Anda di halaman 1dari 20

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perkembangan peradaban dunia, sesuai dengan konteks sosial dan
perkembangan pendidikan, literasi merupakan kebutuhan dasar yang harus
dimiliki setiap orang. Literasi menjadi kebutuhan masyarakat maju karena literasi
merupakan kemampuan hidup (life skill) sehingga rendahnya tingkat literasi suatu
bangsa akan menghabat kemajuan sebuah bangsa. Kemajuan sebuah bangsa
sangat tergantung kepada tingkat literasi pada masyarakatnya maka dari itu
pendidikan dan literasi merupakan hal yang sangat penting dalam hidup. Oleh
karena itu, berbagai bangsa di dunia berupaya mencoba meningkatkan peradapan
masyarakatnya dengan pendidikan melalui literasi. Dalam buku (Buku-Prosiding)
beberapa ahli mengemukan bahwa pengaruh dari tingkat literasi sebuah
masyarakat yang rendah menyembabakan rendahnya kualitas sumberdaya
manusia. Maka dari itu, literasi sangat penting bagi kemajuan sebuah bangsa
manapun, termasuk bangsa Indonesia dikarenakan literasi sebagai dasar bagi
seseorang warga negara atau masyarakat berinteraksi dengan dunia, mendidik
warga negara atau masyarakat dan mempengaruhi masyarakat di sekitarnya serta
menjadi sarana pembangunan manusia. Sayangnya pentingnya literasi dalam
sebuah bangsa tidak menjadikan masyarakat Indonesia mengangap penting
adanya literiasi dibuktikan dengan hasil survey dari Programme for International
Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa literasi di Indonesia menempati
urutan ke-73 dari 79 negara (Hidayati, 2020).
Literasi di bangsa Indonesia dibandingkan dengan bangsa lain dalam
penelitian (Fini,2021) dikatakan sangat rendah yaitu berada di peringkat ke-60
hanya satu tingkat diatas bangsa Botswana, salah satu negara di Afrika yang
berada di peringkat 61. Ini berati bahwa Indonesia mendapati tingkat literasi
terendah kedua dari bangsa-bangsa lainya. Sejalan dengan data United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang mendapati
bahwa di Indonesia memiliki minat baca hanya 0,001% yaitu berati dari 1000
penduduk dalam masyarakat Indonesia, hanya 1 yang rajin membaca (Qulloh,
2021). Problem litrasi di Indonesia juga terkait dengan tingginya buta aksara, hal
ini dikemukakan dalam penelitan dari yang mengemukakan Badan Pusat Statistik
(BPS) dalam data sebanyak 3,4 juta masyarakat atau sekitar 2,07% penduduk di
indonesia masih mengalami buta huruf dari total seluruh penduduk Indonesia
(Ningsih, 2019). Undang-undang Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan
menyatakan bahwa budaya literasi masyarakat Indonesia perlu mendapatkan
perhatian khusus guna mendorong masyarakat berperan dalam tingkat global.
Segala problem terkait literasi di Indonesia seharusnya dapat dengan mudah
diatasi, karena keberpihakan kebijakan pemerintah Indonesia terhadap regulasi
kelembagaan dan penganggaran pembangunan perpustakaan, sehingga
menghantarkan bangsa Indonesia dengan infrastruktur perpustakaan yaitu
sebanyak 164.000 perpustakaan terbanyak kedua setelah bangsa india (Bondar,
2019). Hal tersebut seharusnya dapat membantu meningkatkan literasi pada
masyarakat indonesia. Masyarakat dianggap melek huruf jika telah memperoleh
keterampilan bahasa dasar yaitu membaca dan menulis, sejalan dengan makna
dasar literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis yang merupakan pintu
gerbang utama untuk lebih mengembangkan makna literasi secara lebih luas, cara
ataupun metode yang digunakan untuk memperoleh literasi adalah melalui
pendidikan.
Literasi pada pendidikan menjadi faktor penting untuk mendukung dari
suksesnya pendidikan atau kegiatan pembelajaran (Novitasari, 2022). Namun
beberapa problematika ataupun kendala terkait literasi pada pendidikan sepeti
yang dihadapi diantaranya antara lain menurut hasil penelitian dari (4.-Fatimah-
Nu) yaitu kesulitan dalam literasi atau menerapkan keterampilan membaca siswa
dalam belajar di rumah, rendahnya minat siswa dalam membaca, kurangnya
sumber daya guru, kurangnya guru menggunakan teknologi, kurangnya sumber
bacaan, bacaan yang kurang menarik, kesulitan mendapatkan bacaan yang sesuai,
kehabisan bahan bacaan, kurangnya kuota atau sinyal internet, dan sebagian orang
tua tidak memiliki waktu untuk mengajak anaknya membaca. Padahal pentingnya
literasi dalam pendidikan Menurut (Pang, 2021) bahkan menyadarkan di berbagai
bangsa di dunia sejak tahun 1990 melalui persatuan bangsa-bangsa (PBB) bersatu
untuk mengabsahkan tiga puluh empat bidang literasi, supaya dapat
mengembangkan pendidikan manusia yang menghargai dan menghormati bangsa
lainya, termasuk adanya literasi geografi di dalamnya.
Literasi geografi pada prinsipnya merupakan pembangunan keterampilan
manusia untuk menemukan lokasi pada peta dunia secara spesifik, rendahnya
literasi geografi seseorang disebabkan kekurangan pendidikan formal geografi di
kebanyakan sekolah dan literasi geografi yang rendah dalam kalangan siswa.
Menurut (Pang 2021). Padahal literasi geografi memiliki dimensi yang sangat
penting yaitu dapat memberikan pemahaman mengenai bangsa luar secara luas
dan meningkatkan karakter melalui sifat ingin tau, salah satunya yaitu melalui
literasi peta dunia. Namun menurut (Agustin, 2022) terdapat kendala dalam
literasi yaitu keterbatasan alat pada kegiatan literasi, kegiatan diskusi, kegiatan
penilaian dan kesempatan belajar yang dimiliki perserta didik atau siswa siswa.
Menyebabkan mereka tidak mempunyai pengalaman dan pengetahuan untuk
mempelajari ilmu yang berkaitan dengan geografi. Menurut (Suhendra et al.,
2020) begitupula untuk mempelajari peta dunia sehingga tidak memiliki
keterampilan literasi peta dunia (World Map Literacy). Segara et al. (2018)
menyatakan bahwa sistem pendidikan yang di implementasikan di sekolah
memiliki tanggung jawab dalam hal memberi pengetahuan dan keterampilan
tentang cara menggunakan peta dunia atau literasi peta dunia (World Map
Literacy). yang merupakan media informasi penting pada saat ini.
Literasi peta dunia World Map Literacy) merupakan hal yang sangat
dibutuhkan, khusunya di dunia pendidikan geografi yang berkembang era dimana
informasi spasial sangat diperlukan (Pala, 2020). Informasi spasial yang dimaksud
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan ruang atau tempat,
Ini berati bahwa manusia dihadapkan setiap hari dengan sejumlah besar informasi
tentang objek, fenomena, proses, dan perspektif ruang atau tempat Ni'mah (2021).
Oleh karena itu diperlukan cepat tanggap untuk menghadapi permasalahan spasial
yang mencangkup kosep fundamental seperti lokasi, tempat, hubungan dan
gerakan wilayah dalam kesadaran pada setiap manusia khususnya perserta didik
bahwa segala fenomena di permukaan bumi saling terkait dalam prespektif ruang
dan waktu (Ikhsan, 2018).
Literasi peta dunia (World Map Literacy) yang terdapat pada pendidikan
pada kalangan siswa khususnya kelas ilmu sosial di jenjang pendidikan sekolah
menengah atas dianggap relevan karena dalam kelas ilmu sosial diajarkan terkait
dengan peta dari materi geografi yang diajarkan dalam kelas ilmu sosial. Materi
terkait dengan peta wajib dikuasai oleh siswa pada mata pelajaran geografi.
Diperkuat dengan pendapat (Pala, 2020) bahwa keterampilan terkait pemetaan
dapat direplikasi dalam kursus ilmu sosial dan pembelajaran awal dapat dilakukan
disediakan untuk keterampilan peta lainnya yang diberikan dalam kursus geografi
di pendidikan. Sehingga seharusnya literasi peta khususnya literasi peta dunia
(World Map Literacy) pada siswa sekolah menengah atas dalam kelas sosial
diharapkan memiliki tingkat yang tinggi mengingat seberapa pentingnya literasi
peta dunia (World Map Literacy) pada siswa sekolah sebagai generasi penerus
bangsa.
Salah satu sekolah menengah atas yang memiliki sistem pembagian kelas
sarana dan prasarana yang cukup memadai dalam pendidikan yaitu pada SMAN 1
Bangorejo. Dari observasi awal siswa di SMAN 1 Bangorejo memiliki pembagian
kelas khusus ilmu pengetahuan sosial dengan pembelajaran geografi didalamya
seperti sekolah pada umumnya, sekolah yang terletak di kabupaten banyuwangi
menjadi obyek penelitian dikarenakan pemerintah kabupaten Banyuwangi melalui
dinas pendidikan pada bulan oktober 2022 mendapatkan prestasi dan tiga
penghargaan sekaligus terkait kegiatan bertema transformasi literasi pada
peringatan hari aksara internasional 2022 tingkat provinsi jawa timur. Provinsi
jawa timur sendiri menurut data dari kementerian komunikasi dan informatika
republic Indonesia memiliki indeks literasi jawa timur melebihi nasional sebesar
3,49 dimana terjadi peningkatan dari tahun 2021 sebesar 3,55 sehingga peneliti
mengangap literasi pada siswa SMAN 1 Bangorejo yang terletak di banyuwangi
jawa timur layak untuk diteliti.
Hasil literatur dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini. Riset yang dilakukan
oleh (Pang, 2020) yang menunjukan bahwa dapatan faktor paling signifikan
dalam literasi peta dunia (World Map Literacy) secara berututan yaitu minat
terhadap peta geografi, kekerapan mengunakan peta dunia, pengalaman
berpergian serta keterlibatan ibu bapak dengan keseluruhan dari tingkat literasi
peta dunia (World Map Literacy). Hasil temuan dari (Hanus (2019)
memperlihatkan bahwa sebagian besar faktor yang diidentifikasi berhubungan
dengan pengguna peta terbukti menjadi faktor paling signifikan yaitu jenis
kelamin, usia dan kelas pendikan. Hasil riset yang pernah dilakukan oleh (Aksoy
2019) menyatakan menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan peta dan tingkat
minat geografi adalah prediktor yang signifikan pada literasi peta geografi, adanya
hubungan positif terhadap tingginya tingkat literasi peta dunia (World Map
Literacy) dengan minat terhadap geografi yang selanjutnya akan dijadikan acuan
dalam penelitan penulis. Hasil riset dari (Pala, 2020) keterampilan terkait
pemetaan ataupun literasi peta dapat direplikasi dalam kursus ilmu sosial ataupun
ilmu yang terkait dengan pelajaran geografi. Hasil penelitian (Muniandy, 2019)
menunjukan bahwa keterlibatan ibu bapak dapat menunjukan skor yang lebih
besar pada orang tua yang memiliki pendidikan lebih tinggi ketimbang ibu bapak
atau orang tua yang memiliki pendidikan lebih rendah terkait dengan ilmu
geografi mempengaruhi hasil literasi anaknya dibidang geografi, yang juga akan
mempengaruhi literasi peta dunia (World Map Literacy). Ditegaskan dalam
penelitian yang telah dilakukan Erol (2020) dan dalam kajianya yang
menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara literasi peta dunia dengan
tingkat pendapatan dan Pendidikan orang tua atau ibu bapak. Bahasan lainya oleh
(Suhendra et al., 2020) menyatakan seseorang yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman dalam mempelajari geografi termasuk peta dunia mengemukakan
tambahan faktor lainya yang membahas mengenai literasi geografi, oleh
karenanya menuntun pada literasi peta ataupun literasi peta dunia (World Map
Literacy).
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang adalah
terletak kepada objek penelitian dan subyek penelitian yang akan digunakan.
Objek penelitian yang membedakan dari penelitian sebelumnya adalah terkait
banyaknya penelitian sebelumnya yang membahas literasi geografi maupun
literasi peta namun masih sangat sedikit penelitian yang membahas terkait literasi
peta dunia (World Map Literacy) secara spesifik kususnya pada subyek penelitian
yang akan dibahas. Subyek penelitian yang akan membedakan dari penelitian
sebelumnya yaitu penelitia sebelumnya mengunakan subyek penelitian dari
tingkat sarjana pendidikan geografi maupun mahasiswa geografi belum ada yang
meneliti pada siswa dikalangan sekolah. Didalam penelitian ini subyek
penelitianya adalah khusus siswa menegah atas yang pernah, sedang atau telah
mempelajari terkait ilmu geografi ini dikarenakan siswa dari sekolah menegah
atas dianggap lebih mampu dan lebih mumpuni dalam kedewasaan terkait
pengetahuanya mengenai literasi peta dunia (World Map Literacy) ketimbang
siswa pada sekolah dasar maupun siswa pada sekolah menengah pertama yang
memiliki akumulasi didapatnya ilmu geografi ataupun peta lebih sedikit. Subyek
penelitian sekarang mengunakan siswa yang berada dalam kelas ilmu sosial
dikarenakan siswa yang berada di dalam kelas ilmu sosial mendapatkan materi
terkait ilmu geografi dan peta lebih banyak ketimbang kelas lainya, subyek
penelitian juga akan hanya mengambil kelas sepuluh sekolah menegah atas
dikarenakan materi terkait dengan peta didapati siswa ketika berada dikelas
sepuluh. Tujuan penelitian yang akan dilakasanakan yaitu untuk yaitu untuk
menganalisis dan mendeskripsikan secara literasi peta dunia (world map literacy)
pada Siswa IPS Kelas X SMAN 1 Bangorejo.
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, Penulis ter dorong
untuk melakukan penelitian dengan judul “Literasi Peta Dunia (World Map
Literacy) Pada Siswa IPS Kelas X SMAN 1 Bangorejo”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, Adapun rumusan
masalah yang diajukan yaitu: Bagaimana literasi peta dunia (world map literacy)
dalam peta digital pada siswa IPS Kelas X SMAN 1 Bangorejo?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari adanya penelitian ini yaitu untuk menganalisis dan
mendeskripsikan secara literasi peta dunia (world map literacy) pada Siswa IPS
Kelas X SMAN 1 Bangorejo.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari adanya penelitian ini yaitu bagi peneliti atau penulis,
bagi peneliti lain atau pembaca dan bagi intansi atau sekolah yang dijelaskan
sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, Memberikan tambahan wawasan pengetahuan tentang
literasi peta dunia (world map literacy) dalam peta digital dan pengalaman
dalam menjalankan ilmu di jenjang perkuliahan serta mengembangkan
kemampuan dalam membuat karya ilmiah.
2. Bagi peneliti lain dan pembaca, Memberikan bahan acuan bagi penelitian
lain yang berkaitan dengan peta dunia (world map literacy) dan peta
digital serta sebagai sumbangan pengetahuan pada kalangan akademisi.
3. Bagi sekolah, Memberikan acuan untuk bahan pertimbangan sekolah
khususnya guru geografi dalam pembuatan model, pendekatan, strategi
dan metode pembelajaran yang berkaitan dengan peta dunia (world map
literacy) untuk peserta didik atau siswa.
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Literasi Peta Dunia (World Map Literacy)


Literasi peta dunia (World Map Literacy) mengacu pada upaya manusia
untuk mengidentifikasi lokasi suatu tempat termasuk lokasi bandara, lokasi
negara, lokasi wilayah, dan lokasi bentang alam pada peta dunia serta pemahaman
manusia tentang dunia dalam konteks spasial yang mencakup pemahaman tentang
orang, budaya, tempat, dan lingkungan (Zhu et al., 2016). Lokasi bandara yang
dimaksud disini adalah daerah lingkungan kerja bandara udara sesuai dengan
(Kepmenhub No.KM 48 tahun 2002) yaitu wilayah daratan ataupun perairan yang
dipergunakan secara langsung untuk kegiatan bandar udara, lokasi negara dalam
(Dasar – Dasar Ilmu Negara.pdf) dijelaskan sebagai wilayah yang diatur oleh
organisasi atau kelompok sosial tertentu dengan kedaulatan atau kekuasaan politik
tertentu yang dipatuhi oleh orang-orang di wilayah itu. Lokasi wilayah menurut
(Konsep Wlayah dan Pewilayahan) merupakan sebagai sekumpulan fenomena
geografis dari semua kegiatan yang ada dipermukaan bumi, sementara lokasi
bentang alam merupakan sebuah area dengan fitur geologi yang berbeda seperti
pegunungan, sawah, lembah, sungai dan lain sebagainya yang membentuk sebuah
entitas atau lanskap (02-hal-293-303 (Suyatman).cdr). Lokasi tersebut dipahami
dengan konteks spasial, Adapun konteks spasial erat kaitanya dengan aspek
geografis (MURSALIN, Mochamad, Ir. Sudaryono, M.Eng., Ph.D) melingkupi
pembacaan seseorang akan budaya, letak dan area sebuah tempat di permukaan
bumi.
Literasi peta dunia (World Map Literacy) menurut (Hennerdal, 2016)
mengacu kepada segala informasi tentang lokasi, fenomena fiskal dan budaya di
permukaan bumi. Lokasi yang dimaksud merupakan gambaran suatu posisi
wilayah tertentu di permukaan bumi (bukunya pak fahrudi) dibedakan menjadi
dua yaitu letak fisiografis yang merupakan aspek fisik geografi pada wilayah dan
ruang tertentu dan letak sosiologis yang berkaitan dengan aktifitas atau kegiatan
manusia pada ruang dan wilayah tertentu juga, sedangkan fenomena fiskal yang
dijelaskan oleh (9539-30524-1-SM.pdf) yaitu sebuah data atau fakta yang dapat
diamati berkaitan dengan urusan pajak atau pendapatan sebuah negara. Lalu
budaya yang dimaksud merupakan suatu kebiasaan, cara, atau pola perilaku dalam
kehidupan setiap orang yang dipengaruhi oleh lingkungannya (2186-Article Text-
4324-1-10-20211104). Dengan begitu, penjelasan mengenai literasi peta dunia
(World Map Literacy) terkait dengan pemahaman manusia mengenai aspek lokasi
secara fisiografis dengan data atau fakta dari fenomena fiskal dan budaya manusia
di bumi. Sementara (Turner dan Leydon (2012) menggambarkan bahwa literasi
peta dunia (World Map Literacy) digambarkan sebagai kesangupan bagi individu
supaya mengingat semua nama dan menentukan suatu lokasi dalam peta dunia.
Berdasarkan beberapa persepsi ataupun gagasan yang telah dipaparkan
diatas, Literasi peta dunia (World Map Literacy) adalah kemampuan individu
dalam mengidentifikasi dan memahami secara pasti suatu lokasi di permukaan
bumi. Lokasi tersebut dalam penjelasan diatas berupa data atau fakta sebuah
wilayah yang mencangkup budaya manusia dalam sebuah negara di permukaan
bumi pada peta. Pengetahuan atau materi tentang peta diajarkan pada perserta
didik atau siswa kelas sepuluh di sekolah menengah atas khususnya pada jurusan
ips yang mempelajari geografi (2381-File Utama Naskah-4910-1-10-20210131).

2.2 Faktor-Faktor Mempengaruhi Literasi Peta Dunia (World Map Literacy)


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi literasi peta dunia (World Map
Literacy) yang di rumuskan oleh (Amina Pang), faktor-faktor tersebut didasarkan
pada penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yaitu
faktor jantina atau jenis kelamin, kekerapan menggunakan peta dunia atau
frekuensi penggunaan peta dunia, minat terhadap geografi, pengalaman belajar
geografi, pengalaman bepergian, penggunaan media dan keterlibatan ibu bapak
yang akan dijelaskan sebagai berikut:
2.2.1 Jantina atau Jenis Kelamin
Jantina merupakan faktor penting dalam mempengaruhi literasi peta dunia
(World Map Literacy) dalam kalangan kanak-kanak mahupun orang dewasa
(Winship et al., 2004). Jantina yang dimaksud merupakan nama lain dari jenis
kelamin (sex). Dalam penelitian (15-Article Text-29-1-10-20170302.pdf)
dijelaskan bahwa jantina atau jenis kelamin (sex) merupakan perbedaan biologis
antara perempuan dan laki-laki sejak seseorang dilahirkan, perbedaan biologis ini
terdapat pada perbedaan alat kelamin secara genetik. Dijabarkan pula bahwa
jantina atau jenis kelamin (sex) mengacu pada tubuh laki-laki dan perempuan,
seperti laki-laki yang menghasilkan sperma dan perempuan menghasilkan sel telur
dan secara biologis mampu menstruasi, hamil, dan menyusui yang membedakan
adalah jenis kelamin (sex) secara biologi tidak dapat dipertukarkan antara pria dan
wanita secara fungsi sehingga menjadi fungsi tetap pada pria maupun wanita dari
semua ras manusia yang di bumi.
Jantina atau jenis kelamin (sex) dijelaskan juga dalam penelitian (15-Article
Text-29-1-10-20170302.pdf) yang menyimpulkan bahwa perbedaan laki-laki dan
perempuan merupakan anugrah dari Tuhan yang maha esa baik umat manusia
yang mempengaruhi banyak aspek dari segi hidup manusia, perbedaan tersebut
misalnya dari segi psikologis laki-laki lebih aktif, agresif dan rasional wanita lebih
perhatian, penyayang dan memiliki perasaan yang dalam. Sejalan dengan hal
tersebut penelitian lain dari Hemmer et al. (2013) mengungkap adanya perbedaan
antara laki-laki dan perempuan dalam hal literasi geografi yaitu alasan perbedaan
literasi peta dalam mempelajari geografi antara kedua jenis kelamin tersebut
adalah perempuan menerima informasi yang berfokus pada berita geografi yang
berbeda dari pada informasi geografis pada laki-laki. Selain itu, perbedaan ini juga
disebabkan oleh perbedaan proses sosial, budaya, dan tingkat fisiologi manusia.
Ditambahkan juga bahwa terdapat perbedaan literasi geografi antara laki-laki dan
perempuan karena perbedaan cara laki-laki dan perempuan mempelajari geografi
yang berkaitan dengan literasi peta dunia (World Map Literacy). Sependapat
dengan itu dalam penelitian ditunjukan (Sari) menyatakan bahwa perbedaan jenis
kelamin dapat menyebabkan adanya perbedaan antara siswa laki-laki dan
perempuan dalam menyelesaikan masalah terkait dengan literasi.
2.2.2 Kekerapan Menggunakan Peta Dunia
Kekerapan menggunakan peta dunia atau frekwensi pengunaan peta dunia
merupakan seberapa sering individu atau seseorang dalam menggunakan peta
dunia. Penelitian dari Havelková dan Hanus (2019) menyatakan bahwa seorang
yang kerap menggunakan peta dunia mampu meningkatkan pengetahuan dan
menafsirkan sebuah lokasi dan tempat pada peta dunia serta memahami
perkembangan dunia dengan lebih mudah. Sependapat dengan itu berdasarkan
hasil yang telah dilakukan Aksoy (2019) ditemukan bahwa ada hubungan yang
positif dan signifikan antara tingkat pengetahuan peta dan frekuensi penggunaan
peta dengan seringnya seseorang dalam mengunakan peta dunia, seseorang yang
sering mengunakan peta dunia mendapat yang mendapatkan skor lebih tinggi
daripada mereka yang jarang menggunakan peta dunia. Oleh karena itu, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa seringnya seseorang menggunakan peta dunia
dapat memudahkan seseorang untuk mengetahui letak suatu negara pada peta
dunia.
Dijelaskan oleh (pang) pengetahuan tentang letak suatu negara merupakan
hal yang sangat penting dalam literasi peta dunia (World Map Literacy),
kekerapan menggunakan peta dunia atau frekwensi pengunaan peta
mempengaruhi seseorang dalam literasi peta dunia (World Map Literacy)
dikarenakan sebagian besar seseorang yang kurang menggunakan peta dunia telah
menyebabkan kebanyakan dari mereka tidak cakap dalam hal pengetahuan
terhadap lokasi dan tempat pada peta dunia, pengalaman menggunakan peta dunia
berperan penting dalam membantu individu untuk bertindak lebih mahir dan
mampu mengidentifikasi secara pasti nama-nama lokasi atau tempat dengan lebih
efektif. Menurut (garuda1624829) pengunaan peta dapat dimanfaatkan sebagai
media pembelajaran untuk persera didik atau siswa serta memberikan informasi
kepada perserta didik atau siswa sekolah menegah atas yang mempelajari geografi
sebagai sarana mengamati, mengukur dan mengoptimalkan sebaran analisa data
lapangan atau wilayah.
2.2.3 Minat Terhadap Geografi
Minat terhadap geografi merupakan kondisi ketika seseorang berhasrat
dalam pengetahuan mengenai geografi, kemudian sebagian orang akan
menampilkan perilaku seperti semangat ketika mempelajarinya, merasa senang
dan nyaman serta lebih memperhatikan pengetahuan yang berkaitan dengan
geografi yang diminatinya (3006-7488-1-PB.pdf). Diperjelas dengan adanya
pejelasan dari penelitian (185-Article Text-677-4-10-20200725) minat
mempelajari geografi dipengaruhi oleh rasa suka dari perserta didik atau siswa
selama pembelajaran berlangsung yang juga menjelaskan bahwa rasa suka akan
timbul dalam diri perserta didik atau siswa, apabila perserta didik atau siswa
tersebut dapat berpikir positif terhadap pelajaran geografi.
Menurut (3428-17098-1-PB (1).pdf) minat sangat mempengaruhi proses
belajar perserta didik atau siswa dalam mempelajari geografi karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat perserta didik atau siswa yang
mempelajari geografi, maka perserta didik atau siswa tidak akan belajar dengan
sebaik-baiknya, segan-segan untuk belajar, dan tidak memperoleh kepuasan dari
mempelajari geografi. Dipertegas dengan adanya penelitian dari (3006-7488-1-
PB) yang menyimpulkan bahwa peningkatan minat perserta didik atau siswa
dalam mempelajari geografi dipengaruhi oleh minat siswa itu sendiri serta adanya
dorongan dari guru serta motivasi yang diberikan kepada siswa dalam
mempelajari geografi. Penelitian dari (3109) menujukan bahwa minat terhadap
pelajaran geografi di sekolah menegah atas yang mepengaruhi hasil belajar
perserta didik atau siswa, perserta didik atau siswa yang memiliki minat terhadap
pelajaran geografi mendapatkan hasil belajar lebih tinggi ketimbang perserta didik
atau siswa yang memiliki minat belajar yang rendah (17943-40739-1-PB.pdf).
Rendahnya minat belajar perserta didik atau siswa dapat dilihat dari rendahnya
minat belajar siswa terlihat pada rendahnya tanggapan siswa dalam aktifitas tanya
jawab dan diskusi saat mempelajari geografi (159-Article Text-378-1-10-
20200604). Faktor minat terhadap geografi mempunyai hubungan yang
signifikan dengaan literasi peta dunia (World Map Literacy), pernyataan tersebut
dikuatkan oleh kajian yang dilakukan oleh Aksoy (2019) yang menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang proporsional antara tingkat penguasaan peta dunia
dengan tingkat minat geografi. Dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa
seseorang yang memiliki minat tinggi terhadap geografi memperoleh prestasi
yang lebih tinggi dalam bidang geografi berbanding dengan seseorang yang
kurang memilki minat geografi. Oleh karena itu, Minat dalam geografi juga
mempunyai hubungan terhadap faktor literasi peta dunia (World Map Literacy).
2.2.4 Pengalaman Mempelajari Geografi
Pengalaman mempelajari geografi merupakan bagian penting dari proses
mendapatkan pengetahuan dari ilmu geografi, hal ini dijelaskan pada asosiasi
pendidikan geografi Amerika yang juga merumuskan bahwa mempeajari geografi
mencangkup kemampuan imajinasi geografi, menumbuhkan sikap etis, berfikir
integratif dengan lingkungan, berfikir spasial, dan mengeksplorasi tempat
dijelaskan dalam penelitian (295187059.pdf) serta pada hakikatnya belajar ilmu
geografi lebih menekankan pada cara unik untuk mempelajari bumi dengan
berbagai ilmu bantu dalam persepktif geography eye (sudut pandang geografi
meliputi: keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah) hal inilah yang
menjadi kekuatan ilmu geografi yang tidak dimiliki oleh ilmu lainya dan bahwa
menurut pendapat dari penelitian (295187059.pdf) pengalaman mempelajari ilmu
geografi sangat menarik. Dalam mempelajari geografi terdapat bidang ilmu
geografi yang dijelaskan (Geografi dan Ilmu Sejarah) bidang tersebut meliputi
secara keseluruhan mencakup semua fenomena geosfer, baik alam maupun sosial,
serta interaksi antara manusia dan lingkungannya. Berdasarkan bidang ilmu
geografi tersebut terdapat hubungan pengalaman mempelajari geografi dengan
peta untuk lebih memahami struktur permukaan bumi sesuai dengan kajian ilmu
geografi, maka dari itu pengalaman mempelajari geografi merupakan faktor
penting dalam kemampuan seseorang dalam literasi peta dunia (World Map
Literacy).
Pengalaman mempelajari geografi seseorang dipengaruhi oleh ilmu
geografi yang diajarkan dalam pendidikan geografi sebagai pembantu dalam
mendapatkan atau memperoleh ilmu yang berkaitan dengan peta, hal ini
dijelaskan dalam pengalaman mempelajari geografi pada kajian dari (Suhendra et
al., 2020) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pengalaman perserta didik atau siswa dalam mengambil geografi semasa sekolah
dengan persoalan prestasi yang berkaitan dengan peta, seseorang yang memiliki
pengalaman mengambil geografi cenderung mempunyai pengetahuan tentang
lokasi dan tempat dalam peta lebih tinggi berbanding mereka yang tidak
mengambil geografi di sekolah. Dijelaskan juga bahwa hal ini disebabkan
seseorang yang mempunyai pengalaman mengambil geografi lebih banyak
menerima pembelajaran dalam penggunaan peta lebih banyak pula sehingga dapat
melatih dan menambah kemampuan literasi peta dunia (World Map Literacy).
Dari hal itu dapat menunjukan bahwa sedikitnya pengalaman mempelajari ilmu
geografi seseorang menjadikan pula sedikitnya pengalaman mempelajari peta
dunia.
2.2.5 Pengalaman berpergian
Pengalaman berpergian yang dimaksud disini merupakan perjalanan dari
tempat tinggal yang dilakukan secara sukarela oleh penduduk dari wilayah negara
asal baik yang dilakukan secara perorangan atau sendiri maupun secara
berkelompok atau rombongan (Buku Konsep Definisi.pdf). Diperkuat dengan
hasil penelitian dari (11139-Full_Text) bahwa sebuah pengalaman dapat
membangun pengetahuan dan keterampilan secara langsung. Secara tidak
langsung seseorang yang berpergian akan belajar dari pengalaman, pembelajaran
berbasis pengalaman atau belajar dari pengalaman menurut (Microsoft Word -
db_27_a,b&c_00) menempati tempat sentral dalam semua pertimbangan
pengajaran dan pembelajaran yang efektif untuk perserta didik atau siswa.
Pengalaman berpergian juga disebut dengan pengalaman perjalanan.
Pengalaman perjalanan dijelaskan dalam penelitian (pang amina) yang
menunjukkan hubungan relevan antara kemampuan peta seseorang dengan
frekuensi pengalaman perjalananya, seseorang yang memiliki frekuensi
pengalaman berpergian lebih tinggi dapat menunjukkan prestasi yang lebih baik
mengenai peta, berbanding dengan mereka yang memiliki frekuensi pengalaman
berpergian lebih rendah. Ini berati bahwa pengetahuan lokasi dan tempat dalam
peta semakin meningkat seiring dengan peningkatan berpergian atau frekuensi
pengalaman berpergian seseorang. Jadi, seseorang yang mengagendakan
seringnya berpergian atau memiliki frekuensi pengalaman berpergian yang lebih
tinggi berpotensi dalam mengenal pasti lokasi dan tempat lebih tinggi, aktivitas
atau kegiatan seseorang yang membuatnya memiliki pengalaman berpergian atau
berpergian menjadikan seseorang mendapatkan pengalaman untuk berada di
sebuah tempat atau lokasi serta menambah kemampuan seseorang dalam
memahami wilayah pada peta dunia yang berkaitan dengan literasi peta dunia
(World Map Literacy).
2.2.6 Penggunaan Media
Penggunaan media yang dimaksud disini adalah penggunaan media peta,
pengunaan media peta akan memberikan gambaran yang lebih jelas serta
memberikan pengertian dan pemahaman yang membantu seseorang dalam
kelancaran belajar peta (12421-18790-1-SM). Pengunaan media peta dapat
memaksimalkan pembelajaran dan mempermudah pemahaman siswa dalam
menyampaikan dan memahami materi berkaitan dengan peta serta mempermudah
dalam menginterpretasikan lokasi, tempat atau kewilayahan tertentu yang
dijelaskan dalam penelitian (2-Article Text-41-2-10-20200809).
Kelancaran belajar peta memberi pengaruh seseorang untuk memiliki
kemampuan literasi peta dunia (World Map Literacy), diperkuat dalam penelitian
(pang amina) yang menunjukkan bahwa faktor penggunaan media mempunyai
hubungan yang kuat dalam meningkatkan pengetahuan tentang benua dan lautan
serta dapat peningkatan literasi peta dunia (World Map Literacy). Hal tersebut
membuktikan adanya hubungan yang relevan antara penggunaan media dan
literasi peta dunia (World Map Literacy). Dapatan penelitian tersebut turut
mencatatkan seringnya penggunaan media dan internet sangat mempengaruhi
pengetahuan seseorang untuk memiliki pemahaman tentang lokasi dan tempat
serta menambah kemampuan literasi peta dunia (World Map Literacy).
2.2.7 Keterlibatan Ibu Bapak
Keterlibatan ibu bapak atau orang tua. Keterlibatan ibu bapak dan
hubungannya dengan literasi peta dunia (World Map Literacy) dapat dilihat dari
penelitian yang dilakukan oleh Erol (2020) dalam kajian tersebut menunjukkan
terdapat hubungan yang serius antara literasi peta dunia (World Map Literacy)
dengan keterlibatan ibu bapak dari segi pendidikan ibu bapak dan jumlah
pendapatan ibu bapak, membuktikan secara tegas bahwa literasi peta dunia
(World Map Literacy) meningkat apabila terdapat keterlibatan ibu bapak yang
memiliki pendidikan yang lebih tinggi, hal ini dapat terjadi dikarenakan memiliki
ibu bapak yang memiliki kemapuan peta dunia (World Map Literac) dapat
membatu upaya meningkatkan pengetahuan maupun mengenai peta dunia.
Keterlibatan ibu bapak menjadi faktor terahir dalam mempengaruhi peta
dunia (World Map Literacy) yang dipaparkan dengan adanya penelitian dari
(Thanusha Muniandy (2019) menjelaskan bahwa sikap orang tua yang rajin
membaca dapat mempengaruhi minat dan motivasi seseorang, dukungan
emosional dan perhatian yang baik dari ibu bapak tua dapat membantu
meningkatkan prestasi akademik dan pengetahuan perserta didik atau siswa , ibu
bapak yang dimaksud disini bisa berupa orang tua atau wali seseorang maupun
ibu bapak guru di sekolah.

2.3 Penelitian Terdahulu


Berdasarkan studi literatur yang dilakukan peneliti menemukan sejumlah
penelitian sejenis yang akan menjadi acuan dalam melakukan penelitian. Temuan
acuan pertama yaitu dari penelitian (Amina pang) yang menunjukan bahwa
dapatan faktor paling signifikan dalam literasi peta dunia (World Map Literacy)
dalam mempengaruhi sarjana muda pendidikan geografi di Universiti Pendidikan
Sultan Idris di Malaysia secara berututan yaitu minat terhadap peta geografi,
kekerapan mengunakan peta dunia, pengalaman berpergian serta keterlibatan ibu
bapak dengan keseluruhan dari tingkat literasi peta dunia (World Map Literacy)
dikatakan baik dengan presentase 71.7%. dari hasil temuan tersebut faktor
terpenting yang mempengaruhi literasi peta dunia (World Map Literacy) taitu
minat belajr, hasil temuan dari penelitian (3428-17098-1-PB (1).pdf) rendahnya
minat belajar geografi siswa karena banyak perserta didik atau siswa beranggapan
bahwa materi geografi sulit untuk dipahami. Hasil temuan dari (Hanus (2019)
memperlihatkan bahwa sebagian besar faktor yang diidentifikasi berhubungan
dengan pengguna peta terbukti menjadi faktor paling signifikan yaitu jenis
kelamin, usia dan kelas pendikan.
Hasil riset yang pernah dilakukan oleh (Aksoy 2019) menyatakan
menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan peta dan tingkat minat geografi adalah
prediktor yang signifikan pada literasi peta geografi pada 391 sarjana geografi di
Gazi University, Turki. Dalam riset tersebut frekwensi pengunaan peta 391
mahasiswa sarjana geografi mencatatkan angka sebanyak 80 orang atau 20.05%
mengaku tidak pernah menggunakan peta, 191 orang 48.8% mengaku kurang
menggunakan peta, 100 orang 25.6% mengaku terbiasa mengunakan peta dan 20
orang (5.1%) sarjana geografi mengaku kerap menggunakan peta dalam
kehidupan seharian. Dari angka tersebut terlihat kebanyakan seorang sarjana
geografi dari penelitian tersebut mengaku tidak pernah menggunakan peta
daripada mengaku kerap menggunakan peta padahal kekerapan atau frekwensi
penggunaan peta mempengaruhi seseorang dalam literasi peta dunia (World Map
Literacy). Sementara terkait dengan minat terhadap geografi hasil kajian tersebut
meperlihatkan sebanyak 13.8% orang mengaku tidak berminat dalam geografi,
27.1% orang mengaku kurang berminat terhadap geografi, 38.9% orang mengaku
memilih tebiasa dalam geografi dan 20.2% orang mengaku sangat berminat
dengan bidang geografi, dari angka tersebut sarjana geografi yang mengaku
berminat terhadap bidang geografi lebih banyak ketimbang sarjana geografi yang
mengaku kurang berminat terhadap geografi. Ini menujukan adanya hubungan
positif terhadap tingginya tingkat literasi peta dunia (World Map Literacy) dengan
minat terhadap geografi yang selanjutnya akan dijadikan acuan dalam penelitan
penulis.
Hasil riset dari (Pala & Başibüyük, 2020 (EJ1251847) keterampilan terkait
pemetaan ataupun literasi peta dapat direplikasi dalam kursus ilmu sosial ataupun
ilmu yang terkait dengan pelajaran geografi. Merujuk pada hasil penelitian
(thanusha Muniandy (2019) menunjukan bahwa keterlibatan ibu bapak dapat
menunjukan skor yang lebih besar pada orang tua yang memiliki pendidikan lebih
tinggi ketimbang ibu bapak atau orang tua yang memiliki pendidikan lebih rendah
terkait dengan ilmu geografi mempengaruhi hasil literasi anaknya dibidang
geografi, yang juga akan mempengaruhi literasi peta dunia (World Map Literacy).
Ditegaskan dalam penelitian yang telah dilakukan Erol (2020) dan dalam kajianya
yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara literasi peta dunia
dengan tingkat pendapatan dan Pendidikan orang tua atau ibu bapak. Bahasan
lainya oleh (Suhendra et al., 2020) menyatakan seseorang yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman dalam mempelajari geografi termasuk peta dunia
mengemukakan tambahan faktor lainya yang membahas mengenai literasi
geografi, oleh karenanya menuntun pada literasi peta ataupun literasi peta dunia
(World Map Literacy).

2.3 Kerangka Berpikir


Penelitian ini merujuk pada landasan dalam melakukan penelitian yang
berupa kerangka berpikir guna mempermudah penelitian dalam menguraikan
pokok permasalahan serta mempermudah pembaca dalam memahami alur
penelitian terkait dengan literasi peta dunia (World Map Literacy) pada siswa
SMAN 1 Bangorejo. Berikut susunan kerangka berpikir dalam penelitian ini
disajikan pada Gambar 2.1:

Literasi Peta Dunia (World Map Literacy) Pada


Siswa SMAN 1 Bangorejo

Literasi Peta Dunia


(World Map Literacy)

Faktor Yang Mempengaruhi


Literasi Peta Dunia (World Map Literacy)

Kekerapan Minat Pengalaman


Keterlibatan
Jantina menggunakan terhadap mempelajari Pengalaman Penggunaan
berpergian media ibu bapak
peta dunia geografi geografi

Literasi Peta Dunia (World Map Literacy) Digital


Pada Siswa SMAN 1 Bangorejo
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


3.2 Tempat dan Subjek Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel
3.4 Jenis Data dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
3.4.1 Sumber Data
3.5 Variabel Penelitian
3.6 Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukurannya
3.6.1 Definisi Operasional Variabel
a. variabel bebas
1. Jantina atau Jenis Kelamin
2. Kekerapan Menggunakan Peta Dunia
3. Minat Terhadap Geografi
4. Pengalaman Mempelajari Geografi
5. Pengalaman Berpergian
6. Penggunaan Media
7. Keterlibatan Ibu Bapak
8. Skala Pengukurannya
b. variabel bebas
sekolah menegah atas
3.6.1 Skala Pengukurannya
3.7 Teknik Pengumpulan Data
3.7.1 Teknik Observasi
3.7.2 Teknik Dokumentasi
3.7.2 Teknik Kuesioner
3.8 Teknik Analisis Data
Indikator
3.9 Diagram Alir Penelitian

Anda mungkin juga menyukai