Oleh:
ANINDITA
NPM. 7120800023
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
Institusi didirikan sebagai wadah pencapaian satu atau lebih tujuan, dimana
wadah tersebut perlu dikelola dengan baik karena menampung berbagai kegiatan dalam
mengejar tujuan organisasi. Pelaksana rangkaian kegiatan dalam suatu institusi adalah
memegang peran krusial dalam mencapai efektifitas dan efisiensi suatu institusi. Hal ini
sehingga institusi perlu memiliki SDM yang berkinerja tinggi untuk mencapai hasil
beberapa istilah untuk mendeskripsikan konsep kinerja dari perspektif yang berbeda,
namun pada intinya mengandung makna yang sama bahwa kinerja adalah penrisalah
hasil fungsi dan waktu dari suatu pekerjaan atau kegiatan. Sebagai contoh Bernandine
3
dan Russell (2018) menjelaskan bahwa prestasi atau kinerja adalah risalah hasil yang
diperoleh dari fungsi tugas atau aktivitas tertentu selama periode waktu tertentu.
seseorang juga ditentukan oleh factor intern dan eksternal. Kepuasan kerja seseorang
oleh lingkungan kerja, termasuk atasan, bawahan, dan rekan kerja. Staf pada intinya
mampu bekerja dengan nyaman dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
kerja adalah perasaan seseorang terhadap suatu pekerjaan, yang disebabkan oleh usaha
sendiri swerta didukung oleh factor eksternal, kondisi kerja, hasil kerja, dan pekerjaan
itu sendiri.
Kepuasan kerja pada intinya adalah masalah pribadi, dan setiap orang memiliki
derajat kepuasan kerja yang berlainan berdasar pada aspirasi dan system nilai mereka
sendiri. Makin banyak aspek pekerjaan yang selaras dengan aspirasi dan system nilai
yang tidak sesuai dengan keinginan dan nilai Anda, makin sedikit kepuasan yang akan
Anda dapatkan. Kepuasan kerja adalah kondisi emosional yang membuat staf merasa
seseorang pada pekerjaan, yang mampu dilihat dari sikapnya pada pekerjaan dan segala
sesuatu yang ada di lingkungan kerja. Staf yang puas dalam melaksanakan tugasnya
Tingginya kinerja seorang staf tidak terlepas dari sesuatu yang berkaitan
dengan sikap, kepercayaan diri dan perilaku staf tersebut atau yang disebut dengan
harga diri dalam bekerja. Harga diri adalah keyakinan akan nilai diri sendiri, sehingga
makin tinggi harga diri seorang karyawan, makin baik kinerjanya. Perasaan dihargai
membuat staf bekerja lebih keras sehingga kinerjanya akan meningkat. Di sisi lain, jika
seorang staf memiliki harga diri yang rendah, kinerjanya akan menurun karena
lingkungan kerja.
Tingginya kinerja yang dicapai staf juga didukung oleh factor lain, seperti self-
bersemangat untuk mendapatkan yang terbaik dari kinerjanya. Orang dengan efikasi
diri yang tinggi berusaha keras untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ketika
dihadapkan pada situasi yang sulit, orang dengan efikasi diri yang rendah mengarah
tujuan yang diinginkan dalam rangka menciptakan rasa efikasi diri yang berdampak.
Selanjutnya adalah proses motivasi, yaitu kondisi dimana staf sanggup merampungkan
tugas sesuai dengan perilaku yang direncanakan dan menerima konsekwensi dari
melaksanakan rencana tersebut. Lalu ada proses emosional, proses dimana staf mampu
mengontrol emosi dan ancaman mereka yang melemahkan keyakinan mereka bahwa
seleksi,kompetensi staf untuk memilih perilaku dan lingkungan yang tepat untuk
Kreitner dan Kinicki (2019) menjelaskan bahwa titik kendali seseorang dalam
suatu institusi terdiri dari struktur intern dan eksternal. Titik kendali intern muncul
ketika seseorang percaya bahwa segala sesuatu selalu berada di bawah kendalinya dan
bahwa ia selalu berperan dan bertanggung jawab atas setiap keputusan. Yang lain
percaya bahwa peristiwa dalam hidupnya berada di luar kendalinya, termasuk titik
kendali eksternal. Titik kendali mengacu pada keyakinan bahwa seseorang mampu
mengendalikan peristiwa kehidupan sendiri. Dengan kata lain, titik kendali dimaknai
sebagai gagasan seseorang bahwa suatu potensi atau kekuasaan di luar kendalinya
sendiri sangat berpengaruh dalam situasi positif atau negatif yang terjadi dalam
penentu kinerja pribadi. Institusi membutuhkan staf yang mau bekerja keras untuk
ikhtiarmencapai tujuan institusi dan bertahan hidup. Ini adalah cara bagi staf untuk
mampu mengendalikan diri akan memiliki kontrol lebih besar atas konsekwensi yang
terjadi di lingkungan, sehingga dia lebih puas dengan apa yang dibuatnya.
seluruh bagian organisasi. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Suradadi Kab. Tegal
berdiri sejak tahun 2010. Didirikan berdasar pada Keputusan Bupati Tegal No.
6
menjadi RS Tipe D Kab. Tegal. dan SK Bupati Tegal No. 445/268/2010 mengenai
Pemberian Izin Operasional Sementara Rumah Sakit Umum Daerah Suradadi Kab.
Tegal.
daya manusia, diketahui bahwa beberapa staf di RSUD Suradadi Kab. Tegal
mengalami masalah kinerja yang rendah. Beberapa pegawai rumah sakit bekerja
setelah pukul 08.00 Waktu Indonesia Barat (WIB). Selain itu, pada saat istirahat,
beberapa staf mengambil istirahat lebih awal dan kembali bekerja setelah pukul 13.00
WIB. Bahkan, beberapa staf pulang lebih awal. Selanjutnya karena kurangnya
kerjasama yang baik antar karyawan, beberapa staf sering terlambat kecuali beberapa
pekerjaan yang tidak selesai, sehingga mengganggu kinerja individu dan institusi secara
keseluruhan. Berikut data tahun 2021 derajat keterlambatan staf di RSUD Suradadi
Kab. Tegal.
Gambar 1.1.
Data Keterlambatan Masuk Kerja Pegawai RSUD Suradadi Kab. Tegal
Tahun 2021
Angka keterlambatan kerja staf RSUD Suradadi Kab. Tegal terlihat fluktuatif
sepanjang tahun 2021. Padahal, rumah sakit sebagai institusi yang melayani
Kedatangan staf yang terlambat mendeskrisikan derajat disiplin yang rendah, yang
memberitahu atasannya. Selain itu, ada pegawai yang kurang empati pada pasien.
Yang lain lagi tidak disiplin, mengalami kesulitan bekerja dengan tim, kurang
komunikasi, dan kurang patuh kepada atasan mereka. Diketahui beberapa perawat
gagal mematuhi system sebelum dan sesudah melakukan pelayanan karena berbagai
memiliki rasa percaya diri yang rendah. Misalnya perawat tidak tenang melakukan
perilaku pada pasien berupa infus, sehingga perilaku keperawatan harus diulang.
Ditemukan juga bahwa beberapa staf merasa tidak puas dengan hasil pekerjaan
mereka karena mereka merasa tidak mampu merampungkan beberapa tugas yang
Beberapa peneliti telah mempelajari harga diri, efikasi diri, dan titik kendali,
tetapi kesimpulannya tidak konsisten. Sebagai contoh, Lai dan Chen (2017), Efriany
(2017) dan Yeti Indrawati (2017) sanggup memperlihatkan bahwa efikasi diri
Musadieq, dan Aulia (2018) dan Iska Maulina (2017) mendapatkan temuan yang
8
berbeda bahwa efikasi diri tidak berpengaruh pada kinerja karyawan. Selanjutnya
Maulina (2017) dan Indrawati (2014) menyimpulkan bahwa efikasi diri berpengaruh
signifikan pada kepuasan karyawan. Temuan ini berbeda dengan temuan penelitian
Wiyanto (2017) bahwa efikasi diri tidak berpengaruh pada kepuasan karyawan.
Dalam penelitian lain, Wuryaningsih dan Kuswanti (2017), Gurendrawati dkk (2017),
Appiah dan Addai (2017), Wahyuni dkk (2016), Saputra (2017) mampu
kinerja. Sementara itu, temuan Khushk (2019) dan Al Azhar (2017) menyimpulkan
Berdasar pada fenomena dan pertanyaan di atas, maka peneliti tertarik untuk
B. Perumusan Masalah
Masalah utama yang dihadapi manajemen RSUD Suradadi Kab. Tegal adalah
fluktuasi tingkat absensi pegawai dalam kurun waktu satu tahun, yang berdampak
pada naik turunnya kinerja pegawai. Dari fakta tersebut, berikut beberapa pertanyaan
kinerja pegawai RSUD Suradadi Kabupaten Tegal dengan kepuasan kerja sebagai
variabel mediasi?
C. Tujuan Penelitian
Kabupaten Tegal;
D. Manfaat Penelitian
Kajian ini diharapkan mampu bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
esteem, self-efficacy, dan kepuasan kerja pada kinerja karyawan. Selain itu,
10
penelitian ini juga mampu menjadi referensi bagi peneliti yang selanjutnya akan
2. Manfaat Praktis
Hasil kajian ini diharapkan mampu menjadi masukan bagi manajemen RSUD
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kinerja Pegawai
Institusi dengan tujuan yang telah ditentukan harus memiliki sumber daya
kinerja karyawannya, maka tujuan tersebut mampu tercapai apabila para anggota
kontribusi yang positif melalui kinerja yang baik. Simamora (2018) menjelaskan
bahwa kinerja staf adalah derajat di mana staf memenuhi prasyarat kewajiban.
Kinerja adalah perbandingan tugas yang dilakukan oleh seorang pegawai pada
standar yang telah ditentukan (Guritno dan Waridin, 2017). Sedangkan menurut
Handoko (2017), kinerja diartikan sebagai ukuran akhir kesuksesan staf dalam
bertugas. Kinerja adalah hasil dari kapasitas dan kuantitas pekerjaan yang dicapai
seseorang ketika melakukan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.
yang dihasilkan oleh fungsi pekerjaan atau aktivitas tertentu selama periode waktu
tertentu.
merupakan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta tata kerja yang dilakukan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kinerja dianggap optimal jika suatu institusi
11
12
yang harus dipenuhi dalam pekerjaannya, serta sanggup mengatasi hambatan dan
untuk menilai kinerja karyawan. Penilaian kinerja mengacu pada ulasan kinerja
adalah cara mengulasan kinerja pekerjaan pada tolok ukur objektif, terkait
langsung dengan tanggung jawab individu, dan dilakukan secara teratur. Penilaian
keputusan karir.
g. Informasi yang tidak akurat dan kinerja pekerjaan yang rendah mampu
daya manusia, atau elemen lain dari system informasi manajemen personalia.
h. Kinerja pekerjaan yang rendah mampu menjadi tanda design pekerjaan yang
Sebuah generasi.
i. Peluang kerja yang adil, yaitu ulasan kinerja pekerjaan yang akurat, akan
diskriminatif.
kinerja.
kinerja staf dan alasan keberhasilannya, yang kemudian mampu menjadi bahan
Tolok ukur derajat kinerja menyerahkan penilaian yang objektif dan akurat
pada kinerja karyawan. Pengukuran ini berarti menyerahkan peluang kepada staf
diperhatikan.
kesiapan.
waktu tertentu.
keterampilan.
f. Inisiatif adalah kecerdikan ide yang diajukan sebagai rencana institusi masa
depan.
pekerjaan.
Standar kerja mampu ditentukan dari isi pekerjaan dan mampu digunakan
sebagai dasar penilaian kinerja pegawai, sehingga harus ditakar dan dimengerti
secara jelas. Adapun dimensi dan indicator kinerja menurut Bangun (2019) adalah
sebagai berikut:
15
a. Kuantitas Kerja
dilakukan oleh satu orang, sehingga kinerja staf juga mampu dinilai
b. Kualitas kerja
oleh institusi. Staf yang efisien unggul karena pekerjaan mereka memenuhi
standar institusi.
2. Self-Esteem
Self-Esteem adalah keyakinan akan harga diri berdasar pada ulasan diri
secara keseluruhan. Orang dengan harga diri tinggi mencari pekerjaan dengan
status lebih tinggi, merasa lebih percaya diri bahwa mereka mampu mencapai
derajat pekerjaan yang lebih tinggi, dan mengalami kepuasan batin yang lebih
besar dengan pencapaian pekerjaan. Harga diri juga merupakan bagian dari
kepribadian seseorang dan sangat krusial dalam kehidupan sehari-hari. Lestari dan
Koentjoro (2018) mendeskripsikan harga diri sebagai hasil ulasan individu pada
diri sendiri, yang tercermin dari sikapnya pada diri sendiri. Penilaian ini
Maslow memaknai definisi harga diri yang dikutip oleh Alwisol (2018)
sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi atau dipuaskan oleh manusia untuk
mencapai derajat yang lebih tinggi. Kebutuhan harga diri Maslow mampu dibagi
menjadi dua kategori, yaitu harga diri dan penghargaan dari orang lain. Sementara
itu, Hami (2017) mendefinisikan harga diri sebagai ulasan seseorang pada suatu
objek, diri sendiri, baik positif maupun negatif. Harga diri adalah sikap individu
menerima dan menghargai diri sendiri. Harga diri adalah penilaian dan ulasan
positif dan negatif individu pada objek tertentu (yaitu diri mereka sendiri). Harga
diri juga mampu diartikan sebagai cara individu mengulasan diri dan perilakunya.
Harga diri adalah kebutuhan manusia yang harus dipenuhi, dan merupakan
ulasan dan persepsi individu mengenai diri sendiri. Menurut Felker (2019), harga
masa lalu. Perasaan yang dimiliki individu seringkali datang dari pernyataan
dibahas berkaitan dengan sikap individu pada diri sendiri sebagai seorang yang
a. Physical self-esteem.
kondisi fisiknya sendiri atau beberapa bagian yang ingin diubah oleh individu.
b. Social self-esteem.
lingkungan. Ini termasuk korelasi pribadi, baik dalam bentuk batasan sosial
c. Performance self-esteem
Hal ini berkaitan dengankompetensi dan pencapaian individu yaitu puas atau
a. kesuksesan diri.
Sukses memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang. Bagi sebagian orang,
kesuksesan diwakili oleh penghargaan materi dan popularitas. Dalam hal ini,
harga diri yang sukses mencakup tiga dimensi, yaitu potensi, makna, dan
kebaikan.
identitas diri dan mampu membuat individu merasa berharga baik secara
c. pertahanan.
tidak berdaya. Orang dengan harga diri yang tinggi akan mempertahankan
mengatasi kecemasan, tetapi juga dalam memimpin orang lain dengan cara
Orang dengan harga diri yang berbeda hidup di dunia yang berbeda. Orang
3. Self-Efficacy
19
Efikasi diri berasal dari kata “ego”, yang diartikan sebagai unsur struktur
kemungkinan mengambil perilaku yang baik atau rendah, benar atau salah, dan
yang konsisten dengan kinerja (Bandura, 2016). Menurut Woolfolk (2018), self-
efficacy adalah penilaian seseorang pada diri sendiri, atau derajat keyakinan
atau perilaku yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. Orang dengan
efikasi diri yang tinggi percaya bahwa mereka mampu melakukan sesuatu untuk
mengubah hal-hal di sekitar mereka. Pada saat yang sama, orang dengan efikasi
diri rendah merasa pesimis bahwa mereka tidak mampu melakukan segala
sesuatu di sekitar mereka. Dalam situasi sulit, orang dengan efikasi diri rendah
20
mudah menyerah, sedangkan orang dengan efikasi diri tinggi bekerja lebih keras
dan respons emosional individu. Individu bertindak sesuai dengan efikasi diri
mereka. Jika efikasi diri tinggi, maka individu tersebut akan terus meningkatkan
mereka selesaikan. Jika seseorang memiliki kepercayaan diri yang tinggi pada
bahkan menyerah. Pada saat yang sama, orang-orang dengan keyakinan yang
Orang dengan efikasi diri yang rendah selalu merasa tidak sanggup
Orang dengan efikasi diri yang tinggi akan memiliki minat dan komitmen
yang tinggi pada lingkungan tempat mereka berada, serta tidak akan mudah
Efikasi diri setiap orang berbeda dalam tiga elemen, yaitu besarnya,
keseluruhan tugas yang dia lakukan. Universalitas, oleh karena itu, terkait
dan situasi tertentu, atau serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan
lebih beragam.
terus bertahan.
22
4. Locus of Control
kata lain, locus of control bisa dimaknai sebagai salah satu pemikiran seseorang
bahwa suatu potensi atau potensi di luar kendalinya sendiri berpengaruh dalam
situasi positif atau negatif yang terjadi dalam hidupnya (Sarddogan, 2016).
Locus of control juga diartikan sebagai persepsi seseorang pada sumber nasibnya
merah yang mampu ditarik adalah bahwa titik kendali adalah sebuah konsep
eksternalnya.
Menurut Rotter (2018), terdapat dua jenis titik kontrol, yaitu locus of
control intern dan locus of control eksternal. Kreitner dan Kinichi (2018) juga
berikut.
orang dengan pengendalian intern bangga dengan apa yang telah dicapai dan
5. Kepuasan Kerja
gaji, rekan kerja, sikap superior, dan lingkungan kerja. Kepuasan kerja juga
kepuasan kerja adalah masalah yang cukup menarik dan krusial karena telah
sikap dan perilaku karyawan. Selain itu, masyarakat pasti mendapat manfaat dari
24
lingkungan kerja.
tujuan institusi. Sementara itu, Rivai (2019) mengemukakan bahwa kepuasan kerja
memperlihatkan bahwa orang pada umumnya lebih puas dengan pekerjaan secara
keseluruhan, pekerjaan itu sendiri, dan rekan kerja dan bos daripada gaji dan
peluang karir.
Jika kepuasan kerja staf tinggi, maka staf akan memperlihatkan sikap yang
positif. Sebaliknya jika kepuasan kerja staf rendah, maka staf akan
memperlihatkan sikap negatif pada pekerjaan tersebut. Sikap ini tercermin tidak
hanya dalam menangani pekerjaannya sendiri, tetapi juga dalam segala hal yang
dihadapinya di lingkungan kerja, seperti tidak peduli dan tidak mau terlibat dalam
diri dan membuat staf lebih termotivasi untuk bekerja keras merampungkan
a. Pekerjaan itu sendiri, yaitu sejauh mana pekerjaan itu menyerahkan tugas-
tugas yang menarik, peluang untuk belajar, dan peluang untuk tanggung jawab
pribadi.
support teknis.
Kepuasan kerja dalam suatu institusi akan menghasilkan kinerja yang baik
ketidakhadiran.
B. Penelitian Terdahulu
Di bawah ini adalah beberapa kajian sebelumnya yang terkait dengan riset ini
untuk referensi.
Tabel 2.1.
Penelitian Terdahulu
No Nama
Judul Penelitian Hasil Penelitian
. Peneliti
i i
(2020)
i self-efficacy on job satisfaction
i i i i memengaruhi kepuasan kerja.
i i i
performance
i
kinerja.
i
2. Budiyanto Pengaruh harga diri, self- i i i Harga diri, efikasi diri, kepuasan
i i i i
(2021)
i efficacy, kepuasan kerja dan i i i kerja, dan pengembangan karir
i i i i
kinerja karyawan
i i
3. Saprudin Pengaruh harga diri dan efikasi i i i i Harga diri dan efikasi diri
i i i i
(2021)
i diri pada kepuasan kerja dan
i i i i i memengaruhi kepuasan kerja dan
i i i i
(2018)
i Self-esteem of PT Garuda Food i i i i memengaruhi kepuasan kerja.
i i i
of job satisfaction
i i i
(2021)
i kinerja karyawan
i i kepuasan dan kinerja
i i i
variable mediasi
i i
Kepuasan kerja berpengaruh i i
variable mediasi.
i i
(2021)
i kepuasan kerja sebagai variable
i i i i berpengaruh pada kinerja.
i i i
Departemen Pemasaran
i i
kinerja melalui kepuasan.
i i i
Surabaya)
i
7. Murti (2021)
i Pengaruh motivasi kerja, i i Motivasi kerja berpengaruh i i
No Nama
Judul Penelitian Hasil Penelitian
. Peneliti
i i
karyawan.
i
(2020)
i Motivasi Pada Kinerja Staf PT
i i i i i i memiliki pengaruh positif yang
i i i i
Badung
i
9. Rafiditya Pengaruh harga diri dan efikasi i i i i Harga diri dan efikasi diri
i i i i
(2020)
i diri pada kinerja pegawai
i i i i berpengaruh signifikan pada
i i i
Pusat Bandung
i i
10. Feriana Pengaruh harga diri, efikasi diri i i i i Harga diri memengaruhi i i
(2021)
i dan disiplin kerja pada kinerja
i i i i i kinerja karyawan.
i i
pada kinerja.
i i
kinerja.
i
lembaga penanggulangan
i i
Harga diri memengaruhi i i
bencana
i
kinerja.
i
(2021)
i komitmen karyawan, self-
i i i dampak yang signifikan pada
i i i i
adil
i
berpengaruh pada kinerja.
i i i
13. Sebayang Dampak Self-Esteem dan Self- i i i harga diri dan efikasi diri
i i i i
dan
i Efficacy Pada Kinerja Staf - i i i i i Bagian pelaksanaan berpengaruh
i i
Sembiring
i Studi Kasus PT Finnet
i i i i secara signifikan pada kinerja
i i i i
(2017)
i Indonesia
i pegawai.
i
(2021)
i Dampak Poin Kontrol
i i i kepuasan kerja.
i i
Indonesia Medan
i i
15. Indriyani Pengaruh harga diri dan efikasi i i i i harga diri dan efikasi diri
i i i i
(2020)
i diri pada kepuasan
i i i Terdapat pengaruh positif yang i i i
(2021)
i terhadap Kinerja Karyawan
i i i kinerja karyawan.
i i
Staf
i i
dampak negatif pada kepuasan
i i i i
28
No Nama
Judul Penelitian Hasil Penelitian
. Peneliti
i i
kerja karyawan.
i i
karyawan.
i
kerja.
i
(2021)
i mediator efek kontrol
i i i kerja memengaruhi
i i
karyawan.
i
(2021)
i Budaya Institusi pada
i i i positif signifikan pada kepuasan
i i i i
20. Pulungan Pengaruh locus of control dan i i i i Titik kendali dan efikasi diri
i i i i
(2021)
i efikasi diri pada kinerja
i i i i memengaruhi kinerja karyawan.
i i i
menggunakan employee
i i
intervensi
i
Peran sumber daya manusia bagi suatu institusi tidak hanya tercermin dalam
efisiensi kerja, tetapi juga dalam kapasitas kerja. Oleh karena itu, kinerja staf
merupakan hal yang patut mendapat atensi institusi. Sumber daya manusia yang ada
perlu dikelola dan dibina agar puas dalam bekerja sehingga mampu menyerahkan
kontribusi bagi kinerja dan kemajuan institusi. Kinerja yang dicapai staf juga didukung
oleh self-esteem.
29
Self-esteem adalah keyakinan pada harga diri seseorang berdasar pada ulasan
diri secara keseluruhan. Perasaan harga diri sebenarnya dibentuk oleh lingkungan
seseorang dan bagaimana orang lain memperlakukannya. Seseorang dengan harga diri
yang tinggi akan menganggap diri berharga karena ia sanggup dan mampu diterima. Di
sisi lain, orang dengan harga diri rendah merasa rendah mengenai diri mereka sendiri.
Harga diri yang dimiliki seseorang membangun potensi untuk melakukan yang terbaik
dimengerti dan ditakar jika seorang individu atau kelompok pegawai telah menjadikan
tolak ukur atau standar kesuksesan sebagai tolak ukur yang ditetapkan oleh organisasi.
Self-efficacy mampu dilihat sebagai factor pribadi yang membedakan setiap orang.
merampungkan tugas. Orang dengan efikasi diri tinggi lebih sanggup mengatasi situasi
Manajemen kinerja di institusi modern saat ini perlu ditanggapi dengan serius.
Jika kinerja staf institusi tidak dikelola dengan baik maka mampu menjadi salah satu
penghambat tercapainya tujuan institusi. Untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik,
staf juga harus memiliki titik kendali yang baik. Locus of control adalah keyakinan
tipe kepribadian individu. Orang dengan intern locus of control lebih fokus pada tugas,
yang akan meningkatkan kinerja, terlihat dari tingginya motivasi, menyukai persaingan,
suka bekerja keras, merasa terdesak waktu, dan selalu berusaha menjadi lebih baik dari
Setiap orang memiliki derajat kepuasan yang berlainan, tergantung dari nilai-
nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi ulasan terhadap aktivitas yang sesuai
dengan keinginan seseorang, maka makin tinggi pula kepuasannya pada aktivitas
tersebut. Derajat kepuasan kerja mampu memiliki efek yang tidak setara. Staf yang
melihat diri mereka sebagai orang yang penting, efektif, berharga, dan berarti akan
menyatukan institusi dalam kehidupan mereka dan menjadikan tujuan dan system nilai
perilaku tertentu dan tetap berusaha ketika menghadapi hambatan adalah efikasi diri.
serangkaian perilaku yang terpadu untuk mencapai berbagai tujuan. Pengaruh positif
terhadap komitmen akan memengaruhi sikap individu terhadap diri sendiri dan mampu
dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Jika seorang staf merasa kompeten untuk
melakukan suatu pekerjaan, maka terjadi kepuasan kerja yang berdampak pada
Ketika staf tidak puas dengan pekerjaannya, hal ini berdampak pada kinerja mereka,
membuat institusi kurang produktif. Pengembangan prestasi kerja pegawai pada intinya
ditentukan oleh kondisi tertentu, yaitu kondisi dari luar individu yang disebut factor
situasional, antara lain kepemimpinan, prestasi kerja, korelasi sosial, lingkungan kerja,
dan budaya organisasi. Sedangkan kondisi dari dalam disebut factor individu, meliputi
jenis kelamin, kesehatan, pengalaman, dan sifat psikologis yang terdiri dari motivasi,
bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Tujuan pengawasan adalah untuk
staf juga mampu dicapai dengan menawarkan penugasan yang menarik dan
menyerahkan peluang untuk posisi, status dan keahlian yang lebih baik di institusi.
Staf yang puas dengan pekerjaannya umumnya bekerja lebih keras dan lebih baik
daripada mereka yang stres dan tidak puas dengan pekerjaannya. Staf yang merasa
nyaman, dihargai, dan memiliki peluang untuk mengembangkan diri secara otomatis
akan fokus pada pekerjaan yang mereka lakukan dan lakukan dengan baik. Kepuasan
dan sikap staf krusial dalam memastikan perilaku dan tanggapan terhadap pekerjaan
yang melaluinya institusi yang efektif mampu dicapai. Kinerja pegawai didasarkan
staf karena didasarkan pada keyakinan harga diri yang dinilai secara keseluruhan
(Zulkarnaen, 2020). Harga diri yang tinggi menghasilkan kepercayaan diri, harga
dunia. Orang dengan harga diri rendah mengarah takut untuk mencari tantangan
baru dalam hidup, lebih suka menghadapi apa yang diketahui, menikmati hal-hal
yang tidak diperlukan, tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain, dan
Orang yang memiliki harga diri tinggi dalam organisasinya merasa puas
dengan diri sendiri karena memiliki keyakinan pada nilai-nilai yang dimilikinya,
yang tinggi dalam merampungkan pekerjaan. Harga diri yang kuat pada
karyawan, karena mereka adalah bagian dari organisasi, juga mengarah pada
kinerja yang tinggi. Staf yang menyadari nilainya dalam institusi mengarah
diambil individu untuk mencapai tujuannya (Ary dan Sriathi, 2019). Perilaku dari
dalam adalah perilaku yang dianggap berada di bawah kendali individu. Seseorang
33
yang memiliki keyakinan dan keyakinan atas kesuksesan yang telah dicapainya akan
memiliki kepuasan kerja dan akan bekerja keras untuk mencapai hasil yang sebaik
mungkin. Oleh karena itu, efikasi diri yang tinggi mampu menyerahkan kepuasan
H9: Self-efficacy berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai melalui kepuasan kerja
Kinerja adalah tolok ukur di mana staf melakukan tugas yang ditargetkan.
ukuran kinerja yang benar. Titik kendali merupakan variable yang sering
dikaitkan dengan kinerja (Wardhana, 2021). Titik kendali menjadi krusial karena
seseorang (yang mampu dikendalikan) atau factor internnya sendiri, hasil yang
baik atau rendah mampu diperoleh dari suatu tindakan. Sedangkan sudut kendali
oleh factor sendiri atau factor yang tidak mampu dikendalikan seperti
terkelola dengan baik akan memungkinkan individu untuk tampil lebih baik.
H10: Locus of control berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai melalui kepuasan
Berdasar pada uraian di atas, maka kerangka konseptual penelitian ini mampu
diuraikan.
34
Self-Esteem H1
H4 H7
H5
Self-Efficacy Kepuasan Kinerja
Kerja Pegawai
H6
Locus of H3
Control
H2
Gambar 2.1.
Kerangka Pemikiran Konseptual
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Design penelitian
1. Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono (2016:55), penelitian asosiasi kausal merupakan riset yang bertujuan
mengetahui korelasi antara dua variable atau lebih. Melalui riset ini, akan dimungkinkan
gejala.
Populasi riset ini adalah seluruh pegawai medis RSUD Suradadi Kabupaten
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Jika populasi besar dan
peneliti tidak dapat mempelajari semua yang ada dalam populasi karena
keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, dapat menggunakan sampel yang diambil
sampel yang menggunakan semua anggota populasi sebagai sampel. Hal ini
biasanya dilakukan ketika populasi relatif kecil, atau ketika penelitian ingin
35
36
teknik sampling jenuh dengan sample sejumlah 86 orang pegawai medis RSUD
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri langsung dari
sumber pertama atau tempat subjek penelitian dilakukan (Siregar, 2019). Data
primer dalam riset ini adalah hasil quesioner yang diisi oleh staf RSUD
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh institusi non-
pemroses (Siregar, 2019). Dalam riset ini, sumber data sekunder adalah buku,
literatur, artikel, jurnal, dan website di internet yang relevan dengan penelitian
yang dilakukan..
relevan dengan riset. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
riset ini adalah quesioner. Quesioner adalah teknik pengumpulan data yang
kepada responden. Pilihan jawaban yang diberikan mengikuti skala Likert pada
skala 1-5.
37
Tabel 3.2.
Skala Likert pada PertanyaanTertutup
Pilihan Jawaban Skor
Sangat tidak setuju 1
Tidak setuju 2
Netral 3
Setuju 4
Sangat setuju 5
1. Definisi Konseptual
pegawai pada standar yang telah ditentukan (Guritno dan Waridin, 2017).
b. Self Esteem merupakan hasil ulasan individu pada diri sendiri, yang tercermin dari
e. Kepuasan kerja adalah sikap yang mendeskrisikan emosi positif dan negatif
2018).
2. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam variable penelitian adalah atribut atau sifat atau nilai
suatu objek atau aktivitas riset, ditentukan dan disimpulkan oleh peneliti yang sedang
Tabel 3.1.
Definisi Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala Pengukuran
Kinerja Quality of work
Skala Interval
Job Knowledge
Self Esteem Physical self-esteem
Skala Interval
Social self-esteem
Self-efficacy Derajat kesulitan tugas
Skala Interval
Luas bidang perilaku
Locus of control Locus of control intern
Skala Interval
Locus of control eksternal
Kepuasan kerja The work it self
Skala Interval
Pay
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang peneliti pilih dan gunakan dalam
Tabel 3.2.
Instrumen Penelitian
Variabel Indikator Pernyataan dalam quesioner
1. Kinerja 1. Quality of work 1. Saya mampu menyelesaikan
i i
iinstansi
2. Job knowledge 3. Saya memiliki pengetahuan
i i
iini. i
4. Saya mengembangkan i
iselesainya pekerjaan i
iapa adanya
i
iinstansi ini i
iselama ini i
mencobanya
i
tekanan
i
b. Locus of control 1. Locus of control intern 13. Prestasi yang saya raih selama i i i i
keras
i
menyelesaikannya.
i
memerlukan suatu
i i
sesuai
i
c. Kepuasan kerja 1 The work itself 17. Saya puas bekerja di instansi ini
i i i i i
ini
i
tantangan tersendiri
i i
yang dilakukan
i i
jelas
i
moment Pearson. Jika nilai rhitung > rtabel, maka mampu disimpulkan bahwa
alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah cukup baik. Alat yang baik
tidak akan bias, akan mengarahkan responden untuk memilih jawaban tertentu.
hanya sekali. Uji reliabilitas dalam penelitian ini didasarkan pada nilai Cronbach's
Alpha. Suatu item pengukuran dikatakan reliabel jika nilai koefisien alphanya lebih
2. Statistik Deskriptif
responden pada variable yang digunakan. Hasil analisis statistik deskriptif mampu
Kajian ini menggunakan analisis data Partial Least Square (PLS). PLS
i i i i i i i i i i i
i alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis kovarian menjadi berbasis
i i i i i i i i i
i berikut:
Model struktural (inner model) pada kajian ini terdiri dari satu variable laten
i i i i i i i i i i i i i
i eksogen kinerja dan tiga variable laten endogen. Inner model yang kadang
i i i i i i i i i i
i disebut juga dengan inner relation structural model dan substantive theory,
i i i i i i i i i
i yaitu untuk melukiskan korelasi antar variable laten berdasar pada pada
i i i i i i i i i i i
Dimana βji dan γjb adalah koefisien jalur yang menghubungkan prediktor
i i i i i i i i i
i endogen dan variable laten eksogen ξ dan ε sepanjang range indeks i dan b dan
i i i i i i i i i i i i i i
Diagram alur melukiskan korelasi antar konstruk dengan anak panah yang
i i i i i i i i i i
i ke konstruk lainnya.
i i
Berdasar pada i i i konsep model kajian pada tahap dua di atas mampu i i i i i i i i
i hipotesis. i
i Persamaan matematis dalam kajian ini yang telah dijelaskan pada diagram i i i i i i i i i i i
i jalur adalah : i i
η1 = γξ + ζ1 i i i i i
η2 = βη1 + ζ2 i i i i
43
e. Estimasi
Pada tahapan ini nilai γ dan λ yang terdapat pada langkah keempat diestimasi
i i i i i i i i i i i i
i inner model dan outer model, tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan
i i i i i i i i i i
i partial least square terdiri dari dua jenis, yaitu uji kecocokan model
i i i i i i i i i i
Uji kecocokan model pengukuran (fit test of measurement model) adalah uji
i i i i i i i i i i
i konvergen (convergent validity) adalah nilai faktor loading pada laten dengan
i i i i i i i i i
1) Indicator validitas: dilihat dari nilai faktor loading dan t-statistic, yaitu
i i i i i i i i i
i (Ghozali, 2016). i
i (CR). Kriteria dikatakan reliabel adalah nilai CR lebih besar dari 0,7
i i i i i i i i i i
Uji kecocokan model struktural (fit test of structural model) adalah uji
i i i i i i i i i i