TESIS
20190309146
2022
PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING DAN PENGUJI
PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING DAN PENGUJI
Penguji I Penguji II
Dr. Rokiah Kusumapradja, SKM, MHA Dr. M.F. Arrozi, SE.Ak, M.Si
Mengetahui,
Pembimbing I
18 Januari 2022
No Registrasi : 20190309146
ii
PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING
PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING DIPERSYARATKAN
Pembimbing I Pembimbing II
DR. Hasyim, SE, MM, MEd DR. dr. Ratna Indrawati, MKes, CIQnR, DK
Mengetahui,
Pps.UEU
3 Februari 2022
No Registrasi : 20190309146
iii
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 20190309146
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Proposal Tesis yang saya susun
sebagai syarat utk memperoleh gelar Magister dari Program Pascasarjana
Universitas Esa Unggul Jakarta seluruhnya merupakan hasil karya sendiri. Adapun
bagian-bagian tertentu dalam penulisan Proposal Tesis yang saya kutip dari hasil
karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah, dan
etika penulisan.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian Proposal Tesis ini bukan
hasil karya saya sendiri atau ada plagiat dalam bagian-bagian tertentu, maka saya
bersedia menerima pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-
sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang dengan rahmat dan karunia
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal tesis yang
berjudul “Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja terhadap Komitmen
Organisasi Perawat dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening di RS
Dinda Tangerang”, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Proposal tesis ini diajukan untuk melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar
Magister Administrasi Rumah Sakit (MARS) Program Pascasarjana Universitas
Esa Unggul. Dalam peneyelesaian proposal tesis ini, penulis telah mendapat
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapkan terima kasih yang sebenar-benarnya kepada:
1. Dr. Ir. Arief Kusuma Among Praja, MBA selaku Rektor Universitas Esa Unggul
2. Prof. Dr. Aprilita Rina Yanti Eff, M. Biomed, Apt selaku Dekan Universitas Esa
Unggul
3. DR. Rokiah Kusumapradja, SKM, MHA selaku Ketua Program Studi Magister
Administrasi Rumah Universitas Esa Unggul
4. DR. Hasyim, SE, MM, MEd selaku dosen pembimbing Pertama, yang dengan
murah hati memberikan banyak masukan, referensi, motivasi dan arahan.
5. DR. dr. Ratna Indrawati, Mkes, CIQnR, DK selaku dosen pembimbing kedua
yang telah meluangkan waktunya dan memberikan arahan.
6. Direktur, Manajemen dan seluruh petugas kesehatan RS Dinda beserta jajaran
dan karyawan lainnya yang dengan tangan terbuka mengizinkan peneliti untuk
dapat mengambil data dan melakukan penelitian.
7. Responden penelitian yaitu perawat RS Dinda Tangerang yang telah bersedia
mendukung dan membantu penelitian ini.
8. Suamiku dr Pradipto Utomo SpPD yang selalu memberi dukungan. Dan juga
Anak-anakku Raisa, Andina, dan Wikan yang saya cintai.
9. Seluruh dosen dan staf Pascasarjana Magister Administrasi Rumah Sakit
(MARS) dan teman-teman mahasiswa/i di Program Studi Magister Administrasi
Rumah Sakit Universitas Esa Unggul, atas kebersamaan, kerjasama, dan
bantuannya dalam menyelesaikan proposal tesis ini.
10. Semua pihak yang turut membantu namun tidak dapat Saya sebutkan satu
persatu atas bantuan, dukungan dan do’anya.
vi
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga proposal tesis ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
vii
DAFTAR ISI
ix
Kuisioner Motivasi Kerja ......................................................................................67
Kuisioner Lingkungan Kerja ................................................................................70
Kuisioner Kepuasan Kerja ....................................................................................71
Kuisioner Komitmen Organisasi...........................................................................74
Lampiran 5 ...................................................................................................................75
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................................75
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
Universitas Esa Unggul
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Esa Unggul
2
Universitas Esa Unggul
3
Universitas Esa Unggul
Pihak rumah sakit perlu memperhatikan hal yang dibutuhkan oleh tenaga
perawat yang dimilikinya, supaya para perawat bisa berdedikasi secara penuh
kepada rumah sakit dan memiliki komitmen terhadap rumah sakit tempatnya
bekerja. Komitmen perawat juga dipengaruhi oleh status kepegawaian dari staf
karena lebih dari 60% perawat pelaksana yang berada di RS Dinda Tangerang
merupakan tenaga kerja kontrak. Hal ini menyebabkan angka turn over di RS Dinda
pada tahun 2020 adalah sebesar 32%. Wawancara survey pendahuluan yang
dilakukan terhadap 10 orang perawat yang masih bekerja di RS Dinda menunjukkan
bahwa 80% perawat yang masih bekerja di RS Dinda menyatakan bahwa mereka
masih bekerja di RS Dinda dikarenakan mereka merasa bangga menjadi bagian dari
organisasi RS Dinda, dari hasil wawancara dapat di ambil kesimpulan bahwa
komitmen organisasi dapat menurunkan tingkat turn over perawat di RS Dinda.
Komitmen organisasi yang ditampilkan perawat di dunia saat ini tercatat
masih rendah. American Association of Colleges of Nursing (AACN) mencatat
angka kekosongan tenaga RN di United States pada tahun 2010 mencapai 81%
(Baumann, 2010). United States Bureau of Labor Statistics selanjutnya menyatakan
kebutuhan replacement perawat di United State mencapai 495.500 jiwa pada tahun
2010, dan akan meningkat hingga 1,2 juta jiwa kebutuhan pada tahun 2020
mendatang (Bishop, 2013). Menurut penelitian Ekayanti mengungkapkan di
Indonesia sendiri, tercatat 76% komitmen organisasi perawat masih rendah.
Fenomena ini dapat direpresentasikan melalui beberapa indikator berikut :
tingginya turnover rate perawat yang mencapai 30,9% (Standar : 5%-10%); 53,5%
perawat Rumah Sakit memiliki kecenderungan untuk keluar (turnover intention);
dan keterlambatan perawat (91,20%) di Rumah Sakit. (Ekayanti et al., 2019)
Pentingnya lingkungan kerja dan motivasi perawat terhadap tujuan
organisasi adalah sebagai daya dorong dalam meningkatkan kepuasan kerja
perawat. Berdasarkan fenomena ini, peneliti menganggap penting untuk meneliti
hubungan antara motivasi kerja, lingkungan kerja, dan kepuasan kerja terhadap
komitmen organisasi perawat di RS Dinda Tangerang. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi hubungan motivasi kerja, lingkungan kerja, dan kepuasan
kerja terhadap komitmen organisasi perawat di RS Dinda Tangerang.
Perbedaan penelitian yang saya lakukan dengan penelitian terdahulu adalah
bahwa penelitian yang saya lakukan menempatkan kepuasan kerja sebagai variabel
intervening. Sedangkan penelitian terdahulu menempatkan kepuasan kerja sebagai
variabel independen (Arifhan, 2020). Selain itu penelitian yang saya lakukan
memiliki variabel independen, dependen, dan intervening, sedangkan penelitian
terdahulu hanya memiliki variabel independen dan dependen (Mus et al., 2018).
Pada teknik analisis data dan metode penelitian saya menggunakan model
structural equation modeling sedangkan pada penelitian terdahulu menggunakan
analisis regresi (Riana, 2020).
4
Universitas Esa Unggul
5
Universitas Esa Unggul
6
Universitas Esa Unggul
7
Universitas Esa Unggul
BAB II
KAJIAN TEORITIK
8
Universitas Esa Unggul
Pengalaman kerja, seperti keterandalan organisasi di masa lampau dan cara pekerja-
pekerja. (Steers, 2016)
Sedangkan sejumlah faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan pada
organisasi antara lain faktor personal yang meliputi job expectation, psychological
contract, job choice factors, dan karakteristik personal. Keluhan faktor ini akan
membentuk komitmen awal. Selain itu faktor organisasi, meliputi initial works
experience, job scope, supervision, goal consistency organizational. Semua faktor
itu akan membentuk atau memunculkan tanggung jawab. Faktor yang bukan
termasuk bagian dari faktor organisasi yang meliputi availability of alternative jobs.
Dan yang terakhir adalah faktor yang bukan berasal dari dalam organisasi, misalnya
ada tidaknya alternatif pekerjaan lain. Jika ada dan lebih baik, tentu karyawan akan
meninggalkannya. (Porter, 1961)
Berbeda dengan Miner yang mengemukakan bahwa ada empat faktor yang
mempengaruhi komitmen karyawan antara lain : Faktor personal, misalnya usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan kepribadian. Yang kedua
adalah karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam
pekerjaan, konflik peran, tingkat kesulitan dalam pekerjaan. Yang ketiga adalah
karakteristik struktur, misalnya besar kecilnya organisasi, bentuk organisasi,
kehadiran serikat pekerja, dan tingkat pengendalian yang dilakukan organisasi
terhadap karyawan. Sedangkan yang terakhir adalah pengalaman kerja.
Pengalaman kerja seorang karyawan sangat berpengaruh terhadap tingkat
komitmen karyawan pada organisasi. Karyawan yang baru beberapa tahun bekerja
dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja dalam organisasi tentu memiliki
tingkat komitmen yang berlainan. (Miner, 1992)
9
Universitas Esa Unggul
apa yang dilakukan adalah penting, berharga, dan memberi manfaat pada orang
lain. (Schermerhorn, 2013)
Hal ini hampir sama dengan pendapat Hope yang mengenalkan adanya dua
tipe komitmen yaitu external commitment adalah komitmen yang mengarahkan
orang untuk memenuhi kewajiban kontraktual yang ditentukan oleh pihak lain,
dimana tujuan kinerja mengalir dari atas ke bawah. Sedangkan internal commitment
memberikan kesempatan kepada individu untuk mendefinisikan rencananya sendiri
dan tugas yang diperlukan untuk memenuhi rencana mereka, dan sifatnya
partisipatif, datang dari dalam individu, dan menyerahkan pada orang untuk
mengambil resiko dan menerima tanggung jawab atas tindakan mereka. (Hope,
2012)
Sedangkan jika kita melihat pendapat dari Mowday yang mengemukakan
bahwa komitmen didefinisikan sebagai daya identifikasi individu yang berada
dalam sebuah organisasi dan dapat dipecah menjadi tiga komponen, yaitu yang
pertama adalah hasrat memelihara keanggotaan dalam organisasi. Yang kedua
adalah keyakinan dan penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi. Dan yang
ketiga adalah kesediaan bekerja keras sebagai anggota dari organisasi (Mowday,
1979).
Selanjutnya menurut teori yang kita kenal sebagai teori Porter bahwa sudah
dikembangkan tiga arti komitmen organisasi yaitu keyakinan dan penerimaan yang
kuat dari tujuan dan nilai organisasi. Kemudian kesediaan untuk bekerja keras
sebagai anggota dari organisasi. Dan yang terakhir adalah hasrat yang kuat untuk
mengingat organisasi (Porter, 1961).
Berdasarkan kelima teori tersebut diatas, dapat disintesa bahwa komitmen
organisasi menurut Dessler adalah “Organization commitment is a strong desire to
continue to be a member of a particular organization, strive in accordance with the
wishes and beliefs of the organization, and accept the values and goals of the
organization” yang berarti bahwa komitmen organisasi adalah keinginan kuat untuk
terus menjadi anggota organisasi tertentu, berjuang sesuai dengan keinginan dan
keyakinan organisasi, serta menerima nilai dan tujuan organisasi (Dessler, 2017).
Indikator pengukuran komitmen organisasi meliputi tiga poin yaitu : affective
commitment, continuance commitment, dan normative commitment (Luthans,
2010).
10
Universitas Esa Unggul
or moves and that direct or channels behavior toword goals” yang artinya suatu
motif adalah suatu pendorong dari dalam untuk beraktivitas atau bergerak dan
secara langsung atau mengarah kepada sasaran akhir (Nathan, 2014). Salah satu
teori motivasi menyatakan bahwa “motivation referers to the drive and effort to
satisfy a want or goal” yang artinya motivasi mengacu pada dorongan dan usaha
untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan (Koontz, 2012). Robbins
mendifinisikan motivasi (motivation) sebagai proses yang menjelaskan intensitas,
arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Motivasi atau
biasa disebut dengan kebutuhan adalah keadaan intern diri seseorang yang
mengaktifkan dan mengarahkan tingkah laku kepada sasaran tertentu. Motivasi
dapat meliputi kebutuhan prestasi, afiliasi (perasaan diterima), kekuasaan,
kemampuan, dan sebagainya. Tujuan seseorang serta usaha-usaha yang sejalan
kearah pencapain tujuan adalah manifestasi ekstern dari motivasi dalam diri
seseorang (Robbins, 2017). Sedangkan Menurut Maslow motivasi adalah tenaga
pendorong dari dalam yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu atau berusaha
untuk memenuhi kebutuhannya (Maslow, 1962).
Selanjutnya motivasi kerja adalah pemberian daya penggerak yang
menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja
efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan
(Steers, 2016). Sedangkan dalam salah satu teori motivasi kerja menjelaskan bahwa
motivasi erat hubungannya dengan konsep belajar. Banyak kebutuhan yang
diperoleh dari kebudayaan yaitu kebutuhan prestasi, kebutuhan akan afiliasi dan
kebutuhan akan kekuasaan (McClelland, 1965). Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Brunner yang menjelaskan bahwa motivasi sebagai daya
pendorong yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela untuk
menggerakkan kemampuan (dalam bentuk keahlian atau keterampilan), tenaga dan
waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujan dan
berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Motivasi juga
merupakan usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang
tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan dengan perbuatannya (Bruner, 1999).
11
Universitas Esa Unggul
Teori Maslow merupakan teori dasar motivasi yang ada pada setiap
manusia, seperti halnya para pegawai bahwa ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan
12
Universitas Esa Unggul
akan pakaiannya, makan dan minumnya, tempat tinggal untuk diri dan keluarganya,
serta seks. Setelah kebutuhan itu tercapai ia akan beralih kepada kebutuhan kedua
akan rasa aman seperti kebutuhan akan bebas dari pemutusan hubungan kerja, dan
memperoleh perlindungan atas status kepegawaiannya. Lalu beralih kepada
kebutuhan ketiga yaitu kebutuhan akan kasih sayang, dalam dunia kerja kebutuhan
ini diperoleh dari teman sejawat atau dari pimpinan, meningkat kebutuhan akan
dihargai dan dihormati, hal ini merupakan kebutuhan tingkat pimpinan yang
membutuhkan kekuasaan atas wewenang yang diembannya sebagai pemimpin,
sedangkan kebutuhan terakhir adalah kebutuhan akan aktualisasi yaitu kebutuhan
akan pengakuan atas semua orang terhadap dirinya dimana dimana. (Maslow, 1962)
13
Universitas Esa Unggul
lain yang terkait dengan kerja dan akan menunjukkan ambisi yang rendah
(McGrego, 1960).
Kontras dengan pandangan negative mengenai kodrat manusia ini,
McGregor mencatat 4 (empat) asumsi positif yang disebutnya sebagai Teori Y : (1)
Karyawan dapat memandang kerja sebagai kegiatan alami yang sama dengan
istirahat atau bermain. (2) Orang-orang akan melakukan pengarahan diri dan
pengawasan diri jika mereka tanggung memiliki komitmen pada sasaran. (3) Rata-
rata dapat belajar untuk menerima, bahkan mengusahakan tanggung jawab. (4)
Kemampuan untk mengambil keputusan inivatif menyebar luas ke semua orang dan
tidak hanya milik mereka yang berada dalam posisi manajemen (McGrego, 1960).
Ketiga adalah Teori Dua Faktor. Pada teori ini yang kita kenal sebagai Teori
dua faktor atau biasa disebut teori (motivasi – hygiene). Dalam keyakinannya
bahwa hubungan individu dengan pekerjaanya merupakan hubungan dasar dan
bawa sikap seseorang terhadap kerja dapat sangat menentukan kesuksesan atau
kegagalan individu itu. Menurut Herzeberg, faktor-faktor yang menyebabkan
kepuasan kerja terpisah dan berbeda dari faktor-faktor yang menimbulkan
ketidakpuasan kerja. Oleh karena itu manajer yang berusaha menghilangkan faktor-
faktor yang menciptakan ketidakpuasan kerja dapat membawa ketentraman, tetapi
belum tentu motivasi. Mereka akan mententramkan tenaga kerja, bukannya
memotivasi mereka. Akibatnya, kondisi-kondisi yang melingkupi pekerjaan seperti
kualitas pengawasan gaji, kebijakan perusahaan hubungan antar pribadi, kondisi
kerja fisik, dan juga keamanan kerja yang dicirikan oleh Herzberg sebagai faktor-
faktor hygiene. Jika memadai, orang-orang tidak akan tak terpuaskan; tetapi mereka
juga tidak akan puas. Jika kita ingin memotivasi orang pada pekerjaanya, Herzeberg
menyarankan untuk menekankan pada hal-hal yang berhubungan dengan kerja itu
sendiri atau hasil langsung yang diakibatkannya, seperti peluang promosi, peluang
pertumbuhan personal, pengakuan, tanggung jawab dan prestasi. Inilah
karakteristiik yang dianggap sebagai hal yang menguntungkan secara intrinsik
(Herzberg, 1966).
Keempat adalah Teori Kebutuhan McClelland. Selain Maslow, dan
McGregor, McClelland juga merupakan tokoh penting yang banyak memberikan
kontribusi pada teori-teori motivasi. Teori ini menjelaskan bahwa motivasi erat
hubungannya dengan konsep belajar. Banyak kebutuhan yang diperoleh dari
kebudayaan yaitu kebutuhan prestasi, kebutuhan akan afiliasi dan kebutuhan akan
kekuasaan. Seseorang dengan kebutuhan yang sangat, maka akan sangat
termotivasi untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. McClelland mengemukakan
adanya tiga motivasi dasar seseorang, yaitu : Kebutuhan berprestasi (need for
achievement). Menurut McClelland, kebutuhan akan prestasi merupakan daya
penggerak yang memotivasi semangat seseorang karena kebutuhan akan prestasi
akan mendorong seseorang mengembangkan kreativitas dan mengaktualkan semua
14
Universitas Esa Unggul
kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi yang maksimal.
Orang akan antusias untuk berprestasi tinggi, asalkan kemungkinan untuk hal itu
diberikan kesempatan. Seseorang menyadari bahwa dengan mencapai prestasi yang
tinggi akan dapat memperoleh reward yang besar. Ada sementara orang yang
memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil. Mereka lebih mengejar prestasi
pribadi daripada imbalan terhadap keberhasilan. Mereka bergairah untuk
melakukan sesuatu lebih baik dan lebih efisien dibandingkan hasil sebelumnya.
Dorongan ini yang disebut kebutuhan untuk berprestasi (the achievement need).
McClelland menemukan bahwa mereka yang memiliki dorongan prestasi yang
tinggi berbeda dari orang lain dalam keinginan kuat mereka untuk melakukan hal-
hal yang lebih baik. Mereka mencari kesempatan-kesempatan dimana mereka
memiliki tanggung jawab pribadi dalam menemukan jawaban-jawaban terhadap
masalah-masalah. Mereka yang memiliki kebutuhan berpresatasi yang lebih tinggi
lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan dimana mereka memiliki tanggung jawab
pribadi, akan memperoleh balikan dan tugas-tugas pekerjaannya memiliki risiko
yang sedang/moderate (McClelland, 1965).
Peraih prestasi paling baik bila mereka mempersepsikan kemungkinan
sukses mereka sebesar 0.5, dimana mereka menaksir mereka mempunyai peluang
sukses 50:50. Mereka tidak menyukai berjudi dengan peluang kecil karena mereka
tidak memperoleh kepuasan prestasi dari sukses secara kebetulan. Serupa pula
mereka tidak menyukai peluang tinggi untuk sukses karena lalu tidak ada tantangan
terhadap keterampilan mereka. Mereka menyukai menentukan tujuan-tujuan yang
menuntut sedikit penguluran diri mereka. Bila terdapat kira-kira sama peluang
untuk sukses atau gagal, maka ada kesempatan optimum untuk mengalami
perasaan-perasaan berprestasi dan kepuasan dari dalam upaya mereka (Robbins,
2017).
Teori Kebutuhan McClelland lainnya adalah kebutuhan akan afiliasi (need
for afiliation). Kebutuhan akan afiliasi ini menjadi daya penggerak yang akan
memotivasi semangat seseorang karena kebutuhan afiliasi merangsang gairah
seseorang untuk berkembang dengan motif bahwa orang akan cenderung
mempunyai keinginan diterima, dihormati, dan merasa dirinya penting di hadapan
orang lain. Lebih dari itu, orang juga mempunyai dorongan ikut serta dalam tugas
bersama dengan motif pencapaian keinginan-keinginan tersebut (McClelland,
1965).
Teori Kebutuhan McClelland yang ketiga adalah kebutuhan akan kekuasaan
(need for power), kebutuhan akan kekuasaan merupakan daya penggerak yang
memotivasi semangat seseorang, karena manusia umumnya cenderung ingin lebih
berkuasa dibandingkan manusia yang lain. Keinginan ini dalam praktek kehidupan
sehari-hari dapat menimbulkan persaingan, sehingga mendorong para individu
untuk berkompetisi (McClelland, 1965).
15
Universitas Esa Unggul
16
Universitas Esa Unggul
17
Universitas Esa Unggul
18
Universitas Esa Unggul
hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan dengan sesame
rekan kerja, atau hubungan dengan bawahan (Schultz, 2009).
Perusahaan harus mampu mencerminkan kondisi yang mendukung
kerjasama antara supervisor, bawahan dan yang sederajat status posisi di
perusahaan. Kondisi yang harus diciptakan adalah suasana kekeluargaan yang baik
komunikasi dan pengendalian diri (Duane, 2017). Sedangkan Lingkungan kerja
psikologis yang diartikan sebagai “sesuatu yang menyangkut aspek psikologis
lingkungan kerja”. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
lingkungan kerja non fisik disebut juga dengan lingkungan kerja psikis yaitu
lingkungan kerja situasi di sekitar tempat kerja yang non fisik. Lingkungan kerja
seperti ini tidak dapat ditangkap langsung dengan panca indera manusia, tetapi bisa
dirasakan keberadaannya (Wursanto, 2009).
19
Universitas Esa Unggul
segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah
setelah bekerja. Keempat adalah kebisingan di tempat kerja yang merupakan salah
satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah
kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga terutama dalam jangka
panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak
pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian,
kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan
membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar
pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja
meningkat. Semakin lama telinga mendengar kebisingan, maka akan semakin buruk
akibatnya diantaranya pendengaran dapat makin berkurang. Kelima adalah bau-
bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran karena dapat
menganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus menerus dapat
mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition” yang tepat
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan
yang menganggu di sekitar tempat kerja. Keenam adalah tata warna di tempat kerja
perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata
warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi
karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh
warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain karena dalam
sifat warna dapat merangsang perasaan manusia. Ketujuh adalah dekorasi ada
hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya
berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur
tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja. Kedelapan adalah
musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana, waktu dan tempat dapat
membangkitkan dan merangsang karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-
lagu perlu dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak
sesuainya musik yang diperdengarkan di tempat kerja akan mengganggu
konsentrasi kerja. Kesembilan adalah kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan
aman maka perlu diperhatikan keberadaan dari keamanan itu sendiri. Salah satu
upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja (McCoy, J.M., & Evans, 2005).
20
Universitas Esa Unggul
dalam menjalankan tugasnya. Kelima adalah tingkat visual privacy dan acoustical
privacy. Dalam tingkat pekerjaan tertentu membutuhkan tempat kerja yang dapat
memberi privasi bagi karyawannya. Privasi disini adalah sebagai “ keleluasan
pribadi “ terhadap hal-hal yang menyangkut dirinya dan kelompoknya. Sedangkan
acoustical privasi berhubungan dengan pendengaran (McGuire & McLaren, 2009).
Hal ini sejalan dengan Gie yang berpendapat bahwa faktor lingkungan kerja
fisik adalah antara lain : yang pertama adalah cahaya penerangan yang cukup
memancarkan dengan tepat akan menambah efisiensi kerja para karyawan karena
mereka dapat bekerja dengan lebih cepat lebih sedikit membuat kesalahan dan
matanya tak lekas menjadi lelah. Kedua adalah warna merupakan salah satu faktor
yang penting untuk memperbesar efisiensi kerja para karyawan, khususnya warna
akan mempengaruhi keadaan jiwa mereka dengan memakai warna yang tepat pada
dinding ruang dan alat-alat lainnya kegembiraan dan ketenangan bekerja para
karyawan akan terpelihara. Ketiga adalah suhu udara dan banyaknya uap air pada
udara itu. Keempat adalah suara seperti mesin ketik pesawat telpon, parkir motor,
dan lain-lain agar tidak mengganggu pekerja dalam melaksanakan tugasnya (Gie,
2000).
Salah satu teori dimensi dan indikator lingkungan kerja bahwa lingkungan
fisik tempat kerja mengontekstualisasikan komponen tempat kerja yang nyata
lingkungan yang terdiri dari kantor atau tata ruang, desain dan fungsionalitas
lingkungan terdekat (Kohun, 2011). Dalam upaya mengaitkan manfaat memiliki
fisik yang kondusif mengelompokkan fisik tempat kerja lingkungan menjadi dua
kategori besar yaitu penataan ruang tata ruang atau kenyamanan kantor dan
kesusuaian lingkungan dengan proses kerja (Sundstrom, D.W. and Klei, 1979). Hal
ini sejalan dengan pendapat lain yang mendeskripsikan penataan ruang kerja seperti
cara mesin-mesin kantor, perlengkapan, furniture, susunan perabot, ukuran, bentuk,
dan jarak antar item. Dengan demikian dimensi lingkungan kerja fisik meliputi : (1)
Desain kantor yang menjelaskan penataan ruang kerja untuk memungkinkan
pekerjaan dilakukan di cara paling efisien dengan menggabungkan bagaimana
ruang kerja dan alat kerja yang digunakan di tempat kerja bisa dirancang untuk
kenyamanan, efisiensi, keamanan untuk meningkatkan alur kerja, efisiensi,
efektivitas, produktivitas dan keterlibatan). Desain kantor meliputi kemudahan
dalam mobilitas, aksesibilitas, kenyamanan, visibilitas, privasi, dan interaksi social
akan membantu karyawan melakukan yang terbaik. (2) Kondisi Lingkungan yaitu
tempat kerja mengacu pada kenyamanan termal dalam lingkungan tempat kerja
melalui manipulasi lingkungan terdekat untuk mencapai kombinasi suhu yang tepat
(panas atau dingin), aliran udara, kelembapan, dan tingkat kebisingan yang dapat
diterima. Kondisi lingkungan tempat kerja meliputi suhu, pencahayaan, ventilasi,
21
Universitas Esa Unggul
22
Universitas Esa Unggul
kriminalitas dan kekerasan. (3) Bahaya kecelakaan akibat kondisi bangunan dan
instalasi yang dapat menyebabkan kebakaran, ledakan, bangunan runtuh. (4)
Ancaman keracunan, paparan radiasi, atau paparan polutan berbahaya. (5) Risiko
mesin terputus, alat tertusuk, terjepit, atau terjatuh karena kondisi mesin fasilitas
dan perlengkapan kerja (Joseph, 2016).
23
Universitas Esa Unggul
manajemen; (5) Pengawasan; (6) Faktor intrinsik dari pekerjaan; (7) Kondisi kerja;
(8) Aspek sosial dalam pekerjaan; (9) Komunikasi; (10) Fasilitas. (von Haller
Gilmer, 1954)
Hal ini diperkuat dengan beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja dalam perusahaan antara lain : pertama adalah faktor pegawai yaitu
kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan,
pengalaman kerja, persepsi, dan sikap kerja. Kedua adalah faktor pekerjaan yaitu
jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan, mutu
pengawasan, jaminan financial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial, dan
hubungan kerja. (Henrik L Blum, 1974)
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat lima faktor yang
dapat mempengaruhi kepuasan kerja antara lain sebagai berikut : pertama adalah
pemenuhan kebutuhan (need fulfillment) adalah kepuasan ditentukan oleh tingkatan
karakteristik pekerjaan memberikan kesempatan pada individu untuk memenuhi
kebutuhannya. Kedua adalah perbedaan (discrepancies) adalah kepuasan yang
merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan harapan mencerminkan
perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa yang diperoleh individu dari
pekerjaannya. Bila harapan lebih besar dari apa yang diterima, orang akan tidak
puas. Sebaliknya individu akan puas bila menerima manfaat diatas harapan. Ketiga
adalah pencapaian nilai (value attainment) adalah kepuasan yang merupakan hasil
dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting.
Keempat adalah keadilan (equity) adalah kepuasan yang merupakan fungsi dari
seberapa adil individu diperlakukan di tempat kerja. Kelima adalah komponen
genetik (genetic components) adalah kepuasan kerja yang merupakan fungsi sifat
pribadi dan faktor genetik. Hal ini menyiratkan perbedaan sifat individu yang
mempunyai arti penting untuk menjelaskan kepuasan kerja disampng karakteristik
lingkungan pekerjaan. (Kreitner, Robert. Kinicki, 2014)
Hal ini juga dipertegas teori yang menyebutkan bahwa ada 5 faktor yang
mendorong terciptanya kepuasan kerja. Kelima faktor tersebut antara lain : pertama
adalah pekerjaan yang menantang yaitu seorang karyawan cenderung lebih
menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk
menggunakan ketrampilan, kemampuan mereka dan menawarkan beragam tugas,
kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka bekerja. Kedua adalah
imbalan yaitu para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi
yang adil dan sesuai dengan harapan mereka. Promosi memberikan kesempatan
untuk pertumbuhan pribadi, tanggung jawab yang lebih besar, dan meningkatkan
status sosial. Ketiga adalah kondisi kerja yaitu kondisi lingkungan kerja sangat
penting bagi karyawan untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan
pengerjaan tugas. Keempat adalah rekan kerja yang bagi kebanyakan karyawan,
rekan kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu, memilih
24
Universitas Esa Unggul
rekan sekerja yang ramah dan mendukung akan menciptakan kepuasan kerja.
Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan. Kelima adalah
kesesuaian pekerjaan merupakan kecocokan yang tinggi antara kepribadian dan
pekerja yang akan membuat seseorang individu lebih terpuaskan. (Robbins, 2017)
25
Universitas Esa Unggul
26
Universitas Esa Unggul
27
Universitas Esa Unggul
28
Universitas Esa Unggul
29
Universitas Esa Unggul
30
Universitas Esa Unggul
31
Universitas Esa Unggul
32
Universitas Esa Unggul
33
Universitas Esa Unggul
Tidak hanya itu, memotivasi diri juga dapat meningkatkan cara berperilaku dan
berfikir secara luas dalam mencapai kompetensi yang memadai sehingga
karyawan dapat melakukan suatu pekerjaan dengan baik dan maksimal. Selain
itu, komitmen diri pada organisasi juga diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan upaya untuk memperbaiki efektifitas suatu pekerjaan sehingga
dapat berkontribusi dengan baik dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan.
Bagi manajemen, diharapkan akan melakukan usaha dalam meningkatkan
kepuasan kerja karyawan dengan cara memberikan lingkungan kerja karyawan
yang nyaman serta aman. Selain itu manajemen juga dapat memberikan apresiasi
pada karyawan, memberikan life balance, jenjang karir atau program lainnya
yang bisa tingkatkan kepuasan kerja karyawan sehingg bisa tingkatkan
produktivitas kerja yang tinggi pada penyelesaian pekerjaan agar sesuai dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.
Penelitian serupa mengatakan bahwa terdapat pengaruh positif motivasi kerja,
lingkungan kerja, dan komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja. Atas dasar
teori dan penelitian tersebut maka peneliti membuat hipotesis utama seperti
dibawah ini. (Riana, 2020)
H1 : Terdapat pengaruh motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap komitmen
organisasi dengan kepuasan kerja sebagai variabel intervening di RS Dinda
secara simultan.
2. Pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen organisasi
Salah satu cara perusahaan mempertahankan Sumber Daya Manusia (SDM)
adalah dengan menjaga hubungan yang baik antara karyawan dengan
perusahaan. Ketika karyawan merasa bahwa kondisi hubungan mereka dengan
perusahaan berada pada kondisi baik, karyawan akan memberikan yang terbaik
bagi perusahaan. Banyak gagasan yang membicarakan tentang hubungan dua
arah antara karyawan dengan perusahaan dan pekerjaannya seperti job
satisfaction, Organizational Citizenship Behaviour (OCB) dan Komitmen
Organisasi. Komitmen Organisasi sebagai keterlibatan dan antusiasme staf
untuk pekerjaan yang dilakukan. Komitmen Organisasi sebagai ikatan
emosional positif yang dimiliki karyawan dan komitmen yang dimiliki karyawan
sangat penting bagi perusahaan untuk memperhatikan komitmen organisasi para
stafnya karena hal tersebut sangat berkaitan erat dengan outcome perusahaan
tersebut. Komitmen Organisasi memiliki beberapa keuntungan yaitu
meningkatkan produktivitas, meningkatkan keuntungan, menambah efisiensi,
menurunkan turnover, mengurangi ketidakhadiran, mengurangi penipuan,
meningkatkan kepuasan konsumen, mengurangi kecelakaan kerja, dan
meminimalkan keluhan para staf. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja terhadap komitmen
organisasi. (Deressa & Zeru, 2019), (Astiti & Surya, 2020), (Ibrahim et al.,
2019), (Kawiana, 2018), (Demir, 2020)
34
Universitas Esa Unggul
35
Universitas Esa Unggul
Semakin baik motivasi yang diberikan kepada pegawai maka kepuasan kerja
pegawai akan semakin meningkat. Motivasi dilihat dari lima tingkatan
kebutuhan yaitu fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.
Kebutuhan sosial, rasa aman, serta kebutuhan fisiologis menjadi pengukur
tertinggi motivasi pegawai, terutama suasana kekeluargaan dalam bekerja,
fasilitas transportasi ke tempat kerja serta diberikannya uang kehadiran dan
tunjangan kinerja berdampak pada kepuasan kerja pegawai. Kondisi ini
ditunjukkan dengan tingginya tingkat kepuasan kerja pegawai terutama terkait
dengan pekerjaannya itu sendiri dan pembayaran. Semakin baik suasana
kekeluargaan dalam bekerja, fasilitas transportasi serta uang kehadiran dan
tunjangan kinerja yang diberikan organisasi menyebabkan semakin puas
pegawai terhadap pekerjaannya saat ini. Penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja terhadap
kepuasan kerja. (Saryadi & Arini, 2019), (Kapantow et al., 2020), (Ayalew et
al., 2019), (De Sousa Sabbagha et al., 2018), (Ariyani et al., 2016)
H5 : Terdapat pengaruh antara motivasi kerja terhadap kepuasan kerja di RS
Dinda.
6. Pengaruh lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja
Sebuah perusahaan berusaha mencapai visi, misi, dan tujuan yang telah mereka
buat. Untuk mencapai hal itu dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas
karena segala aktivitas perusahaan ditentukan oleh sumber daya manusia nya.
Kepuasan kerja merupakan sikap (positif) tenaga kerja terhadap pekerjaannya
yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja. Penilaian tersebut
dapat dilakukan terhadap salah satu pekerjaan. Lingkungan kerja sangat
memiliki peran penting terhadap kepuasan kerja karyawan. Semakin baik
lingkungan kerja fisik, maka kepuasan kerja akan semakin meningkat.
Lingkungan kerja memiliki pengaruh yang positif bagi seorang individu, dan
akan memberikan efek yang besar pada apa yang dikerjakannya termasuk
kepuasan karyawan dalam bekerja. Lingkungan kerja adalah semua yang
terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara
langsung maupun tidak langsung
Berbagai penelitian telah dilakukan dan menunjukan kepuasan kerja karyawan
merupakan kontributor yang sangat penting dari keberhasilan suatu perusahaan
menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja
terhadap kepuasan kerja. Kepuasan kerja yang mendukung akan memberikan
kontribusi terhadap keterikatan karyawan. Karyawan akan merasa aman dan
nyaman selama bekerja, sehingga dapat mencapai tujuan organisasi secara
efektif dan efisien. (Suliman & Aljezawi, 2018), (Al Sabei et al., 2020), (Ahakwa
et al., 2021), (Akinwale & George, 2020), (Wargo-Sugleris et al., 2018)
H6 : Terdapat pengaruh antara lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja di RS
Dinda.
36
Universitas Esa Unggul
MOTIVASI KERJA
(X1)
Indikator : KEPUASAN KERJA
H5
1. Kebutuhan fisiologis (Z)
2. Kebutuhan keamanan Indikator : KOMITMEN
3. Kebutuhan sosial 1. Pekerjaan itu ORGANISASI
4. Kebutuan penghargaan. sendiri (work it H4 (Y)
5. Kebutuhan aktualisasi self) Indikator :
diri 2. Gaji/upah (pay) 1. Affective commitment
3. Promosi 2. Continuance commitment
(promotion) 3. Normative commitment
LINGKUNGAN KERJA
4. Pengawasan
(X2)
(supervision)
Indikator :
5. Rekan kerja
1. Lingkungan Fisik
H6 (workers)
2. Lingkungan Non Fisik
H3
37
Universitas Esa Unggul
38
Universitas Esa Unggul
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
39
Universitas Esa Unggul
Konstelasi penelitian dalam model ini ditunjukkan dalam Gambar 3.1 dibawah ini
3.3.2 Sampel
Menurut Sugiyono, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,
tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu (Sugiyono, 2013). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh perawat di Rumah Sakit Dinda Tangerang berjumlah 107 orang.
40
Universitas Esa Unggul
41
Universitas Esa Unggul
42
Universitas Esa Unggul
Cara
No Variabel Definisi Indikator hasil
pengukuran
1 Variabel tenaga pendorong dari dalam yang 1. Kebutuhan Kuisioner Interval
Bebas menyebabkan seorang perawat fisiologis
(X1) berbuat sesuatu atau berusaha untuk 2. Kebutuhan Skala likert :
memenuhi kebutuhannya. keamanan
1. STS
3. Kebutuhan
Motivasi Definisi indikator : sosial (sangat
Kerja 1. Kebutuhan fisiologis 4. Kebutuan tidak
Perawat kebutuhan akan rasa lapar, haus, penghargaan setuju)
perlindungan (pakaian dan 5. Kebutuhan Skor : 1
perumahan), seks, dan kebutuhan aktualisasi diri 2. TS (tidak
jasmani lain. setuju)
2. Kebutuhan keamanan
Skor : 2
kebutuhan akan keselamatan dan
perlindungan terhadap kerugian 3. N (netral)
fisik dan emosional. Skor : 3
3. Kebutuhan sosial 4. S (setuju)
kebutuhan akan kasih sayang, Skor : 4
rasa memiliki, diterima baik, dan 5. SS
persahabatan.
(sangat
4. Kebutuan penghargaan
kebutuhan akan penghormatan setuju)
diri seperti harga diri, otonomi Skor : 5
dan prestasi serta faktor
penghormatan dari luar seperti
status pengakuan dan perhatian.
5. Kebutuhan aktualisasi diri
kebutuhan akan dorongan untuk
menjadi seseorang atau sesuatu
sesuai dengan dengan ambisinya
yang mencakup pertumbuhan,
pencapaian potensi, dan
pemenuhan kebutuhan diri.
2 Variabel Segala sesuatu, kejadian, orang-orang 1. Lingkungan Kuisioner Interval
Bebas dan lainnya yang mempengaruhi cara Kerja Fisik
(X2) perawat bekerja. 2. Lingkungan Skala likert :
Kerja Non Fisik 1. STS
Definisi Indikator (sangat
Lingkungan
1. Lingkungan Kerja Fisik tidak
Kerja merupakan sekumpulan faktor fisik setuju)
Perawat dan merupakan suatu suasana fisik Skor : 1
yang ada pada tempat kerja perawat. 2. TS (tidak
2. Lingkungan Kerja Non Fisik setuju)
segala kondisi itu terjadi yang Skor : 2
berkaitan dengan hubungan kerja 3. N (netral)
perawat, baik hubungan dengan Skor : 3
kepala keperawatan maupun 4. S (setuju)
hubungan dengan sesame rekan Skor : 4
kerja keperawatan, atau hubungan 5. SS (sangat
dengan bawahan. setuju)
Skor : 5
43
Universitas Esa Unggul
Cara
No Variabel Definisi Indikator hasil
pengukuran
3 Variabel Sikap umum perawat terhadap 1. Pekerjaan itu Kuisioner Interval
Intervening pekerjaannya, selisih antara sendiri (work it
(Z) banyaknya penghasilan yang diterima self) Skala likert :
seorang perawat dan banyaknya yang 2. Gaji/Upah
1. STS
mereka yakni apa yang seharusnya (pay)
Kepuasan mereka terima. 3. Promosi (sangat
Kerja (promotion) tidak
Perawat Definisi indikator 4. Pengawasan setuju)
1. Pekerjaan itu sendiri (work it self) (supervision) Skor : 1
pekerjaan tersebut memberikan 5. Rekan kerja 2. TS (tidak
tugas yang menarik, kesempatan (workers)
setuju)
untuk belajar, kesempatan untuk
Skor : 2
menerima tanggung jawab dan
kemajuan untuk seorang perawat. 3. N (netral)
2. Gaji/Upah (pay) Skor : 3
uang bisa dipandang sebagai hal 4. S (setuju)
yang dianggap pantas dan layak. Skor : 4
3. Promosi (promotion) 5. SS (sangat
kesempatan untuk berkembang
setuju)
secara intelektual dan memperluas
keahlian menjadi dasar perhatian Skor : 5
penting untuk maju dalam
organisasi di Rumah Sakit.
4. Pengawasan (supervision)
kemampuan penyelia untuk
memberikan bantuan teknis dan
dukungan perilaku keperawatan.
5. Rekan kerja (workers)
rekan kerja sesama perawat yang
kooperatif merupakan sumber
kepuasan kerja
4 Variabel keinginan kuat untuk tetap sebagai 1. Affective Kuisioner Interval
Terikat anggota organisasi Rumah Sakit, commitment
(Y) keinginan untuk berusaha keras sesuai 2. Continuance Skala likert :
dengan keinginan organisasi Rumah 1. STS
commitment
Sakit dan keyakinan tertentu juga (sangat
Komitmen penerimaan nilai dan tujuan organisasi 3. Normative
tidak
Organisasi Rumah Sakit. commitment setuju)
Perawat Skor : 1
Definisi Indikator 2. TS (tidak
1. Affective commitment setuju)
adanya ikatan emsosional perawat, Skor : 2
identifikasi, dan keterlibatan dalam 3. N (netral)
organisasi Rumah Sakit karena Skor : 3
keinginan dari diri perawat itu 4. S (setuju)
sendiri. Skor : 4
2. Continuance commitment 5. SS (sangat
komitmen yang didasarkan akan setuju)
kebutuhan rasional. Skor : 5
3. Normative commitment
komitment yang didasarkan pada
norma yang ada dalam diri perawat
itu sendiri.
44
Universitas Esa Unggul
3. Normative KO 9, KO 10, 4
commitment KO 11, KO 12
2. Kebutuhan MK 6, MK 7, MK 8, 5
keamanan MK 9, MK 10
2. Lingkungan LK 6, LK 7, LK 8, 5
Kerja Non Fisik LK 9, LK 10
2. Gaji/Upah KK 6, KK 7, KK 8, 5
(pay) KK 9, KK 10
45
Universitas Esa Unggul
46
Universitas Esa Unggul
Keterangan :
r = Koefisien Korelasi
N = Jumlah Responden
47
Universitas Esa Unggul
Kuat lemahnya hubungan antara X dan Y dapat diukur dengan nilai yang
disebut dengan koefisien korelasi. Nilai koefisien korelasi ( r ), yaitu antara -1
sampai 1 dengan kriteria sebagai berikut :
a. Jika nilai r > 0, maka terjadi hubungan linier positif yaitu semakin besar
nilai variabel X maka semakin besar pula nilai variabel Y. atau sebaliknya,
semakin kecil nilai variabel X maka semakin kecil pula nilai variabel Y.
b. Jika nilai r < 0, maka terjadi hubungan linier yang negatif yaitu semakin
kecil nilai variabel X maka semakin besar nilai variabel Y. atau sebaliknya
semakin besar nilai variabel X maka semakin kecil nilai variabel Y.
c. Jika r = 0 artinya tidak ada hubungan sama sekali antara variabel X dengan
variabel Y.
d. Jika r = 1 atau r = -1 telah terjadi hubungan linear sempurna yaitu berupa
garis lurus, sedangkan untuk nilai r yang makin mengarah ke angka 0, maka
garis makin tidak lurus.
48
Universitas Esa Unggul
F1 : adalah frekuensi responden yang menjawab 1 dari skor yang digunakan dalam
daftar pertanyaan kuesioner.
F2 : adalah frekuensi responden yang menjawab 2 dari skor yang digunakan dalam
daftar pertanyaan kuesioner.
F3 : adalah frekuensi responden yang menjawab 3 dari skor yang digunakan dalam
daftar pertanyaan kuesioner.
F4 : adalah frekuensi responden yang menjawab 4 dari skor yang digunakan dalam
daftar pertanyaan kuesioner.
F5 : adalah frekuensi responden yang menjawab 5 dari skor yang digunakan dalam
daftar pertanyaan kuesioner.
Skor tertinggi adalah 5 dan yang terendah adalah 1 dengan total responden
107 orang. Nilai skor rata-rata (indeks) yang dikategorikan kedalam rentang skor
berdasarkan perhitungan three box method. (Haryono, 2017)
Batas atas rentang skor : (%F*5)/5 = (107*5)/5 = 107
Batas bawah rentang skor : (%F*1)/5 = (107*1)/5 = 21,4
49
Universitas Esa Unggul
50
Universitas Esa Unggul
51
Universitas Esa Unggul
Keterangan:
X1 = Motivasi Kerja
X2 = Lingkungan kerja
Z = Kepuasan Kerja
Y = Komitmen Organisasi
rX1X2 = Koefisien Korelasi motivasi kerja dengan lingkungan kerja
pZX1X1 = Koefisien jalur kepuasan kerja terhadap motivasi kerja
52
Universitas Esa Unggul
Keterangan:
R2 = Koefisien Determinasi X1,X2,Y
n = Jumlah Observasi
k = Banyaknya Variabel
Setelah mendapatkan nilai F-hitung ini, kemudian dibandingkan dengan
nilai F tabel dengan tingkat signifikan sebesar 0,05 atau 5%.
53
Universitas Esa Unggul
Apabila Ho diterima, maka hal ini diartikan bahwa pengaruh variabel independen
secara parsial terhadap variabel dependen dinilai tidak signifikan dan sebaliknya
apabila Ho ditolak, maka hal ini diartikan bahwa berpengaruh variabel independen
secara parsial terhadap variabel dependen dinilai berpengaruh secara signifikan.
54
Universitas Esa Unggul
55
Universitas Esa Unggul
DAFTAR PUSTAKA
56
Universitas Esa Unggul
57
Universitas Esa Unggul
58
Universitas Esa Unggul
Ibrahim, S., Kalil, M., Saeed, E., Abd-Elrhaman, A., Mostafa, W., & Sliman, M.
(2019). Relationship among Nurses ’Locus of Control, Work Motivation
Factors, and Their Organizational Commitment. American Journal of
Nursing Research, 7(2), 167–178. https://doi.org/10.12691/ajnr-7-2-8
Jabbar, M. N., Mahmood, W., & Qambar, G. (2020). Mediating Role of
Organizational Commitment and Work Environment on the Relationship
between Transformational Leadership and Job Satisfaction. Talent
Development & Excellence, 12(2), 3974–3988.
Joseph, I. (2016). Analysis the Influence of Physical Work Environment and Non-
Physical Work Environment on Employee Productivity in General Hospital
Gmim Kalooran Amurang South Minahasa Regency. Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi, 16(4), 407–420.
Kapantow, N. H., Luddin, M. R., & Kambey, D. C. (2020). The Effect of Job
Motivation, Job Satisfaction, and Attitude towards Profession on Nurse
Performance in Outpatient Clinic of Prof. Dr. R.D. Kandou Hospital. KnE
Social Sciences, 2020, 565–575. https://doi.org/10.18502/kss.v4i14.7915
Karem, M. A., Mahmood, Y. N., Jameel, A. S., & Ahmad, A. R. (2019). The
effect of job satisfaction and organizational commitment on nurses’
performance. Humanities and Social Sciences Reviews, 7(6), 332–339.
https://doi.org/10.18510/hssr.2019.7658
Kawiana, I. G. P. (2018). The influence of organizational culture, employee
satisfaction, personality, and organizational commitment towards employee
performance. International Research Journal of Management, IT and Social
Sciences, 35–45. https://doi.org/10.21744/irjmis.v5i3.666
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Situasi Tenaga Keperawatan Indonesia. In
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (pp. 1–12).
Kim, Y. I., Geun, H. G., Choi, S. J., & Lee, Y. S. (2017). The Impact of
Organizational Commitment and Nursing Organizational Culture on Job
Satisfaction in Korean American Registered Nurses. Journal of
Transcultural Nursing, 28(6), 590–597.
https://doi.org/10.1177/1043659616666326
Kohun, C. (2011). Workplace environment and its impact on organisational
performance in public sector organisations. International Journal of
Enterprise Computing and Business Systems, 1(1), 1–19.
Koontz, H. (2012). Essentials Of Management (ninth edit).
Kreitner, Robert. Kinicki, A. (2014). Organisational Behaviour (Fifth Edit).
McGraw-Hill Education.
Kurniawan, A. W. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif. In Philosophy of
Science (1 st, Vol. 4, Issue 4). Pandiva Buku.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19528854%0Ahttp://libproxy.unm.edu
59
Universitas Esa Unggul
/login?url=http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=a9h&AN
=51827937&site=eds-
live&scope=site%5Cnhttp://content.ebscohost.com.libproxy.unm.edu/Conten
tServer.asp?T=P&P=AN&K=51
Landy, F. J. J. M. C. (1978). Work in the 21St Century an Introduction To
Industrial and Organizational Psychology (Fourth Edi). WILEY.
Lazarus, R.S, & Cohen, J. (1977). Environmental Stress. Plenum.
Locke, E. (1969). Handbook Of Principles Of Organizational Behavior. In The
Blackwell Handbook of Principles of Organizational Behaviour (Second
Edi).
Locke, L. N., & Wobeser, G. A. (1998). Diseases of Wild Waterfowl. In The
Journal of Wildlife Management (Vol. 62, Issue 4).
https://doi.org/10.2307/3802030
Luthans, F. (2010). Organizational Behavior. In Hospital Administration (12th
Editi). McGraw-Hill Education.
Maslow. (1962). A theory of human motivation. In A Theory of Human
Motivation.
McClelland, D. C. (1965). Human Motivation Study (p. 681).
McCoy, J.M., & Evans. (2005). Physical Work Environment. Sage Publications.
McGrego, D. (1960). The Human Side Of Enterprise.
McGuire, D., & McLaren, L. (2009). The impact of physical environment on
employee commitment in call centres: The mediating role of employee well-
being. Team Performance Management, 15(1–2), 35–48.
https://doi.org/10.1108/13527590910937702
Miner, J. B. (1992). Industrial Organizational Psychology. In The SAGE Glossary
of the Social and Behavioral Sciences. Mcgraw-Hill Book Company.
https://doi.org/10.4135/9781412972024.n1291
Mowday, R. (1979). The measurement of organizational commitment. South-
Western Cengage Learning.
Muri, Y. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan (4th ed.). Kencana.
Mus, A., Koesmono, T., & Wulani, F. (2018). Pengaruh Motivasi Kerja dan
Komitmen Organisasional terhadap Kepuasan Kerja pada Perawat Rumah
Sakit Umum Daerah Bobong. Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen, 6(1),
1–10. http://jurnal.wima.ac.id/index.php/KAMMA/article/view/1771
Nathan, P. (2014). Work Engagement, Motivation, and Self-Determination
Theory.
60
Universitas Esa Unggul
Naz, S., Li, C., Nisar, Q. A., Khan, M. A. S., Ahmad, N., & Anwar, F. (2020). A
Study in the Relationship Between Supportive Work Environment and
Employee Retention: Role of Organizational Commitment and Person–
Organization Fit as Mediators. SAGE Open, 10(2).
https://doi.org/10.1177/2158244020924694
Noah, Y., & Steve, M. (2012). Work Environment and Job Attitude among
Employees in a Nigerian Work Organization. Journal of Sustainable Society,
1(2), 36–43.
Noor, Z. A. (2012). PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KOMITMEN
ORGANISASI, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KEPUASAN
KERJA DAN KINERJA KARYAWAN. Jurnal Ekonomi Dan Keuangan,
80, 473–486.
Porter, M. (1961). Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries and
Competitors.
Preiser, W. (1989). Building Evaluation. Springer US.
Riana, M. S. (2020). Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik, Motivasi Kerja, dan
Komitmen Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. 1(1), 558–565.
Robbins, S. (2017). Organizational Behavior. In E.-C. S. Wall (Ed.), Pearson
(17th ed., Vol. 17). Donna Battista.
Saryadi, & Arini, L. D. D. (2019). Competence , Motivation on Performance of
Nursing: The Mediating Effect of Satisfaction. Icohetech 2019, 10–14.
Schermerhorn, J. R. (2013). Organizational Behavior (12th ed). John Wiley &
Sons, Inc.
Schultz, D. (2009). Psychology and Work Today (10 Edition, Vol. 1). Pearson
Education inc.
Sowmya, K., & Panchanatham, N. (2018). Factors Influencing Job Satisfaction of
Banking Sector Employees. Journal of Central Banking Theory and
Practice, 7(1), 207–222. https://doi.org/10.2478/jcbtp-2018-0009
Space, W. L. (2014). Research methods for business : a skill-building approach /
Uma Sekaran and Roger Bougie. In John Wiley & Sons (Ed.), Encyclopedia
of Quality of Life and Well-Being Research (Seventh Ed). WILEY.
https://doi.org/10.1007/978-94-007-0753-5_102084
Steers, R. (2016). Management Across Cultures. In Cambridge University Press
(3rd ed.).
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (19th ed.).
Alfabeta.
Suliman, M., & Aljezawi, M. (2018). Nurses’ work environment: indicators of
satisfaction. Journal of Nursing Management, 26(5), 525–530.
61
Universitas Esa Unggul
https://doi.org/10.1111/jonm.12577
Sundstrom, D.W. and Klei, H. E. (1979). Wastewater treatment. In Manuals and
Reports on Engineering Practice, American Society of Civil Engineers.
PrenticeHall, Inc. https://doi.org/10.1061/9780784404386
Taiwo, A. S. (2010). The influence of work environment on workers productivity:
A case of selected oil and gas industry in Lagos, Nigeria. African Journal of
Business Management, 4(3), 299–307.
https://doi.org/10.5897/AJBM.9000607
Tosun, N. (2017). The relationship of organizational commitment,job satisfaction
and burnout on physicians and nurses? Journal of Economics and
Management, 28(2), 90–111. https://doi.org/10.22367/jem.2017.28.06
Undang-Undang Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. In Indonesia.
von Haller Gilmer, B. (1954). Industrial Psychology. In The American Journal of
Psychology (Vol. 67, Issue 1). Mc Graw Hill Book Company Inc.
https://doi.org/10.2307/1418105
Wargo-Sugleris, M., Robbins, W., Lane, C. J., & Phillips, L. R. (2018). Job
satisfaction, work environment and successful ageing: Determinants of
delaying retirement among acute care nurses. Journal of Advanced Nursing,
74(4), 900–913. https://doi.org/10.1111/jan.13504
Widyaningrum, H. M. E. (2019). The Influence of the Work Environment,
Organizational Commitment and Organizational Citizenship Behavior on
Employee Performance and Motivation as Intervening (Studies in the
Matahari Department Store Tbk. Tunjungan Plaza in Surabaya, Indonesia).
European Journal of Business and Management, 11(35), 60–68.
https://doi.org/10.7176/ejbm/11-35-08
Wursanto. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Andi.
62
Universitas Esa Unggul
LAMPIRAN
Lampiran 1
INFORMASI PENELITIAN
Responden Yth,
Hormat saya,
63
Universitas Esa Unggul
Lampiran 2
Lembar Persetujuan Kuesioner
Dengan hormat,
Dalam rangka penyusunan tesis sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan program
pendidikan Pasca Sarjana Magister Administrasi Rumah Sakit, saya melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap
Komitmen Organisasi Perawat dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel
Intervening di RS Dinda Tangerang”. Untuk maksud tersebut, saya mohon
kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk membantu mengisi kuesioner atau
daftar pertanyaan yang telah disediakan (terlampir).
Penulis
64
Universitas Esa Unggul
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN
( INFORMED CONSENT )
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang prosedur penelitian, maka saya
menyatakan bersedia untuk menjadi responden dan mengisi kuesioner sehubungan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Astri Arri Febrianti dengan judul :
“Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi
Perawat Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening”.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa tekanan dari pihak
manapun.
65
Universitas Esa Unggul
Lampiran 4
Kuesioner Penelitian
Data Responden
2. Pangkat/Golongan
66
Universitas Esa Unggul
No Pertanyaan STS TS N S SS
Kebutuhan fisiologis
1.
Gaji sebagai perawat di rumah sakit ini
telah mencukupi kebutuhan ekonomi □ □ □ □ □
keluarga
2.
Gaji yang diperoleh sebagai perawat di
rumah sakit ini sudah sesuai dengan □ □ □ □ □
pekerjaan yang dilakukan
3.
Penghasilan yang diterima dari di rumah
sakit ini sudah sangat memuaskan □ □ □ □ □
4.
Rumah sakit ini sangat peduli terhadap
kesejahteraan para perawatnya □ □ □ □ □
5.
Bonus atau insentif yang diberikan oleh
manajemen rumah sakit kepada para □ □ □ □ □
perawat sudah adil
Kebutuhan keamanan
6.
Kondisi ruangan kerja yang digunakan
cukup aman □ □ □ □ □
Perlengkapan dan peralatan bekerja di
7. rumah sakit ini cukup aman dan □ □ □ □ □
memadai untuk digunakan
8.
Keselamatan kerja di rumah sakit ini
sudah diperhatikan dengan baik □ □ □ □ □
Perlengkapan kesehatan telah disediakan
9. oleh rumah sakit bagi para perawat yang □ □ □ □ □
membutuhkan
Rumah sakit memberikan informasi
keselamatan kepada para perawat □ □ □ □ □
10. apabila dalam keadaan darurat dan
keamanan di lingkungan rumah sakit
sudah dikelola dengan baik
67
Universitas Esa Unggul
No Pertanyaan STS TS N S SS
Kebutuhan sosial
Saudara dapat bersosialisasi dengan baik
11. terhadap sesama rekan kerja di □ □ □ □ □
lingkungan rumah sakit
12.
Saudara mendapat pengakuan dan
penghargaan dari teman kerja saat □ □ □ □ □
berhasil melakukan pekerjaan dengan
baik
Dengan tanggung jawab yang lebih
13. besar, saya merasa dapat lebih dihormati □ □ □ □ □
oleh rekan kerja
Hubungan kerja sesama rekan kerja di
rumah sakit ini cukup baik dan □ □ □ □ □
14 hubungan kerja antara atasan dan
bawahan baik dan tidak kaku
Saya ikut terlibat dalam kegiatan-
kegiatan kebersamaan yang diadakan □ □ □ □ □
oleh rumah sakit dan saya merasa
15.
senang bila pengabdian saya selama
bekerja di rumah sakit ini diakui oleh
atasan
Kebutuan penghargaan
16.
Atasan memberikan penghargaan bagi
bawahan yang berprestasi bilamana □ □ □ □ □
mampu menyelesaikan pekerjaan
dengan baik dan tepat waktu
17.
Selama ini rumah sakit mengakui dan
menghargai hasil kerja saya □ □ □ □ □
18.
Atasan belum pernah menegur perawat
dengan kata-kata kasar atau emosional □ □ □ □ □
19.
Pemberian penghargaan bagi karyawan
yang berprestasi sering dilakukan di □ □ □ □ □
perusahaan ini
20.
Dengan adanya pujian dari atasan maka
saya lebih termotivasi untuk bisa bekerja □ □ □ □ □
lebih baik lagi bagi kemajuan rumah
sakit
68
Universitas Esa Unggul
No Pertanyaan STS TS N S SS
Kebutuhan aktualisasi diri
69
Universitas Esa Unggul
No Pertanyaan STS TS N S SS
Lingkungan Kerja Fisik
1.
Saya merasakan cahaya
membantu saya dalam pekerjaan
lampu
□ □ □ □ □
2.
Saya merasa jumlah sirkulasi udara yang
ada sudah sesuai dengan jumlah □ □ □ □ □
karyawan yang ada di dalam ruangan
3.
Suhu di ruangan kerja sudah cukup baik
untuk menunjang aktivitas kerja □ □ □ □ □
4.
Saya merasa fasilitas umum seperti
toilet, ruang ganti, dan tempat istirahat □ □ □ □ □
sudah sesuai dengan yang dibutuhkan
5.
Saya merasa suara bising pada tempat
bekerja sudah sesuai dengan jenis □ □ □ □ □
pekerjaan yang saya lakukan
Lingkungan Kerja Non Fisik
6.
Saya merasa aman dari bentuk intimidasi
dari karyawan lain □ □ □ □ □
Perusahaan memberikan perlakuan yang
7. sama antar karyawan satu dengan yang □ □ □ □ □
lainnya
Saya merasa penghargaan berupa
8. pengakuan dari pihak atasan membuat □ □ □ □ □
saya semakin rajin dalam bekerja
9.
Saya mempunyai komunikasi yang baik
dengan karyawan lain □ □ □ □ □
10.
Saya merasa atasan sudah memberi
pekerjaan dengan bijak □ □ □ □ □
70
Universitas Esa Unggul
No Pertanyaan STS TS N S SS
Pekerjaan itu sendiri (work it self)
1.
Saya senang dengan pekerjaan saya
sendiri karena sesuai dengan harapan □ □ □ □ □
saya sendiri
2.
Saya senang dengan tanggung jawab
yang ada dari pekerjaan saya saat ini □ □ □ □ □
3.
Saya senang dengan pekerjaan saat ini
karena sesuai dengan kemampuan saya □ □ □ □ □
4.
Saya senang karena setiap pekerjaan
dapat terselesaikan dengan baik □ □ □ □ □
5. Saya senang bekerja di sini □ □ □ □ □
Gaji/Upah (pay)
Saya merasakan perusahaan sudah
6. memberikan gaji karyawan sesuai □ □ □ □ □
dengan standart yang berlaku
Saya merasakan perusahaan sudah
7. memberikan gaji yang dapat mencukupi □ □ □ □ □
kebutuhan hidup keluarga
8.
Saya menerima gaji lebih tinggi dari apa
yang saya kerjakan □ □ □ □ □
9.
Saya mendapat kesempatan untuk
memperoleh kenaikan gaji □ □ □ □ □
Saya menerima tunjangan hari raya
10. sesuai dengan waktu yang telah □ □ □ □ □
ditentukan
71
Universitas Esa Unggul
No Pertanyaan STS TS N S SS
Promosi (promotion)
11.
Saya senang dengan dasar yang
digunakan untuk promosi (kenaikan □ □ □ □ □
jabatan) dalam perusahaan
12.
Saya senang dengan promosi (kenaikan
jabatan) yang sering terjadi di □ □ □ □ □
perusahaan
13.
Saya senang dengan penilaian untuk
promosi berdasarkan prestasi dan hasil □ □ □ □ □
kinerja karyawan
14.
Saya merasa senang karena ada
kesempatan terbuka untuk di □ □ □ □ □
promosikan
15.
Saya senang dengan tingkatan kemajuan
karir karyawan □ □ □ □ □
Pengawasan (supervision)
16.
Saya senang dengan atasan yang dapat
memberikan dukungan kepada □ □ □ □ □
karyawan bawahannya
17.
Saya senang dengan atasan yang yang
mau mendengarkan saran, kritik, dan □ □ □ □ □
pendapat karyawan bawahannya
18.
Saya senang dengan atasan yang
memperlakukan karyawan bawahannya □ □ □ □ □
dengan baik
19.
Saya merasa senang karena atasan sudah
memberikan bimbingan yang baik □ □ □ □ □
kepada karyawan
20.
Saya merasa atasan telah membantu
memberikan solusi jika karyawan □ □ □ □ □
sedang ada permasalahan kerja
72
Universitas Esa Unggul
No Pertanyaan STS TS N S SS
Rekan kerja (workers)
21.
Saya senang bekerja dengan rekan kerja
yang memberikan dukungan yang cukup □ □ □ □ □
kepada saya
22.
Saya senang bekerja dengan rekan kerja
yang saling membantu menyelesaikan □ □ □ □ □
pekerjaan
23.
Saya senang bekerja dengan rekan kerja
yang bertanggung jawab atas □ □ □ □ □
pekerjaannya
24.
Saya senang bekerja dengan rekan kerja
yang dapat memberikan solusi ketika □ □ □ □ □
ada masalah kerja
25.
Saya sennag bekerja dengan rekan kerja
yang dapat menciptakan suasana kerja □ □ □ □ □
yang harmonis satu dengan lainnya
73
Universitas Esa Unggul
No Pertanyaan STS TS N S SS
Affective commitment
1.
Saya merasa nyaman di dalam
organisasi □ □ □ □ □
2.
Saya merasa bangga menjadi bagian
dalam organisasi □ □ □ □ □
3.
Saya merasa masalah yang terjadi di
organisasi menjadi permasalahan saya □ □ □ □ □
juga
4.
Saya memiliki rasa suka duka terhadap
organisasi ini □ □ □ □ □
Continuance commitment
5.
Saya berkeinginan tetap tinggal karena
kebutuhan gaji □ □ □ □ □
6.
Saya berkeinginan tetap tinggal karena
keuntungan yang didapat □ □ □ □ □
7.
Saya sangat sulit
pekerjaan jika saya keluar
mendapatkan
□ □ □ □ □
8.
Saya merasa berat jika meninggalkan
organisasi meskipun sangat ingin sekali □ □ □ □ □
Normative commitment
9.
Saya sadar bahwa komitmen adalah hal
yang harus saya lakukan □ □ □ □ □
Saya masih ada tanggung jawab jika
10. saya ingin keluar □ □ □ □ □
Saya berkeinginan menghabiskan sisa
11. karir saya di organisasi ini □ □ □ □ □
12.
Saya yakin terhadap organisasi ini
□ □ □ □ □
74
Universitas Esa Unggul
Lampiran 5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pekerjaan :
1. Dokter Jaga RS Dinda Tangerang : 2012-2015
2. Koordinator Dokter Umum RS Dinda : 2015-2017
3. Case Manager RS Dinda : 2017-2018
4. Manager Pelayanan Medis dan Keperawatan RS Dinda : 2018-2019
75