Anda di halaman 1dari 2

NAMA : DEDI RAKHMADI, S.H.

NIM : 21120064
MATA UJIAN : HUKUM KESEHATAN DAN HAM
SEMESTER :3
KELAS : A POLRESTABES

JAWABAN :

1. Dalam hukum kesehatan, terdapat dua hak asasi manusia


a) Setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan dan
kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya. Setiap orang berhak atas taraf kehidupan
yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya,
termasuk hak atas pangan, sandang, papan, dan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial
yang diperlukan, serta hak atas keamanan pada saat menganggur, sakit, cacat,
ditinggalkan oleh pasangannya, lanjut usia, atau keadaan-keadaan lain yang
mengakibatkan merosotnya taraf kehidupan yang terjadi diluar kekuasaannya
b) Hak atas kesehatan meliputi hak untuk mendapatkan kehidupan dan
pekerjaan yang sehat, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, dan perhatian
khusus terhadap kesehatan ibu dan anak
2. Pemerintah RI mewujudkan HAM kepada warga negaranya mengenai pelayanan
kesehatan terdapat pada. Upaya pemenuhan hak atas kesehatan dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara yang meliputi pencegahan dan penyembuhan. Upaya pencegahan
meliputi penciptaan kondisi yang layak bagi kesehatan baik menjamin ketersediaan pangan
dan pekerjaan, perumahan yang baik, dan lingkungan yang sehat.
Dasar hukumnya :
- Pasal 28 H dan Pasal 34 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara
berhak untuk mendapatkan layanan kesehatan dan negara wajib untuk menyediakannya
- Pasal 7 UU Kesehatan menyatakan bahwa pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya
kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
- Pasal 9 UU Kesehatan menyatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
3. Hubungan hukum antara Dokter dengan Pasien dalam upaya pelayanan kesehatan merupakan
hubungan yang unik dan mengandung arti
a) Hubungan hukum antara dokter dengan pasien, berawal dari pola hubungan vertikal
paternalistik dimana seorang dokter dianggap lebih mengetahui dan mampu untuk
mengobati atas penyakit yang diderita oleh pasien. dokter sebagai seorang yang
memberikan pengobatan terhadap orang yang membutuhkannya.
b) syarat sahnya hubungan hukum tersebut
- Pelaku perjanjian harus dapat bertindak sebagai subjek hokum
- Perjanjian antara subjek hukum tersebut harus atas dasar sukarela dan tanpa paksaan
- Perjanjian tersebut memperjanjikan sesuatu di bidang pelayanan kesehatan
- Perjanjian tersebut harus atas sebab yang halal dan tidak bertentangan dengan hukum
c) Hubungan hukum timbul bila pasien menghubungi dokter karena ia merasa ada sesuatu
yang dirasakannya membahayakan kesehatannya. Keadaan psikobiologisnya
memberikan peringatan bahwa ia merasa sakit, dan dalam hal ini dokterlah yang
dianggapnya mampu menolongnya dan memberikan bantuan pertolongan. Jadi,
kedudukan dokter dianggap lebih tinggi oleh pasien dan peranannya lebih penting
daripada pasien
4.
- Persetujuan Tindakan Kedokteran (informed Consent) adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan
terhadap pasien.
- Informed consent adalah persetujuan tindakan medis yang diberikan oleh pasien atau
keluarga, setelah informasi yang jelas dan rinci mengenai prosedur atau pengobatan
diberikan.
- Pasal 8 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan Pasal 45 UU No. 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran
- Apabila tindakan medik yang dilakukan tanpa adanya Informed Consent, maka dokter
yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan surat izin
praktik, Berarti, keharusan adanya Informed Consent secara tertulis dimaksudkan guna
kelengkapan administrasi Rumah Sakit yang bersangkutan.
5.
a) Hubungan informed consent dengan pasal 351 KUH Pidana Informed Consent
merupakan persyaratan mutlak yang diperlukan untuk suatu tindakan medik agar
dokter tidak dapat dipersalahkan melakukan tindakan melanggar hukum terlebih lagi
malapraktik. Dari sudut hukum pidana , informed consent harus dipenuhi dengan
adanya Pasal 351 KUHP, yaitu tantang penganiayaan17. Suatu pembedahan yang
dilakukan tanpa izin pasien, dapat disebut penganiayaan dan merupakan pelanggaran
terhadap Pasal 351KUHP.
b) Dalam situasi gawat darurat, tindakan untuk mencegah kecacatan dan menyelamatkan
nyawa boleh dilakukan sebelum informed consent dibuat.

Anda mungkin juga menyukai