Disusun Oleh:
Gladi Samodra 2216.105.011
Faishal Alim 2216.105.037
Hanif Hendra Zulfikar 2216.105.074
Febby Ayu Ramadhani 2216.105.077
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam
semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan umat
muslim yang senantiasa meneladani beliau.
Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah transmisi sistem tenaga listrik. Penulis
berharap makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulisa serta siapapun yang
membacanya sehingga dapat menambah wawasan serta pengetahuan untuk mempelajari
kehandalan dalam transmisi sistem.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok yang saling mensuport
satu sama lain, Bapak Dr. Ardyono Priyandi, ST., M. Eng. Penulis juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam proses penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari dan memohon maaf atas segala kekurangan pada makalah ini. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam pengembangan keilmuan di kemudian hari.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN
3
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
4
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
5
2 BAB II KEANDALAN SISTEM TRANSMISI
KEANDALAN SISTEM TRANSMISI
1. Outage, adalah keadaan dimana sistem tidak mampu menjalankan fungsinya dengan
baik karena beberapa hal diakibatkan yang disebebakan oleh kagagalan komponen.
2. Forced Outage, adalah pemadaman yang dilakukan dalam keadaan darurat, yang
biasanya disebabkan oleh kesalahan teknis atau kesalahan manusia.
3. Scheduled Outage, merupakan pemadaman terjadwal. Hal ini dilakukan dalam
rentang waktu tertentu dan bertujuan untuk pembangunan, pencegahan, dan
pemeliharaan. Pemadaman terjadwal ini harus melalui perhitungan yang teliti
mengingat kerugian yang ditimbulkan.
4. Transient Forced Outage, merupakan pemadaman yang terjadi kerana adanya
perubahan suatu variable secara mendadak pada suatu komponen, akan tetapi
komponen tersebut dapat melakukan self-clearing sehingga dapat langsung kembali
bekerja normal apabila masalah telah dinetralisir. Hal ini biasanya disebabkan oleh
petir.
5. Persistent Forced Outage, suatu keadaan dimana sistem harus dipadamkan akibat
keadaan transien, namun tidak bisa langsung diaktifkan kembali karena harus melalui
beberapa perbaikan.
6. Interruption, suatu keadaan dimana kerugian pelayanan kepada satu atau lebih
pelanggan akibat gangguan.
7. Forced Interruption, suatu kerugian yang diakibatkan oleh pemadaman darurat atau
paksa.
8. Scheduled Interruption, suatu kerugian yang diakibatkan oleh pemadaman terjadwal.
9. Momentary Interuption, suatu keadaan dalam rentang waktu tertentu yang diperlukan
untuk memulihkan sistem kembali.
6
2.3 Indeks Keandalan Sistem
Indeks keadala sistem merupakan perhitungan dari penggunaan energi listrik, cara
perhitungan ini telah dilakukan pada masa lampau dan akhirnya digunakan sebagai indikasi kerja
suatu sistem yang baik hingga sekarang. Indeks keandalan sistem didefinisikan sebagai rasio dari
jumlah konsumsi pelanggan tanpa gangguan (total jam) per tahun dikurangi jumlah gangguan total
konsumsi pelanggan (total jam) per tahun dibagi jumlah konsumsi pelanggan tanpa gangguann
(total jam) pertahun, atau dapat dirumuskan sebagai:
(𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒄𝒖𝒔𝒕𝒐𝒎𝒆𝒓 − 𝒉𝒐𝒖𝒓𝒔 𝒑𝒆𝒓 𝒚𝒆𝒂𝒓) − (𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑪𝒖𝒔𝒕𝒐𝒎𝒆𝒓 − 𝒉𝒐𝒖𝒓𝒔 𝒊𝒏𝒕𝒆𝒓𝒓𝒖𝒑𝒕𝒆𝒅 𝒑𝒆𝒓 𝒚𝒆𝒂𝒓)
(𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒄𝒖𝒔𝒕𝒐𝒎𝒆𝒓 − 𝒉𝒐𝒖𝒓𝒔 𝒑𝒆𝒓 𝒚𝒆𝒂𝒓) (2.7.1)
7
Secara umum,ukuran keadalan satu sistem yang sesuai untuk seluruh sistem transmisi.
Ukuran keandalan suatu sistem juga akan berubah seiring dengan bertambahnya waktu.
Berdasarkan National Electric Reliabilty Study [4, 5] menyatakan bahwa:
1. Sekitar 75% dari laporan pemadaman jalur transmisi menyebabkan gangguan pada
konsumen dan hal ini merupakan akibat dari adanya gangguan yang terjadi pada
komponen, pemeliharaan atau operasi dan koordinasi, dengan 25% masalah timbul
karena adanya gangguan tidak terduga.
2. Sekitar 20% dari gangguan yang dapat dihindari diakibatkan oleh operasi sistem
transmisi yang tidak mencukupi. Presentase kegagalan yang tinggi berkaitan dengan
operasi menunjukkan adanya kemungkinan untuk memperbaiki performa dari
keandalan transmisi dengan fasilitas yang sudah ada dengan meningkatkan
ketersediaan sistem yang mapu mensuport sperti komunikasi dan kontrol.
3. Gangguan terbesar yang dikarenakan ketidak tersediaan operasi transmisi merupakan
hasil dari gangguan pada proteksi dan relay yang tidak teralamatkan secara memadai.
4. Dari sudut pandangan regional level kegunaan transmisi tidak mencukupi
5. Ukuran dan kompleksitas dari sistem transmisi sangat sulit untuk dikalkulasi
8
Gambar 2.6.1 Diagram Venn Subhimpunan
5. Himpunan Kosong
Dikatakan sebagai himpunan kosong apabila himpunan A dan himpunan B tidak
bersinggungan sama sekali atau tidak memotong satu sama lain seperti pada Error!
Reference source not found.Gambar 2.6.3.
9
6. Komplemen
Dikatakan komplemen jika himpunan A berada pada himpunan A’ yang merupakan
himpunan semesta, namun nilai himpunan A diabaikan, seperti pada Gambar 2.6.5.
7. Difference
Ketika himpunan A bersinggungan dengan himpunan B namun anggota dari A tidak
termasuk dari elemen B, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.6.6
Kemungkinan / probability, diperoleh melalui adanya beberapa kejadian yang mungkin bisa
terjadi. Hubungannya dengan sistem tenaga listrik yaitu misal daya yang dibangkitkan generator
dapat disalurkan (success = 1) atau tidak dapat disalurkan (failure = 0) melalui sistem transmisi.
Analisa kombinasi dibagi menjadi 2, yaitu:
10
1. Kombinasi
Jumlah kombinasi dari distrik objek “n” diambil sejumlah “r” pada suatu waktu disebut
kombinasi. Pada metode kombinasi, urutan susunan antar komponennya tidak
diperhatikan. Kombinasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑛!
𝑛𝐶𝑟 = (2.7.2)
𝑟! (𝑛 − 𝑟)!
2. Permutasi
Jumlah cara menyeleksi dan mengatur objek “r” dari distrik objek “n” dalam satu
waktu disebut permutasi. Pada permutasi, urutan dari susunan tiap komponennya
diperhatikan. Permutasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑛!
𝑛𝑃𝑟 = (2.7.3)
(𝑛 − 𝑟)!
n!
𝑃(𝑟) = 𝑝𝑟. 𝑞 𝑛−𝑟 (2.8.1)
𝑟! (n − r)!
11
𝜆𝑘 𝑒 −𝜆 (2.8.2)
𝑃(𝑟) = 𝑘!
𝑁𝑠 (𝑡) (2.8.3)
𝑅(𝑡) =
𝑁0
Dimana:
T : Variabel acak yang melambangkan waktu kegagalan
F(t) : Kemungkinan komponen gagal dalam waktu t
12
Jika diberikan interval waktu t1 dan t2, maka dapat diketahui sebuah rating kegagalan (Hazard
Rate):
𝑡2 ∞ ∞
∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 = ∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 − ∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡
𝑡1 𝑡2 𝑡1
(2.9.3)
= 𝑅(𝑡1) − 𝑅9𝑡2)
Jika Δ𝑡 = 𝑡2 − 𝑡1, maka 𝑡1 = 𝑡 dan 𝑡2 = 𝑡1 + Δ𝑡, Sehingga tingkat kegagalan dapat dinyatakan
dengan :
𝑡
𝑅(𝑡) = exp (− ∫ 𝜆(𝑡)𝑑𝑡) (2.9.7)
0
(𝑡) adalah tingkat transisi yang berkaitan dengan transisi oleh komponen yang bekerja normal dan
gagal, sehingga dapat dinyatakan dalam:
𝑅 = 𝑒 −𝜆𝑡 (2.9.9)
Dimana :
t : Waktu operasi
𝜆 : Rata rata tingkat kegagalan komponen
R : Tingkat keandalan (Reliability)
13
Dari persamaan Hazard Rate diatas, masa operasi suatu komponen dapat di bagi menjadi 3
daerah operasi yang dapat disimpulkan dalam kurva Bathub Hazard Function, seperti yang tertera
pada Gambar 2.9.1
Keterangan :
Debugging : Kegagalan terjadi dikarenakan kesalahan design
Useful life : Dalam waktu ini kegagalan yang terjadi secara acak relative stabil
Wear – out period : Kegagalan meningkat dikarenakan penuaan suatu komponen
∞
𝑅(𝑡) = ∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡
0
𝑅(𝑡) + 𝑄(𝑡) ≅ 1 (2.9.10)
𝑄(𝑡) = 1 − 𝑅(𝑡)
𝑡 ∞
∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 = 1 − ∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡
0 𝑡
𝑡
(2.9.11)
𝑄(𝑡) = ∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡
0
Expected Life komponen adalah umur hidup yang diharapkan dari sebuah komponen akan
bertahan dan dapat bekerja dengan baik. Hal ini dapat dinyatakan dalam sebuah persamaan sebagai
berikut :
∞
𝐸(𝑡) = ∫ 𝑅(𝑡)𝑑𝑡 (2.9.12)
0
Sehingga hubungan antara keandalan dan ketidakandalan dapat digambarkan dengan sebuh kurva
yang menunjukkan kegagalan terhadap operating time, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.9.2
14
Gambar 2.9.2 Kurva hubungan antara keandalan dan ketidakandalan
Dalam penggunaan komponen ketenaga listrikan, secara umum usia pemakaian komponen dibagi
menjadi 2, yaitu:
Keterangan :
t : Waktu rata-rata siklus (T)
𝑚̅ : Waktu rata-rata kegagalan
r : Waktu rata-rata perbaikan (MTTR, = 1/µ)
µ : Rating rata-rata perbaikan
1
𝑀𝑇𝑇𝐹 = m̅ = (2.9.14)
𝜆
Keterangan :
𝜆 : Rating kegagalan konstan
Dari persamaan diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa MTBF dari sebuah komponen
merupakan penjumlahan dari Mean Time To Failure komponen terhadap Mean Time To Repair
dari sebuah komponen :
𝑀𝑇𝐵𝐹 = 𝑀𝑇𝑇𝐹 + 𝑀𝑇𝑇𝑅 (2.9.15)
Dalam proses penyaluran daya listrik mulai dari pembangkit hingga ke konsumen dilauilah
beberapa tahapan seperti proses transmisi, distribusi, dan sebagainya. Untuk memperoleh
keandalan yang baik dalam penyaluran daya listrik, maka diperlukan pemilihan jaringan yang
memiliki keandalan tinggi. Dalam sebuah sistem jaringan, dikenal 3 macam bentuk jaringan, yaitu
:
15
I. Sistem Seri
Sistem seri seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.9.3 adalah keandalan sistem yang terdiri
dari beberapa komponen dimana semua komponen terhubung secara seri dan harus dapat
berfungsi dengan baik, jika tidak maka system akan mengalami kegagalan. Sistem seri sering
juga disebut sebagai non-redundant system.
𝑅𝑠𝑦𝑠 = 1 − 𝑄𝑠𝑦𝑠
= 1 − [𝑄1𝑥𝑄2𝑥 … 𝑥𝑄𝑛]
= 1 − [(1 − 𝑅1)𝑥(1 − 𝑅2)𝑥 … . 𝑥(1 − 𝑅𝑛) (2.9.17)
Keterangan :
𝑄𝑠𝑦𝑠 : Ketidakandalan sistem
𝑄𝑖 : ketidakandalan komponen i
𝑅𝑠𝑦𝑠 : Keandalan sistem
𝑅𝑖 : Keandalan komponen i
16
III. Kombinasi Sistem
Kombinasi sederhana dari sistem ini dapat dianalisis dengan menggunakan teknik reduksi.
Teknik reduksi adalah penggabungan dari setiap komponen yang terpasang pada cabang seri
dan parallel sampai tersisa sebuah elemen pengganti (ekivalen). Sistem ini terdapat 2 jenis
kombinasi, yaitu :
𝑅𝑠𝑦𝑠 = 1 − (1 − 𝑅 𝑛 )𝑚 (2.9.18)
Dimana:
Rsys : Ekuivalen dari keandalan sistem
Rn : Ekuivalen dari keandalan cabang (branch)
R : Keandalan komponen
n : Jumlah komponen yang terhubung di cabang seri
m : Jumlah jalur (path)
17
Dimana:
(1 − 𝑅)𝑚 : Ekuivalen keandalan dari unit paralel
R : Keandalan komponen
n : Jumlah komponen yang terhubung pada unit paralel
m : Jumlah unit
𝐴𝑠𝑦𝑠 = 𝐴1 × 𝐴2
(2.10.1)
Dimana :
Asys : Ketersediaan pada sistem
A1 : Ketersediaan pada komponen 1
A2 : Ketersediaan pada komponen 2
Dengan ;
𝑚1 𝑚2
𝐴1 = 𝑚 dan 𝐴2 = 𝑚 (2.10.2)
1 +𝑟1 2 +𝑟2
1
𝑚𝑠𝑦𝑠 = (2.10.3)
1/𝑚1 + 1/𝑚2
Maka ;
𝑚1 𝑚2
𝐴𝑠𝑦𝑠 = ×
𝑚1 + 𝑟1 𝑚2 + 𝑟2
𝑚𝑠𝑦𝑠
𝐴𝑠𝑦𝑠 = (2.10.4)
𝑚𝑠𝑦𝑠 + 𝑟𝑠𝑦𝑠
Dimana :
m1 : rata – rata waktu kegagalan pada komponen 1
m2 : rata – rata waktu kegagalan pada komponen 2
msys : rata – rata waktu kegagalan pada komponen sistem
r1 : rata – rata waktu perbaikan pada komponen 1
18
r2 : rata – rata waktu perbaikan pada komponen 2
rsys : rata – rata waktu perbaikan pada komponen sistem
Pada suatu sistem memiliki intensitas kegagalan pada setiap penggunaannya dimana
intensitas kegagalan tersebut dinamakan frekuensi rata – rata kegagalan dari suatu sistem
adalah jumlah dari frekuensi rata – rata komponen 1 gagal dan ketersediaan komponen 2
beroperasi, ditambah frekuensi rata – rata komponen 2 gagal dan ketersediaan komponen 1
beroperasi. Dengan demikian representasi dari frekuensi rata – rata kegagalan sistem adalah :
𝑓𝑠𝑦𝑠 = 𝐴2 𝑓1 + 𝐴1 𝑓2 (2.10.5)
Dengan ,
1 1
𝑓1 = 𝑑𝑎𝑛 𝑓2 = (2.10.6)
𝑚1 + 𝑟1 𝑚2 + 𝑟2
𝑚1 𝑚2
𝐴1 = 𝑑𝑎𝑛 𝐴2 = (2.10.7)
𝑚1 + 𝑟1 𝑚2 + 𝑟2
Maka ,
𝑚2 1 𝑚1 1 (2.10.8)
𝑓𝑠𝑦𝑠 = 𝑥 + 𝑥
𝑚2 + 𝑟2 𝑚1 + 𝑟1 𝑚1 + 𝑟1 𝑚2 + 𝑟2
Dimana :
fsys : frekuensi rata – rata kegagalan sistem
f1 : frekuensi rata – rata kegagalan komponen 1
f2 : frekuensi rata – rata kegagalan komponen 2
A1 : ketersediaan komponen 1
A2 : ketersediaan komponen 2
m1 : rata – rata waktu kegagalan pada komponen 1
m2 : rata – rata waktu kegagalan pada komponen 2
r1 : rata – rata waktu perbaikan pada komponen 1
r2 : rata – rata waktu perbaikan pada komponen 2
Pada suatu sistem memiliki kegagalan pada setiap sistemnya dimana tingkat kegagalan n –
komponen pada sistem seri ini adalah :
𝜆𝑠𝑦𝑠 = 𝜆1 + 𝜆2 + ⋯ + 𝜆𝑛 (2.10.9)
Pada sistem seri apabila terjadi kegagalan maka sistem tersebut tidak dapat bekerja maka
membutuhkan durasi dalam perbaikannya dimana setiap rata – rata total durasi kegagalan
pada sistem seri adalah:
𝑟𝑠𝑦𝑠
𝑈𝑠𝑦𝑠 = (2.10.10)
𝑟𝑠𝑦𝑠 + 1/𝜆𝑠𝑦𝑠
19
II. Sistem Repairable Paralel
Komponen – komponen pada sistem paralel memiliki probabilitas kegagalan yang
cenderung lebih baik dari pada sistem seri karena pada sistem paralel apabila suatu komponen
gagal maka komponen yang lain masih dapat menjalankan sistem. Maka pada sistem paralel
ini dapat dilihat ketidaktersediaan (unavailability) dari kegagalan sistem untuk dapat
diperbaiki dengan perumusan sebagai berikut:
𝑈𝑠𝑦𝑠 = 𝑈1 × 𝑈2 (2.10.11)
Dengan :
𝑈1 = 1 − 𝐴1 𝑑𝑎𝑛 𝑈2 = 1 − 𝐴2
𝜆𝑟1 𝜆𝑟2
= 𝑑𝑎𝑛 = (2.10.12)
1 + 𝜆𝑟1 1 + 𝜆𝑟2
Dimana :
Usys : Ketidaktersediaan sistem
U1 : Ketidaktersediaan komponen 1
U2 : Ketidaktersediaan komponen 2
λ1 : laju kegagalan komponen 1
λ2 : laju kegagalan komponen 2
r1 : rata – rata waktu perbaikan pada komponen 1
r2 : rata – rata waktu perbaikan pada komponen 2
Pada suatu sistem memiliki intensitas kegagalan pada setiap penggunaannya dimana
intensitas kegagalan tersebut dinamakan frekuensi rata – rata kegagalan dari suatu sistem
adalah jumlah dari frekuensi rata – rata komponen 1 gagal dan ketidaktersediaan komponen
2 beroperasi, ditambah frekuensi rata – rata komponen 2 gagal dan ketidaktersediaan
komponen 1 beroperasi. Dengan demikian representasi dari frekuensi rata – rata kegagalan
sistem adalah:
𝑓𝑠𝑦𝑠 = 𝑈2 𝑓1 + 𝑈1 𝑓2 (2.10.14)
Dengan ,
𝜆1 𝜆2
𝑓1 = 𝑑𝑎𝑛 𝑓2 = (2.10.15)
1 + 𝜆1 𝑟1 1 + 𝜆2 𝑟2
20
𝜆𝑟1 𝜆𝑟2
𝑈2 = 𝑑𝑎𝑛 𝑈2 = (2.10.16)
1 + 𝜆𝑟1 1 + 𝜆𝑟2
Maka,
𝑟1 𝑥 𝑟2 𝑈𝑠𝑦𝑠 (2.10.18)
𝑟𝑠𝑦𝑠 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑟𝑠𝑦𝑠 =
𝑟1 + 𝑟2 𝑓𝑠𝑦𝑠
𝑟𝑠𝑦𝑠 (1 − 𝑈𝑠𝑦𝑠 )
𝑚𝑠𝑦𝑠 = (2.10.19)
𝑈𝑠𝑦𝑠
Pada sistem paralel dapat dilihat tingkat kegagalan dari suatu sistem dengan persamaan
𝜆1 𝜆2 (𝑟1 + 𝑟2 )
𝜆𝑠𝑦𝑠 = (2.10.20)
1 + 𝜆1 𝑟1 + 𝜆2 𝑟2
21
(a)
(b) (c)
Gambar 2.11.1 Blok diagram reliability (a) jaringan tipe jembatan, (b) jaringan modifikasi
dengan komponen 5 dihubung singkat, (c) jaringan modifikasi dengan komponen 5 dibuka.
Dimana ,
Maka ,
Jika komponen – komponen tersebut identik, maka memiliki keandalan sistem (reliability
system) menjadi sebagai berikut:
𝑅𝑠𝑦𝑠 = [1 − 2𝑄 2 + 𝑄 4 ]𝑅 + [1 − (1 − 2𝑅 2 + 𝑅 4 )]𝑄
22
𝑅𝑠𝑦𝑠 = [1 − 2(1 − 𝑅)2 + (1 − 𝑅)4 ]𝑅 + [1 − (1 − 2𝑅 2 + 𝑅 4 )](1 − 𝑅)
𝑅𝑠𝑦𝑠 = 2𝑅 2 + 2𝑅 3 − 5𝑅 4 + 2𝑅 5 (2.11.6)
Sebagai contoh, tie set minimal terdiri dari komponen C1C3,C2C4, C1C5C4, dan C2C5C3 ,
seperti yang terlihat pada Gambar 2.11.2.b, itu dapat ditunjukan sebagai berikut:
Demikian pula dengan cut set minimal terdiri dari komponen C1C2,C3C4, C1C5C4, dan
C2C5C3. Seperti yang pada Gambar 2.11.2.c dengan persamaan sebagai berikut:
Dengan menggunakan metode cut set minimal, ketidakhandalan dari sebuah sistem dapat
dirumuskan sebagai berikut:
23
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.11.2 Reliability blok diagrams (a) jaringan tipe jembatan , (b) ekivalen minimal tie
diagram dan (c) ekivalen minimal cut diagram.
𝑄𝑠𝑦𝑠 = 𝑃(𝐸1 ∪ 𝐸2 ∪ 𝐸3 ∪ 𝐸4 )
= 𝑃(𝐸1 ) + 𝑃(𝐸2 ) + 𝑃(𝐸3 ) + 𝑃(𝐸4 ) − 𝑃(𝐸1 ∩ 𝐸2 ) − 𝑃(𝐸1 ∩ 𝐸3 )
−𝑃(𝐸1 ∩ 𝐸4 ) − 𝑃(𝐸2 ∩ 𝐸3 ) − 𝑃(𝐸2 ∩ 𝐸4 ) − 𝑃(𝐸5 ∩ 𝐸4 )
+𝑃(𝐸1 ∩ 𝐸2 ∩ 𝐸3 ) + 𝑃(𝐸1 ∩ 𝐸2 ∩ 𝐸4 ) + 𝑃(𝐸1 ∩ 𝐸3 ∩ 𝐸4 )
+𝑃(𝐸2 ∩ 𝐸3 ∩ 𝐸4 ) − 𝑃(𝐸1 ∩ 𝐸2 ∩ 𝐸3 ∩ 𝐸4 ) (2.11.10)
Dimana,
𝑃(𝐸1 ) = 𝐶1 ∩ 𝐶2
𝑃(𝐸2 ) = 𝐶2 ∩ 𝐶4
𝑃(𝐸3 ) = 𝐶1 ∩ 𝐶5 ∩ 𝐶4
𝑃(𝐸4 ) = 𝐶2 ∩ 𝐶5 ∩ 𝐶3 (2.11.11)
Maka,
24
𝑄𝑠𝑦𝑠 ≅ 𝑃(𝐸1 ) + 𝑃(𝐸2 ) + 𝑃(𝐸3 ) + 𝑃(𝐸4 )
𝑄𝑠𝑦𝑠 ≅ 𝑄1 𝑄2 + 𝑄3 𝑄4 + 𝑄1 𝑄5 𝑄4 + 𝑄2 𝑄5 𝑄3 (2.11.12)
Untuk beberapa himpunan n waktu t1 < t2…< tn dalam index himpunan proses dan beberapa
angka-angka real x1, x2, …, xn. Dalam bahasa non-matematis, salah satu dapat dikatakan bahwa,
kondisi sekarang yang diberikan proses, masa yang akan datang tidak dipengaruhi masa yang lalu.
Probabilitas dinyatakan,
disebut probabilitas transisi dan mewakili probabilitas kondisional dari sistem dalam xn pada
tn , diberikan xn-1 pada tn-1. Dapat juga didefinisikan sebagai probabilitas one-step transition karena
mewakili system diantara tn-1 dan tn.
25
Rantai Markov dapat didefinisikan dengan urutan variable nilai acak diskrit { X(tn) }, dimana
tn adalah nilai diskrit atau kontinyu. Memungkinkan untuk mendefinisikan rantai Markov sebagai
proses Markov dengan state space diskrit.
Mendefinisikan sebagai probabilitas one-step transition dari state i pada tn-1 ke j pada tn dan
menganggap bahwa probabilitas ini tidak berubah sepanjang waktu. Istilah ini digunakan untuk
menggambarkan asumsi tidak berubah-ubah (stationer), jika probabilitas transisi bergantung
hanya pada perbedaan waktu, rantai Markov didefinisikan menjadi stationary in time. Rantai
Markov secara keseluruhan didefinisikan oleh probabilitas transisinya dari state i ke state j ,
diberikan bentuk matrix sebagai berikut,
(2.12.4)
Matrix P disebut one-step transtition matrix (atau matrix stochastic) karena seluruhnya
probabilitas transisi pij tertentu dan tidak terikat waktu.
𝑛
∑ (𝑝𝑖𝑗 = 1) ꓯI (2.12.5)
𝑗
Dan
pij ≥ 0 ꓯ ij (2.12.6)
p11 = Probabilitas dari state 1 saat waktu t yang mana dalam state 1 pada waktu 0
p12 = Probabilitas dari state 2 saat waktu t yang mana dalam state 1 pada waktu 0
p21 = Probabilitas dari state 1 saat waktu t yang mana dalam state 2 pada waktu 0
p22 = Probabilitas dari state 2 saat waktu t yang mana dalam state 2 pada waktu 0
(2.12.7)
26
Gambar 2.12.1 Diagram transisi untuk system dua kondisi (state)
Diagram transisinya dapat digambarkan pada Error! Reference source not found..
Probabilitas one-step transition sebagai berikut,
Oleh karena itu, probabilitas transisi n-step dapat didefinisikan dengan induksi sehingga,
Dengan kata lain, pij(n) adalah probabilitas (absolut probabilitas) yang mana proses dalam state
j pada waktu tn yang diberikan dan dalam state i pada waktu t0. Probabilitas dapat diamati dari
definisi bahwa pij(0) harus 1 jika i = j dan 0 sebaliknya. Persamaan Chapman-Kolmogrov
memberikan metode untuk menentukan probabilitas transisi n-step. Dalam bentuk umum,
persamaan dinyatakan sebagai berikut
(2.12.10)
Untuk beberapa m diantara 0 dan n. Persamaan dapat dinyatakan dalam bentuk matrix
Elemen dari matrix transisi orde yang lebih tinggi dapat ditentukan secara langsung dengan
matrix perkalian. Sehingga,
(2.12.12)
(2.12.13)
27
P(n) = p(n-1)P(m) ( 11.189 )
(2.12.14)
Probabilitas yang tidak bersyarat seperti
Disebut probabilitas absolut atau probabilitas state. Untuk menentukan probabilitas state,
kondisi awal harus diketathui. Oleh karena itu,
Pj(n) = P{ X(Tn) = j }
= P ∑ { 𝑋(𝑡𝑛) = 𝑗|𝑋(𝑡0) = 𝑖}𝑃{𝑋(𝑡0) = 𝑖}
= ∑ Pi (0)Pij (n) (2.12.16)
Probabilitas absolut jangka panjang adalah probabilitas awal state yang independent, yang
mana p(0). Hasil dari probabilitas disebut probabilitas steady-state dan didefinisikan sebagai
himpunan ∏i, dimana
Pada umumnya, state awal cenderung kurang penting terhadap probabilitas transisi n-step
karena n meningkat, seperti
Sehingga salah satu dalam distribusi probabilitas steady-state yang tidak bersyarat dari
probabilitas transisi n-step dengan membawa n menuju tak berhingga tanpa membawa kondisi
awal ke dalam perhitungan.
Sehingga,
28
atau
dan demikian
(2.12.23)
Dimana,
(2.12.24)
Catatan bahwa matrix ∏ mempunyai baris yang sama sehingga tiap barid adalah vector baris
dari
(2.12.25)
Karena transpose vector baris ∏ adalah vector kolom ∏t, persamaan 11.200 dapat juga
dinyatakan sebagai
∑ ∏i=1 (2.12.27)
𝑎𝑙𝑙 𝑖
29
I. METODE TINGKAT INTERUPSI RATA-RATA
Metode ini telah dikenalkan oleh Todd [13] dalam paper yang dipublikasikan pada 1964.
Metode ini menentukan probabilitas pelepasan(outage) paksa dari durasi minimum tertentu
untuk menghitung tingkat interupsi customer dan jumlah interupsi yang diharapkan melebihi
durasi yang diberikan. Tingkat outage paksa * didefinisikan sebagai perbandingan total waktu
outage komponen terhadap total waktu papar komponen. Dengan kata lain, tingkat outage
paksa p adalah probabilitas outage (komponen sekarang ini dan dapat dihitung dari
Metode ini sederhana dan dapat dengan mudah diaplikasikan pada komponen yang
terhubung seri-paralel. Metode ini berdasarkan asumsi dari redudansi lengkap pada komponen
parallel dan kontinuitas suplai pada titik beban. Jumlah hari diharapkan dalam setahun yang
mana outage tertentu untuk titik beban yang diberikan akan terjadi disebut average annual
customer interruption rate (AACIR). Sistem yang mempunyai kombinasi seri dan parallel
dapat dimasukkan menggunakan metode reduksi jaringan.
Alternative lain adalah menggunakan prosedur minimal-cut-set. Todd memberikan contoh
praktis untuk aplikasi metode tingkat interupsi rata-rata. Metode biasanya diasumsikan bahwa
semua outage terjadi secara simultan.
30
himpunan terpisah dari persamaan system seri dan parallel. Parameter yang digunakan
adalah:
A. Sistem Seri
Perkiraan seluruhnya (cuaca normal dan badai) tingkat outage paksa tahunan 𝜆 f dari
komponen i dapat dinyatakan sebagai berikut
𝑁 𝑆
𝜆f,I = 𝑁+𝑆 𝜆𝑖 + 𝑁+𝑆 𝜆𝑖′ outages/year (2.13.2)
Tingkat outage paksaan tahunan seluruhnya (contoh : tingkat kegagalan) untuk system
seri n- komponen adalah
Demikian pula, tingkat outage maintenance tahunan untuk system seri n- komponen
dapat dinyatakan sebagai
Jika system seri diparalel dengan komponen-komponen lain, maka diperlukan untuk
menghitung tingkat kegagalan cuaca normal dan badai untuk komponen ekuivalen e sebagai
berikut,
(2.13.5)
𝜆e = ∑𝑛𝑖=1 𝜆i outages/year of normal weather
Durasi outage yang diharapkan disebabkan oleh outage paksaan dapat dihitung dari
∑𝑛
𝑖=1 𝜆𝑓,i X ri
rf,e = 𝑦𝑒𝑎𝑟 (2.13.7)
𝜆𝑓,𝑒
31
Demikian pula, durasi outage diharapkan disebabkan maintenance dapat dihitung dari
∑𝑛
𝑖=1 𝜆"𝑓,i X r"i
rf,e = 𝑦𝑒𝑎𝑟 (2.13.8)
𝜆"𝑓,𝑒
Oleh karena itu, total tingkat outage tahunan dapat dinyatakan sebagai,
𝑟𝑠𝑦𝑠
Usys = 𝑦𝑒𝑎𝑟/𝑦𝑒𝑎𝑟 (2.13.12)
𝑟𝑠𝑦𝑠+1/𝜆𝑠𝑦𝑠
atau
Atau
B. Sistem Paralel
Dalam metode ini, komponen bekerja berpasangan pada satu waktu dan direduksi
menjadi komponen ekuivalen untuk kombinasi selanjutnya berdasarkan teknik reduksi
jaringan. Namun, sayangnya procedure ini meningkatkan perkiraan dilibatkan dalam
perhitungan karena komponen parallel meningkat. Oleh karena itu, perkiraan seluruhnya
tingkat kegagalan tahunan disebabkan outage paksaan cuaca normal dan badai untuk system
dua komponen parallel dapat dinyatakan sebagai,
𝑁 𝑆
𝜆𝑠𝑦𝑠 = 𝑁+𝑆 [𝜆1𝜆2(𝑟1 + 𝑟2) + 𝑁 (𝜆1𝜆2′ 𝑟1 + 𝜆1′ 𝜆2𝑟2)]
𝑆 (2.13.15)
+ [𝜆′ 1𝜆2𝑟1 + 𝜆′ 2𝜆1𝑟2 + 2𝑆𝜆′ 1𝜆′ 2] outages/year
𝑁+𝑆
32
𝜆𝑒” = 𝜆"1λ2r"1 + 𝜆"2λ1r"2 outages/year (2.13.16)
Dimana,
𝜆"𝑖 adalah tingkat outage maintenance komponen dalam outage per tahun
r”i adalah tingkat repair maintenance komponen dalam tahun
Dalam peristiwa system parallel beroperasi secara parallel dengan komponen lain,
tingkat outage cuaca normal dan badai dan durasi outage diharapkan untuk komponen
ekuivalen mewakili sistem parallel untuk kombinasi ke depan dapat dinyatakan sebagai,
𝑆
𝜆𝑒 = 𝜆1𝜆2(𝑟1 + 𝑟2) + 𝑁 (𝜆′ 1𝜆2𝑟1 + 𝜆′ 1𝜆1𝑟2) outages/tahun dari cuaca normal
(11.221) (2.13.17)
𝜆′ 𝑒 = 𝜆1𝜆′ 2𝑟1 + 𝜆2𝜆′ 1𝑟2 + 2𝑆𝜆′ 1𝜆′ 2 outages / tahun dari cuaca badai (2.13.18)
𝑟1𝑟2
𝑟𝑒 = year (2.13.19)
𝑟1+𝑟2
Demikian pula, tingkat kegagalan ekuivalen dari sistem parallel dua komponen karena
hasil dari periode outage maintenance komponen overlapping outage paksaan komponen
dapat dinyatakan sebagai
Oleh karena itu, downtime yang diharapkan dari system dua komponen disebabkan
outage maintenance komponen overlapping outages paksaan komponen dapat dinyatakan
sebagai,
Catatan bahwa dalam pendekatan cuaca badai-normal tidak dapat diaplikasikan dan
tingkat kegagalan tahunan seluruhnya digunakan, jumlah yang diharapkan dari kegagalan
untuk system parallel membentuk dua komponen dapat dinyatakan sebagai,
Nilai perkiraan dari durasi downtime yang diharapkan dapat dinyatakan sebagai,
33
Dimana rT adalah durasi downtime diharapkan disebabkan outages paksaan overlapping
r1 x r2
= 𝑟1+𝑟2 (2.13.25)
r1 x r2
Usys ≅ x 𝜆𝑓, 𝑒 year/year (2.13.26)
𝑟1+𝑟2
(2.13.1)
Persamaan sebelumnya memberikan tingkat kegagalan disebabkan outage permanen.
Billinton dan Grover mendapatkan persamaan untuk menghitung outages sementara.
Misalkan, tingkat kegagalan temporary ekuivalen dari dua komponen system parallel
disebabkan outages permanen komponen overlapping outage sementara dapat dituliskan
sebagai,
Dimana 𝜆𝑖𝑇 adalah tingkat outage sementara dari komponen I dalam outage per tahun.
Pada peristiwa dua komponen identic, tingkat system outage sementara dapat dinyatakan
sebagai
(2.13.28)
𝜆𝑓, 𝑒 = 2λ𝑇λ𝑟 outages/year
Demikian pula, tingkat kegagalan ekuvalen sementara dari system parallel dua komponen
disebabkan outage maintenance komponen overlapping outages komponen temporary
dapat dinyatakan
Oleh karena itu, total tingkat outage sementara disebabkan omaintenance dan
overlapping komponen permanent outages komponen sementara dapat dinyatakan
sebagai
34
komponen, sebagaimana ditunjukkan dalam figure 11.24. Diagram space state dapat
dinyatakan dalam bentuk matrix sebagai berikut,
(2.13.32)
Dimana:
𝜆 adalah tingkat kegagalan cuaca normal komponen
𝜇 adalah tingkat repair cuaca normal komponen
𝜆′adalah tingkat kegagalan cuaca badai komponen
𝜇 adalah tingkat repair cuaca badai komponen
1 1
n= 𝑁 dan m= 𝑆 (2.13.33)
Gambar 2.13.1 Diagram Space Untuk Single Komponen Beroperasi Dalam Dua
Lingkungan Cuaca
Dimana,
35
𝜆′P1 + nP2 – (𝜇 ’ + 𝑛 ) P3 = 0 (2.13.37)
P0 + P1 + P2+ P3 = 0 (2.13.38)
Probabilitas system dalam up – state adalah jumlah probabilitas dari state 0 dan 1, oleh
karena itu,
P (up) = P0 + P1 (2.13.39)
Demikian pula, probabilitas dari system pada down state dapat ditemukan dengan
P (down) = P2 + P3 (2.13.40)
Dalam peristiwa tidak ada perbaikan dilakukan selama cuaca badai ( 𝜇′ = 0 ), misalkan
probabilitas dalam down state menjadi
𝜇
P(up) = 𝜆+𝜇 (2.13.44)
𝜆
P(down) = 𝜆+𝜇 (2.13.45)
36
3 BAB III KESIMPULAN
KESIMPULAN
Kesimpulan
Tingkat keandalan suatu sistem dapat diukur dari ketersediaan listrik yang mampu
dipasok untuk memenuhi kebutuhan konsumen serta seberapa sering sistem transmisi tersebut
mengalami gangguan ataupun pemadaman. Artinya keandalan sangat dipengaruhi oleh
gangguan, baik terjadwal, darurat maupun transient. Oleh karena itu, diperlukan adanya
cara.untuk memprediksi adanya gangguan sehingga dapat ditanggulangi dengan baik, baik
sistem seri maupun pararel, atau campuran. Metode lain yang dapat digunakan bermacam, salah
satunya adala metod average interruption rate method dan metode frekuensi dan durasi
Saran
Semoga sistem di Indonesia mampu meperbaiki serta meningkatkan keandalan pada sistem
transmisi dengan lebih mengkaji metode-metode untuk memprediksi adanya gangguan dan
pemadaman sehingga mampu ditangani dengan lebih baik.
37
4 DAFTAR PUSTAKA
[1] Gӧnen, Turan. 2009. Electric Power Transmission System Engineering Analysis and
Design Second Edition. Boca Raton: CRC Press.
[2] Greenwood, Alan. 1990. Electrical Transients in Power Systems Second Edition.
Tortola: John Wiley and Sons, inc.
38
5
39