PA N C A S I L A N O M I C S
D R . T E L I S A A U L I A FA L I A N T Y
( E M A I L : T E L I S A 97 F E @ YA H O O . C O M )
A S S S O I C AT E P R O F E S S O R F E B U I
❑ Pengangguran di Indonesia merupakan permasalahan yang tiap tahunnya semakin kompleks. Apalagi di
masa pandemi Covid-19 ini yang membuat banyak perusahaan swasta terpaksa memPHK ratusan hingga
ribuan karyawannya, yang menyebabkan semakin bertambahnya pengangguran di Indonesia.
❑Masih tingginya share pekerja di sektor informal di Indonesia menjadikan banyak permasalahan dan
merupakan kaum rentan terhadap perubahan dan belum sepenuhnya terlindungi
❑Selain masalah pengangguran secara kuantitas, juga masalah pengangguran secara kualitas.
❑ Permasalahan berkembangnya fenomena gig economy seiring dengan perkembangan digitalisasi
❑ Trend pekerjaan di masa mendatang dengan gap skill yang masih lebar dan makin besarnya digitalisasi
yang bermata dua
5
Urgensi : Adanya Global Shortfall dalam Jobs
Update Tingkat Pengangguran Indonesia
Perkembangan Tingkat Pengangguran di Indonesia
8
7.07
12 ❑ Jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2021 mengalami
6.26 6.49
10 peningkatan sebesar 350 Ribu orang dan menambah angka
6
5.1 5.3
4.98 5.23
4.94 9.7 pengangguran terbuka menjadi 6.49% dibandingkan Februari 2021.
8.75 9.1 8
❑ Tingkat Pengangguran Terbuka di perkotaan maupun perdesaan
4 6.96 7.1 6.9 7.05 6.9 6
mengalami penurunan sebesar -0.66% dan -0.54% secara yoy.
4
2
❑ Tingkat Pengangguran Terbuka untuk kelamin laki-laki dan
2 perempuan menurun secara yoy masing-masing -0.72% dan -0.35%.
0 0 ❑ Tingkat Pengangguran Terbuka untuk kelompok usia 15- 24 Tahun
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus dan 25-59 tahun terlihat menurun masing-masing sebesar -0.91%
2018 2019 2020 2021 dan -0.6%. Sedangkan untuk kelompok umur 60 Tahun meningkat
Persentase Pengangguran(%) Jumlah (Juta Orang) Pengangguran sebesar +1.03%.
TPT di Indonesia Berdasarkan Wilayah (%) TPT di Indonesia Berdasarkan Kelamin (%) TPT di Indonesia Berdasarkan Kelompok Usia (%)
10 8 7.46 25
8.98
8.32 6.81 6.74
8 6.46 20.46
6.11 19.55
8 20 18.03
6 5.41
6 15
4.71
4.11 4.17 4
4 10
Urban Rural Laki-laki Perempuan 15-24 Tahun 25-59 Tahun 60 Tahun Keatas
Source: Badan Pusat Statistik
7
2.Teori dan Definisi
PENGANGGURAN, PRECARIAT, INFORMALITAS, DECENT WORK
Tiga Jenis Pengangguran Menurut Teori Makroekonomi
9
Seperti 3 jenis pengangguran di atas, (Marius, 2004) juga menambahkan jenis pengangguran
berdasarkan penyebabnya:
10
(Marius, 2004), yang melihat pengangguran sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau bekerja
secara tidak optimal, juga membedakan pengangguran menjadi 3 macam, yakni:
11
Definisi Prekariat di Berbagai
Negara
❑In Italy, the precariato has been taken to mean more than just people doing casual labour and with low incomes, implying a precarious
existence as a normal state\of living (Grimm and Ronneberger, 2007).
❑In Germany, the term has been usedto describe not only temporary workers but also the jobless who have no hope of social integration. This
is close to the Marxian idea of a lumpenproletariat.
❑In Japan, the term has been used as synonymous with ‘the working poor’,although it evolved as a distinctive term as it became associated
with the Japanese May Day movement and so-called ‘freeter unions’, made up of young activists demanding better working and living
conditions (Ueno, 2007; Obinger, 2009). Japan has produced a group of young workers known as ‘freeters’ – aname peculiarly combining
‘free’ and Arbeiter
❑Currently, having a temporary job is a strong indicator of a kind of precariousness. For some it may be a stepping stone to the construction
of acareer. But for many it may be a stepping stone down into a lower income status. Taking a temporary job after a spell of unemployment,
as urged by many policymakers, can result in lower earnings for years ahead (Autor and Houseman, 2010)
❑Excessive labour is bad for health. A long-term study of 10,000 UK civil servants estimated that those who worked three or more hours of
overtime a day were 60 per cent more likely to develop heart trouble than those who worked a seven-hour day (Virtanen et al., 2010). Long
hours also increase the
risk of stress, depression and diabetes; stress leads to social isolation, marital and sexual problems, and a cycle of despair
Sumber : Guy Standing (2011), The Precariat : The New Dangerous Class
Conceptual Framework Prekariat:
Informalisasi tenaga kerja sangat erat kaitannya dengan fenomena kaum prekariat sebagaimana yang dinyatakan oleh Guy Standing
(2011). Fenomena prekariat dapat dikatakan menjadi tipologi masyarakat Indonesia saat ini. Hal itu didukung dengan kondisi dunia
ke depan yang serba tidak menentu, lapangan pekerjaan yang terbatas, juga sistem kerja dalam rantai pasok global yang menuntut
adanya fleksibilitas tenaga kerja baik dari sisi upah, kontrak, hingga mekanisme kerja. Dampak Pandemi Covid-19 terhadap rantai
pasok global, juga menghasilkan sebuah skema besar prekarisasi atau perentanan secara masif.
Pekerja yang masuk ke dalam kaum prekariat menjadi kelompok yang mengalami anger, anomie, anxiety, dan alienation. Implikasinya
dapat bermacam-macam terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan politik. Pada tahap yang paling ekstrem, kondisi yang serba tidak
pasti dan tidak aman dalam hidup akan menggiring pada sebuah persoalan yang besar, yaitu kerusuhan sosial. Prekarisasi, juga
dapat menjadi faktor bagi masyarakat untuk mempertanyakan kembali berbagai sistem yang mapan, yang saat ini sedang diterapkan
pada struktur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Maka menjadi suatu hal yang tidak mustahil, sistem seperti demokrasi akan
mulai dipertanyakan publik utilitasnya ketika jalannya prekarisasi rakyat tidak terbendung.
Dengan dominasi pekerja informal dalam struktur ketenagakerjaan kita dan perkembangan teknologi digital yang pesat, menjadi
penting untuk memahami fenomena yang sedang berkembang yaitu gig economy. Menurut laporan dari Department for Business,
Energy and Industrial Strategy of The United Kingdom, belum ada kesepakatan dalam mendefinisikan gig economy. Dalam hal ini,
mereka menggunakan definisi gig economy sebagai sesuatu yang mencakup aktivitas transaksi pertukaran antara individu atau
dengan perusahaan melalui digital platform yang secara aktif memberikan fasilitas untuk mempertemukan penyedia jasa/barang
dengan konsumen, dengan sistem jangka pendek dan pemberian imbal jasa sesuai dengan apa yang telah dikerjakan/diselesaikan
Prekariatisasi Rakyat menurut Airlangga Pribadi
(2020)
❑ Neoliberalisasi universitas mendorong munculnya pola privatisasi pengelolaan
universitas negeri
❑ Pada satu sisi di negara berkembang terjadi ekspansi mobilitas akses pada
pendidikan tinggi dari kalangan muda, dalam kuantitas tinggi dan keluaran yang
tinggi sebagai efek industrialisasi pendidikan
Menurut BBC, gig economy adalah pasar tenaga kerja yang identik dengan karyawan kontrak jangka pendek atau pekerja
lepas (freelancer).
Dari sudut pandang lainnya, gig economy juga dapat didefinisikan sebagai lingkungan kerja yang fleksibel dalam hal jam kerja, tetapi
minim perlindungan tempat kerja hingga berpotensi menimbulkan eksploitasi.
Sementara itu, TechTarget mendefinisikan gig economy dari asal katanya, yaitu ‘gig’ dan ‘economy’.
‘Gig’ atau manggung adalah istilah yang lazim digunakan dalam dunia hiburan, khususnya dunia musik. Istilah ini menggambarkan pekerja
di dunia hiburan yang biasanya bekerja dalam jangka waktu yang relatif pendek.
Maka, dapat disimpulkan bahwa gig economy adalah sistem kerja di mana umumnya lembaga atau perusahaan lebih memilih untuk
merekrut pekerja independen atau kontrak jangka pendek.
Belakangan, gig economy semakin banyak diterapkan oleh perusahaan. Fenomena gig economy ini sebenarnya bukan hal yang
mengejutkan. Anthony Hussenot, profesor dari Université Nice Sophia Antipolis (UNS), sempat menyebutkan bahwa pekerja lepas adalah
pekerjaan masa depan, seperti dikutip dari Tirto. perkembangan dunia telekomunikasi dan pemanfaatan crowdsourcing mendorong
sejumlah sektor bisnis tidak membutuhkan banyak karyawan tetap.
De Stefano (2015) menyebut kerja gig sebagai kerja kasual, borongan per proyek, dan dengan kontrak jangka pendek.
Contoh Pekerjaan terkait Gig Economy
• Project management: project manager, office manager, epic management project manager
Sumber :https://glints.com/id/lowongan/gig-economy-adalah/#.YbE-n71Bw2w
Dampak Gig Economy
Sumber :https://glints.com/id/lowongan/gig-economy-adalah
POSITIF NEGATIF
❑Dari sisi pekerja, salah satu dampak positif gig economy adalah pekerja bisa mengambil ❑Sulitnya memiliki jenjang karier yang baik. Karen Perusahaan lebih memilih pekerja
banyak proyek sekaligus dalam satu waktu. lepas.
❑Dilansir dari Investopedia, banyak orang memutuskan untuk melakukan banyak pekerjaan ❑Kesempatan pekerja tetap untuk berkembang juga menjadi semakin sulit.
demi memenuhi standar gaya hidup yang mereka inginkan, dimana kondisi tersebut tidak
mungkin dilakukan jika seseorang menjadi pekerja tetap di suatu perusahaan. ❑Dampak negatif lainnya adalah tentang fleksibilitas. Memang, fleksibilitas dapat
dianggap sebagai sesuatu yang positif.
❑Orang cenderung melakukan pergantian karier berkali-kali, terutama generasi milenial
Degnan alasn meningkatkan karier, skill, hingga bosan di tempat kerja. ❑Namun, kenyataannya banyak orang tidak bisa menemukan work life balance mereka
dengan situasi kerja yang fleksibel.
❑Di sisi lain, gig economy memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk menemukan
pekerja-pekerja terbaik karena perputarannya yang sangat cepat. ❑Adapun isu lain yang ditimbulkan dari gig economy, yaitu eksploitasi. Banyak orang
mengkhawatirkan eksploitasi akan terus berkembang seiring dengan melebarnya
❑Selain itu, perusahaan juga tidak perlu mengikatkan diri pada banyak karyawan tetap. fenomena tersebut.
❑Dilansir dari Wired, salah satu dampak dari gig economy adalah kurangnya perlindungan
terhadap pekerja dan bayaran yang kurang layak. Pekerja tidak mendapat berbagai
tunjangan, libur, hingga sick pay.Mereka tidak mendapat perhatian khusus dari
perusahaan karena hanya dianggap sebagai pekerja kontrak.
❑Selain itu menurut Kompas, gig economy bisa melukai perekonomian secara umum
dalam jangka panjang. Dengan semakin banyaknya pekerja lepas, hal tersebut bisa
meningkatkan angka pengangguran serta daya beli per orangnya.
QUICK SURVEY
▪ Model secara teori menjelaskan alasan munculnya aktivitas informal, yaitu minimnya pembangunan dan
pemerintahan yang buruk.
▪ Beberapa faktor seperti ketidakmampuan perkotaan, moderinisasi, dan sektor formal menyerap
migrasi perdesaan, keterbatasan pengembangan pembiayaan untuk sektor formal, dan kurangnya
kemampuan sumber daya dalam mencari pekerjaan formal.
▪ Selain itu, peraturan dan pajak yang membebani usaha untuk tetap bertahan di sektor informal,
peraturan ketenagakerjaan yang berlebihan yang akhirnya meningkatkan biaya pekerjaan formal,
dan tata kelola pemerintahaan dan kualitas peraturan yang buruk.
▪ Teori memprediksi bahwa seiring dengan perkembangan pasar keuangan, sektor usaha informal akan
menurun. Perkembangan sektor keuangan yang mencakup inovasi dan pemanfaatan teknologi akan
mengurangi biaya dalam mengakses sumber daya keuangan dan memberikan insentif kepada perusahaan
untuk beroperasi secara formal. Seperti syarat kolateral yang rendah, penegakan hukum yang kuat,
perluasan pembiayaan keuangan formal, dan proses audit perpajakan yang lebih efisien. Sebaliknya,
informalitas juga sebagai penghambat pengembangan sektor keuangan melalui beberapa channels, seperti
penghindaran pajak dan biaya pengawasan perbankan yang tinggi.
Understanding the Informal Economy:
Concepts and Trend
● Ekonomi informal didefinisikan sebagai kegiatan produksi barang/jasa yang berusaha menghindari
otoritas public seperti menghindari pajak, menghindari birokrasi pemerintah, dan rendahnya
kualitas institusi (tidak memiliki kekuatan hukum).
● Karakteristik sektor informal:
○ Pekerja di sektor informal cenderung memiliki skill rendah dan cenderung dibayar murah.
○ Usaha informal cenderung padat karya dan lebih banyak berada di sektor jasa.
○ Lebih mengandalkan dana pribadi yang membuat mereka rentan akan gangguan kas terutama ketika
terjadi hambatan dalam usaha.
○ Pekerja sektor informal umumnya tinggal dan bekerja di kondisi keramaian dan lebih sering melakukan
transaksi dalam bentuk tunai.
○ Memiliki akses terbatas untuk keuangan dan pelayanan kesehatan.
➢ Deklarasi Seratus Tahun ILO untuk Masa Depan Pekerjaan, yang ➢ Deklarasi Seratus Tahun ILO juga menyerukan kepada semua
diadopsi pada tahun 2019 setelah bertahun-tahun melakukan analisis pemangku kepentingan terkait untuk memastikan koherensi kebijakan
dan pertimbangan, mengusulkan pendekatan yang berpusat pada dalam sistem multilateral. Ini berarti memeriksa dan
manusia terhadap teknologi baru di dunia kerja. mempertimbangkan semua kebijakan dan tindakan ekonomi dan
keuangan internasional dengan mempertimbangkan tujuan mendasar
➢ Sementara itu menekankan pentingnya “memanfaatkan potensi untuk mencapai keadilan sosial.
penuh dari kemajuan teknologi dan pertumbuhan produktivitas, ➢ Kelompok Masyarakat Informasi Perserikatan Bangsa-Bangsa
termasuk melalui dialog sosial, untuk mencapai pekerjaan yang layak
(UNGIS) telah memprakarsai Dialog tentang Peran Digitalisasi dalam
dan pembangunan berkelanjutan, yang menjamin martabat,
pemenuhan diri dan pembagian keuntungan yang adil untuk semua”, Dekade Aksi ini untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya
itu secara khusus menyerukan “kebijakan dan langkah-langkah yang digitalisasi dalam mencapai SDGs dan peluang unik yang dihadirkan
memastikan privasi dan perlindungan data pribadi yang tepat, dan UNGIS untuk kolaborasi yang lebih efektif di area ini dalam Sistem
menanggapi tantangan dan peluang di dunia kerja yang berkaitan PBB.
dengan transformasi digital kerja, termasuk kerja platform.”
22
Pekerjaan yang Layak dan Ekonomi Digital
Digitalisasi menawarkan banyak peluang untuk Efek negatif dari digitalisasi terkait dengan
transisi ekonomi dan peningkatan industri, dampak pendapatan dan ketidakamanan
digitalisasi pada pekerja dan perusahaan dapat pekerjaan, intensifikasi kerja, dan
bersifat positif dan negatif. Efek positif mungkin penurunan kesejahteraan mental.
termasuk : Misalnya :
Platform tenaga kerja digital
menyediakan sumber
pekerjaan dan pendapatan
baru, tetapi menimbulkan
pertumbuhan peluang pasar tantangan serius bagi
pekerjaan baru
produktivitas baru perlindungan, perwakilan,
dan perlakuan adil pekerja.
keseimbangan
gaji yang lebih Digitalisasi menghasilkan
kehidupan kerja
tinggi data pekerja dalam jumlah
yang lebih besar besar yang dapat
menimbulkan risiko bagi
privasi pekerja.
23
3.Fenomena di
Negara Lain
FENOMENA INFORMALITAS DI EAST ASIA AND PACIFIC
▪ Informalitas yang tinggi dikarakteristikkan dengan sektor perdesaan yang dominan, tata kelola pemerintahan
yang buruk, kelembagaan yang lemah, dan sumber daya manusia yang buruk.
▪ Banyak penghuni perkotaan merupakan pekerja informal dengan tidak terdaftarnya dalam perlindungan sosial
dan tanpa akses pelayanan dasar seperti air bersih dan tansportasi publik.
▪ Pandemi dan lockdown telah memberikan keterbatasan akses pada sektor informal terhadap dukungan sosial dan
teknologi digital yang mana kondisi ini semakin meningkatkan ketimpangan. Kebijakan yang fokus pada
peningkatan keterampilan dan akses terhadap sumber daya dinilai mampu membantu mereka, seperti:
▪ Perencanaan perkotaan harus didesign dengan baik untuk membantu meningkatkan akses terhadap
pekerjaan, perumahan yang terjangkau, transportasi publik serta layanan kesehatan dan pendidikan dengan
memberikan peluang yang sama bagi seluruh masyarakat.
▪ Mendorong untuk menjadi usaha formal tidak hanya dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja,
tetapi juga meningkatkan akses terhadap pelayanan peningkatan bisnis, pengurangan birokrasi dan
penurunan korupsi, pemberian akses pembiayaan serta peningkatan keterampilan dan pelatihan.
▪ Mencabut segala hal yang bersifat disinsentif bagi pekerja formal dapat mendorong usaha informal
menjadi formal, seperti prosedur dan biaya pendaftaran yang mudah dan murah serta penilaian pajak dan
sistem pembayaran yang lebih sederhana.
▪ Investasi pada dukungan sosial dapat ditingkatkan, sistem dapat ditargetkan dengan lebih efektif, dan jika
memungkinkan dapat dihubungkan dengan mekanisme dukungan pendidikan, Kesehatan, dan
ketenagakerjaan yang sudah ada. Basis pajak diperluas, pajak progresif ditingkatkan dan pembiayaan
skema asuransi sosial diperluas.
FENOMENA INFORMALITAS DI SOUTH ASIA
▪ Meluasnya pekerja informal mencerminkan dominasi sektor pertanian dan usaha mikro dan kecil, dan juga
usaha keluarga. Pengangguran yang tinggi di antara penduduk yang berketerampilan rendah, pedesaan,
perempuan, dan usia muda mendorong pekerja ke sektor informal. Informalitas yang tinggi di wilayah ini
juga terkait dengan institusi yang lemah dan iklim usaha yang buruk (seperti korupsi dan efektivitas
pemerintahan yang buruk).
▪ Kebijakan yang diciptakan harus mampu menyelesaikan permasalahan sumber daya kelompok rentan yang
buruk dan mampu meningkatkan akses pembiayaan dan pelayanan publik.
▪ Pengangguran usia muda yang tinggi, keterampilan yang rendah, perempuan dan pekerja perdesaan.
Kelompok ini akan mencari pekerjaan di sektor informal. Kebijakan yang menyasar pada pelatihan dan
pendidikan khususnya di daerah perdesaan akan membantu mereka melakukan transisi ke sektor formal.
▪ Akses kredit untuk pekerja informal yang lebih baik dapat mendorong proses formalisasi. Perluasan
akses pembiayaan mikro dapat mendorong investasi dan produktivitas di sektor informal. Pelayanan
publik yang baik dapat menjadi insentif bagi usaha informal untuk menjadi formal.
▪ Peningkatan kualitas lingkungan bisnis seperti peningkatan efektivitas pemerintahan dan korupsi
yang mampu dikendalikan. Kondisi ini dapat menurunkan informalitas melalui penurunan biaya untuk
masuk dan beroperasi di sektor formal.
Statistik Gig Economy di US
• 57.3 million people freelance in the U.S. It’s estimated that by 2027 there will be 86.5 •Out of those doing gig work as their primary source of
million freelancers. (Upwork)
income, 58% would have difficulty handling the unexpected
• 36% of U.S. workers participate in the gig economy through either their primary or expense of $400, compared to 44% of those doing gig work
secondary jobs. (Gallup)
to supplement their income. (Report on the Economic Well-
• For 44% of gig workers, their work in the gig economy is their primary source of income. Being of U.S. Households in 2018)
(Edison Research)
• For 53% of gig workers aged 18-34, their work in the gig economy is their primary source
of income. (Edison Research) •80% of gig employees whose gig work is the primary
source of income say that an unexpected expense of $1,000
• Gig employees are more likely to be young, with 38% of 18-34-year-olds being part of
the gig economy. (Edison Research) would be difficult to pay. (Edison Research)
• 1 in 6 workers in traditional jobs would like to become a primary independent earner.
(McKinsey) •Full-time freelancers dip into savings more often (63% at
• Overall, it’s estimated that the independent workforce is larger than previously least once per month versus 20% of full-time non-
recognized: some 20 to 30 percent of the working-age population in the United States freelancers.) (Upwork)
and the EU-15 countries are engaged in some form of independent earning today.
(McKinsey)
• Gig economy workers are projected to account for more than $1.4 trillion of the total US
income in 2018. (PYMNTS)
Sumber : ILO
Perubahan Ekonomi Informal
● Perekonomian informal lebih lazim di EMDEs dibandingkan di negara dengan ekonomi maju dan dalam bentuk
yang berbeda dalam setiap wilayah.
● Output yang dihasilkan dari ekonomi informal cenderung menurun sejak tahun 1990, begitu pula dengan pekerjaan
yang dihasilkannya. (%GDP turun 8% di EMDEs dan 3% di ekonomi maju; %employment turun 10% di EMDEs dan
3% di ekonomi maju)
Overview
Share of informal output and Informality by EMDE region Per capita incomes and
self-employment informality
Informal output EMDEs lebih tinggi Negara-negara di wilayah Sub- GDP per kapita negara dengan
dibandingkan negara-negara dengan Saharan Africa memiliki kontribusi tingkat informalitas yang tinggi
ekonomi maju, begitu pula dengan sektor informal yang terbesar cenderung jauh lebih rendah
kondisi self-employment. terhadap GDP dan self-employment dibandingkan dengan negara dengan
yang tinggi. tingkat informalitas yang rendah
Negara-negara dengan informalitas yang tinggi memiliki jumlah penduduk miskin yang lebih
banyak serta memiliki ketimpangan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
negara dengan tingkat informalitas rendah.
Negara-negara dengan informalitas rendah memiliki kualitas birokrasi yang lebih baik
dibandingkan dengan negara dengan informalitas tinggi. Begitu juga untuk pengendalian
korupsi dan kepatuhan hukum.
Informality memperburuk Dampak Covid-19
Lockdown dan social distancing menjadi tantangan Tabungan yang terbatas dan kurangnya
01. terbesar dalam perputaran ekonomi informal karena
mengandalkan kerumunan.
02. akses jaminan sosial membuat mereka
sulit bertahan.
Dengan kondisi tersebut, jika sektor informal ini tetap melakukan kegiatannya demi bertahan
maka konsekuensi penyebaran COVID-19 tidak terelakkan. Jika mereka yang berada di sektor
ini tidak melakukan kegiatan ekonomi maka tekanan besar terhadap perekonomian akan terjadi
karena sumbangannya yang besar terhadap pertumbuhan di negara EMDEs.
4.Fenomena di
Indonesia
Fenomena Meningkatnya
Informalitas
Dari sisi kategori pekerjaan, Covid-19 juga menghasilkan dampak yang mengkhawatirkan.
Data menunjukkan bahwa terdapat kenaikan jumlah dan persentase penduduk yang bekerja
di sektor informal.
Pada Agustus 2019, perbandingan penduduk yang bekerja di sektor formal dibanding
informal sebesar 56,80 juta : 71,96 juta (44,12% : 55,88%).
Sedangkan pada Agustus 2020, meningkat menjadi 50,77 juta : 77,68 juta (39,53% :
60,47%). Penduduk bekerja di sektor formal berkurang sebesar 6,03 juta orang dan
penduduk bekerja di sektor informal bertambah sebesar 5,72 juta orang.
Struktur ketenagakerjaan yang didominasi oleh sektor informal tersebut, tentu tidak akan
berpengaruh baik pada kehidupan tenaga kerja, produktivitas, maupun kebijakan negara.
Fenomena Gig Economy di
Indonesia
❑Di Indonesia sendiri, perkembangan gig economy juga sudah berkembang pesar. Hal ini ditengarai dengan pesatnya
perkembangan platform-platform sejenis Grab dan Gojek. Seperti yang diketahui, animo masyarakat akan
kehadiran platform-platform tersebut sangat tinggi ditandai banyaknya orang yang melamar pekerjaan di platform-
platform tersebut. Selain melalui platform-platform ojek online, geliat perkembangan gig economy di Indonesia juga
ditengarai dengan berkembangnya website-website pekerja lepas atau freelancer seperti projects.co.id dan
Sribulancer.(Sumber:https://www.simulasikredit.com/apa-itu-gig-economy/)
❑Berdasarkan data World Bank 2019, tenaga kerja independen Asia Tenggara telah mengalami pertumbuhan
tahunan sebesar 30%, jumlah yang semakin meningkat pada tahun 2020 selama pandemi.
❑Google dan Temasek juga mengestimasikan bahwa ada sekitar 150 juta individu pekerja independen di kawasan Asia
Tenggara dengan 50% di antaranya mengalami kesulitan akses ke berbagai layanan finansial dan tidak memiliki
perlindungan kerja yang memadai.
❑Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan ada sebanyak 33,34 juta orang di Indonesia yang bekerja
sebagai pekerja paruh waktu atau pekerja lepas per Agustus 2020. Angka itu naik 4,32 juta orang atau 26 persen di
tahun 2020.
❑Para pekerja independen di Indonesia menempati posisi terendah dari piramida perlindungan kerja, posisi mereka bahkan
kalah dari pekerja kerah biru yang keamanan tenaga kerjanya dilindungi oleh UU No.13, tahun 2003.
❑Dari data Gigacover, ditemukan bahwa lebih dari 50% pekerja independen di Indonesia memilih uang tunai dan
perlindungan kesehatan sebagai tunjangan pilihannya.
Update Ketenagakerjaan Indonesia
TK Produktif Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2020 TK Produktif Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2021
Pertanian 29.76 28.33
Perdagangan 19.23 19.64
Industri Pengolahan 13.61 14.26
Akomodasi dan Makan… 6.65 7.01
Konstruksi 6.28 6.33
Jasa Pendidikan 4.69 4.95
Jasa Lainnya 4.99 4.41
Transportasi 4.35 4.15
Administrasi Pemerintahan 3.56 3.7
Jasa Kesehatan 1.56 1.68
Jasa Perusahaan 1.4 1.54
Jasa Keuangan 1.21 1.22
Pertambangan 1.05 1.1
Informasi dan Komunikasi 0.73 0.76
Pengadaan Air 0.38 0.43
Real Estate 0.31
Penyerapan TK Sektor Formal dan Informal
0.27
Pengadaan Listrik dan Gas 0.24 0.22
0 5 10 15 20 25 30 35 70
60.47 59.62 59.45
❑ Pada Agustus 2021 tiga lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja paling banyak
60
adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yaitu sebesar 28,33 persen; Perdagangan
Besar dan Eceran sebesar 19,64 persen; dan Industri Pengolahan sebesar 14,26 50
39.53 40.38 40.55
persen. 40
❑ Peningkatan persentase tenaga kerja terbesarsecara yoy adalah Industri Pengolahan 30
(0,65%); Perdagangan Besar dan Eceran (0,41%); dan Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum (0,36%). 20
-0.17%
❑ Tiga lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan persentase tenaga kerja terbesar 10 -1.02%
adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (1,43%); Jasa Lainnya (0,58%); dan 0
Transportasi dan Pergudangan (0,20%). Agustus 2020 Februari 2021 Agustus 2021
❑ Memperlihatkan perbaikan kondisi ekonomi, karena kontribusi pertanian menurun, Formal Informal
diikuti kegiatan kualitas penyerapan tenaga kerja yang lebih baik yaitu pada sektor
formal.
10
11.02
10.66 •Pemulihan industri manufaktur, pariwisata, dan investasi.
•Penumbuhan kewirausahaan
5.28% 6% •Pembangunan infrastruktur sederhana di pedesaan
8
bersifat padat karya
7.56
7.24 7.03 7.04 7 7.05
6
4%
4
Mewujudkan Angkatan Kerja yang Berkualitas
dan Produktif
2%
2
Reformasi sistem perlinsos, sistem kesehatan, reformasi
sistem Pendidikan dan pelatihan vokasi (TVET) untuk
0 0% meningkatkan kualitas dan relevansi:
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 1.Peningkatan peran dan Kerjasama industri/ swasta
2.Reformasi penyelenggaraan (TVET)
3.Peningkatan kualitas dan kompeternsi
• COVID-19 berdampak pada peningkatan jumlah penganggur akibat penambahan Pendidik/Instruktur.
lapangan kerja sangat terbatas dan cenderung menyusut. 4.Penguatan tata Kelola TVET
- Diperkirakan tahun 2020 penganggur akan bertambah 4,0 – 5,5 juta orang 5.Pengembangan sistem informasi pasar kerja
dibandingkan dengan tahun 2019.
• Pada tahun 2021 pengangguran diperkirakan mencapai 10,7 – 12,7 juta.
• Sekor yang paling banyak kehilangan pekerja adalah perdagangan, industri manufaktur,
konstruksi, jasa perusahaan, dan akomodasi & makanan minuman.
• Dampak lainnya adalah penurunan upah dan jam kerja pada pekerja yang tidak ter-PHK. Pendidikan dan Pelatihan untuk Industri
4.0
Serapan Investasi pada Tenaga
Kerja juga Semakin Menurun
40
Dampak Covid kepada Ketenagakerjaan dan Masa Depan
Pekerjaan (ILO)
Sumber : ILO
Kondisi Sektor Ketenagakerjaan yang Paling Terdampak
6 Sektor yang terdampak
• Pekerja dari 6 sektor terdampak merupakan
tenaga kerja kalangan menengah.
• Mayoritas bekerja di sektor informal, yang rentan
terhadap perubahan dan belum terlindungi.
• Mayoritas berada pada sektor rendah tingkat
Konstruksi Transportasi & gudang Pengolahan Jasa Lainnya Akomodasi & Mamin Perdagangan spesialisasi dari tingkat Pendidikan yang rendah
16.4
indsutri pengolahan indsutri pengolahan 10.2 23.1 22.3 38.7 5.7 indsutri pengolahan 64.8 35.2
8.5
konstruksi konstruksi 12.5 34.6 25.2 23.2 4.4 konstruksi 51.4 48.6
➢ Seperti yang dilansir di situs resminya, www.prakerja.go.id, Kartu Prakerja adalah program
pengembangan kompetensi berupa bantuan biaya yang ditujukan untuk pencari kerja, pekerja ter-PHK,
atau pekerja yang membutuhkan peningkatan kompetensi. Program ini merupakan kolaborasi pemerintah
dengan pihak swasta yang didesain sedemikian rupa untuk memberikan nilai kepada pengguna dan juga
memberikan nilai kepada sektor swasta.
➢ Dengan mengikuti program ini, para pemegang Kartu Prakerja akan mendapatkan bantuan biaya total
mencapai Rp.3.550.000,00, dengan rincian biaya pelatihan Rp.1.000.000,00 untuk 3 kali kursus,
Rp.2.400.000,00 untuk bantuan manfaat yang dibagi 4 bulan, dan Rp.150.000,00 untuk insentif
pengisian survei yang dibagi 3 kali pencairan.
45
Ada 8 mitra platform digital yang ditunjuk pemerintah untuk memberikan pelatihan-pelatihan kepada
pemegang Kartu Prakerja, yaitu
Penting sekali untuk para pemegang Kartu Prakerja (dan/atau yang belum lolos mendapatkan Kartu Prakerja,
juga masyarakat pada umumnya) mempelajari branding strategy agar jasa atau produk yang akan dijualnya
dapat terpasarkan dengan baik.
46
Syarat utama untuk mengikuti program ini adalah Warga Negara Indonesia yang berusia 18 tahun ke
atas dan tidak sedang sekolah ataupun kuliah.
47
SOLUSI KARTU PRAKERJA
Membantu
Mengurangi biaya
meringankan biaya
untuk mencari
pelatihan yang
informasi mengenai
ditanggung pekerja
pelatihan
dan perusahaan
Mendorong
kebekerjaan Menjadi komplemen
seseorang lewat dari pendidikan
pengurangan formal
mismatch
48
KOMITE CIPTA KERJA
Komite Cipta Kerja dibentuk melalui Diketuai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2020 dengan Wakil Ketua Kepala Staf Kepresidenan.
Komite beranggotakan 6 (enam) menteri, yaitu:
tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Menteri Keuangan,
melalui Program Kartu Prakerja. Menteri Perencanaan Pembangunan
Komite bertugas merumuskan kebijakan Nasional/Kepala BAPPENAS,
Menteri Ketenagakerjaan,
dan mengendalikan program Kartu Menteri Perindustrian,
Prakerja. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan
(Presiden Republik Indonesia, 2020) Menteri Dalam Negeri.
Bertindak sebagai Sekretaris Komite, Sekretaris
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
49
KEUNTUNGAN KARTU PEKERJA
Jika kamu menyelesaikan pelatihan baik online maupun offline, kamu akan mendapatkan:
Sertifikat Insentif
50
Penelitian LPEM FEB UI
Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Penelitian ini menggunakan data survei
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas terhadap 4.000 responden dari seluruh
Indonesia (LPEM FEB UI), merilis hasil Indonesia pada Agustus-September 2020.
penelitian terkait program Kartu Prakerja. Dari Responden ditanya mengenai dampak pandemi
hasil penelitian tersebut, program tersebut COVID-19 terhadap kondisi sosial ekonomi,
dinilai mampu mengurangi dampak kesehatan termasuk perubahan pendapatan, kondisi
mental masyarakat akibat pandemi COVID-19. kesehatan mental, dan Kartu Prakerja.
"Dapat disimpulkan bahwa Kartu Prakerja "Studi yang dilakukan membuktikan bahwa
tidak hanya membantu meningkatkan skill program Prakerja dapat menurunkan tingkat
seseorang, namun juga dapat mempengaruhi kecemasan, rasa amarah, dan rasa sedih. Dapat
kondisi kesehatan mental akibat pandemi," disimpulkan Kartu Prakerja tidak hanya
kata Peneliti LPEM FEB UI Chairina Hanum membantu meningkatkan skill seseorang namun
Siregar dalam keterangannya, Kamis. juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
mental akibat pandemi," ujar Hanum.
51
Pendapat Responden mengenai kartu Prakerja
pelatihan yang menjadi favorit Pelatihan-pelatihan skill yang berujung Sebanyak 60% responden ( 40,2%
responden adalah soal kewirausahaan pada memandirian berusaha ini jauh yakin, 20,7 % sangat yakin) bahwa
(42,2%), pelatihan keuangan (37,6%), lebih diminati dibandingkan program ini akan berhasil mengingat
pelatihan pertanian dan perikanan keterampilan-keterampilan yang lebih animo pendaftaran kartu Prakerja
(25,1%), dan pelatihan memasak dan canggih seperti programmer computer setiap gelombangnya semakin
membuat kue (14,6%). (5,4%) atau IT dan analytic (3,7%). meningkat.
Sejauh ini 51% responden menganggap Survei ini dilaksanakan oleh Cyrus
proses pendaftaran kartu Prakerja itu Network pada tanggal 16-20 Juli 2020,
tidak mudah. Selain itu, separuh secara tatap muka. Survei ini mencuplik
responden yang mengetahui program responden sebanyak 1230 orang yang
ini (49%) juga menganggap informasi tersebar secara proporsional di 34
soal siapa saja penerima kartu prakerja provinsi. Margin of error survei ini
tidak terbuka," ujar Riswanda. adalah sebesar +/- 2,85%.
52
APAKAH PELATIHAN DAN BANSOS SUDAH TEPAT
SASARAN?
Secara umum, terdapat dua kelompok besar
peserta berdasarkan hasil analisis gabungan
antara konsep ketepatan sasaran pelatihan
dan ketepatan sasaran bansos.
Kelompok pertama adalah peserta yang sesuai
dengan sasaran, baik untuk pelatihan maupun
bansos (Gambar 2).
Kelompok kedua adalah peserta yang tidak
sesuai dengan sasaran pelatihan, tetapi sangat
sesuai dengan sasaran bansos.
Sebagian kecil lagi adalah peserta yang sesuai
dengan sasaran pelatihan, tetapi tidak sesuai
dengan sasaran bansos.
53
Menurut responden, video yang memberikan Mayoritas responden menyampaikan
pengalaman positif bagi mereka, antara lain, bahwa pelatihan yang mereka ikuti
adalah: bermanfaat karena beberapa alasan. Di
antaranya adalah :
video pelatihan
dengan pembicara
yang profesional.
Responden pada
umumnya
menganggap bahwa presentasi yang pelatihan yang materi pelatihan
disajikan dengan memberikan contoh materi pelatihan dapat
materi pelatihan relevan dengan
pejabat eksekutif pengetahuan peserta meningkat relevan dengan pekerjaan yang ingin
tertinggi (CEO) metode kreatif, atau praktik, tidak dipraktikkan
pekerjaan saat ini dilakukan pada masa
seperti animasi; dan hanya teori. mendatang.
perusahaan rintisan
(start-up) merupakan
pembicara pelatihan
yang berkompeten di
bidangnya;
54
MENGAPA SEBAGIAN PESERTA TIDAK MERASAKAN MANFAAT PELATIHAN?
55
MENGAPA SEBAGIAN PESERTA TIDAK MERASAKAN MANFAAT PELATIHAN?
56
Implikasi Kebijakan (Sumber : Bank Dunia)
Cross-country heterogeneity
Terdapat keberagaman tingkat pro
siklikal dari pekerjaan informal di
Sources of shocks causing
berbagai negara. Pro siklikal yang business cycles
tinggi terjadi ketika ada hubungan Ekonomi informal menjadi pro
yang erat antara pekerjaan formal- siklikal ketika terjadi guncangan
informal. pada sektor non tradable.
Sebaliknya counter siklikal terjadi
pada sektor tradable.
Causal linkages between formal- and
informal-economy business cycles
❑Membentuk satu gerakan kolektif berbasis kelas yang solid bagi seluruh mitra pengemudi ojek online
masih menjadi tantangan sampai saat ini. (Novianto, et.al, 2021). => perlu terus diupayakan
dengan dukungan pemerintah mendorong kemitraan yang lebih adil.
63