Anda di halaman 1dari 63

Fenomena Gig Economy,

Informalitas dan Prekariat


di Pasar Kerja, dan
Pandemic Economy

PA N C A S I L A N O M I C S

D R . T E L I S A A U L I A FA L I A N T Y

( E M A I L : T E L I S A 97 F E @ YA H O O . C O M )

A S S S O I C AT E P R O F E S S O R F E B U I

ADJ U NCT R ESEARCHER FEB U I


Outline Penyajian
Pengantar : Kondisi Makro Ketenagakerjaan dan Urgensi Fenomena Gig Economy dan Prekariat

Teori Informalitas, Decent Work, Penggangguran

Fenomema Informalitas, Gig Economy, dan Precariat di Negara Lain

Fenomena Informalitas, Gig Economy, dan Precaraiat di Indonesia

Dampak Pandemi Pada Ketenagakerjaan

Program Kartu Prakerja: Solusi?

Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan


1.Pengantar dan
Urgensi
Kembali ke Pancasila dan UUD
1945=> Pentingnya Decent Work
Sila Pertama : Ketuhanan yang Pasal 27 Ayat (2) UUD NRI tahun 1945
Maha Esa yang berbunyi:

"Tiap -tiap warga negara berhak atas


Sila Kedua : Kemanusiaan pekerjaan dan penghidupan yang layak
yang Adil dan Beradab
bagi kemanusiaan."
Decent work sums up the aspirations of people in their
Sila Kelima :Keadilan Sosial working lives. It involves opportunities for work that is
Bagi Selurah Rakyat Indonesia productive and delivers a fair income, security in the
workplace and social protection for families, better
prospects for personal development and social
integration, freedom for people to express their
concerns, organize and participate in the decisions that
affect their lives and equality of opportunity and
treatment for all women and men. (ILO)
PEMBUKAAN/PENGANTAR/URGENSI

❑ Pengangguran di Indonesia merupakan permasalahan yang tiap tahunnya semakin kompleks. Apalagi di
masa pandemi Covid-19 ini yang membuat banyak perusahaan swasta terpaksa memPHK ratusan hingga
ribuan karyawannya, yang menyebabkan semakin bertambahnya pengangguran di Indonesia.
❑Masih tingginya share pekerja di sektor informal di Indonesia menjadikan banyak permasalahan dan
merupakan kaum rentan terhadap perubahan dan belum sepenuhnya terlindungi
❑Selain masalah pengangguran secara kuantitas, juga masalah pengangguran secara kualitas.
❑ Permasalahan berkembangnya fenomena gig economy seiring dengan perkembangan digitalisasi
❑ Trend pekerjaan di masa mendatang dengan gap skill yang masih lebar dan makin besarnya digitalisasi
yang bermata dua

5
Urgensi : Adanya Global Shortfall dalam Jobs
Update Tingkat Pengangguran Indonesia
Perkembangan Tingkat Pengangguran di Indonesia
8
7.07
12 ❑ Jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2021 mengalami
6.26 6.49
10 peningkatan sebesar 350 Ribu orang dan menambah angka
6
5.1 5.3
4.98 5.23
4.94 9.7 pengangguran terbuka menjadi 6.49% dibandingkan Februari 2021.
8.75 9.1 8
❑ Tingkat Pengangguran Terbuka di perkotaan maupun perdesaan
4 6.96 7.1 6.9 7.05 6.9 6
mengalami penurunan sebesar -0.66% dan -0.54% secara yoy.
4
2
❑ Tingkat Pengangguran Terbuka untuk kelamin laki-laki dan
2 perempuan menurun secara yoy masing-masing -0.72% dan -0.35%.
0 0 ❑ Tingkat Pengangguran Terbuka untuk kelompok usia 15- 24 Tahun
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus dan 25-59 tahun terlihat menurun masing-masing sebesar -0.91%
2018 2019 2020 2021 dan -0.6%. Sedangkan untuk kelompok umur 60 Tahun meningkat
Persentase Pengangguran(%) Jumlah (Juta Orang) Pengangguran sebesar +1.03%.

TPT di Indonesia Berdasarkan Wilayah (%) TPT di Indonesia Berdasarkan Kelamin (%) TPT di Indonesia Berdasarkan Kelompok Usia (%)
10 8 7.46 25
8.98
8.32 6.81 6.74
8 6.46 20.46
6.11 19.55
8 20 18.03
6 5.41

6 15
4.71
4.11 4.17 4
4 10

2 5.04 4.57 4.44


2 5 2.73
1.7 1.29
0 0 0
Agustus 2020 Februari 2021 Agustus 2021 Agustus 2020 Februari 2021 Agustus 2021 Agustus 2020 Februari 2021 Agustus 2021

Urban Rural Laki-laki Perempuan 15-24 Tahun 25-59 Tahun 60 Tahun Keatas
Source: Badan Pusat Statistik
7
2.Teori dan Definisi
PENGANGGURAN, PRECARIAT, INFORMALITAS, DECENT WORK
Tiga Jenis Pengangguran Menurut Teori Makroekonomi

Pengangguran friksional (frictional unemployment)


• Pengangguran friksional yaitu pengangguran yang disebabkan oleh
tindakan seorang pekerja yang meninggalkan pekerjaannya dan
mencari pekerjaan yang lebih baik atau sesuai dengan keinginannya.
Pengangguran struktural (structural unemployment)
• Pengangguran struktural yaitu pengangguran yang disebabkan oleh
adanya perubahan struktur dalam perekonomian.
Pengangguran konjungtur atau siklikal atau siklus
• Pengangguran konjungtur adalah pengangguran yang disebabkan
oleh kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat
pengurangan dalam permintaan agregat.

9
Seperti 3 jenis pengangguran di atas, (Marius, 2004) juga menambahkan jenis pengangguran
berdasarkan penyebabnya:

Pengangguran musiman (seasonal unemployment)


•Pengangguran jenis ini disebabkan karena adanya perubahan musim. Misalnya, seorang
petani yang terpaksa menganggur ketika bukan musim bertani dan panen.
Pengangguran teknologi
•Pengangguran teknologi yaitu pengangguran yang disebabkan oleh perkembangan atau
pergantian teknologi.
Pengangguran politis
•Pengangguran politis yaitu pengangguran yang dikarenakan oleh adanya peraturan
pemerintah yang secara langsung ataupun tidak dapat mengakibatkan pengangguran.
Pengangguran deflatoir
•Pengangguran jenis ini disebabkan oleh tidak cukup tersedianya lapangan pekerjaan
dalam perekonomian secara keseluruhan, atau karena jumlah tenaga kerja melebihi
kesempatan kerja.

10
(Marius, 2004), yang melihat pengangguran sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau bekerja
secara tidak optimal, juga membedakan pengangguran menjadi 3 macam, yakni:

Pengangguran terbuka (open unemployment)


• Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang betul-betul tidak mempunyai pekerjaan. Hal ini
dikarenakan 2 hal, yaitu (1) mereka belum mendapatkan pekerjaan meskipun telah berusaha
semaksimal mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan (2) mereka malas mencari pekerjaan atau
malas bekerja.
Pengangguran terselubung (disguised unemployment)
• Pengangguran terselubung merupakan pengangguran yang terjadi karena terlalu banyaknya tenaga
kerja untuk satu unit pekerjaan padahal dengan mengurangi tenaga kerja tersebut sampai jumlah
tertentu tetap tidak mengurangi jumlah produksi atau bekerja tidak sesuai keahlian.
Setengah menganggur (under unemployment)
• Pengangguran jenis ini yaitu tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada
pekerjaan untuk sementara waktu. Misalnya, seorang buruh bangunan yang telah menyelesaikan
pekerjaan di suatu proyek, untuk sementara menganggur sambil menunggu proyek berikutnya.

11
Definisi Prekariat di Berbagai
Negara
❑In Italy, the precariato has been taken to mean more than just people doing casual labour and with low incomes, implying a precarious
existence as a normal state\of living (Grimm and Ronneberger, 2007).

❑In Germany, the term has been usedto describe not only temporary workers but also the jobless who have no hope of social integration. This
is close to the Marxian idea of a lumpenproletariat.

❑In Japan, the term has been used as synonymous with ‘the working poor’,although it evolved as a distinctive term as it became associated
with the Japanese May Day movement and so-called ‘freeter unions’, made up of young activists demanding better working and living
conditions (Ueno, 2007; Obinger, 2009). Japan has produced a group of young workers known as ‘freeters’ – aname peculiarly combining
‘free’ and Arbeiter

❑Currently, having a temporary job is a strong indicator of a kind of precariousness. For some it may be a stepping stone to the construction
of acareer. But for many it may be a stepping stone down into a lower income status. Taking a temporary job after a spell of unemployment,
as urged by many policymakers, can result in lower earnings for years ahead (Autor and Houseman, 2010)

❑Excessive labour is bad for health. A long-term study of 10,000 UK civil servants estimated that those who worked three or more hours of
overtime a day were 60 per cent more likely to develop heart trouble than those who worked a seven-hour day (Virtanen et al., 2010). Long
hours also increase the
risk of stress, depression and diabetes; stress leads to social isolation, marital and sexual problems, and a cycle of despair

Sumber : Guy Standing (2011), The Precariat : The New Dangerous Class
Conceptual Framework Prekariat:
Informalisasi tenaga kerja sangat erat kaitannya dengan fenomena kaum prekariat sebagaimana yang dinyatakan oleh Guy Standing
(2011). Fenomena prekariat dapat dikatakan menjadi tipologi masyarakat Indonesia saat ini. Hal itu didukung dengan kondisi dunia
ke depan yang serba tidak menentu, lapangan pekerjaan yang terbatas, juga sistem kerja dalam rantai pasok global yang menuntut
adanya fleksibilitas tenaga kerja baik dari sisi upah, kontrak, hingga mekanisme kerja. Dampak Pandemi Covid-19 terhadap rantai
pasok global, juga menghasilkan sebuah skema besar prekarisasi atau perentanan secara masif.

Pekerja yang masuk ke dalam kaum prekariat menjadi kelompok yang mengalami anger, anomie, anxiety, dan alienation. Implikasinya
dapat bermacam-macam terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan politik. Pada tahap yang paling ekstrem, kondisi yang serba tidak
pasti dan tidak aman dalam hidup akan menggiring pada sebuah persoalan yang besar, yaitu kerusuhan sosial. Prekarisasi, juga
dapat menjadi faktor bagi masyarakat untuk mempertanyakan kembali berbagai sistem yang mapan, yang saat ini sedang diterapkan
pada struktur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Maka menjadi suatu hal yang tidak mustahil, sistem seperti demokrasi akan
mulai dipertanyakan publik utilitasnya ketika jalannya prekarisasi rakyat tidak terbendung.

Dengan dominasi pekerja informal dalam struktur ketenagakerjaan kita dan perkembangan teknologi digital yang pesat, menjadi
penting untuk memahami fenomena yang sedang berkembang yaitu gig economy. Menurut laporan dari Department for Business,
Energy and Industrial Strategy of The United Kingdom, belum ada kesepakatan dalam mendefinisikan gig economy. Dalam hal ini,
mereka menggunakan definisi gig economy sebagai sesuatu yang mencakup aktivitas transaksi pertukaran antara individu atau
dengan perusahaan melalui digital platform yang secara aktif memberikan fasilitas untuk mempertemukan penyedia jasa/barang
dengan konsumen, dengan sistem jangka pendek dan pemberian imbal jasa sesuai dengan apa yang telah dikerjakan/diselesaikan
Prekariatisasi Rakyat menurut Airlangga Pribadi
(2020)
❑ Neoliberalisasi universitas mendorong munculnya pola privatisasi pengelolaan
universitas negeri

❑ Pada satu sisi di negara berkembang terjadi ekspansi mobilitas akses pada
pendidikan tinggi dari kalangan muda, dalam kuantitas tinggi dan keluaran yang
tinggi sebagai efek industrialisasi pendidikan

❑ Lumpen intelligentsia / Cognitariat meningkat secara kuantitas karena sebagian


besar di antara mereka tidak terserap ke dunia kerja yang layak.

❑ Akibatnya deprivasi relatif multidimensional terjadi. Harapan yang mereka


tambatkan ketika menggapai pendidikan/demokrasi tidak sesuai dengan
perolehan kemakmuran guna menyambung hidup mereka sehari-hari.

❑ Munculnya kelompok sosial rentan yang sebagai implikasi dari labor


market flexibility memunculkan kalangan-kalangan yang hidup dalam kondisi
ketidakpastian sosial dan menjadi precariat class.
Kontradiksi Pancasila Vs Neoliberalisme,
Oligarchy dan Populisme kanan
> Proses prekariatisasi yang berhubungan dengan tuntutan neoliberalisme dan lemahn
Benturan antara narasi Populisme Kanan dengan Sila Kedua dan
Ketiga (nasionalisme dalam tamansarinya internasionalisme,
internasionalisme dalam buminya nasionalisme).
> Proses prekariatisasi berhubungan dengan tuntutan
Benturan antara oligarki, ketimpangan neoliberalisme dan lemahnya kanal politik mendorong
kekecewaan
sosial dan neoliberalisme dengan Sila
keempat dan kelima (Demokrasi yang •Sistem oligarki berkembang dalam tatanan kapitalisme di
digunakan bukan demokrasi barat namun Indonesia sebagai hasil dari pertemuan antara akumulasi privat
demokrasi berbasis keadilan sosial). dan corporate wealth yang bertemu dengan penguasaan institusi
publik dan otoritas negara sejak era orde baru.
Benturan antara narasi
populisme identitas dengan Sila Sumber : Presentasi Bapak Airlangga Pribadi (2020),
Pertama (Ketuhanan yang Prekariatisasi Pekerja dan Pancasilanomics
Berkebudayaan).
Definisi Gig Economy
Sumber :https://glints.com/id/lowongan/gig-economy-adalah/#.YbE-n71Bw2w, Novianto, et, al (2021)

Menurut BBC, gig economy adalah pasar tenaga kerja yang identik dengan karyawan kontrak jangka pendek atau pekerja
lepas (freelancer).

Dari sudut pandang lainnya, gig economy juga dapat didefinisikan sebagai lingkungan kerja yang fleksibel dalam hal jam kerja, tetapi
minim perlindungan tempat kerja hingga berpotensi menimbulkan eksploitasi.

Sementara itu, TechTarget mendefinisikan gig economy dari asal katanya, yaitu ‘gig’ dan ‘economy’.

‘Gig’ atau manggung adalah istilah yang lazim digunakan dalam dunia hiburan, khususnya dunia musik. Istilah ini menggambarkan pekerja
di dunia hiburan yang biasanya bekerja dalam jangka waktu yang relatif pendek.

Maka, dapat disimpulkan bahwa gig economy adalah sistem kerja di mana umumnya lembaga atau perusahaan lebih memilih untuk
merekrut pekerja independen atau kontrak jangka pendek.

Belakangan, gig economy semakin banyak diterapkan oleh perusahaan. Fenomena gig economy ini sebenarnya bukan hal yang
mengejutkan. Anthony Hussenot, profesor dari Université Nice Sophia Antipolis (UNS), sempat menyebutkan bahwa pekerja lepas adalah
pekerjaan masa depan, seperti dikutip dari Tirto. perkembangan dunia telekomunikasi dan pemanfaatan crowdsourcing mendorong
sejumlah sektor bisnis tidak membutuhkan banyak karyawan tetap.

De Stefano (2015) menyebut kerja gig sebagai kerja kasual, borongan per proyek, dan dengan kontrak jangka pendek.
Contoh Pekerjaan terkait Gig Economy

• IT: network analyst, information security engineer

• Penulisan: content writer, resume writer, copywriter, UX copywriter

• Akuntansi: akuntan, accounting assistant

• Administratif: virtual assistant, pharmacy technician, design administrative assistant

• Pendidikan: guru, dosen, tutor

• Software development: game engineer, UI/UX designer, DevOps engineer

• Project management: project manager, office manager, epic management project manager

• Bekerja di bidang desain, event, dan advertising.

Sumber :https://glints.com/id/lowongan/gig-economy-adalah/#.YbE-n71Bw2w
Dampak Gig Economy
Sumber :https://glints.com/id/lowongan/gig-economy-adalah

POSITIF NEGATIF
❑Dari sisi pekerja, salah satu dampak positif gig economy adalah pekerja bisa mengambil ❑Sulitnya memiliki jenjang karier yang baik. Karen Perusahaan lebih memilih pekerja
banyak proyek sekaligus dalam satu waktu. lepas.

❑Dilansir dari Investopedia, banyak orang memutuskan untuk melakukan banyak pekerjaan ❑Kesempatan pekerja tetap untuk berkembang juga menjadi semakin sulit.
demi memenuhi standar gaya hidup yang mereka inginkan, dimana kondisi tersebut tidak
mungkin dilakukan jika seseorang menjadi pekerja tetap di suatu perusahaan. ❑Dampak negatif lainnya adalah tentang fleksibilitas. Memang, fleksibilitas dapat
dianggap sebagai sesuatu yang positif.
❑Orang cenderung melakukan pergantian karier berkali-kali, terutama generasi milenial
Degnan alasn meningkatkan karier, skill, hingga bosan di tempat kerja. ❑Namun, kenyataannya banyak orang tidak bisa menemukan work life balance mereka
dengan situasi kerja yang fleksibel.
❑Di sisi lain, gig economy memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk menemukan
pekerja-pekerja terbaik karena perputarannya yang sangat cepat. ❑Adapun isu lain yang ditimbulkan dari gig economy, yaitu eksploitasi. Banyak orang
mengkhawatirkan eksploitasi akan terus berkembang seiring dengan melebarnya
❑Selain itu, perusahaan juga tidak perlu mengikatkan diri pada banyak karyawan tetap. fenomena tersebut.

❑Dilansir dari Wired, salah satu dampak dari gig economy adalah kurangnya perlindungan
terhadap pekerja dan bayaran yang kurang layak. Pekerja tidak mendapat berbagai
tunjangan, libur, hingga sick pay.Mereka tidak mendapat perhatian khusus dari
perusahaan karena hanya dianggap sebagai pekerja kontrak.

❑Selain itu menurut Kompas, gig economy bisa melukai perekonomian secara umum
dalam jangka panjang. Dengan semakin banyaknya pekerja lepas, hal tersebut bisa
meningkatkan angka pengangguran serta daya beli per orangnya.
QUICK SURVEY

Menurut Anda : Fenomena Gig Economy:


1.Lebih Banyak Dampak Positif daripada Negatif
2.Netral
3.Lebih Banyak Dampak Negatif daripada Positif
TEORI MENGENAI INFORMALITAS

▪ Model secara teori menjelaskan alasan munculnya aktivitas informal, yaitu minimnya pembangunan dan
pemerintahan yang buruk.
▪ Beberapa faktor seperti ketidakmampuan perkotaan, moderinisasi, dan sektor formal menyerap
migrasi perdesaan, keterbatasan pengembangan pembiayaan untuk sektor formal, dan kurangnya
kemampuan sumber daya dalam mencari pekerjaan formal.
▪ Selain itu, peraturan dan pajak yang membebani usaha untuk tetap bertahan di sektor informal,
peraturan ketenagakerjaan yang berlebihan yang akhirnya meningkatkan biaya pekerjaan formal,
dan tata kelola pemerintahaan dan kualitas peraturan yang buruk.
▪ Teori memprediksi bahwa seiring dengan perkembangan pasar keuangan, sektor usaha informal akan
menurun. Perkembangan sektor keuangan yang mencakup inovasi dan pemanfaatan teknologi akan
mengurangi biaya dalam mengakses sumber daya keuangan dan memberikan insentif kepada perusahaan
untuk beroperasi secara formal. Seperti syarat kolateral yang rendah, penegakan hukum yang kuat,
perluasan pembiayaan keuangan formal, dan proses audit perpajakan yang lebih efisien. Sebaliknya,
informalitas juga sebagai penghambat pengembangan sektor keuangan melalui beberapa channels, seperti
penghindaran pajak dan biaya pengawasan perbankan yang tinggi.
Understanding the Informal Economy:
Concepts and Trend

● Ekonomi informal didefinisikan sebagai kegiatan produksi barang/jasa yang berusaha menghindari
otoritas public seperti menghindari pajak, menghindari birokrasi pemerintah, dan rendahnya
kualitas institusi (tidak memiliki kekuatan hukum).
● Karakteristik sektor informal:
○ Pekerja di sektor informal cenderung memiliki skill rendah dan cenderung dibayar murah.
○ Usaha informal cenderung padat karya dan lebih banyak berada di sektor jasa.
○ Lebih mengandalkan dana pribadi yang membuat mereka rentan akan gangguan kas terutama ketika
terjadi hambatan dalam usaha.
○ Pekerja sektor informal umumnya tinggal dan bekerja di kondisi keramaian dan lebih sering melakukan
transaksi dalam bentuk tunai.
○ Memiliki akses terbatas untuk keuangan dan pelayanan kesehatan.

Sumber : Bank Dunia


Decent Work Menurut International Labour Organization (ILO)

➢ Deklarasi Seratus Tahun ILO untuk Masa Depan Pekerjaan, yang ➢ Deklarasi Seratus Tahun ILO juga menyerukan kepada semua
diadopsi pada tahun 2019 setelah bertahun-tahun melakukan analisis pemangku kepentingan terkait untuk memastikan koherensi kebijakan
dan pertimbangan, mengusulkan pendekatan yang berpusat pada dalam sistem multilateral. Ini berarti memeriksa dan
manusia terhadap teknologi baru di dunia kerja. mempertimbangkan semua kebijakan dan tindakan ekonomi dan
keuangan internasional dengan mempertimbangkan tujuan mendasar
➢ Sementara itu menekankan pentingnya “memanfaatkan potensi untuk mencapai keadilan sosial.
penuh dari kemajuan teknologi dan pertumbuhan produktivitas, ➢ Kelompok Masyarakat Informasi Perserikatan Bangsa-Bangsa
termasuk melalui dialog sosial, untuk mencapai pekerjaan yang layak
(UNGIS) telah memprakarsai Dialog tentang Peran Digitalisasi dalam
dan pembangunan berkelanjutan, yang menjamin martabat,
pemenuhan diri dan pembagian keuntungan yang adil untuk semua”, Dekade Aksi ini untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya
itu secara khusus menyerukan “kebijakan dan langkah-langkah yang digitalisasi dalam mencapai SDGs dan peluang unik yang dihadirkan
memastikan privasi dan perlindungan data pribadi yang tepat, dan UNGIS untuk kolaborasi yang lebih efektif di area ini dalam Sistem
menanggapi tantangan dan peluang di dunia kerja yang berkaitan PBB.
dengan transformasi digital kerja, termasuk kerja platform.”

➢ Peran kebijakan tersebut semakin penting dalam menangani


konsekuensi sosial dan ekonomi dari pandemi COVID-19. Bekerja dari
rumah, didukung oleh teknologi digital canggih, telah menunjukkan
potensinya, tetapi potensi positif apa pun hanya dapat diwujudkan
sepenuhnya jika didukung oleh kebijakan dan regulasi yang efektif
untuk perlindungan dan keterwakilan pekerja serta untuk memperluas
akses digital ke semua orang.

22
Pekerjaan yang Layak dan Ekonomi Digital
Digitalisasi menawarkan banyak peluang untuk Efek negatif dari digitalisasi terkait dengan
transisi ekonomi dan peningkatan industri, dampak pendapatan dan ketidakamanan
digitalisasi pada pekerja dan perusahaan dapat pekerjaan, intensifikasi kerja, dan
bersifat positif dan negatif. Efek positif mungkin penurunan kesejahteraan mental.
termasuk : Misalnya :
Platform tenaga kerja digital
menyediakan sumber
pekerjaan dan pendapatan
baru, tetapi menimbulkan
pertumbuhan peluang pasar tantangan serius bagi
pekerjaan baru
produktivitas baru perlindungan, perwakilan,
dan perlakuan adil pekerja.

keseimbangan
gaji yang lebih Digitalisasi menghasilkan
kehidupan kerja
tinggi data pekerja dalam jumlah
yang lebih besar besar yang dapat
menimbulkan risiko bagi
privasi pekerja.

23
3.Fenomena di
Negara Lain
FENOMENA INFORMALITAS DI EAST ASIA AND PACIFIC
▪ Informalitas yang tinggi dikarakteristikkan dengan sektor perdesaan yang dominan, tata kelola pemerintahan
yang buruk, kelembagaan yang lemah, dan sumber daya manusia yang buruk.
▪ Banyak penghuni perkotaan merupakan pekerja informal dengan tidak terdaftarnya dalam perlindungan sosial
dan tanpa akses pelayanan dasar seperti air bersih dan tansportasi publik.
▪ Pandemi dan lockdown telah memberikan keterbatasan akses pada sektor informal terhadap dukungan sosial dan
teknologi digital yang mana kondisi ini semakin meningkatkan ketimpangan. Kebijakan yang fokus pada
peningkatan keterampilan dan akses terhadap sumber daya dinilai mampu membantu mereka, seperti:
▪ Perencanaan perkotaan harus didesign dengan baik untuk membantu meningkatkan akses terhadap
pekerjaan, perumahan yang terjangkau, transportasi publik serta layanan kesehatan dan pendidikan dengan
memberikan peluang yang sama bagi seluruh masyarakat.
▪ Mendorong untuk menjadi usaha formal tidak hanya dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja,
tetapi juga meningkatkan akses terhadap pelayanan peningkatan bisnis, pengurangan birokrasi dan
penurunan korupsi, pemberian akses pembiayaan serta peningkatan keterampilan dan pelatihan.
▪ Mencabut segala hal yang bersifat disinsentif bagi pekerja formal dapat mendorong usaha informal
menjadi formal, seperti prosedur dan biaya pendaftaran yang mudah dan murah serta penilaian pajak dan
sistem pembayaran yang lebih sederhana.
▪ Investasi pada dukungan sosial dapat ditingkatkan, sistem dapat ditargetkan dengan lebih efektif, dan jika
memungkinkan dapat dihubungkan dengan mekanisme dukungan pendidikan, Kesehatan, dan
ketenagakerjaan yang sudah ada. Basis pajak diperluas, pajak progresif ditingkatkan dan pembiayaan
skema asuransi sosial diperluas.
FENOMENA INFORMALITAS DI SOUTH ASIA
▪ Meluasnya pekerja informal mencerminkan dominasi sektor pertanian dan usaha mikro dan kecil, dan juga
usaha keluarga. Pengangguran yang tinggi di antara penduduk yang berketerampilan rendah, pedesaan,
perempuan, dan usia muda mendorong pekerja ke sektor informal. Informalitas yang tinggi di wilayah ini
juga terkait dengan institusi yang lemah dan iklim usaha yang buruk (seperti korupsi dan efektivitas
pemerintahan yang buruk).
▪ Kebijakan yang diciptakan harus mampu menyelesaikan permasalahan sumber daya kelompok rentan yang
buruk dan mampu meningkatkan akses pembiayaan dan pelayanan publik.
▪ Pengangguran usia muda yang tinggi, keterampilan yang rendah, perempuan dan pekerja perdesaan.
Kelompok ini akan mencari pekerjaan di sektor informal. Kebijakan yang menyasar pada pelatihan dan
pendidikan khususnya di daerah perdesaan akan membantu mereka melakukan transisi ke sektor formal.
▪ Akses kredit untuk pekerja informal yang lebih baik dapat mendorong proses formalisasi. Perluasan
akses pembiayaan mikro dapat mendorong investasi dan produktivitas di sektor informal. Pelayanan
publik yang baik dapat menjadi insentif bagi usaha informal untuk menjadi formal.
▪ Peningkatan kualitas lingkungan bisnis seperti peningkatan efektivitas pemerintahan dan korupsi
yang mampu dikendalikan. Kondisi ini dapat menurunkan informalitas melalui penurunan biaya untuk
masuk dan beroperasi di sektor formal.
Statistik Gig Economy di US
• 57.3 million people freelance in the U.S. It’s estimated that by 2027 there will be 86.5 •Out of those doing gig work as their primary source of
million freelancers. (Upwork)
income, 58% would have difficulty handling the unexpected
• 36% of U.S. workers participate in the gig economy through either their primary or expense of $400, compared to 44% of those doing gig work
secondary jobs. (Gallup)
to supplement their income. (Report on the Economic Well-
• For 44% of gig workers, their work in the gig economy is their primary source of income. Being of U.S. Households in 2018)
(Edison Research)

• For 53% of gig workers aged 18-34, their work in the gig economy is their primary source
of income. (Edison Research) •80% of gig employees whose gig work is the primary
source of income say that an unexpected expense of $1,000
• Gig employees are more likely to be young, with 38% of 18-34-year-olds being part of
the gig economy. (Edison Research) would be difficult to pay. (Edison Research)
• 1 in 6 workers in traditional jobs would like to become a primary independent earner.
(McKinsey) •Full-time freelancers dip into savings more often (63% at
• Overall, it’s estimated that the independent workforce is larger than previously least once per month versus 20% of full-time non-
recognized: some 20 to 30 percent of the working-age population in the United States freelancers.) (Upwork)
and the EU-15 countries are engaged in some form of independent earning today.
(McKinsey)

• Gig economy workers are projected to account for more than $1.4 trillion of the total US
income in 2018. (PYMNTS)

• 55% of gig workers also maintain full-time or regular jobs. (PYMNTS)


Sumber : https://zety.com/blog/gig-economy-statistics
Fenomena Meningkatnya Informalitas=> Termasuk untuk Youth
dan didorong Urbanisasi

Sumber : ILO
Perubahan Ekonomi Informal
● Perekonomian informal lebih lazim di EMDEs dibandingkan di negara dengan ekonomi maju dan dalam bentuk
yang berbeda dalam setiap wilayah.
● Output yang dihasilkan dari ekonomi informal cenderung menurun sejak tahun 1990, begitu pula dengan pekerjaan
yang dihasilkannya. (%GDP turun 8% di EMDEs dan 3% di ekonomi maju; %employment turun 10% di EMDEs dan
3% di ekonomi maju)
Overview
Share of informal output and Informality by EMDE region Per capita incomes and
self-employment informality

Informal output EMDEs lebih tinggi Negara-negara di wilayah Sub- GDP per kapita negara dengan
dibandingkan negara-negara dengan Saharan Africa memiliki kontribusi tingkat informalitas yang tinggi
ekonomi maju, begitu pula dengan sektor informal yang terbesar cenderung jauh lebih rendah
kondisi self-employment. terhadap GDP dan self-employment dibandingkan dengan negara dengan
yang tinggi. tingkat informalitas yang rendah

Notes: EAP (East Asia and Pacific), ECA


• (Europe and Central Asia), LAC (Latin America and The Caribbean), MNA (Middle East and North Africa), SAR (South Asia), SSA (Sub-Saharan Africa)
Informality, poverty and income Governance in EMDEs with high
inequality and low output informality

Negara-negara dengan informalitas yang tinggi memiliki jumlah penduduk miskin yang lebih
banyak serta memiliki ketimpangan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
negara dengan tingkat informalitas rendah.
Negara-negara dengan informalitas rendah memiliki kualitas birokrasi yang lebih baik
dibandingkan dengan negara dengan informalitas tinggi. Begitu juga untuk pengendalian
korupsi dan kepatuhan hukum.
Informality memperburuk Dampak Covid-19

Lockdown dan social distancing menjadi tantangan Tabungan yang terbatas dan kurangnya
01. terbesar dalam perputaran ekonomi informal karena
mengandalkan kerumunan.
02. akses jaminan sosial membuat mereka
sulit bertahan.

Dengan kondisi tersebut, jika sektor informal ini tetap melakukan kegiatannya demi bertahan
maka konsekuensi penyebaran COVID-19 tidak terelakkan. Jika mereka yang berada di sektor
ini tidak melakukan kegiatan ekonomi maka tekanan besar terhadap perekonomian akan terjadi
karena sumbangannya yang besar terhadap pertumbuhan di negara EMDEs.
4.Fenomena di
Indonesia
Fenomena Meningkatnya
Informalitas
Dari sisi kategori pekerjaan, Covid-19 juga menghasilkan dampak yang mengkhawatirkan.
Data menunjukkan bahwa terdapat kenaikan jumlah dan persentase penduduk yang bekerja
di sektor informal.
Pada Agustus 2019, perbandingan penduduk yang bekerja di sektor formal dibanding
informal sebesar 56,80 juta : 71,96 juta (44,12% : 55,88%).
Sedangkan pada Agustus 2020, meningkat menjadi 50,77 juta : 77,68 juta (39,53% :
60,47%). Penduduk bekerja di sektor formal berkurang sebesar 6,03 juta orang dan
penduduk bekerja di sektor informal bertambah sebesar 5,72 juta orang.
Struktur ketenagakerjaan yang didominasi oleh sektor informal tersebut, tentu tidak akan
berpengaruh baik pada kehidupan tenaga kerja, produktivitas, maupun kebijakan negara.
Fenomena Gig Economy di
Indonesia
❑Di Indonesia sendiri, perkembangan gig economy juga sudah berkembang pesar. Hal ini ditengarai dengan pesatnya
perkembangan platform-platform sejenis Grab dan Gojek. Seperti yang diketahui, animo masyarakat akan
kehadiran platform-platform tersebut sangat tinggi ditandai banyaknya orang yang melamar pekerjaan di platform-
platform tersebut. Selain melalui platform-platform ojek online, geliat perkembangan gig economy di Indonesia juga
ditengarai dengan berkembangnya website-website pekerja lepas atau freelancer seperti projects.co.id dan
Sribulancer.(Sumber:https://www.simulasikredit.com/apa-itu-gig-economy/)

❑Berdasarkan data World Bank 2019, tenaga kerja independen Asia Tenggara telah mengalami pertumbuhan
tahunan sebesar 30%, jumlah yang semakin meningkat pada tahun 2020 selama pandemi.

❑Google dan Temasek juga mengestimasikan bahwa ada sekitar 150 juta individu pekerja independen di kawasan Asia
Tenggara dengan 50% di antaranya mengalami kesulitan akses ke berbagai layanan finansial dan tidak memiliki
perlindungan kerja yang memadai.

❑Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan ada sebanyak 33,34 juta orang di Indonesia yang bekerja
sebagai pekerja paruh waktu atau pekerja lepas per Agustus 2020. Angka itu naik 4,32 juta orang atau 26 persen di
tahun 2020.

❑Para pekerja independen di Indonesia menempati posisi terendah dari piramida perlindungan kerja, posisi mereka bahkan
kalah dari pekerja kerah biru yang keamanan tenaga kerjanya dilindungi oleh UU No.13, tahun 2003.

❑Dari data Gigacover, ditemukan bahwa lebih dari 50% pekerja independen di Indonesia memilih uang tunai dan
perlindungan kesehatan sebagai tunjangan pilihannya.
Update Ketenagakerjaan Indonesia
TK Produktif Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2020 TK Produktif Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2021
Pertanian 29.76 28.33
Perdagangan 19.23 19.64
Industri Pengolahan 13.61 14.26
Akomodasi dan Makan… 6.65 7.01
Konstruksi 6.28 6.33
Jasa Pendidikan 4.69 4.95
Jasa Lainnya 4.99 4.41
Transportasi 4.35 4.15
Administrasi Pemerintahan 3.56 3.7
Jasa Kesehatan 1.56 1.68
Jasa Perusahaan 1.4 1.54
Jasa Keuangan 1.21 1.22
Pertambangan 1.05 1.1
Informasi dan Komunikasi 0.73 0.76
Pengadaan Air 0.38 0.43
Real Estate 0.31
Penyerapan TK Sektor Formal dan Informal
0.27
Pengadaan Listrik dan Gas 0.24 0.22
0 5 10 15 20 25 30 35 70
60.47 59.62 59.45
❑ Pada Agustus 2021 tiga lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja paling banyak
60
adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yaitu sebesar 28,33 persen; Perdagangan
Besar dan Eceran sebesar 19,64 persen; dan Industri Pengolahan sebesar 14,26 50
39.53 40.38 40.55
persen. 40
❑ Peningkatan persentase tenaga kerja terbesarsecara yoy adalah Industri Pengolahan 30
(0,65%); Perdagangan Besar dan Eceran (0,41%); dan Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum (0,36%). 20
-0.17%
❑ Tiga lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan persentase tenaga kerja terbesar 10 -1.02%
adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (1,43%); Jasa Lainnya (0,58%); dan 0
Transportasi dan Pergudangan (0,20%). Agustus 2020 Februari 2021 Agustus 2021
❑ Memperlihatkan perbaikan kondisi ekonomi, karena kontribusi pertanian menurun, Formal Informal
diikuti kegiatan kualitas penyerapan tenaga kerja yang lebih baik yaitu pada sektor
formal.

Source: Badan Pusat Statistik 36


Strategi Penurunan Tingkat Pengangguran
Pengangguran Pengangguran Diakibatkan Covid
14 Tingkat Pengangguran Terbuka Tingkat Pengangguran Terbuka Covid 10%
Tingkat Pengangguran Terbuka APBN
9.20% 9.10% Memulihkan Ekonomi untuk menciptakan
12 12.51 12.66 lapangan kerja
8%

10
11.02
10.66 •Pemulihan industri manufaktur, pariwisata, dan investasi.
•Penumbuhan kewirausahaan
5.28% 6% •Pembangunan infrastruktur sederhana di pedesaan
8
bersifat padat karya
7.56
7.24 7.03 7.04 7 7.05
6
4%

4
Mewujudkan Angkatan Kerja yang Berkualitas
dan Produktif
2%
2
Reformasi sistem perlinsos, sistem kesehatan, reformasi
sistem Pendidikan dan pelatihan vokasi (TVET) untuk
0 0% meningkatkan kualitas dan relevansi:
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 1.Peningkatan peran dan Kerjasama industri/ swasta
2.Reformasi penyelenggaraan (TVET)
3.Peningkatan kualitas dan kompeternsi
• COVID-19 berdampak pada peningkatan jumlah penganggur akibat penambahan Pendidik/Instruktur.
lapangan kerja sangat terbatas dan cenderung menyusut. 4.Penguatan tata Kelola TVET
- Diperkirakan tahun 2020 penganggur akan bertambah 4,0 – 5,5 juta orang 5.Pengembangan sistem informasi pasar kerja
dibandingkan dengan tahun 2019.
• Pada tahun 2021 pengangguran diperkirakan mencapai 10,7 – 12,7 juta.
• Sekor yang paling banyak kehilangan pekerja adalah perdagangan, industri manufaktur,
konstruksi, jasa perusahaan, dan akomodasi & makanan minuman.
• Dampak lainnya adalah penurunan upah dan jam kerja pada pekerja yang tidak ter-PHK. Pendidikan dan Pelatihan untuk Industri
4.0
Serapan Investasi pada Tenaga
Kerja juga Semakin Menurun

Sumber : BRIDS Economic Outlook 2021, diolah dari BKPM


5.Dampak Pandemi pada
Ketenagakerjaan
PENGARUH PANDEMI COVID-19
❑ Akhir 2019 & Awal 2020 muncul ❑ Pandemi Global COVID-19
pandemi Global COVID-19 (WHO, 1. Memaksa sejumlah perusahaan
2020b) yang disebabkan oleh SARS- merumahkan bahkan
CoV-2 (Gorbalenya et al., 2020) memberhentikan para
❑ Orang-orang harus social karyawan/perkerjanya
distancing/physical distancing 2. Peningkatan jumlah pengangguran
(Abdillah, 2020b) atau
3. Penurunan daya beli di masyarakat
❑ Aktivitas learning & training ❑ Salah satu bentuk bantuan pemerintah
dilakukan secara online (Abdillah, dengan menerbitkan Kartu Prapekerja
2020a; Islam, 2019)

40
Dampak Covid kepada Ketenagakerjaan dan Masa Depan
Pekerjaan (ILO)

Sumber : ILO
Kondisi Sektor Ketenagakerjaan yang Paling Terdampak
6 Sektor yang terdampak
• Pekerja dari 6 sektor terdampak merupakan
tenaga kerja kalangan menengah.
• Mayoritas bekerja di sektor informal, yang rentan
terhadap perubahan dan belum terlindungi.
• Mayoritas berada pada sektor rendah tingkat
Konstruksi Transportasi & gudang Pengolahan Jasa Lainnya Akomodasi & Mamin Perdagangan spesialisasi dari tingkat Pendidikan yang rendah

16.4
indsutri pengolahan indsutri pengolahan 10.2 23.1 22.3 38.7 5.7 indsutri pengolahan 64.8 35.2

8.5
konstruksi konstruksi 12.5 34.6 25.2 23.2 4.4 konstruksi 51.4 48.6

22.6 perdagangan 10.4 21.1 20 40.2 8.2


perdagangan perdagangan 33.5 66.5

5.5 transportasi dan pergudangan 8.7 19.8 20.1 43.1 8.3


transportasi dan pergudangan transportasi dan pergudangan 40.7 59.3

7.9 penyedia akomodasi dan mamin 11.7 24 22.5 35.9 6


penyedia akomodasi dan mamin penyedia akomodasi dan mamin 32.5 67.5

9.5 Jasa lainnya 15.2 26.4 22 30.2 6.1


Jasa lainnya Jasa lainnya 54.9 45.1
0 20 40 60 80 100
0 10 20 30 40 50 0 20 40 60 80 100
tidak lulus SD SD/ Sederajat SMP/ Sederajat
total pekerja (juta) kelas bawah kelas menengah kelas atas SMA/ Sederajat Perguruan Tinggi formal informal

Source: Smeru, Agustus 2021


Peluang Pandemi pada
Ketenagakerjaan
6.Program Kartu
Prakerja: Solusi?
PROGRAM KARTU PRAKERJA
➢ Dengan semakin bertambahnya jumlah pengangguran di Indonesia, maka pemerintah perlu
mempercepat pelaksanaan pengentasan pengangguran ini. Adapun salah satu upaya pemerintah yaitu
dengan mengeluarkan program Kartu Prakerja.

➢ Seperti yang dilansir di situs resminya, www.prakerja.go.id, Kartu Prakerja adalah program
pengembangan kompetensi berupa bantuan biaya yang ditujukan untuk pencari kerja, pekerja ter-PHK,
atau pekerja yang membutuhkan peningkatan kompetensi. Program ini merupakan kolaborasi pemerintah
dengan pihak swasta yang didesain sedemikian rupa untuk memberikan nilai kepada pengguna dan juga
memberikan nilai kepada sektor swasta.

➢ Dengan mengikuti program ini, para pemegang Kartu Prakerja akan mendapatkan bantuan biaya total
mencapai Rp.3.550.000,00, dengan rincian biaya pelatihan Rp.1.000.000,00 untuk 3 kali kursus,
Rp.2.400.000,00 untuk bantuan manfaat yang dibagi 4 bulan, dan Rp.150.000,00 untuk insentif
pengisian survei yang dibagi 3 kali pencairan.

45
Ada 8 mitra platform digital yang ditunjuk pemerintah untuk memberikan pelatihan-pelatihan kepada
pemegang Kartu Prakerja, yaitu

Tokopedia Bukalapak Skill Academy Kemnaker Pintaria Pijar Sekolah.mu MauBelajarApa

Penting sekali untuk para pemegang Kartu Prakerja (dan/atau yang belum lolos mendapatkan Kartu Prakerja,
juga masyarakat pada umumnya) mempelajari branding strategy agar jasa atau produk yang akan dijualnya
dapat terpasarkan dengan baik.

46
Syarat utama untuk mengikuti program ini adalah Warga Negara Indonesia yang berusia 18 tahun ke
atas dan tidak sedang sekolah ataupun kuliah.

Mendaftar di situs resmi Kartu


Calon peserta harus mengikuti tes
Prakerja yaitu www.prakerja.go.id Calon peserta menunggu
pendek kemampuan dasar maupun
dengan memasukkan data diri untuk pengumuman peserta yang diterima.
motivasi.
diverifikasi.

Peserta mengikuti pelatihan online


sesuai pilihan. Keenam, setelah
menyelesaikan pelatihan, peserta
peserta akan menerima insentif
Peserta yang lolos bisa ke platform akan mendapatkan sertifikat
sebesar Rp.600.000,00 per bulan
digital mitra Kartu Prakerja untuk elektronik dan lembar survei terkait
selama 4 bulan setelah menuntaskan
memilih pelatihan yang diinginkan. program pelatihan yang diikuti, serta
pelatihan.
mendapatkan insentif Rp.150.000,00
setelah pengisian survei evaluasi
tersebut.

47
SOLUSI KARTU PRAKERJA
Membantu
Mengurangi biaya
meringankan biaya
untuk mencari
pelatihan yang
informasi mengenai
ditanggung pekerja
pelatihan
dan perusahaan

Mendorong
kebekerjaan Menjadi komplemen
seseorang lewat dari pendidikan
pengurangan formal
mismatch
48
KOMITE CIPTA KERJA

Komite Cipta Kerja dibentuk melalui Diketuai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2020 dengan Wakil Ketua Kepala Staf Kepresidenan.
Komite beranggotakan 6 (enam) menteri, yaitu:
tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Menteri Keuangan,
melalui Program Kartu Prakerja. Menteri Perencanaan Pembangunan
Komite bertugas merumuskan kebijakan Nasional/Kepala BAPPENAS,
Menteri Ketenagakerjaan,
dan mengendalikan program Kartu Menteri Perindustrian,
Prakerja. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan
(Presiden Republik Indonesia, 2020) Menteri Dalam Negeri.
Bertindak sebagai Sekretaris Komite, Sekretaris
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

49
KEUNTUNGAN KARTU PEKERJA
Jika kamu menyelesaikan pelatihan baik online maupun offline, kamu akan mendapatkan:

Sertifikat Insentif

50
Penelitian LPEM FEB UI
Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Penelitian ini menggunakan data survei
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas terhadap 4.000 responden dari seluruh
Indonesia (LPEM FEB UI), merilis hasil Indonesia pada Agustus-September 2020.
penelitian terkait program Kartu Prakerja. Dari Responden ditanya mengenai dampak pandemi
hasil penelitian tersebut, program tersebut COVID-19 terhadap kondisi sosial ekonomi,
dinilai mampu mengurangi dampak kesehatan termasuk perubahan pendapatan, kondisi
mental masyarakat akibat pandemi COVID-19. kesehatan mental, dan Kartu Prakerja.
"Dapat disimpulkan bahwa Kartu Prakerja "Studi yang dilakukan membuktikan bahwa
tidak hanya membantu meningkatkan skill program Prakerja dapat menurunkan tingkat
seseorang, namun juga dapat mempengaruhi kecemasan, rasa amarah, dan rasa sedih. Dapat
kondisi kesehatan mental akibat pandemi," disimpulkan Kartu Prakerja tidak hanya
kata Peneliti LPEM FEB UI Chairina Hanum membantu meningkatkan skill seseorang namun
Siregar dalam keterangannya, Kamis. juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
mental akibat pandemi," ujar Hanum.

51
Pendapat Responden mengenai kartu Prakerja

72% yakin terhadap manfaat kartu Sebanyak 83%


Sekitar 69% menganggap keberadaan
Prakerja, (29,4 % sangat yakin dan responden menganggap peningkatan
kartu pra kerja pada masa pandemi ini
42,5 % yakin). Hal itu tergambar dari skill selama masa wabah ini perlu
sudah tepat ( 42,5 % yakin, 27% sangat
hasil survei nasional Cyrus Network dilakukan (51,4 sangat penting, 32,2
yakin).
yang dipaparkan lewat diskusi virtual penting).

pelatihan yang menjadi favorit Pelatihan-pelatihan skill yang berujung Sebanyak 60% responden ( 40,2%
responden adalah soal kewirausahaan pada memandirian berusaha ini jauh yakin, 20,7 % sangat yakin) bahwa
(42,2%), pelatihan keuangan (37,6%), lebih diminati dibandingkan program ini akan berhasil mengingat
pelatihan pertanian dan perikanan keterampilan-keterampilan yang lebih animo pendaftaran kartu Prakerja
(25,1%), dan pelatihan memasak dan canggih seperti programmer computer setiap gelombangnya semakin
membuat kue (14,6%). (5,4%) atau IT dan analytic (3,7%). meningkat.

Sejauh ini 51% responden menganggap Survei ini dilaksanakan oleh Cyrus
proses pendaftaran kartu Prakerja itu Network pada tanggal 16-20 Juli 2020,
tidak mudah. Selain itu, separuh secara tatap muka. Survei ini mencuplik
responden yang mengetahui program responden sebanyak 1230 orang yang
ini (49%) juga menganggap informasi tersebar secara proporsional di 34
soal siapa saja penerima kartu prakerja provinsi. Margin of error survei ini
tidak terbuka," ujar Riswanda. adalah sebesar +/- 2,85%.

52
APAKAH PELATIHAN DAN BANSOS SUDAH TEPAT
SASARAN?
Secara umum, terdapat dua kelompok besar
peserta berdasarkan hasil analisis gabungan
antara konsep ketepatan sasaran pelatihan
dan ketepatan sasaran bansos.
Kelompok pertama adalah peserta yang sesuai
dengan sasaran, baik untuk pelatihan maupun
bansos (Gambar 2).
Kelompok kedua adalah peserta yang tidak
sesuai dengan sasaran pelatihan, tetapi sangat
sesuai dengan sasaran bansos.
Sebagian kecil lagi adalah peserta yang sesuai
dengan sasaran pelatihan, tetapi tidak sesuai
dengan sasaran bansos.

53
Menurut responden, video yang memberikan Mayoritas responden menyampaikan
pengalaman positif bagi mereka, antara lain, bahwa pelatihan yang mereka ikuti
adalah: bermanfaat karena beberapa alasan. Di
antaranya adalah :

video pelatihan
dengan pembicara
yang profesional.
Responden pada
umumnya
menganggap bahwa presentasi yang pelatihan yang materi pelatihan
disajikan dengan memberikan contoh materi pelatihan dapat
materi pelatihan relevan dengan
pejabat eksekutif pengetahuan peserta meningkat relevan dengan pekerjaan yang ingin
tertinggi (CEO) metode kreatif, atau praktik, tidak dipraktikkan
pekerjaan saat ini dilakukan pada masa
seperti animasi; dan hanya teori. mendatang.
perusahaan rintisan
(start-up) merupakan
pembicara pelatihan
yang berkompeten di
bidangnya;

54
MENGAPA SEBAGIAN PESERTA TIDAK MERASAKAN MANFAAT PELATIHAN?

Gambar 3 menunjukkan adanya irisan yang besar antara proses pemilihan


pelatihan dan manfaat pelatihan yang dirasakan. Hampir semua peserta yang
tidak merasakan manfaat pelatihan ternyata tidak melakukan proses
pemilihan secara saksama.
Pertama, peserta dengan pendidikan terakhir SMA/ SMK dan usia yang relatif
lebih tua pada umumnya tidak mengetahui rencana karier mereka. Hal ini
tentunya menyulitkan mereka dalam menentukan jenis pelatihan yang
dibutuhkan.
Kedua, kombinasi antara usia yang relatif lebih tua dan tingkat pendidikan
lulusan SMA/SMK mengindikasikan tingkat literasi digital yang relatif lebih
rendah. Dibandingkan dengan peserta yang memilih pelatihan secara
saksama, peserta yang memilih pelatihan secara tidak saksama baru
mengenal ponsel pintar beberapa tahun terakhir.
Ketiga, para peserta dalam kelompok ini menghadapi kesenjangan digital. Hal
ini terjadi akibat koneksi internet yang tidak lancar, ponsel dengan memori
yang terbatas, atau harga paket data internet yang tidak terjangkau.
Kesenjangan digital ini memengaruhi proses pemilihan jenis pelatihan.

55
MENGAPA SEBAGIAN PESERTA TIDAK MERASAKAN MANFAAT PELATIHAN?

Dari hasil analisis terhadap persepsi mengenai


manfaat pelatihan, proses pemilihan jenis pelatihan,
dan ketepatan sasaran pelatihan, ditemukan sebuah
benang merah, yaitu bahwa peserta yang tidak
merasakan manfaat pelatihan ternyata tidak memilih
pelatihan secara saksama. Jika ditelusuri lebih jauh,
mereka juga bukan orang-orang yang seharusnya
menjadi sasaran pelatihan (Gambar 4).
Ada irisan yang besar antara peserta yang tidak
merasakan manfaat pelatihan, tidak memilih pelatihan
secara saksama, dan tidak sesuai dengan sasaran
pelatihan (Gambar 5). Irisan juga terlihat pada peserta
yang sesuai dengan sasaran pelatihan dan peserta
yang merasakan manfaat pelatihan.

56
Implikasi Kebijakan (Sumber : Bank Dunia)

Utilize Flexible Facilitate Access


Platforms And Consider
to Finance for Untargeted and
Expand Social Technologies to Reach Informal Firms
Safety Nets Informal Workers Unconditional
Programs When
Needed.
Memberikan bantuan Menggunakan online
makanan, uang tunai platform dengan Mempermudah Program bantuan
serta keringanan menghubungkan data akses finansial di tanpa syarat dapat
tagihan untuk identitas pribadi bawah jaminan dilakukan ketika
keluarga terdampak dengan akun pemerintah perekonomian terus
penerima manfaat turun dan kondisi
pemulihan yang
Harus ada Penyesuaian Regulasi sulit.
Perlindungan terhadap Pekerja di
Gig Economy dan Kaum Prekariat
Growing Apart or Moving Together? Synchronization of Informal-
and Formal-Economy Business Cycles

Linkages between formal and informal sectors


● Informal economy as a countercyclical safety net
● Studi menunjukkan ketika terjadi penurunan siklus bisnis, ekonomi informal dapat memiliki perilaku yang berlawanan
yang ditunjukkan dengan peningkatan pekerjaan informal. Selama periode 1954-2008 di 48 negara, ketika terjadi
krisis perbankan pada kurun waktu tersebut, ekonomi informal justru berkembang.
● Brazil pada tahun 1983-2002 menunjukkan bahwa sektor informal lebih banyak menyerap tenaga kerja ketika
krisis ekonomi karena sulitnya pekerjaan di sektor formal.
● Informal economy as a procyclical engine of growth
● Kondisi ini dapat terjadi jika ada keterkaitan antara formal dan informal sektor, seperti ketika
perusahaan formal mensubkontrkkan pekerjaan produksi kepada sektor informal. Hal ini terlihat dalam
studi yang menunjukkan bahwa output ekonomi informal berkorelasi positif terhadap output ekonomi
formal di Australia, Slandia Baru, Kanada dan 19 negara di Amerika Latin.
● Terjadinya subkontrak pekerjaan antara formal-informal sektor menyebabkan peningkatan lapangan
pekerjaan di sektor informal
Factors influencing the cyclicality of the informal economy

Cross-country heterogeneity
Terdapat keberagaman tingkat pro
siklikal dari pekerjaan informal di
Sources of shocks causing
berbagai negara. Pro siklikal yang business cycles
tinggi terjadi ketika ada hubungan Ekonomi informal menjadi pro
yang erat antara pekerjaan formal- siklikal ketika terjadi guncangan
informal. pada sektor non tradable.
Sebaliknya counter siklikal terjadi
pada sektor tradable.
Causal linkages between formal- and
informal-economy business cycles

Hasil regresi menujukkan bahwa


peningkatan 1% output ekonomi
formal menyebabkan peningkatan
Sinergi antara ekonomi formal
ekonomi informal dan pekerjaan
dan informal terjadi melalui
formal sebesar 0,4-0,8% pada satu
subkontrak pekerjaan.
tahun mendatang
Policy Response Rekomendasi ILO
Perlindungan dan Regulasi
❑Kerja gig dengan model ekonomi berbagi yang sejati beranjak dari kondisi normatif alamiah yang
seharusnya demokratis, struktur yang egaliter, dan pembagian hasil kerja secara adil . (Novianto,
et.al, 2021). Dibutuhkan payung regulasi dan perlinduangan agar tercipta kondisi ideal tersebut.

❑Membentuk satu gerakan kolektif berbasis kelas yang solid bagi seluruh mitra pengemudi ojek online
masih menjadi tantangan sampai saat ini. (Novianto, et.al, 2021). => perlu terus diupayakan
dengan dukungan pemerintah mendorong kemitraan yang lebih adil.

Tambahan Masukan Solusi Kebijakan dari Peserta


Dipersilahkan disampaikan di Kolom Chat
Terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
❑ BRIDS Economic Outlook, November 2021.
❑Ika Wijayanti, Rani. Humardhiana, Ana. 2020. Optimalisasi Program Kartu Prakerja Dengan Pelatihan Branding Strategy. DIMASEJATI Vol.2
No.1.
❑ A. Abdillah, Leon. 2020. Kartu Prakerja Bantuan Pemerintah di Masa Pandemi Global COVID-19. Universitas Bina Darma Palembang.
❑ Consuello, Yoshua. 2020. Analisis Efektifitas Kartu Pra-kerja di Tengah Pandemi Covid-19. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
❑Novianto, A., Keban Y, Hernawan A. Menyoal Kerja yang Layak dan Adil : Dalam Economi Gig Di Indonesia. IGPA Press, 2021
❑ 2021, Juni. Penelitian LPEM FEB UI: Kartu Prakerja Bantu Kurangi Dampak Kesehatan Mental. www.kumparan.com
❑ RO/Micom. 2020, July. 72% Responden Yakin Kartu Pra-Kerja Bermanfaat. www.mediaindonesia.com
❑ PERMATA BACHTIAR, PALMIRA. BIMA, LUHUR. ANDRINA, MICHELLE. WARDA, NILA. YUSRINA, ASRI.2020. KARTU PRAKERJA DI TENGAH
PANDEMI COVID-19: ASESMEN CEPAT DARI SUDUT PANDANG PESERTA PROGRAM. Smeru
❑ Research Institute.

63

Anda mungkin juga menyukai