Anda di halaman 1dari 9

Subtema : Ekonomi

Rumah Baca: Inovasi Rumah Singgah


Untuk Membaca Sebagai Upaya
Meningkatkan Minat baca masyarakat di
Daerah 3T Sumatra Barat

Gagasan Kreatif
(Pemilihan Mahasiswa Prestasi)

Diusulkan Oleh:

Vina Yulia Sari


NIM. 20017079

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
I. PENDAHULUAN
Literasi dapat didefenisikan sebagai sebuah kompetensi dalam menulis dan
membaca. Fithrorizi (2017) dalam Hidayah and Susilo (2017) mengatakan bahwa
sesuai data UNESCO tahun 2012, Indonesia menempati tingkat minat membaca
terendah kedua dibanding negara yang di survei. UNESCO juga melakukan penelitian
yang menggambarkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat
memprihatinkan, hanya 0,001% artinya dari 1.000 orang Indonesia, cuma 1 orang
yang rajin membaca. “Minat baca per-provinsi peringkat pertama ditempati oleh
Kepulauan Riau Sebanyak 94,01 persen. Urutan Kedua ditempati oleh Provinsi DKI
Jakarta sebanyak 93,10 persen., dan urutan ketiga Provinsi Bali mencapai 92,44
persen, sedangkan Daerah Istimewa Yogyakarta menempati Urutan Keempat sengan
91,00 Persen” (Marani, 2016).
Departemen Pendidikan Nasional dan perpustakaan Nasional RI (1977) dalam
Hayati Suryono (2015) menyatakan bahwa, “(1) minat baca masyarakat Indonesia
tergolong rendah dibanding dengan beberapa negara di ASEAN, dan (2) dominannya
budaya tutur sebagai salah satu faktor penyebab rendah-nya kebiasaan dan kegemaran
membaca ,asyarakat Indonesia.
Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang menjadi dasar pengetahuan
seseorang. Semakin rajin ia membaca, tentu pengetahuannya semakin meningkat pula.
Selain faktor-faktor diatas ada beberapa faktor lain yang membuat tingkat membaca
masyarakat Indonesia masih rendah, bahkan di bawah rata-rata diantaranya belum ada
kebiasaan membaca yang ditanamkan sejak dini, akses ke fasilitas pendidikan belum
merata, minimnya kualitas sarana pendidikan, masih kurangnya produksi buku di
Indonesia sebagai dampak dari belum berkembangnya penerbit di daerah, insentif
bagi produsen buku dirasa belum adil, dan wajib pajak bagi penulis yang mendapat
royalti rendah sehingga memadamkan motovasi mereka untuk melahirkan buku
berkualitas (Perpustakaan.bsn.go.id). Fktor kebasaan membaca dan akses ke fasilitas
pendidikan yang belum merata dam minimnya kualitas sarana pendidikan menjadi
pon penting rendahnya tingkat membaca Indonesia, terutama di daerah 3T.
Daerah 3T merupakan singkatan dari daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar,
daerah tertinggal berarti memiliki kualitas pembangunan yang rendah, dimana
masyarakatnya kurang berkembang dibanding dengan daerah lain yang skala nasional.
Sedangkan daerah terdepan dan terluar dilihat berdasarkan letak geografisnya.
Dikatakan daerah terdepan dan terluar karena daerah tersebut berada daerah terdepan
dan terluar wilayah indonesia. Dengan kata lain daerah 3T ini masih jauh dari
aksesibilitas yang memadai. Beberapa permasalahan yang terdapat didaerah 3T ini
antara lainnya adalah permasalahan pendidikan, seperti kekurangan jumlah
(Shortage), distribusi tidak seimbang ( unbalanced distribution ), kualifikasi dibawah
standar (under qualification), kurang kompeten (low competencies), serta ketidak
sesuaian anatara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang diampu (mismatched).
Permasalahan lain dalam penyelenggaraan pendidikan adalah angka putus
sekolah juga maish relatif tinggi, sementara angka partisipasi sekolah masih rendah.
Sebagai bagian dari negara Kesatuan Republik Indonesia peningkatan mutu
pendidikan di daerah 3T perlu dikeklola secara Khisus dan sungguh-sungguh,
utamanya dalam mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, agar daerah 3T
dapat segera maju bersama sejajar dengan daerah lain.
Menteri Pendidikan Nasional R.I. (2003) menyatakan bahwa, “Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan, instrumen penunjang pemberantasan buta
aksara melalui pendidikan Nonformal (PNF) dengan program budaya baca dam
pembimbingan perpustakaan seperti Taman Baca Masyarakat (TBM). TMB ditujukan
untuk meningkatkan minat baca, budaya baca dan cinta buku bagi warga balajar dan
masyarakat.”
Sejalan dengan hal diatas, Direktirat Pembinaan Pendiikan Masyarakat (2013)
dalam Gunawam menulis, dan berhitung (2017) telah memfasilitasi TBM melalui
penyaluran bantuan oeprasionalnya. Hal ini bertujuan agar masyarakat mampu
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung untuk
mengkomunikasikannya pada yang lain. Tidak dapat di pungkiri bahwa TBM sebagai
salah satu lembaga yang dapat membantu masyarakat Indonesia untuk dapat membaca
dan menjadikan informasi membantu kehdupan keseharian.
Penelitian yang dilakukan dariono (2021) menyebutkan bahwa perlunya
penumbuhan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya penggunaan bahasa
Indonesia di daerah 3T, kurangnya pemahaman mengenai teknologi digital yang bisa
juga digunakan sebagai media literasi, serta kurangnya fasilitas penunjang yang akan
digunakan dalam meningkatkan literasi pada masyarakat 3T, seperti TBM, buku
bacaan, dan media penunjang lainnya yang memadai. Di daerah 3T juga tidak
diherankan anak-anak yang putus sekolah, beberapa penyebabnya ialah keadaan
ekonomi keluarga yang kurang mendukung, kurangnya motivasi hingga semangat dari
orang-orang terdekatnya, aksesibilitas dan lingkungan pergaulan anak juga menjadi
faktor rendahya pendidikan di daerah 3T (Masing, 2021).
Permasalahan literasi dan pendidikan di daerah 3T menjadi musuh kita bersama.
Diperlukan uluran tangan kreatif yang mampu menjadikan literasi Indonesia
meningkat sekaligus sebagai bonus dari demografi untuk mencapai Indonesia Emas
2045. Peran serta masyarakat dan pemerintah menjadi satu kesatuan untuk membantu
daerahnya keluar dari daerah 3T, seperti daerah 3T di Provinsi Sumatra Barat.
Provinsi Sumatra Barat terdiri dari 19 kabupaten/ kota yang tiga di antaranya masih
berstatus daerah 3T.
Tiga daerah yang masih berstatus 3T di Sumatra Barat ialah Kepulauaan
Mentawai, Pasaman Barat dan Solok Selatan. Kepulauan Mentawai bertengger di
peringkat ke-76 dari 122 kabupaten di Indonesia yang masih berstatus tertinggal,
sedangkan Solok Selatan dan Pasaman Barat berada di peringkat 35 dan 33 dari 122
kabupaten yang masuk peringkat (Republika.com).
Melihat masih adanya daerah Provinsi Sumatra Barat yang masih termasuk
kedalam kategori daerah 3T, saya mempunyai Inovasi membuat rumah atau tempat
singgah untuk membaca sebagai upaya untuk meningkatkan minat baca di daerah 3T
di Sumatra Barat selaras dengan Judul dari Karya Tulis Ilmiah yang di tulis ini.

II. PEMBAHASAN
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, masyarakat Indonesia masih perlu adanya
peningkatan dalam bidang literasi. Peningkatan literasi untukmasyarakat Indonesia
bertujuan juga untuk memajukan literasi bangsa dan menstabilkan pendidikan di
daerah 3T. salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah membuat Rumah Baca yang
merupakan sebuah inovasi perpustakaan berupa rumah singgah yang dapat didatangi
siapa saja, baik dari anak kecil sampai oarng tua sekaligus. Rumah singgah ini
menyediakan berbagai macam bubu-buku bacan gratis yang dibaca oleh masyarakat
di daerah tertinggal tersebut.buku-buku bacaan tersebut akan di sortir sehingga dapat
dipastikan buku yang ada adalah buku-buku yang berkualitas dan layak baca,
sehingga kenyamanan dan minat masyarakat untuk meningkatkan minat baca atau
literasi dan pendidikan anak-anak dapat terwujutkan. Buku-buku yang ada di rumah
singgah bersumber dari hibah pemerintah, program open donasi dan Open Recruitmen
Relawan yang ada di website Rumah Singgah yang akan dibuat nantinya, selain
webside, Rumah singgah akan memuat Sosmed tersendiri yang berisi tentang
informasi dan Open Recruitmen tersebut. Sosmed ini digunakan untuk promosi dan
memberikan segala informasi yang dapat di akses oleh siapa saja sehingga semua
orang dapat mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh panitia atau anggota Rumah
Singgah tersebut. Lebih lanjut, Rumah singgah untuk membaca ini akan bertujuan
juga untuk menyelsesaikan masalah pembangunan yang berkaitan dengan
Sustainable Development Goals (SDGs) dan revolusi Industri 4.0, yaitu dengan
menghadirkan inovasi Kewirausahaan, posko motivasi dan kreatif, dan akan juga ada
Plant Cultivation Training (PCT) .
Pujayanti (2020) menyampaikan pada tahun 2000, Milenial Development Goals
(MDGs) resmi diberlakukan dengan memfokuskan pada delapan tujuan pembangunan
milenium. Upaya ini dalam rangka menanggapi tantangan untuk menyejahterakan dan
memajukan masyarakat dunia. Proyek ini ditargetkan berjalan hingga tahun 2015.
mendapat banyak kritikan dimasa pensiunnya MDGs, du susunlah sebuah inisasi yang
sama dengan menyempurnakan target-target yang dianggap lebih relevan dalam
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan skala Global, yakni Sustainable
Development Goals (SDGs) . terseusun dalam 17 poin tujuan pembangunan
berkelanjutan dan 169 targer, SDGs dicanangkan akan berlaku hingga 2030.
Pembangunan berkelanjutan adalah sebuah program yang mengintegrasikan
ekonomi, sosial dan lingkungan untuk kemaslahatan manusia dan keberlangsungan
bumi. SDGs merupakan penerus dari MDGs yang memiliki filosofi yang sama yakni
menanggapi tantangan pembangunan dalam skala global.
Cendekiawan seperti Hajer in Robert (1997), Redclift in Briassoulis (2001),
Counsell (1999), Holden (2008) dan Anstrom (2011) menyatakan bahwa untuk
mencapai sebuah program berkelanjutan diperlukan perubahan yang fundamental dar
segi ideologi, perubahan budaya dan kebiasaan, bergantinya paradigma, resormasi
institusi yang didukung oleh struktur politik dan kelembagaan yang tepat (Atih
Rohaeti dkk, 2015)
Salah satu pencapaian perubahan fundamental yang dapat dilakukan agar tercapai
dan terwujutnya poin -point dari SDGs adalah perubahan budaya dan kebiasaan.
Perubahan kebudayaan dan kebiasaan inilah yang sangat penting ditanamkan dalam
masyarakat Indonesia agar dapat menjadi masyarakat milenium yang terpandang.
Untuk membentuk kebiasaan membaca sangat sulit jika tidak ada niat dari dalam diri
sendiri.
Beberapa inovasi yang di sebutkan sebelumnya, yaitu inovasi kewirausahaan,
dalam hal ini pembangunan kewirausahaan dipandang sebagai langkah strategis
dalam upaya mengatasi permasalahan ekomomi bangasa. Pertumbuhan ekomomi
digerakkan oleh adanya aktifitas ekonomi yang dijalankan oleh kalangan wirausaha.
Pendapat ahli menyatakan dibutuhkan 2% wirausaha atau 4,6 juta wirausaha untuk
memajukan perekonomian bangsa. Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu
cara untuk menumbuhkan karakter melalui usaha menanam nilai-nilai kejujuran,
kepemimpinan, tanggung jawab, semangat kerja, gigih serta kreatif dan inovatif.
Kegiatan ini akan dilakukan dengan cara mebagi beberapa kelompok untuk membuat
Usaha kecil-kecilan atau UMKM yang dapat membantu mereka bagaimana
berwirausaha tersebut, tentunya akan didatngakan ahli yang akan menilai dan
membantu aktifitas tersebut. Selanjutnya untuk menguji usaha tersebut akan
diadakannya EXPO khusus untuk UMKM yang ada, sehingga dapat langsung
merasionalkan ide dan usaha mereka. Ini akan berjalan dalam beberapa bulan sampai
akhirnya diadakan EXPO.
Selanjutnya ada program Motivasi dan kreativitas merupakan program lanjutan
dari program kewirausahaan yaitu dimana secara khusus mengajarkan kepada Ibu
Rumah Tangga (IRT) dan masyarakat desa tertinggal 3T tersebut untuk berwirausaha
berkelanjutan, didalam bidang kreativitas. Bak itu kerajinan tangan, kuliner, jajanan,
dan lain sebagainya. Program ini akan diadakan oeh panitia Rumah singgah untuk
membaca untuk membantu keberlanjutan ekonomi di daerah 3T. penanggung jawab
dari kegiatan ini adalah Mawapres, mahasiswa relawan, relawan umum dari desa
tersebut, pihak-pihak resmi lainnya yang bersedia terlibat.
Inovasi lain yang dilakukan oleh Rumah Singgah untuk membaca adalah PCT
adalah sebuah program pelatihan budidaya tanaman yang di selenggarakan oleh
Rumag singgah untuk membaca di daerah 3T. Tujuan dari penyelenggaraan PCT
adalah untuk membantu meningkatkan ekonomi dan etos kerja dari masyarakat.
Spesifik tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman pangan, buah-buahan,,
perkebunan, dan obat-obatan yang dapat bernilai ekonomis di pasaran. Artinya, segala
potensi sumber daya alam yang ada di daerah tersebut akan dimanfaatkan.pihak yang
terlibat dalam kegiatan ini adalah beberapa mahasiswa yang dapat membantu menjadi
relawan dan juga tentunya Mawapres atau Mahasiswa berprestasi tingkat Universitas.
Selain itu ada juga relawan umum desa tertinggal dan tutor ahli budidaya tanaman
yang dibayar khusus untuk kegiatan ini. Pelatihan ini akan berlangsung selama satu
hari, dan akan di praktekkan sesuai jadwal yang di tentukan, atau secara terus
menerus.
Program-progran atau kegiatan diatas sebenarnya sudah ada di digiatkan pemerintah,
namun terkadang tidak terjalankan karena kurangnya pihak terlibat, disini Rumah
Singgah untuk membaca siap turun tangan untuk dapat terlibat langsung dan
memastikan kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan sebenar-benarntya. Kepedulian
maasiswa dari Rumah Singgah Untuk Membaca akan menjadikan daerah 3T dapat
maju dan dilirik keberadaannya oleh bangsa indonesia.
Program yang hampir sama digiatkan pemerintah tersebut adalah seperti program
pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Program PKK hasrus terus
digencarkan di Indonesia di daerah 3T-nya mengingat peningkatan etos kerja dan
mutu SDM itu sangat penting dalam mengejar laju pertumbuhan dan perkembangan
peradaban yang lebih baik di masa depan. Artinya, semua elemen dan komponen
bangsa baik itu di daerah maju maupun tertinggal dapat berkreativitas dengan bebas
dan didorong semangatnya dalam menstabilkan pembangunan di Indonesia.
Program yang dibuat oleh Rumahh Singgah untuk membaca bukan mungkin
tidak akan membawa perubahan yang signifikan untuk kemajuan daerah 3T sehingga
tidak ditemukannya lagi kemiskinan masyarakat Sumatra Barat. Dengan adanya peran
dari generasi muda seperti mahasiswa dapat menyukseskan program ini dan juga
program dari pemerintah sehingga dapat terus beroperasi dan berkembang. Karena,
pada dasar-dasar ide program yang berusaha digencarkan oleh Rumah Singgah Untuk
Membaca berpijak pada konsep Sustainable Development Goals (SDGs) dan resolusi
era 4.0.
SDGs didasarkan pada konsensus dan kemitraan global, sambil menekankan
tanggung jawab negara berkembang untuk melaksanakan pekerjaan rumah mereka,
sedangkan negara 5 maju berkewajiban mendukung upaya tersebut.Tekad pemerintah
untuk merealisasikan target SDGs tentu memerlukan komitmen dari semua pihak
yang terkait dalam pembuatan kebijakan, program dan pelaksana di lapangan serta
masyarakat yang menjadi sasaran SDGs.
Oleh karena itu, beberapa tujuan dari SDGs yang mana menanggulangi
kemiskinan dan kelaparan dan memastikan keberlangsungan lingkungan hidup
berusaha diimplementasikan perwujudannya oleh Rumah Singgah Untuk membaca.
Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan dengan menciptakan peluang minat literasi
masyarakat terhadap buku sehingga anak-anak dan masyarakat yang cerdas dapat
terus bertumbuh di daerah tertinggal. Dengan adanya masyarakat atau generasi yang
cerdas, peluang penanggulangan kemiskinan dan kelaparan dapat terwujud. Tidak
hanya itu, pengembangan kreativitas dalam bidang wirausaha yang ada juga akan ikut
berperan besar terhadap solusi masalah di darah 3T.

III. PENUTUP
dalam pelaksanaan program dan inovasi yang akan dibuat, pihak yang akan
terlibat antara lain yaitu pemerintahan Provinsi Sumatra Barat, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Sumatra Barat, dan Masyarakat yang berada di daerah
3T Sumatra Barat. Rumah Singgah Untuk Membaca menjadi alternatif dan solusi
dalam mencapai beberapa tujuan yang ada dalam SDGs dan revolusi Industri 4.0.
untuk meningkatkan literasi dan mewujudkan pendidikan yang baik di daerah
tertinggal serta memberikan manfaat bagi masyarakat dalam pengembangan
ekonominya.
Rumah Singgah Untuk Membaca dalam setiap perkembangannya akan senantiasa
melibatkan peran serta semua pihak yang berkontribusi dan mengharapkan adanya
dukungan dari pemerintah sebagai pihak yang berpengaruh dalam mengurus daerah.
Adapun tujuan utama dari Rumah Singgah Untuk Membaca adalah mampu membawa
pengaruh dan perubahan yang besar bagi kegidupan masyarakat di daerah 3T,
sehingga beberapa sektor yang masih belum berkembang akan menjadi modal awal
dalam kemajuan daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Dariono, R. F. (2021). Strategi Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Masalah Literasi Di
Daerah 3T. Jurnal Akrab, 12(1), 42-49.
Dwiyantoro. (2019). Peran Taman Baca Masyarakat Mata Aksara dalam
Menumbuhkan Minat Baca pada Masyarakat. Vol 7 No 1. Jurnal Kajian
Informasi dan perpustakaan. file:///C:/Users/user/Downloads/14430-62300-2-
PB.pdf 06 maret 2023
Kominfo.go.Id. Teknologi Masyarakat Indonesia: Malas Baca tapi Cerewet di
Medsos. https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologi-
masyarakatindonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media ,
diakses pada 21 Agustus 2022
Milla, Hilyati. (2013). Pendidikan Kewirausahaan: Sebuah Alternatif Mengurangi
Pengangguran Terdidik Dan Pencegahan Korupsi. Al-Ta’lim Journal. Vol 20,
No 30. http://www.journal.tarbiyahiainib.ac.id/index.php/attalim/article/
view/44 06 Maret 2023
Perpustakaan.bsn.go.id. (2017). Mengapa Literasi di Indonesia Sangat Rendah.
https://perpustakaan.bsn.go.id/index.php?p=news&id=1077 , diakses pada 21
Agustus 2022
Puja, Difa Ameliora. (2020) Hahal Industry as a Paradigm For Sustainable
Development Goals in the Era Of the Industrial Revolution 4.0. Vol 1 No1.
jurnal Youth Ilmaic Economic.
http://jurnalhamfara.ac.id/index.php/yie/article/view/48 06 Maret 2023
Republika.com. (2018). Tiga Kabupaten di Sumbar Masih Berstatus Daerah
Tertinggal.
https://wwww.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/p9m2s6370 diakses
pada 21 Agustus 2022.

Anda mungkin juga menyukai