) menunjukan bahwa keterlibatan ibu bapak dapat menunjukan skor yang lebih besar pada orang tua yang memiliki pendidikan lebih tinggi ketimbang ibu bapak atau orang tua yang memiliki pendidikan lebih rendah terkait dengan ilmu geografi mempengaruhi hasil literasi anaknya dibidang geografi, yang juga akan mempengaruhi literasi peta dunia (World Map Literacy). Ditegaskan dalam penelitian yang telah dilakukan Erol (2020) dan dalam kajianya yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara literasi peta dunia dengan tingkat pendapatan dan Pendidikan orang tua atau ibu bapak. Bahasan lainya oleh (Suhendra et al., 2020) menyatakan seseorang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mempelajari geografi termasuk peta dunia mengemukakan tambahan faktor lainya yang membahas mengenai literasi geografi, oleh karenanya menuntun pada literasi peta ataupun literasi peta dunia (World Map Literacy). Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang adalah terletak kepada objek penelitian dan subyek penelitian yang akan digunakan. Objek penelitian yang membedakan dari penelitian sebelumnya adalah terkait banyaknya penelitian sebelumnya yang membahas literasi geografi maupun literasi peta namun masih sangat sedikit penelitian yang membahas terkait literasi peta dunia (World Map Literacy) secara spesifik kususnya pada subyek penelitian yang akan dibahas. Subyek penelitian yang akan membedakan dari penelitian sebelumnya yaitu penelitia sebelumnya mengunakan subyek penelitian dari tingkat sarjana pendidikan geografi maupun mahasiswa geografi belum ada yang meneliti pada siswa dikalangan sekolah. Didalam penelitian ini subyek penelitianya adalah khusus siswa menegah atas yang pernah, sedang atau telah mempelajari terkait ilmu geografi ini dikarenakan siswa dari sekolah menegah atas dianggap lebih mampu dan lebih mumpuni dalam kedewasaan terkait pengetahuanya mengenai literasi peta dunia (World Map Literacy) ketimbang siswa pada sekolah dasar maupun siswa pada sekolah menengah pertama yang memiliki akumulasi didapatnya ilmu geografi ataupun peta lebih sedikit. Subyek penelitian sekarang mengunakan siswa yang berada dalam kelas ilmu sosial dikarenakan siswa yang berada di dalam kelas ilmu sosial mendapatkan materi terkait ilmu geografi dan peta lebih banyak ketimbang kelas lainya, subyek penelitian juga akan hanya mengambil kelas sepuluh sekolah menegah atas dikarenakan materi terkait dengan peta didapati siswa ketika berada dikelas sepuluh. Tujuan penelitian yang akan dilakasanakan yaitu untuk yaitu untuk menganalisis dan mendeskripsikan secara literasi peta dunia (world map literacy) pada Siswa IPS Kelas X SMAN 1 Bangorejo. Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, Penulis ter dorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Literasi Peta Dunia (World Map Literacy) Pada Siswa IPS Kelas X SMAN 1 Bangorejo”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, Adapun rumusan masalah yang diajukan yaitu: Bagaimana literasi peta dunia (world map literacy) dalam peta digital pada siswa IPS Kelas X SMAN 1 Bangorejo?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari adanya penelitian ini yaitu untuk menganalisis dan mendeskripsikan secara literasi peta dunia (world map literacy) pada Siswa IPS Kelas X SMAN 1 Bangorejo.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari adanya penelitian ini yaitu bagi peneliti atau penulis, bagi peneliti lain atau pembaca dan bagi intansi atau sekolah yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, Memberikan tambahan wawasan pengetahuan tentang literasi peta dunia (world map literacy) dalam peta digital dan pengalaman dalam menjalankan ilmu di jenjang perkuliahan serta mengembangkan kemampuan dalam membuat karya ilmiah. 2. Bagi peneliti lain dan pembaca, Memberikan bahan acuan bagi penelitian lain yang berkaitan dengan peta dunia (world map literacy) dan peta digital serta sebagai sumbangan pengetahuan pada kalangan akademisi. 3. Bagi sekolah, Memberikan acuan untuk bahan pertimbangan sekolah khususnya guru geografi dalam pembuatan model, pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang berkaitan dengan peta dunia (world map literacy) untuk peserta didik atau siswa. BAB 2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Literasi Peta Dunia (World Map Literacy)
Literasi peta dunia (World Map Literacy) mengacu pada upaya manusia untuk mengidentifikasi lokasi suatu tempat termasuk lokasi bandara, lokasi negara, lokasi wilayah, dan lokasi bentang alam pada peta dunia serta pemahaman manusia tentang dunia dalam konteks spasial yang mencakup pemahaman tentang orang, budaya, tempat, dan lingkungan (Zhu et al., 2016). Lokasi bandara yang dimaksud disini adalah daerah lingkungan kerja bandara udara sesuai dengan (Kepmenhub No.KM 48 tahun 2002) yaitu wilayah daratan ataupun perairan yang dipergunakan secara langsung untuk kegiatan bandar udara, lokasi negara dalam (Dasar – Dasar Ilmu Negara.pdf) dijelaskan sebagai wilayah yang diatur oleh organisasi atau kelompok sosial tertentu dengan kedaulatan atau kekuasaan politik tertentu yang dipatuhi oleh orang-orang di wilayah itu. Lokasi wilayah menurut (Konsep Wlayah dan Pewilayahan) merupakan sebagai sekumpulan fenomena geografis dari semua kegiatan yang ada dipermukaan bumi, sementara lokasi bentang alam merupakan sebuah area dengan fitur geologi yang berbeda seperti pegunungan, sawah, lembah, sungai dan lain sebagainya yang membentuk sebuah entitas atau lanskap (02-hal-293-303 (Suyatman).cdr). Lokasi tersebut dipahami dengan konteks spasial, Adapun konteks spasial erat kaitanya dengan aspek geografis (MURSALIN, Mochamad, Ir. Sudaryono, M.Eng., Ph.D) melingkupi pembacaan seseorang akan budaya, letak dan area sebuah tempat di permukaan bumi. Literasi peta dunia (World Map Literacy) menurut (Hennerdal, 2016) mengacu kepada segala informasi tentang lokasi, fenomena fiskal dan budaya di permukaan bumi. Lokasi yang dimaksud merupakan gambaran suatu posisi wilayah tertentu di permukaan bumi (bukunya pak fahrudi) dibedakan menjadi dua yaitu letak fisiografis yang merupakan aspek fisik geografi pada wilayah dan ruang tertentu dan letak sosiologis yang berkaitan dengan aktifitas atau kegiatan manusia pada ruang dan wilayah tertentu juga, sedangkan fenomena fiskal yang dijelaskan oleh (9539-30524-1-SM.pdf) yaitu sebuah data atau fakta yang dapat diamati berkaitan dengan urusan pajak atau pendapatan sebuah negara. Lalu budaya yang dimaksud merupakan suatu kebiasaan, cara, atau pola perilaku dalam kehidupan setiap orang yang dipengaruhi oleh lingkungannya (2186-Article Text- 4324-1-10-20211104). Dengan begitu, penjelasan mengenai literasi peta dunia (World Map Literacy) terkait dengan pemahaman manusia mengenai aspek lokasi secara fisiografis dengan data atau fakta dari fenomena fiskal dan budaya manusia di bumi. Sementara (Turner dan Leydon (2012) menggambarkan bahwa literasi peta dunia (World Map Literacy) digambarkan sebagai kesangupan bagi individu supaya mengingat semua nama dan menentukan suatu lokasi dalam peta dunia. Berdasarkan beberapa persepsi ataupun gagasan yang telah dipaparkan diatas, Literasi peta dunia (World Map Literacy) adalah kemampuan individu dalam mengidentifikasi dan memahami secara pasti suatu lokasi di permukaan bumi. Lokasi tersebut dalam penjelasan diatas berupa data atau fakta sebuah wilayah yang mencangkup budaya manusia dalam sebuah negara di permukaan bumi pada peta. Pengetahuan atau materi tentang peta diajarkan pada perserta didik atau siswa kelas sepuluh di sekolah menengah atas khususnya pada jurusan ips yang mempelajari geografi (2381-File Utama Naskah-4910-1-10-20210131).
2.2 Faktor-Faktor Mempengaruhi Literasi Peta Dunia (World Map Literacy)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi literasi peta dunia (World Map Literacy) yang di rumuskan oleh (Amina Pang), faktor-faktor tersebut didasarkan pada penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yaitu faktor jantina atau jenis kelamin, kekerapan menggunakan peta dunia atau frekuensi penggunaan peta dunia, minat terhadap geografi, pengalaman belajar geografi, pengalaman bepergian, penggunaan media dan keterlibatan ibu bapak yang akan dijelaskan sebagai berikut: 2.2.1 Jantina atau Jenis Kelamin Jantina merupakan faktor penting dalam mempengaruhi literasi peta dunia (World Map Literacy) dalam kalangan kanak-kanak mahupun orang dewasa (Winship et al., 2004). Jantina yang dimaksud merupakan nama lain dari jenis kelamin (sex). Dalam penelitian (15-Article Text-29-1-10-20170302.pdf) dijelaskan bahwa jantina atau jenis kelamin (sex) merupakan perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki sejak seseorang dilahirkan, perbedaan biologis ini terdapat pada perbedaan alat kelamin secara genetik. Dijabarkan pula bahwa jantina atau jenis kelamin (sex) mengacu pada tubuh laki-laki dan perempuan, seperti laki-laki yang menghasilkan sperma dan perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu menstruasi, hamil, dan menyusui yang membedakan adalah jenis kelamin (sex) secara biologi tidak dapat dipertukarkan antara pria dan wanita secara fungsi sehingga menjadi fungsi tetap pada pria maupun wanita dari semua ras manusia yang di bumi. Jantina atau jenis kelamin (sex) dijelaskan juga dalam penelitian (15-Article Text-29-1-10-20170302.pdf) yang menyimpulkan bahwa perbedaan laki-laki dan perempuan merupakan anugrah dari Tuhan yang maha esa baik umat manusia yang mempengaruhi banyak aspek dari segi hidup manusia, perbedaan tersebut misalnya dari segi psikologis laki-laki lebih aktif, agresif dan rasional wanita lebih perhatian, penyayang dan memiliki perasaan yang dalam. Sejalan dengan hal tersebut penelitian lain dari Hemmer et al. (2013) mengungkap adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal literasi geografi yaitu alasan perbedaan literasi peta dalam mempelajari geografi antara kedua jenis kelamin tersebut adalah perempuan menerima informasi yang berfokus pada berita geografi yang berbeda dari pada informasi geografis pada laki-laki. Selain itu, perbedaan ini juga disebabkan oleh perbedaan proses sosial, budaya, dan tingkat fisiologi manusia. Ditambahkan juga bahwa terdapat perbedaan literasi geografi antara laki-laki dan perempuan karena perbedaan cara laki-laki dan perempuan mempelajari geografi yang berkaitan dengan literasi peta dunia (World Map Literacy). Sependapat dengan itu dalam penelitian ditunjukan (Sari) menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin dapat menyebabkan adanya perbedaan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam menyelesaikan masalah terkait dengan literasi. 2.2.2 Kekerapan Menggunakan Peta Dunia Kekerapan menggunakan peta dunia atau frekwensi pengunaan peta dunia merupakan seberapa sering individu atau seseorang dalam menggunakan peta dunia. Penelitian dari Havelková dan Hanus (2019) menyatakan bahwa seorang yang kerap menggunakan peta dunia mampu meningkatkan pengetahuan dan menafsirkan sebuah lokasi dan tempat pada peta dunia serta memahami perkembangan dunia dengan lebih mudah. Sependapat dengan itu berdasarkan hasil yang telah dilakukan Aksoy (2019) ditemukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat pengetahuan peta dan frekuensi penggunaan peta dengan seringnya seseorang dalam mengunakan peta dunia, seseorang yang sering mengunakan peta dunia mendapat yang mendapatkan skor lebih tinggi daripada mereka yang jarang menggunakan peta dunia. Oleh karena itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seringnya seseorang menggunakan peta dunia dapat memudahkan seseorang untuk mengetahui letak suatu negara pada peta dunia. Dijelaskan oleh (pang) pengetahuan tentang letak suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam literasi peta dunia (World Map Literacy), kekerapan menggunakan peta dunia atau frekwensi pengunaan peta mempengaruhi seseorang dalam literasi peta dunia (World Map Literacy) dikarenakan sebagian besar seseorang yang kurang menggunakan peta dunia telah menyebabkan kebanyakan dari mereka tidak cakap dalam hal pengetahuan terhadap lokasi dan tempat pada peta dunia, pengalaman menggunakan peta dunia berperan penting dalam membantu individu untuk bertindak lebih mahir dan mampu mengidentifikasi secara pasti nama-nama lokasi atau tempat dengan lebih efektif. Menurut (garuda1624829) pengunaan peta dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran untuk persera didik atau siswa serta memberikan informasi kepada perserta didik atau siswa sekolah menegah atas yang mempelajari geografi sebagai sarana mengamati, mengukur dan mengoptimalkan sebaran analisa data lapangan atau wilayah. 2.2.3 Minat Terhadap Geografi Minat terhadap geografi merupakan kondisi ketika seseorang berhasrat dalam pengetahuan mengenai geografi, kemudian sebagian orang akan menampilkan perilaku seperti semangat ketika mempelajarinya, merasa senang dan nyaman serta lebih memperhatikan pengetahuan yang berkaitan dengan geografi yang diminatinya (3006-7488-1-PB.pdf). Diperjelas dengan adanya pejelasan dari penelitian (185-Article Text-677-4-10-20200725) minat mempelajari geografi dipengaruhi oleh rasa suka dari perserta didik atau siswa selama pembelajaran berlangsung yang juga menjelaskan bahwa rasa suka akan timbul dalam diri perserta didik atau siswa, apabila perserta didik atau siswa tersebut dapat berpikir positif terhadap pelajaran geografi. Menurut (3428-17098-1-PB (1).pdf) minat sangat mempengaruhi proses belajar perserta didik atau siswa dalam mempelajari geografi karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat perserta didik atau siswa yang mempelajari geografi, maka perserta didik atau siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, segan-segan untuk belajar, dan tidak memperoleh kepuasan dari mempelajari geografi. Dipertegas dengan adanya penelitian dari (3006-7488-1- PB) yang menyimpulkan bahwa peningkatan minat perserta didik atau siswa dalam mempelajari geografi dipengaruhi oleh minat siswa itu sendiri serta adanya dorongan dari guru serta motivasi yang diberikan kepada siswa dalam mempelajari geografi. Penelitian dari (3109) menujukan bahwa minat terhadap pelajaran geografi di sekolah menegah atas yang mepengaruhi hasil belajar perserta didik atau siswa, perserta didik atau siswa yang memiliki minat terhadap pelajaran geografi mendapatkan hasil belajar lebih tinggi ketimbang perserta didik atau siswa yang memiliki minat belajar yang rendah (17943-40739-1-PB.pdf). Rendahnya minat belajar perserta didik atau siswa dapat dilihat dari rendahnya minat belajar siswa terlihat pada rendahnya tanggapan siswa dalam aktifitas tanya jawab dan diskusi saat mempelajari geografi (159-Article Text-378-1-10- 20200604). Faktor minat terhadap geografi mempunyai hubungan yang signifikan dengaan literasi peta dunia (World Map Literacy), pernyataan tersebut dikuatkan oleh kajian yang dilakukan oleh Aksoy (2019) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang proporsional antara tingkat penguasaan peta dunia dengan tingkat minat geografi. Dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa seseorang yang memiliki minat tinggi terhadap geografi memperoleh prestasi yang lebih tinggi dalam bidang geografi berbanding dengan seseorang yang kurang memilki minat geografi. Oleh karena itu, Minat dalam geografi juga mempunyai hubungan terhadap faktor literasi peta dunia (World Map Literacy). 2.2.4 Pengalaman Mempelajari Geografi Pengalaman mempelajari geografi merupakan bagian penting dari proses mendapatkan pengetahuan dari ilmu geografi, hal ini dijelaskan pada asosiasi pendidikan geografi Amerika yang juga merumuskan bahwa mempeajari geografi mencangkup kemampuan imajinasi geografi, menumbuhkan sikap etis, berfikir integratif dengan lingkungan, berfikir spasial, dan mengeksplorasi tempat dijelaskan dalam penelitian (295187059.pdf) serta pada hakikatnya belajar ilmu geografi lebih menekankan pada cara unik untuk mempelajari bumi dengan berbagai ilmu bantu dalam persepktif geography eye (sudut pandang geografi meliputi: keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah) hal inilah yang menjadi kekuatan ilmu geografi yang tidak dimiliki oleh ilmu lainya dan bahwa menurut pendapat dari penelitian (295187059.pdf) pengalaman mempelajari ilmu geografi sangat menarik. Dalam mempelajari geografi terdapat bidang ilmu geografi yang dijelaskan (Geografi dan Ilmu Sejarah) bidang tersebut meliputi secara keseluruhan mencakup semua fenomena geosfer, baik alam maupun sosial, serta interaksi antara manusia dan lingkungannya. Berdasarkan bidang ilmu geografi tersebut terdapat hubungan pengalaman mempelajari geografi dengan peta untuk lebih memahami struktur permukaan bumi sesuai dengan kajian ilmu geografi, maka dari itu pengalaman mempelajari geografi merupakan faktor penting dalam kemampuan seseorang dalam literasi peta dunia (World Map Literacy). Pengalaman mempelajari geografi seseorang dipengaruhi oleh ilmu geografi yang diajarkan dalam pendidikan geografi sebagai pembantu dalam mendapatkan atau memperoleh ilmu yang berkaitan dengan peta, hal ini dijelaskan dalam pengalaman mempelajari geografi pada kajian dari (Suhendra et al., 2020) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman perserta didik atau siswa dalam mengambil geografi semasa sekolah dengan persoalan prestasi yang berkaitan dengan peta, seseorang yang memiliki pengalaman mengambil geografi cenderung mempunyai pengetahuan tentang lokasi dan tempat dalam peta lebih tinggi berbanding mereka yang tidak mengambil geografi di sekolah. Dijelaskan juga bahwa hal ini disebabkan seseorang yang mempunyai pengalaman mengambil geografi lebih banyak menerima pembelajaran dalam penggunaan peta lebih banyak pula sehingga dapat melatih dan menambah kemampuan literasi peta dunia (World Map Literacy). Dari hal itu dapat menunjukan bahwa sedikitnya pengalaman mempelajari ilmu geografi seseorang menjadikan pula sedikitnya pengalaman mempelajari peta dunia. 2.2.5 Pengalaman berpergian Pengalaman berpergian yang dimaksud disini merupakan perjalanan dari tempat tinggal yang dilakukan secara sukarela oleh penduduk dari wilayah negara asal baik yang dilakukan secara perorangan atau sendiri maupun secara berkelompok atau rombongan (Buku Konsep Definisi.pdf). Diperkuat dengan hasil penelitian dari (11139-Full_Text) bahwa sebuah pengalaman dapat membangun pengetahuan dan keterampilan secara langsung. Secara tidak langsung seseorang yang berpergian akan belajar dari pengalaman, pembelajaran berbasis pengalaman atau belajar dari pengalaman menurut (Microsoft Word - db_27_a,b&c_00) menempati tempat sentral dalam semua pertimbangan pengajaran dan pembelajaran yang efektif untuk perserta didik atau siswa. Pengalaman berpergian juga disebut dengan pengalaman perjalanan. Pengalaman perjalanan dijelaskan dalam penelitian (pang amina) yang menunjukkan hubungan relevan antara kemampuan peta seseorang dengan frekuensi pengalaman perjalananya, seseorang yang memiliki frekuensi pengalaman berpergian lebih tinggi dapat menunjukkan prestasi yang lebih baik mengenai peta, berbanding dengan mereka yang memiliki frekuensi pengalaman berpergian lebih rendah. Ini berati bahwa pengetahuan lokasi dan tempat dalam peta semakin meningkat seiring dengan peningkatan berpergian atau frekuensi pengalaman berpergian seseorang. Jadi, seseorang yang mengagendakan seringnya berpergian atau memiliki frekuensi pengalaman berpergian yang lebih tinggi berpotensi dalam mengenal pasti lokasi dan tempat lebih tinggi, aktivitas atau kegiatan seseorang yang membuatnya memiliki pengalaman berpergian atau berpergian menjadikan seseorang mendapatkan pengalaman untuk berada di sebuah tempat atau lokasi serta menambah kemampuan seseorang dalam memahami wilayah pada peta dunia yang berkaitan dengan literasi peta dunia (World Map Literacy). 2.2.6 Penggunaan Media Penggunaan media yang dimaksud disini adalah penggunaan media peta, pengunaan media peta akan memberikan gambaran yang lebih jelas serta memberikan pengertian dan pemahaman yang membantu seseorang dalam kelancaran belajar peta (12421-18790-1-SM). Pengunaan media peta dapat memaksimalkan pembelajaran dan mempermudah pemahaman siswa dalam menyampaikan dan memahami materi berkaitan dengan peta serta mempermudah dalam menginterpretasikan lokasi, tempat atau kewilayahan tertentu yang dijelaskan dalam penelitian (2-Article Text-41-2-10-20200809). Kelancaran belajar peta memberi pengaruh seseorang untuk memiliki kemampuan literasi peta dunia (World Map Literacy), diperkuat dalam penelitian (pang amina) yang menunjukkan bahwa faktor penggunaan media mempunyai hubungan yang kuat dalam meningkatkan pengetahuan tentang benua dan lautan serta dapat peningkatan literasi peta dunia (World Map Literacy). Hal tersebut membuktikan adanya hubungan yang relevan antara penggunaan media dan literasi peta dunia (World Map Literacy). Dapatan penelitian tersebut turut mencatatkan seringnya penggunaan media dan internet sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang untuk memiliki pemahaman tentang lokasi dan tempat serta menambah kemampuan literasi peta dunia (World Map Literacy). 2.2.7 Keterlibatan Ibu Bapak Keterlibatan ibu bapak atau orang tua. Keterlibatan ibu bapak dan hubungannya dengan literasi peta dunia (World Map Literacy) dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Erol (2020) dalam kajian tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang serius antara literasi peta dunia (World Map Literacy) dengan keterlibatan ibu bapak dari segi pendidikan ibu bapak dan jumlah pendapatan ibu bapak, membuktikan secara tegas bahwa literasi peta dunia (World Map Literacy) meningkat apabila terdapat keterlibatan ibu bapak yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, hal ini dapat terjadi dikarenakan memiliki ibu bapak yang memiliki kemapuan peta dunia (World Map Literac) dapat membatu upaya meningkatkan pengetahuan maupun mengenai peta dunia. Keterlibatan ibu bapak menjadi faktor terahir dalam mempengaruhi peta dunia (World Map Literacy) yang dipaparkan dengan adanya penelitian dari (Thanusha Muniandy (2019) menjelaskan bahwa sikap orang tua yang rajin membaca dapat mempengaruhi minat dan motivasi seseorang, dukungan emosional dan perhatian yang baik dari ibu bapak tua dapat membantu meningkatkan prestasi akademik dan pengetahuan perserta didik atau siswa , ibu bapak yang dimaksud disini bisa berupa orang tua atau wali seseorang maupun ibu bapak guru di sekolah.
2.3 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan studi literatur yang dilakukan peneliti menemukan sejumlah penelitian sejenis yang akan menjadi acuan dalam melakukan penelitian. Temuan acuan pertama yaitu dari penelitian (Amina pang) yang menunjukan bahwa dapatan faktor paling signifikan dalam literasi peta dunia (World Map Literacy) dalam mempengaruhi sarjana muda pendidikan geografi di Universiti Pendidikan Sultan Idris di Malaysia secara berututan yaitu minat terhadap peta geografi, kekerapan mengunakan peta dunia, pengalaman berpergian serta keterlibatan ibu bapak dengan keseluruhan dari tingkat literasi peta dunia (World Map Literacy) dikatakan baik dengan presentase 71.7%. dari hasil temuan tersebut faktor terpenting yang mempengaruhi literasi peta dunia (World Map Literacy) taitu minat belajr, hasil temuan dari penelitian (3428-17098-1-PB (1).pdf) rendahnya minat belajar geografi siswa karena banyak perserta didik atau siswa beranggapan bahwa materi geografi sulit untuk dipahami. Hasil temuan dari (Hanus (2019) memperlihatkan bahwa sebagian besar faktor yang diidentifikasi berhubungan dengan pengguna peta terbukti menjadi faktor paling signifikan yaitu jenis kelamin, usia dan kelas pendikan. Hasil riset yang pernah dilakukan oleh (Aksoy 2019) menyatakan menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan peta dan tingkat minat geografi adalah prediktor yang signifikan pada literasi peta geografi pada 391 sarjana geografi di Gazi University, Turki. Dalam riset tersebut frekwensi pengunaan peta 391 mahasiswa sarjana geografi mencatatkan angka sebanyak 80 orang atau 20.05% mengaku tidak pernah menggunakan peta, 191 orang 48.8% mengaku kurang menggunakan peta, 100 orang 25.6% mengaku terbiasa mengunakan peta dan 20 orang (5.1%) sarjana geografi mengaku kerap menggunakan peta dalam kehidupan seharian. Dari angka tersebut terlihat kebanyakan seorang sarjana geografi dari penelitian tersebut mengaku tidak pernah menggunakan peta daripada mengaku kerap menggunakan peta padahal kekerapan atau frekwensi penggunaan peta mempengaruhi seseorang dalam literasi peta dunia (World Map Literacy). Sementara terkait dengan minat terhadap geografi hasil kajian tersebut meperlihatkan sebanyak 13.8% orang mengaku tidak berminat dalam geografi, 27.1% orang mengaku kurang berminat terhadap geografi, 38.9% orang mengaku memilih tebiasa dalam geografi dan 20.2% orang mengaku sangat berminat dengan bidang geografi, dari angka tersebut sarjana geografi yang mengaku berminat terhadap bidang geografi lebih banyak ketimbang sarjana geografi yang mengaku kurang berminat terhadap geografi. Ini menujukan adanya hubungan positif terhadap tingginya tingkat literasi peta dunia (World Map Literacy) dengan minat terhadap geografi yang selanjutnya akan dijadikan acuan dalam penelitan penulis. Hasil riset dari (Pala & Başibüyük, 2020 (EJ1251847) keterampilan terkait pemetaan ataupun literasi peta dapat direplikasi dalam kursus ilmu sosial ataupun ilmu yang terkait dengan pelajaran geografi. Merujuk pada hasil penelitian (thanusha Muniandy (2019) menunjukan bahwa keterlibatan ibu bapak dapat menunjukan skor yang lebih besar pada orang tua yang memiliki pendidikan lebih tinggi ketimbang ibu bapak atau orang tua yang memiliki pendidikan lebih rendah terkait dengan ilmu geografi mempengaruhi hasil literasi anaknya dibidang geografi, yang juga akan mempengaruhi literasi peta dunia (World Map Literacy). Ditegaskan dalam penelitian yang telah dilakukan Erol (2020) dan dalam kajianya yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara literasi peta dunia dengan tingkat pendapatan dan Pendidikan orang tua atau ibu bapak. Bahasan lainya oleh (Suhendra et al., 2020) menyatakan seseorang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mempelajari geografi termasuk peta dunia mengemukakan tambahan faktor lainya yang membahas mengenai literasi geografi, oleh karenanya menuntun pada literasi peta ataupun literasi peta dunia (World Map Literacy).
2.3 Kerangka Berpikir
Penelitian ini merujuk pada landasan dalam melakukan penelitian yang berupa kerangka berpikir guna mempermudah penelitian dalam menguraikan pokok permasalahan serta mempermudah pembaca dalam memahami alur penelitian terkait dengan literasi peta dunia (World Map Literacy) pada siswa SMAN 1 Bangorejo. Berikut susunan kerangka berpikir dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 2.1:
Literasi Peta Dunia (World Map Literacy) Pada
Siswa SMAN 1 Bangorejo
Literasi Peta Dunia
(World Map Literacy)
Faktor Yang Mempengaruhi
Literasi Peta Dunia (World Map Literacy)
Kekerapan Minat Pengalaman
Keterlibatan Jantina menggunakan terhadap mempelajari Pengalaman Penggunaan berpergian media ibu bapak peta dunia geografi geografi
Literasi Peta Dunia (World Map Literacy) Digital
Pada Siswa SMAN 1 Bangorejo Gambar 2.1 Kerangka Berpikir BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
3.2 Tempat dan Subjek Penelitian 3.3 Populasi dan Sampel 3.4 Jenis Data dan Sumber Data 3.4.1 Jenis Data 3.4.1 Sumber Data 3.5 Variabel Penelitian 3.6 Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukurannya 3.6.1 Definisi Operasional Variabel a. variabel bebas 1. Jantina atau Jenis Kelamin 2. Kekerapan Menggunakan Peta Dunia 3. Minat Terhadap Geografi 4. Pengalaman Mempelajari Geografi 5. Pengalaman Berpergian 6. Penggunaan Media 7. Keterlibatan Ibu Bapak 8. Skala Pengukurannya b. variabel bebas sekolah menegah atas 3.6.1 Skala Pengukurannya 3.7 Teknik Pengumpulan Data 3.7.1 Teknik Observasi 3.7.2 Teknik Dokumentasi 3.7.2 Teknik Kuesioner 3.8 Teknik Analisis Data Indikator 3.9 Diagram Alir Penelitian