Anda di halaman 1dari 3

Mengenai tentang santri dan society 5.

0 sangat bisa dihubungkan sekali, karena santri juga dapat atau mampu dalam ikut serta dalam
melakukan sebuah pengembangan teknologi. Dengan kata lain, santri disini sebagai manusia yang juga dapat mengembangkan sebuah
pemikirannya dan bisa menjadi pengembang atau upgrading dari suatu teknologi di masa sekarang hingga masa mendatang nanti.

Pada akhir-akhir ini, kabar berita tentang santri mengikuti ajang robotic di luar negeri hingga menjuarainnya. Hal itu menjadi bukti
bahwasanya keterikatan society 5.0 dan santri sangatlah jelas, karena bukan hanya dapat membuat robot akan tetapi para santri juga
dapat memenangkan sebuah kopetensi yang berajang itu. Jadi bukan hannya sekolah umum saja yang bisa melakukan hal itu, tetapi orang-
orang pesantrenlah juga bisa mencoba dan mengembangkan.

Hal yang kadang menjadi problematika dari santri itu sendiri adalah sulitnya bergerak secara meluasa, dimana yang kita ketahui bahwa
kehidupan santri juga terikat oleh aturan-aturan pondok pesantren yang harus dipatuhi oleh santri tersebut. Namun hal tersebut tidak
sepunuhnya menjadi kekecewaan atau masalah serius yang harus di pendam oleh santri, karena masih ada banyak cara yang bisa dilakukan
oleh santri untuk dapat memahami atau mengembangkan suatu ilmu tentang teknologi. Dengan memaksimalkan waktu kosong atau saat
mengikuti pembelajaran, santri dapat memahami dan mengembangkan sebuah ide-ide baru yang nantinya dapat di implementasikan
dalam bentuk sebuah karya yang kedepannya dapat menjadi prestasi tersendiri dalam diri santri itu sendiri.

Bisa dikatakan santri di era 5.0 adalah santri yang berbakat, karena tantangan yang didapatkannya juga cukup banyak dan cara
mengatasinya pun cukup rumit. Akan tetapi dari banyaknya tantangan, juga akan timbul sisi posisitif dari tatangan tersebut. dimana santri
akan lebih mudah mengatasi sebuah masalah-maasalah yang timbul dan santri juga dapat menimalisir atas kecerobohan-kecerobohan yang
dilakukannya. Adapun santri saat ini juga dapat menjadi penggerak dalam pertumbuhan teknoligi pada saat ini, santri tidak hanya dituntut
untuk menimba ilmu agama saja tetapi santri juga dituntut untuk bisa mengoperasikan, mengembangkan sebuah teknologi itu sendiri.
Karena kita ketahu bersama bahwasanya jika dunia teknologi ini tidak di ikuti maka yang terjadi ialah kita akan dimakan oleh zaman dan
gerak yang kita dapat akan lebih sempit. Contohnya saja seperti dalam ilmu agama yang notabennya para santri dalami, dimana terdapat
ada hal baru tentang hukum-hukum islam yang dulunya tidak ada di pembahasan tentang jual beli online sekarang menjadi ada. Dengan
begitu santri tidak hanya mengikuti perkembangan zaman akan tetapi juga harus menjadi penggerak dan pengembang sebuah teknologi di
masa mendatang.

1. Santri di era society 5.0

Di era society 5.0, santri memiliki tantangan tersendiri terkait perannya dalam masyarakat luas. Pasalnya terdapat perbedaan signifikan
antara masyarakat umum yang terbiasa dengan teknologi dan santri yang terisolasi dari teknologi. Mengapa demikian? Era society 5.0
adalah masa dimana masyarakat mengandalkan teknologi dalam penyelesaian kebutuhan hidup mereka. 

Kebutuhan ini dimulai dengan internet yang menjadi pusat kebutuhan secara garis besar dan juga teknologi lanjutan seperti robot untuk
mempermudah kehidupan sehari-hari.Dalam masyarakat umum, di sekolah misalnya, anak-anak sekolah umum membawa ponsel sebagai
alat sekolah wajib mereka. Wajib karena beberapa kebutuhan pelajaran terkait dengan ponsel. Terlebih di masa pandemi yang
mengharuskan semua siswa dapat mengakses kelas online.

Dari kasus ini, dapat kita lihat kalau ponsel adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan seseorang. Saat ini semua kebutuhan mulai dari
belanja, belajar, bekerja dan pusat hiburan tersedia secara lengkap dalam ponsel. Semua menjadi mudah dalam sekali klik.Kemudian mari
kita lihat bagaimana santri yang non ponsel. Sebagian besar pondok pesantren memang melarang santrinya membawa ponsel. Kalaupun
diperbolehkan, biasanya untuk anak-anak jenjang perkuliahan keatas dan penggunaannya pun berbatas waktu. jika dikerucutkan, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa santri tidak bisa menggunakan ponsel sebagai pusat hidupnya. Santri yang belajar di pesantren tidak
memiliki istilah grup kelas whatsapp, kelas online atau bahkan browsing untuk menemukan materi pelajaran.

2. Apakah non ponsel ala pesantren membawa dampak positif bagi santri ?

Berdasarkan pengalaman saya pribadi, pertanyaan ini dengan tegas saya jawab 'iya'. Benar non ponsel akan tampak membuat santri
terisolasi dari kemajuan zaman, namun dampak positif dari aturan ini termasuk luar biasa.

Pertama, santri dapat fokus pada pelajarannya. Orang umumnya kalau sedang luang pasti akan bermain dengan ponsel, entah itu sekedar
scroll beranda sosial media, browsing nggak tentu arah atau hanya iseng tanpa tujuan.Santri kalau punya waktu luang pasti sasarannya
adalah dokumen ilmu pengetahuan, ini secara garis besar. Ketika memiliki waktu luang, banyak dari mereka yang memilih untuk
memanfaatkan dengan mengkaji kembali kitab kuning, mengulang dan menambah hafalan atau juga mengerjakan tugas.

Kedua, tanpa ponsel santri tetap mempunyai sumber ilmu pengetahuan tak terbatas. Jika ingin menemukan pengetahuan atau penjelasan
terkait suatu permasalahan, maka alamat browsing santri adalah muallim, buku, kitab dan juga bisa teman-teman mereka.Santri hidup
secara berkelompok dengan tingkatan kelas yang beragam. Jadi sangat mudah bagi para santri untuk menemukan senior yang bisa
memberikan mereka penjelasan yang bahkan terkadang lebih gamblang dari penjelasan internet.

3. Bagaimana santri mengimbangi arus society 5.0 ?


Dari penjabaran diatas, kesimpulannya santri tetap dapat memperkaya wawasannya meski tanpa ponsel. Lalu bagaimana mereka bisa
akrab dengan teknologi jika dalam kesehariannya terisolasi ?

Pertama, santri tidak sepanjang waktu berada di pesantren. Pondok pesantren juga biasanya memberikan waktu libur untuk santrinya
pulang ke rumah. Dan dapat dipastikan, para santri memiliki ponsel maupun barang elektronik di rumahnya. Dalam waktu libur yang tidak
banyak ini, santri pasti akan bertemu juga dengan ponsel dan segala macamnya.

kedua, teknologi mudah digunakan bagi orang yang berilmu. Santri dengan kebiasaan non ponselnya telah mensuplai otak mereka dengan
wawasan yang luas. Dengan wawasan ini, tidak sulit bagi santri untuk masuk arus teknologi jika suatu hari telah keluar dari pesantren.
Teknologi sendiri adalah tentang ilmu pengetahuan, maka santri akan akrab dengan mudah meski baru berkenalan.

4. Kesimpulan

Jadi, aturan non ponsel pondok pesantren tidak sedikitpun menghalangi santri untuk eksis di era society 5.0. Santri tetap dapat masuk
kedalam arus bahkan tanpa perlawanan.Kemudian dari kebiasaan non ponsel saat di pesantren, ditambah dengan kehidupan pesantren
yang membiasakan akhlakul karimah, santri diharapkan dapat membawa kebiasaan ini kedalam etika bermedia sosial. Dari etika bermedia
sosial yang diterapkan, diharapkan dapat tercipta contoh baik yang dapat menjadi panutan. Demikian maka dapat sekaligus menjadi peran
santri dalam mensupport era society 5.0 yang santun.

Pertama, tentang integrasi penanaman nilai-nilai moral spiritual dan akhlak mulia. Di era masyarakat 5.0, santri didorong untuk
memanfaatkan teknologi, terutama untuk mendapatkan informasi yang akurat secara cepat. Dengan teknologi ini, transfer pengetahuan
dapat digantikan oleh mesin yang di dalamnya tertanam sistem kecerdasan buatan. Dengan teknologi ini, proses transfer pengetahuan
dapat digantikan oleh mesin, tetapi tidak untuk penerapan soft skill dan hard skill. Jika tidak diantisipasi, pembentukan moral spiritual dan
akhlak mulia masyarakat di luar pesantren lambat laun akan terkikis.

Sebagai bagian dari masyarakat, santri memiliki tujuan tafaqquh fi ad-din (transfer dan transmisi ilmu agama) dan penekanan moral dan
keteladanan.  Dengan demikian, santri dapat menjadi bagian dari struktur sosial masyarakat yang memiliki nilai-nilai moral yang tinggi dan
semakin dibutuhkan. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai moral dan sikap keagamaan tidak hanya bagi santri tetapi juga bagi masyarakat
di luar masyarakat pesantren.

Ketiga, tentang literasi dan etika digital. Salah satu dampak perkembangan teknologi (era industri 4.0 dan masyarakat 5.0) adalah
meningkatnya literasi digital. Dampaknya kemudahan akses informasi secara online, termasuk informasi tentang agama. Selain sebagai
anggota masyarakat yang kompeten dalam agama, santri juga berfungsi sebagai tokoh agama dan pendakwah agama. Oleh karena itu,
media dakwah dan pendidikan berbasis teknologi menjadi sangat vital. Kondisi ini perlu menjadi perhatian untuk menyeimbangkan
literatur Islam yang tersebar melalui media sosial, terutama pesan-pesan yang mengandung bias ideologis yang intoleran, liberal, dan
konservatif radikal.

Oleh karena itu, santri juga dituntut memiliki kemampuan untuk menghasilkan karya tulis ke-Islam-an yang rahmatan lil alamin,
wasathiyah/moderat, humanis, dan toleran berbasis teknologi. Selain itu, literasi digital juga mengarah pada penetrasi informasi yang
bebas dan tidak terkendali. Kondisi ini mendorong meningkatnya hoaks, kejahatan digital, radikalisme digital, dan sedikitnya klarifikasi dan
validasi sumber. Di sini penanaman etika digital sangat diperlukan.

Berpikir kritis dan tabayun merupakan hal mutlak yang harus menjadi perhatian untuk dikuasai oleh santri. Ketrampilan tersebut untuk
menjaga budaya intelektual santri dan pesantren, yang memiliki standar sumber otentik (mu'tabar) dan transmisi ilmiah (sanad, baik secara
riwayatan maupun dirayatan) yang valid.

“Ekspektasi tanpa eksekusi hanyalah halusinasi” begitulah kira-kira kalimat bijaknya. Setiap manusia punya strategi sendiri dalam merealisasikan angan-
angannya. Berbicara ala santri, ekspektasi yang diwujudkan dalam bentuk eksekusi di era society tentunya nanti tidak jauh-jauh dari dunia digital. Misalkan
dengan mengadakan pelatihan publik speaking untuk membangun karakter santri yang mana diperlukan kemampuan tersebut sebagai pendorong untuk
menjadi yang terdepan. Kemampuan ini bisa dieksekusi secara pelatihan online dan offline.

Selain itu, santri juga perlu diajarkan bagaimana cara mereka untuk mengaplikasikan ekonomi kreatif. Misal saja dengan membuka usaha sendiri di pondok
pesantren tentang penjualan kitab. Di sini tidak sekedar berbisnis saja, tetapi santri mampu berkompetisi serta berkolaborasi dengan pihak-pihak lain terkait
bisnis yang dijalankannya. Di beberapa yang paling urgensinya berpengaruh adalah tentang pendidikan dan agama. Dalam lingkup pondok pesantren dua
hal ini tidak dapat dipisahkan. Saat ini sudah banyak pondok pesantren modern yang menggunakan sistem digital untuk pendidikan Islam. Mulai dari
sekolah madrasah hingga sekolah umumnya tidak lagi ujian akhir semester menggunakan kertas. Namun, menggunakan laptop atau komputer beriringan
dengan sambungan WiFi dengan kecepatan tinggi. Hal ini merupakan bentuk dari ekspektasi yang diwujudkan dalam bentuk eksistensi dengan tujuan
kebaikan pondok pesantren dan santri-santrinya di masa yang akan datang.

Banyak sekali tantangan santri di era 5.0 ini. Tidak hanya dalam lingkup pondok pesantren, tetapi juga di ranah dunia. Sebab sejatinya kehidupan santri
mayoritas ada di pondok pesantren. Ekspektasi santri merupakan salah satu inovasi yang diberikan untuk negeri. Santri yang berpotensi, berproses dan
berprogres dengan baiklah yang mampu mewujudkan ekspektasi dengan eksekusi demi menjawab tantangan era society menggunakan cara mereka.
Harapannya, santri tidak lagi hanya berdiam diri menghadap kitab, tetapi juga perlu melihat dan menggemparkan cakrawala dunia.
‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‪ ٍ،‬خَات َِم اَأل ْنبِيَا ِء َوال ُمرْ َسلِين‪َ ،‬و َعلَى آلِ ِه ‪ ‬‬‫واليقين‪ .‬اَللَّهُ َّم َ‬
‫ِ‬ ‫ق ْال ُمبِي ِْن‪ ،‬الَّ ِذي َحبَانَا بِاِإْل ْي َم ِ'‬
‫ان‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِهللِ ْال َملِ ِك ْال َح ِّ‬
‫ار َأجْ َم ِعين‪َ '،‬و َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس ٍ‬
‫ان ِإلَى يَوْ ِم ال ِّديْن‬ ‫الطَّيِّبِيِن‪َ ،‬وَأصْ َحابِ ِه اَأل ْخيَ ِ‬
‫ق ُش ْك ِر ِه‬
‫ق َح ْم ِد ِه َو نَ ْش ُك ُرهُ َح َّ‬
‫نَحْ َم ُد هللاَ َح َّ‬

‫ات‪َ /.‬أ ْش َه ُد َأنْ الَ ِإلَ َه ِإالَّ هللا ُ‬‫اع ِة َتطِ يْبُ ْال َح َياةُ‪َ /‬و َت َت َن َّز ُل ْال َب َر َك ُ‬ ‫من الرَّ ِحيْم‪ /‬الَّذِي ِبنِعْ َم ِت ِه َت ِت ُّم الصَّال َِحاتِ‪َ ،/‬و ِب ْال َع َم ِل َو َّ‬
‫الط َ‬ ‫ِ‬ ‫هلل َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن‪ /‬الرَّ حْ ِ‬
‫الحمْ ُد ِ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ارهُ ال َباقِ َياتِ‪ِ /‬إلى‬ ‫َ‬ ‫َأ‬ ‫َّ‬
‫صحْ ِبهِ‪َ /‬و َم ِن ات َب َع ث َ‬ ‫َأ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫صلى هللا ُ َعل ْي ِه َو َسل َم‪َ /،‬و َعلى لِ ِه َو َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ِّ‬
‫ص ِّل َو َسل ْم‪َ /‬على َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٌد َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫َأ‬ ‫ْ‬ ‫َأ‬
‫َو ش َه ُد نَّ م َُح َّم ًدا‪َ /‬ع ْب ُدهُ َو َرس ُْولهُ‪ /.‬الل ُه َّم َ‬
‫َأ‬ ‫ُ‬
‫نْ تق ْو َم السَّا َعة‪ /‬مَّا َبعْ‬‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َأ‬

‫لب ْالع ِْل َم ل ِْلم َُعا ِد‪َ  #  ‬ف َ‬


‫از ِب َفضْ ٍل م َِن الرَّ َشا ِد‬ ‫نْ َط َ‬

‫‪"Siapa yang menuntut ilmu karena mencari pahala akhirat, maka berbahagialah ia dengan‬‬
‫"‪karunia dari Allah‬‬

‫اَ ْل ِج ُّد ي ُْدنِى ُك ّل اَمْ ٍر َشاسِ ٍع‪َ  #  ‬و ْال ِج ُّد َي ْف َت ُح ُك َّل َبا ٍ‬
‫ب م ُْغلَ ٍق‬

‫‪Bersungguh-sungguh itu dapat mendekatkan segala perkara yang jauh, dan dapat‬‬
‫"‪membukakan segala pintu yang tertutup‬‬

‫ال ْال ُم ّتقِي ‪َ #‬و ِب ِه ال َّتقِيُّ ِإلَى ْال َم َعالِي َيرْ َتقِي‬ ‫‪ ‬نّ ال َّت َوض َُّع مِنْ خ َ‬
‫ِص ِ‬

‫‪"Sesungguhnya rendah hati adalah perangai orang takwa. Dengan tawadhu, dia akan sampai‬‬
‫"‪kepada keluhuran‬‬

‫ف ُكل َّ َمنْ عِ ْندَ هُ َف ْه ُم‬


‫س َل َك ا ْل ِع ْل ُم ***‪َ  ‬و َع ْن ُه َف َكاشِ ْ‬ ‫َم َع ا ْل ِع ْل ِم َف ْ‬
‫اسلُ ْك َح ْي ُ‬
‫ث َما َ‬
‫…‪Bersama ilmu, tempuhlah jalan yang telah ditempuh oleh ilmu‬‬
‫…‪Dan tentangnya, belajarlah dari setiap orang yang memiliki pemahaman‬‬
‫ين ا َّلذِي َأ ْم ُرهُ َح ْت ُم‬ ‫َففِي ِه ِجاَل ٌ)ء لِ ْلقُلُو ِ‬
‫ب مِنَ ا ْل َع َمى *** َو َع ْو ٌ)ن َع َلى الدِّ ِ‬
‫…)‪Dalam ilmu terdapat penyingkap hati dari kebutaan (kebodohan‬‬
‫‪Dan pertolongan terhadap agama yang (seitap) urusannya adalah pasti...‬‬
‫ت ا ْل َج ْهل َ ُي ْز ِري ِبَأهْ لِ ِه *** َو ُذو ا ْل ِع ْل ِم فِي اَأْل ْق َو ِام َي ْر َف ُع ُه ا ْل ِع ْل ُم‬
‫َفِإ ِّني َرَأ ْي ُ‬
‫…‪Sungguh aku melihat bahwa orang bodoh akan hina dan rendah‬‬
‫…‪Adapun ilmu akan akan meninggikan derajat ahlinya di antara manusia‬‬
‫صغِي ُر ُه ْم *** َو َي ْن َف ُذ ِم ْن ُه فِي ِه ُم ا ْل َق ْول ُ َوا ْل ُح ْك ُم‬
‫ير ا ْل َق ْو ِم َوهْ َو َ‬
‫ُي َع ُّد َك ِب َ‬

‫زيادة الرئيس البرلمنج المؤقر‬

‫وصف الحكام العارفين والعادلين‬

‫ضابط الوقت الجميل‬


‫و َ‬

‫…وال ننس ابدا ابدا ايها الجمهور الكريم األحباء واألعزاء‬

Anda mungkin juga menyukai