HPP sendiri dalam akuntansi keuangan dan pajak ditujukan sebagai biaya langsung yang timbul dari barang yang diproduksi
dan dijual. Harga Pokok Penjualan ini berbeda dengan Harga Pokok Produksi karena di dalamnya termasuk biaya bahan baku,
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead, tetapi tidak termasuk biaya penjualan, iklan, riset, dan pengembangan.
Tujuan dari perhitungan HPP adalah untuk mengetahui besarnya biaya perolehan barang. Artinya, HPP akan berkaitan langsung
dalam penentuan harga jual. Oleh karenanya, perhitungannya haruslah tepat, rasional, serta wajar. Untuk itu, sebelum
menentukan HPP tersebut, harus dipahami komponen apa saja yang menentukannya.
Sebelum mengetahui cara menentukan HPP, maka sebaiknya dipahami dahulu komponen penentu dari HPP itu sendiri. Hal ini
penting karena setiap komponen memiliki peranan terhadap HPP yang dicari. Berikut beberapa komponen yang dimaksud:
Persediaan awal barang ialah persediaan dari barang-barang dagang pada awal periode atau tahun buku berjalan. Saldo dari
persediaan awal ini bisa dilihat pada saldo awal periode berjalan perusahaan atau neraca tahun sebelumnya.
3. Pembelian Bersih
Maksud dari pembelian bersih adalah seluruh pembelian barang dagang yang oleh perusahaan secara tunai maupun kredit yang
ditambahkan biaya angkut pembelian lalu dikurangi diskon pembelian dan retur pembelian selama awal periode sampai akhir
periode. Setidaknya ada lima unsur dalam pembelian bersih ini yaitu biaya angkut, pembelian kotor, potongan pembelian, retur,
dan pengurangan harga.
Rumus Umum Harga Pokok Penjualan
Sebelum membahas perhitungan HPP dengan metode Joint Cost, ada baiknya diketahui dahulu cara perhitungan umum dari
HPP tersebut. Perhitungannya tentu berkaitan dengan komponen yang sudah dijelaskan di atas. Perhitungan masing-masing
komponen juga harus dilakukan sebelum sampai pada perhitungan Harga Pokok Penjualan itu sendiri:
Dalam perhitungan persediaan barang yang siap dijual ini, terdiri dari persediaan awal dan pembelian bersih. Rumusnya adalah
sebagai berikut:
2. Pembelian Bersih
Pembelian bersih sendiri terdiri dari pembelian kotor, biaya angkut, potongan pembelian, dan retur pembelian. Perhitungannya
bisa dirumuskan sebagai berikut.
Pembelian Bersih = (Total pembelian tunai dan kredit + Biaya angkut) – (potongan pembelian + retur
pembelian)
Setelah mendapatkan nilai dari dua komponen tersebut, maka barulah nilai HPP bisa dicari. HPP didapat dari penjumlahan
harga pokok produksi dan persediaan barang awal, lalu dikurangi persediaan akhir.
Rumus di atas adalah rumus umum HPP. Rumus ini harus dipahami karena akan berkaitan dengan berbagai cara atau metode
dalam penghitungan HPP itu sendiri, termasuk untuk metode Joint Cost.
Joint Cost atau Biaya Bersama merupakan biaya yang muncul karena ada produk bersama yang diproduksi secara serentak
dengan rangkaian prosesnya. Secara sederhana bisa diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang sama
dari beberapa produk. Metode joi nt cost ini sendiri lumrah dipakai dalam perusahaan manufaktur.
Dalam penerapannya, terdapat beberapa biaya yang terhitung sebagai joint cost yakni biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead yang terjadi sejak awal bahan baku diolah sampai proses pemisahan sesuai jenis produk. Alasan perlunya joint
cost ini adalah seperti untuk mengetahui biaya per unit produk, prinsip pengakuan biaya, membantu menentukan tarif,
mendapatkan penggantian atas biaya produksi yang sudah dikeluarkan, dan untuk mengalokasikan biaya ke persediaan akhir
ataupun ke Harga Pokok Penjualan.
Lantas seperti apa Joint Cost digunakan dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan tersebut? Bagaimana mengalokasikan biaya
tersebut untuk HPP dari masing-masing produk yang dihasilkan?
Menentukan HPP melalui harga bersama merupakan suatu hal yang wajar ditemui dalam akuntansi perusahaan dagang dan
manufaktur. Memasukkan joint cost dalam perhitungan HPP dilakukan dengan cara khusus yang disebut Nilai Penjualan Relatif.
Maksudnya adalah pembagian joint cost atau biaya bersama dilakukan berdasarkan nilai penjualan relatif dari masing-masing
barang. Untuk lebih memahami konsep ini, perhatikan contoh kasus berikut:
Perusahaan X menghasilkan 2 jenis produk, A dan B. Biaya-biaya dalam proses produksinya adalah sebagai berikut:
Setelah mendapatkan harga pokok per unit, maka selanjutnya adalah menghitung persediaan akhir dan harga pokok
penjualannya. Caranya adalah sebagai berikut:
Persediaan akhir:
Produk A = (100 – 90) x Rp120.000 = Rp1.200.000
Produk B = (500-30) x Rp160.000 = Rp3.200.000
Jumlah = Produk A + Produk B = Rp4.400.000
Itulah cara sederhana dalam menentukan Harga Pokok Penjualan dengan metode Joint Cost. Dalam penerapannya, penentuan
HPP itu sendiri bisa menggunakan berbagai metode. Namun, metode Joint Cost bisa menjadi pilihan untuk perusahaan yang
bergerak dibidang produksi dan manufaktur, dimana barang produksi digunakan bersama untuk beberapa produk.
Baca juga
12 Cara menghitung HPP (Harga Pokok Penjualan) / COGS (Cost of Good Sales) untuk Bisnis Kuliner / F&B (Food and Beverage)
Anda (cara-menghitung-harga-pokok-penjualan-hpp-atau-cost-of-goods-sales-cogs-untuk-bisnis-kuliner)
Pentingnya Efisiensi Waktu dan Ketepatan Perhitungan COGS / HPP Perusahaan Dagang (pentingnya-efisiensi-waktu-dan-
ketepatan-perhitungan-cogs-cost-of-good-sales-hpp-harga-pokok-penjualan-perusahaan-dagang)
Pentingnya Efisiensi Waktu dan Ketepatan Perhitungan COGS / HPP Barang Impor (pentingnya-efisiensi-waktu-dan-ketepatan-
perhitungan-cogs-barang-impor-yang-perlu-diketahui)
Cara menghitung COGS (Cost of Goods Sold) / HPP (Harga Pokok Penjualan) untuk perusahaan (ini-pentingnya-harga-pokok-
penjualan-cost-of-good-sales-bagi-bisnis-anda)
Perbedaan Biaya Overhead Pabrik Dengan Jenis Biaya HPP Lainnya (perbedaan-biaya-overhead-pabrik-dengan-jenis-biaya-hpp-
lainnya)