MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara
Dosen Pengampu: M. SIGIT ISMAIL, S.H.,M.H.,,
Disusun Oleh :
Daniel Faeza Letra – 211000143
KELAS D
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PASUNDAN
2022
KATA PENGANTAR
.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.3.1. Untuk memahami Tentang Dpr
1.3.2. Untuk mengetahui Bagaimana Pengaruh Dpr di indonesia
1.4. Manfaat
1.4.1. Secara teoritis
Penyusunan yang dilakukan ini agar dapat digunakan
sebagai ilmu pengetahuan bagi masyarakat pada umumnya,
pengembangan ilmu hukum, serta mengetahui tentang bagaimana
Mpr itu di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Anggota KNIP tersebut berjumlah 60 orang tetapi sumber yang lain menyatakan
terdapat 103 anggota KNIP. KNIP sebagai MPR sempat bersidang sebanyak 6
kali, dalam melakukan kerja DPR dibentuk Badan Pekerja Komite Nasional Pusat,
Badan Pekerja tersebut berhasil menyetujui 133 RUU di samping pengajuan mosi,
resolusi, usul dan lain-lain.
Sesuai isi Pasal 77 UUDS, ditetapkan jumlah anggota DPRS adalah 236 orang,
yaitu 148 anggota dari DPR-RIS, 29 anggota dari Senat RIS, 46 anggota dari
Badan Pekerja Komite Nasional Pusat, dan 13 anggota dari DPA RI Yogyakarta.
Tugas dan wewenang DPR hasil pemilu 1955 sama dengan posisi DPRS secara
keseluruhan, karena landasan hukum yang berlaku adalah UUDS. Banyaknya
jumlah fraksi di DPR serta tidak adanya satu dua partai yang kuat, telah memberi
bayangan bahwa pemerintah merupakan hasil koalisi. Dalam masa ini terdapat 3
kabinet yaitu kabinet Burhanuddin Harahap, kabinet Ali Sastroamidjojo, dan
kabinet Djuanda.
Masa DPR hasil Dekret Presiden 1959 berdasarkan UUD 1945 (1959–1965)
Jumlah anggota sebanyak 262 orang kembali aktif setelah mengangkat sumpah.
Dalam DPR terdapat 19 fraksi, didominasi PNI, Masjumi, NU, dan PKI.
Dengan Penpres No. 3 tahun 1960, Presiden membubarkan DPR karena DPR
hanya menyetujui 36 miliar rupiah APBN dari 44 miliar yang diajukan.
Sehubungan dengan hal tersebut, presiden mengeluarkan Penpres No. 4 tahun
1960 yang mengatur Susunan DPR-GR.
DPR-GR beranggotakan 283 orang yang semuanya diangkat oleh Presiden dengan
Keppres No. 156 tahun 1960. Adapun salah satu kewajiban pimpinan DPR-GR
adalah memberikan laporan kepada Presiden pada waktu-waktu tertentu, yang
mana menyimpang dari pasal 5, 20, 21 UUD 1945. Selama 1960-1965, DPR-GR
menghasilkan 117 UU dan 26 usul pernyataan pendapat.
DPR juga kerap dikritik oleh sebagian besar masyarakat Indonesia karena
dianggap malas dalam bekerja. Hal ini terbukti dari pemberian fasilitas mewah,
seperti gaji besar, kendaraan, dan perumahan, namun tidak sebanding dengan
hasil yang diberikan. Hal lain yang sudah menjadi rahasia umum adalah
banyaknya anggota yang "bolos" dalam sidang paripurna, atau sekadar "menitip
absen", sehingga seolah-olah hadir, namun kenyataannya tidak. Kalaupun hadir,
sebagian oknum anggota ternyata tidur saat sidang, main game, atau melakukan
tindakan lain selain mengikuti proses rapat paripurna.
Dalam konsep Trias Politika, di mana DPR berperan sebagai lembaga legislatif
yang berfungsi untuk membuat undang-undang dan mengawasi jalannya
pelaksanaan undang-undang yang dilakukan oleh pemerintah sebagai lembaga
eksekutif. Fungsi pengawasan dapat dikatakan telah berjalan dengan baik apabila
DPR dapat melakukan tindakan kritis atas kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah yang tidak sesuai dengan kepentingan rakyat. Sementara itu, fungsi
legislasi dapat dikatakan berjalan dengan baik apabila produk hukum yang
dikeluarkan oleh DPR dapat memenuhi aspirasi dan kepentingan seluruh rakyat.
2.1.2 Pengerian Dpr
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI),
umumnya disebut Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah
salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga
perwakilan rakyat. DPR terdiri atas anggota partai politik
peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan
umum.
2.1.3 Hak menyatakan pendapat
Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat
atas:
Kebijakan Pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di
tanah air atau di dunia internasional
Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket
Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran
hukum baik berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden
dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden.
2.2 Pengaruh Dewan Perwakilan Rakyat Di indonesia
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berdasarkan UUD NRI 1945 memiliki
peran besar dengan tiga fungsi utama. Fungsinya sebagai lembaga pembuat
undang-undang, pelaksana fungsi pengawasan pemerintah dan
anggaran. Selain itu, amandemen UUD NRI 1945 juga mengamanatkan
adanya lembaga baru dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, yaitu Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) yang diatur dalam Pasal 22C dan Pasal 22D UUD
1945 untuk mengangkat Presiden. dan Wakil Presiden serta memilih dan
mengangkat Presiden dan Wakil Presiden untuk keadaan tertentu
sebagaimana tercantum dalam UUD NRI 1945. Hal ini mengandung arti
perlunya mengukuhkan kedudukan MPR dalam Pasal 3 Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. Sehubungan dengan itu, untuk mewujudkan lembaga
permusyawaratan sebagaimana diamanatkan dalam UUD NRI 1945, perlu
diselenggarakan MPR. Penataan yang dimaksud dapat bersifat kelembagaan
dan dapat pula menjadi mekanisme pelaksanaan fungsi dan
kewenangannya. Dengan demikian, MPR sebagaimana diamanatkan dalam
UUD NRI 1945 akan dapat melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenangnya
secara efisien, efektif, transparan, optimal, dan aspiratif. Adapun lembaga
DPR, dalam menjalankan tugasnya DPR memiliki tiga fungsi sesuai dengan
Pasal 20A ayat 1 UUD NRI 1945, yaitu: 1. fungsi legislasi, yaitu DPR
berwenang membuat Undang-undang bersama-sama dengan DPR.
Presiden. Rancangan Undang-undang yang diusulkan dapat diajukan oleh
Presiden, dapat juga atas prakarsa DPR; 2. fungsi anggaran, yaitu
kewenangan DPR untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang diajukan oleh pemerintah (Presiden); dan 3. fungsi
pengawasan, yaitu DPR memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan
terhadap pemerintahan dalam menjalankan pemerintahan. Pengawasan DPR
terhadap pemerintah dapat berupa pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-
Undang, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan kebijakan
pemerintah lainnya berdasarkan UUD NRI 1945. Saat ini DPR dituntut untuk
dapat bertransformasi menjadi parlemen modern. Membangun DPR RI
sebagai parlemen modern pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
kepercayaan publik dan legitimasi DPR. Dalam konsep parlemen
modern, DPR harus dapat memastikan bahwa informasi parlemen dapat
disebarluaskan secara proaktif dan memungkinkan terbentuknya mekanisme
yang meningkatkan partisipasi publik, baik dalam pengawasan maupun dalam
meningkatkan partisipasi publik dalam kerja parlemen. DPR juga harus
membangun mekanisme transparansi dan partisipasi publik yang berkualitas
sehingga dapat diakses dengan mudah dan merata oleh seluruh rakyat
Indonesia. Melalui konsep parlemen modern, DPR menjadi parlemen yang
tidak lagi menjadi lembaga negara yang statis. Perubahan parlemen mengikuti
perubahan yang terjadi “di dalam dan di luar” parlemen. Untuk membangun
DPR sebagai parlemen modern, DPR perlu senantiasa memberikan informasi
yang langsung, akurat dan terpercaya. DPR juga perlu membuka ruang
partisipasi publik baik secara langsung maupun virtual sehingga diharapkan
dapat meningkatkan dukungan terhadap pekerjaan yang terkait dengan tugas
dan fungsi anggota legislatif di DPR. Dalam upaya membangun kelembagaan
DPR, saat ini DPR masih dihadapkan pada beberapa permasalahan antara
lain: 1. mekanisme dan tata cara pemilihan Ketua DPR; 2. kedudukan
Mahkamah Kehormatan DPR (MKD) sebagai Perangkat DPR (AKD),
keanggotaan MKD, dan tata cara sidang MKD sebagai pengadilan etik; 3.
penyederhanaan fraksi di DPR; 4. pengaturan objek kuesioner DPR dan
pemanggilan paksa non-pro justitia masih belum jelas; 5. syarat dan batasan
proses pemberhentian antar anggota Dewan Perwakilan Rakyat; 6.
pelaksanaan hak-hak Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, khususnya hak
kekebalan dan hak pengawasan; dan 7. pengelolaan anggaran DPR khususnya
dan akses data APBN.
BAB III
PENUTUPAN
3.1. Kesimpulan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, umumnya disebut Dewan
Perwakilan Rakyat adalah salah satu lembaga tinggi negara dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan
rakyat. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan
umum yang dipilih melalui pemilihan umum.
DAFTAR PUSTAKA
http://scholar.unand.ac.id/34935/2/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf
https://pusatpuu.dpr.go.id/simas-puu/detail-
ruu/id/32#:~:text=Adapun%20Dewan%20Perwakilan%20Rakyat%20(DPR,terhad
ap%20pemerintah%20dan%20fungsi%20anggaran.
https://www.detik.com/tag/dpr