Anda di halaman 1dari 14

RAGAM METODE TAKHRIJ HADIS:

DARI ERA TRADISIONAL HINGGA DIGITAL


Abstract
The need to find original sources of Hadith texts is an urgent part of Hadith studies.
This study briefly discusses the various methods of takhrij hadith from traditional
and modern. Through qualitative research, this paper concludes that there are five
methods of takhrij Hadith, namely the first word, vocabulary, the first narrator,
thematic hadith, and hadith quality. On the other hand, there are shofwere Jawam
Alkalim and Mausu'ah Hadith which can be accessed on computers, gadgets, both
offline and online.

Keyword: Takhrij Hadith, Traditional, Digital.

Abstrak
Kebutuhan mencari sumber asli teks Hadis merupakan bagian yang urgen dalam studi
Hadis. Penelitian ini membahas secara singkat perihal ragam metode takhrij hadis
dari tradisional dan modern. Melalui penelitian kualitatif tulisan ini berkesimpulan
bahwa terdapat lima metode takhrij Hadis yakni dengan kata pertama, kosa kata,
perawi pertama, hadis tematik, dan kualitas hadis. Di sisi lain terdapat shofwere
Jawam Alkalim dan mausu’ah Hadis yang dapat diakses di komputer, gadget baik
secara ofline maupun online.

Kata Kunci: Takhrij Hadis, Tradisional, Digital.


PENDAHULUAN Kelima, takhrij hadis dari klasifikasi hadis.
Telah terjadi penulisan Hadis yang Cara tradisional tersebut banyak diajarkan di
tidak lengkap dan dikutip sesuai tema studi hadis tradisional, materi takhrij hadis
pembahasan dalam keilmuan.1 Sering kali merupakan pondasi mengetahui pencatatan
pemahaman yang dikutip adalah parsial hadis dituliskan dan disusun oleh ulama’
atau bagian dari keseluruhan Hadis, dengan muhadditsin, sumber yang dikutip dalam
demikian kebutuhan untuk melihat Hadis mengkaji hadis menjadi jelas dan otentik.
secara utuh diperlukan bahkan sejak Sementara itu, beberapa intelektual
abad kelima hijriyyah. Untuk itu upaya dan pakar merumuskan metode takhrij
mencari, memunculkan, menampilkan, dan modern dengan menggunakan software
menunjukkan hadis secara lengkap dari atau aplikasi digital. Hal ini didorong atas
sumber data awal hadis digagas dalam studi durasi waktu pencarian hadis tradisional
ulumul Hadis yang disebut ilmu takhrij yang dinilai kurang praktis dan lama,
hadis.2 beberapa pakar hadis kemudian mengikuti
Metode mencari hadis merupakan perkembangan teknologi dalam kajian hadis
bagian cabang dalam mempelajari ‘ulumul sampai kemudian muncul hadis di era digital
hadis. Sejauh ini, Ilmu takhrij hadis dikaji termasuk juga dalam metodologi takhrij
secara baku dan selalu diajarkan dalam studi Hadis.4
hadis. Keperluan mencari literatur hadis dari Sejauh telaah yang dilakukan belum
sumber yang utama adalah langkah awal banyak data yang mendeskripsikan telaah
sebelum memahami hadis secara tekstual takhrij hadis dari metode tradisional sampai
maupun kontekstual, di sisi lain jumlah hadis virtual. Kebanyakan studi takhrij hadis dikaji
yang berjumlah ribuan yang tersebar dalam dengan cara manual, melalui telaah pustaka
berbagai ragam metode penulisan kitab hadis dengan kitab-kitab takhrij Hadis. Dengan
seperti ditulis berdasarkan alfabetis, kualitas, demikian takhrij hadis di era virtual perlu
sahabat senior, tematik, bahkan ditulis dideskripsikan dengan lebih komprehensif
melalui wilayah menjadikan banyak ulama sebagai pengembangan khazanah studi hadis.
berlomba-lomba menawarkan metodologi Dengan demikian, tulisan ini berfokus
dalam mentakhrij hadis. menjawab dua persoalan. Pertama, mengapa
Sedikitnya terdapat lima metodologi takhrij hadis senantiasa diajarkan baik secara
tradisional yang banyak diajarkan dalam tradisional maupun virtual. Kedua, mengapa
studi takhrij hadis.3 Pertama, takhrij dari ragam metodologi takhrij hadis berkembang
ejaan matan dalam hadis. Kedua, takhrij dari dari tradisional kepada virtual. Penulis
kata pertama matan hadis. Ketiga, takhrij dari berasumsi bahwa ragam hadis tradisional dan
mengetahui rawi pertama. Keempat, takhrij virtual merupakan sebuah keniscayaan yang
hadis melalui topik atau tema-tema hadis. dapat mempertajam dalam menganalisis
pemahaman hadis di era kontemporer.
1 Kajian Hadis Perpektif Suni dan Syiah dkk.,
“KAJIAN HADIS PERSPEKTIF SUNI DAN SYIAH: METODE PENELITIAN
Historisitas, Kehujahan Hadis, Parameter Kesahihan Tulisan ini termasuk pada bagian
Hadis dan Keadilan,” Jurnal Studi Hadis Nusantara penelitian kualitatif. Metode yang digunakan
3, no. 1 (1 Juli 2021): 27–34, https://doi.org/10.24235/
JSHN.V3I1.9010.
adalah studi literatur dengan studi kasus (case
2 Jon Pamil, “Takhrij Hadist: Langkah Awal Penelitian studi) tentang takhrij Hadis mulai dari definisi,
Hadist”, Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 37, No. 1 Januari- sejarah perkembangan, metode tradisional,
Juni 2012.
3 'Itr, N. (1994). 'Ulum Al-Hadits I (Manhaj An-Naqd Fii 4 Lubis, R. Ilmu Takhrij Al-Hadis dalam Sorotan, (Bandung:
'Uluum Al Hadits) terj. Mujiyo. Bandung: PT. Remaja Sinar Buana, 2019), h. 45.
Rosdakarya
metode digital dan berbagai contoh, untuk yang disandarkan kepada Nabi baik dari
diketahui perbandingan dari kedua sisi mulai segi ucapan perbuatan ketetapan perangai
dari kelebihan dan kekurangan. Analisis data dan diri pribadi Nabi, secara singkat takhrij
dilakukan dengan analisis kompatatif yaitu Hadis adalah upaya menunjukkan sumber
melihat sisi kesamaan dan perbedaan untuk utama hadis beserta riwayat sanad dan matan
mengkonstruksikan formulasi pemahaman beserta derajat jika diperlukan. Yakni upaya
takhrij hadis dalam khazanah studi ‘ulum al- pencarian dan penelusuran hadis untuk
Hadis.5 mengetahui letak asal suatu hadits dari
sumbernya yang asli, yakni berbagai sumber
HASIL DAN PEMBAHASAN kitab hadits dengan dikemukakan sanadnya
MENGENAL DAN MENDEFINISIKAN secara lengkap untuk kemudian dilakukan
TAKHRIJ HADIS penelitian terhadap kualitas dan kuantitas
Jika dilihat secara etimologis akar hadis.8
kata takhrij hadis berasal dari bahasa Arab Perkembangan dan pengkajian
kharaja yang artinya keluar. Dalam kajian hadis melahirkan berbagai karya ulama
morfologis atau ilmu sharaf berasal dari yang melibatkan pemahaman Hadis. Dalam
kata kharaja yakhruju khurujan yang setiap disiplin keilmuan yang muncul setelah
bermakna keluar, sedangkan takhrij dalam pengumpulan hadis banyak ulama’ yang
perubahan kata terdapat ziyadah ‘ain fi’il mencantumkan Hadis saat menjelaskan
bermakna li al-ta’diyah yang semula fi’il berbagai ilmu pengetahuan, seperti fiqih,
lazim tidak memerlukan objek, menjadi tauhid, tasawwuf, adab, tafsir, dan sebagainya.
fi’il muta’addi yang memerlukan objek Pengutipan hadis tersebut bersifat sekunder,
menjadi kharraj yukharriju takhrijan yang sehingga dalam ilmu filologi terdapat istilah
bermakna mengeluarkan, menampakkan, autograph (otografi) yakni naskah asli
memunculkan, menyebutkan dan pengarang, dan apografi yakni naskah yang
menumbuhkan. 6
dikutip atau disalin dari naskah asli. Dengan
Menurut Mahmud al-Tahhan dalam demikian ilmu Takhrij Hadis juga dapat
kitab Usūl al-takhrīj wa dirasatu al-asānid didefinisikan sebagai upaya mencari naskah
dijelaskan bahwa: utama hadis yang ditulis oleh pengarang asli
‫َصلِيَّ ِة‬ ِ ‫ث ِف م‬
ْ ‫صاد ِر األ‬ََ
ِ ‫ال ِّدالَلَةُ علَى مو ِض ِع احل ِدي‬
َْ َْ َ
sebelum disalin kedalam karya hadis yang
mucul kemudian.
ِ ‫الَِّت أَخرجْته بِسنَ ِد ِه ُثَّ بـي‬
ِ‫ان مرتـبتِ ِه ِعْن َد احلاجة‬
ََ ََ ْ َ ََ َ ُ َ َْ Di antara sumber asli kitab induk
hadis adalah kitab al-Kutub al-sittah,
“Menunjukkan asal suatu hadist
Musnad Ahmad Ibn Hanbal, al-Muwatta’
di dalam sumber aslinya yang
Imam Malik, tafsir al-Thabari, kitab al-Umm
meriwayatkan hadis tersebut beserta
Imam al-Syafi’i, dan semisalnya yang ditulis
sanadnya, lalu menjelaskan status
langsung oleh penulisnya dengen metode
hadis tersebut bila dibutuhkan”.7 masing-masing, tanpa mengutip kitab lain.
Takhrij hadis secara terminologis Sehigga tidak sah jika semisal mengutip
atau istilah didefinisikan sebagai sesuatu kitab semacam bulughul al-maram, jami’ al-
shagir, riyadlush shalihin, sebab kitab-kitab
5 Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: tersebut disusun dan ditulis mengutip kitab-
Bumi Aksara, 2013), h. 11. kitab yang telah ada dahulu.
6 M. Syuhudi Isma’il,Metodalogi Penelitian Hadist
Nabi, (Jakarata, Bulan Bintang, 1992), hal.143.
7 Mahmud al-Thahhan, Ushul al-Takhrij Wa dirasatu
al-Asanid, (Riyadh, Maktabah al-Ma’arif, 1978), hal 8 M.A. Khon, Ulumul Hadis. (Jakarta: Amzah: 2003),
10. h. 23
URGENSI MEMPELAJARI TAKHRIJ mengetahui mana matan yang diriwayatkan
HADIS secara redaksional dan mana yang secara
Pentingnya mengetahui sumber substantif, mendapatkan informasi tambahan
utama hadis, takhrij hadis menjadi seputar tempat dan waktu terjadinya hadis.
pembahasan yang pokok dan substansial. Ketujuh, Dapat memperjelas waktu dan
Urgensi mempelajari takhrij hadis adalah tempat turunnya hadits, dan lain lain.
empat hal.9 Pertama, mengetahui bahwa Dengan demikian melalui kegiatan
Hadis tersebut tercantum dalam kitab hadis takhrij hadits, peneliti dapat mengumpulkan
atau tidak. Kedua, mengetahui sumber berbagai sanad dari sebuah hadits dan juga
otentik hadis yang ditulis para ulama’ hadis. dapat mengumpulkan berbagai redaksi dari
Ketiga, mengetahui jumlah nominal hadis sebuah matan hadis.
beserta tempat penulisan, maupun variasi
pengulangan. Kelima, mengetahui kualitas SEJARAH MUNCULNYA TAKHRIJ
Hadis.10 HADIS
Adapun manfaat dari mempelajari Pentingnya urgensi takhrij Hadis
takhrij hadits sejauh ini memiliki tujuh adalah tidak adanya hafalan baku dalam
manfaat. Pertama, Memperkenalkan menjaga dan mempelajari Hadis yang harus
sumber sumber hadits, kitab kitab asal di dihafal. Berbeda dengan al-Qur’an yang
mana suatu hadits berada beserta ulama ditulis dan dikodifikasikan dengan satu
yangmeriwayatkannya. Kedua, Dapat masterpiece di masa khalifah Utsaman Ibn
menambah perbendaharaan sanad hadits ‘Affān. Kebijakan penulisan Hadis digagas
melalui kitab kitab yang dirujuknya. Semakin secara serius baru di zaman khalifah ‘Umar
banyak kitab asal yang memuat suatu hadits Ibn Abdul ‘Aziz sehingga muncul berbagai
semakin banyak pula perbendaharaan sanad penulisan versi hadis, dengan ragam kualitas,
dan pemahaman hadis yang dimiliki. Ketiga, metode, dan kuantitas, sehingga menghafal
Dapat memperjelas keadaan sanad. Keempat, hadis memiliki benyak catatan dan tugas
Dapat memperjelas kualitas suatu hadits yang besar, sampai kemudian ulama
dengan banyaknya riwayat. menyusun kode tertentu dalam mencari hadis
Kelima, dapat memperjelas periwayat yang diinginkan.11
hadits yang samar dengan kata lain adanya Kemunculan ilmu takhrij Hadis
takhrij hadis memperjelas nama perawi sebetulnya sudah berlangsung sejak zaman
secara pasti. Keenam, Dapat menghilangkan ulama mutaqaddimin yakni sebelum 500 H.
keragu-raguan dan kekeliruan yang Tradisi menghafal Hadis menjadikan ulama’
dilakukan oleh periwayat mulai dari adanya mutaqaddimin familiar menyebutkan hadis
penambahan sanad yang berasal dari perawi lengkap dengan urutan juz, halaman, bahkan
(mudraj dan ziyādah al-tsiqāt), mendapati penomoran. Karena kuatnya hafalan para
matan secara lengkap dan utuh dari hadis ulama mutaqaddimin dan ghirah semangat
yang diringkas, mengidentifikasi dan keilmuan, maka tidak banyak muncul budaya
memberikan catatan referensi kitab takhrij
9 Hasbi Ash-Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah
Hadis, agar ketika orang yang mencari ilmu
Hadis. (Jakarta: Bulan Bintang, 1967) h. 59. di masa itu merujuk sendiri di kitab asli.
10 Reza Pahlevi Dalimunthe dkk., “STUDI Namun seiring berjalannya waktu,
TAKHRIJ HADIS MENGGUNAKAN METODE kebutuhan merujuk kepada kitab asli tersebut
TASHIH, MUQORONAH, TAHLIL, TARJIH, DAN
TAKHKIM (TMT3) TERHADAP HADIS TENTANG
PENYEBARAN COVID-19,” Jurnal Studi Hadis 11 Muhammad Ajjaj Al-Khatib. Al-Sunnah Qabla al-
Nusantara 3, no. 1 (1 Juli 2021): 60–74, https://doi. Tadwin. (Kairo: Maktabah Wahbah, 1975), h. 60.
org/10.24235/JSHN.V3I1.9021.
menjadi hal yang krusial. Kemampuan berkurang, dan hafalan yang mereka
hafalan yang mulai melemah dari zaman milikipun relatif lebih sedikit. Di waktu
ke zaman menjadikan banyak ulama’ yang yang sama, ketika merujuk kitab-kitab
kemudian berinisiatif menuliskan kitab-kitab hadis, mereka mendapati sedikit kesulitan.
yang memuat cara dan upaya menelusuri Para pengarang kitab dalam disiplin non
hadis dengan berbagai cara, hal ini sebagai hadis seperti fiqh dan tafsir, seringkali
kitab indeks untuk memudahkan dalam menyebutkan hadis tanpa menyebutkan
merujuk sumber-sumber yang dicari baik sanad atau mukharrijnya. Sehingga dengan
dalam bidang ilmu fiqih, tafsir dan lain-lain. sendirinya, kualitas hadis yang disebutkan
Para ulama klasik mampu juga tidak dapat dipastikan.
menyebutkan hadis berdasarkan hafalan Dalam penelitian yang disebutkan
yang mereka miliki atau dengan merujuk oleh Mahmūd al-Thahhān disebutkan bahwa
kitab hadis yang ada. Saat merujuk ke kitab takhrij yang pertama kali ditulis oleh
kitab, mereka bahkan dapat dengan mudah al-Khatīb al-Baghdādī (w. 463 H). Selain
menyebutkan letak hadis itu di kitab apa, itu terdapat kitab Takhrij al-Fawāid al-
jilid berapa, dan mungkin juga pada halaman Muntakhabah al-Shihāh wa al-Gharāib
ke berapa. Mereka mengetahui dengan karya Abū al-Qāsim al-Husaynī, dan Takhrij
baik metodologi penulisan yang digunakan al-Fawāid al-Muntakhabah al-Shihāh wa al-
para kolektor hadis, sehingga dapat dengan Garāib karya Abū al-Qāsim al-Mahrawānī.
mudah memperkirakan letak hadis dalam Kedua kitab tersebut menurut al-Thahhān,
sebuah kitab, atau dalam menentukan kitab masih dalam bentuk manuskrip. selain itu
apa yang diduga memuat hadis itu. terdapat karya Takhrij Ahadisil Muhazzab
Seiring perjalanan waktu, kajian karya Muhammad Ibn Musa Al-Hazimi al-
Hadis semakin surut dan penguasaan para Syafi’i (584 H). Adapun untuk melihat karya
ulama terhadap hadis juga berkurang. Para awal dari kitab-kitab takhrij Hadis dapat
ulama yang memiliki hafalan hadis semakin dilihat sebagai berikut:

No. Muallif Judul Kitab Tahun


1. Abu Ishaq Al-Syirazi Takhriju Ahadisi li al-Muhazzab 584 H.
Abdullah Yusuf al-
2. Nasbur Rayah li Ahadis al-Hidayah 762 H.
Zaila’i
3. Ibn Al-Hajib Takhriju Ahadis li mukhtasar al-kabir 774 H.
Al-Badru al-Munir fi Ahadisi wa al-asari waqi’ati fi
4. Al-Rafa’i 804 H.
syarhi al-kabir
Abdurrahman Ibn Al-mughni ‘an hamli al-asfar fi takhriji ma fi ihya’
5. 806 H.
Husayn al-‘Iraqi mina al-akhbar
Ahmad Ibn Ali Ibn Al-talkhisu al-khabir fi takhriji ahadis syarkhi wajizi
6. 852
Hajar al-‘Asqalani al-kabir
HUBUNGAN ANTARA TAKHRIJ AL-
HADIS DENGAN PENELITIAN HADIS Imam Ahmad Ibn Hanbal ‫حم‬
Hubungan antara kaidah takhrij Imam Ibn Majah ‫ه‬
dan penelitian hadis sangat penting sekali
(al-‘alāqah bayna usūl al-takhrij wa al-
Imam Abu Dawud ‫د‬
bāḥiṡ al-hadiṡ muhimmun jiddan). Sifat Imam Thabrani ‫طب‬
hadis yang zanniy al-wurud menjadikan Imam al-Nasai ‫ن‬
hadis perlu diteliti kualitasnya dengan
mendalam, bahkan hadis dapat dianggap
Muwatta’ Imam Malik ‫ط‬
relevan, dibiarkan, dan tertolak, berbeda Kode tersebut merupakan sebagian
dengan al-Qur’an yang qath’y al-wurūd dari keseluruhan kode hadis yang banyak
yang dari segi otentisitas al-Qur’an tidak digunakan dalam takhrij Hadis. Lebih
diragukan lagi, dengan demikian takhrij lanjut dalam studi takhrij Hadis seringkali
hadis dapat dikategorikan sebuah pencarian menggunakan kitab kutub al-sittah, kutub al-
data yang membutuhkan sikap objektif tis’ah, dan beberapa kitab non hadis, namun
kritis dan mendalam sebagai metodologi karena ditulis pengarangnya langsung juga
penelitian, seperti kualitas hadis yang sering banyak dirujuk sebagai kitab yang memenuhi
dikaitkan dijelaskan shahih, hasan, dlaif.12 standar kriteria kitab takhrij Hadis seperti
Tafsri al-Tabari, dan al-Umm Imam al-
No. Kualitas Hadis Simbol Syafi’i.13
1 Shahih ‫صح‬ METODE TAKHRIJ HADIS
2 Hasan ‫ح‬ TRADISIONAL
3 Dlaif ‫ض‬ Cara melakukan takhrij hadis para
pengkaji hadis dilakukan secara manual
Para ulama’ kemudian menyepakati dengan membuka kitab takhrij hadis14.
Penulisan dan pembukuan hadis ditulis
adanya sebuah kode dalam membaca
dengan beragam, tentu dalam mencari hadis
Hadis, kode-kode tersebut digunakan juga memunculkan beragam cara mengikuti
sebagai pembacaan kualitas, nama kitab asli alur penulisan hadis. Sejauh ini terdapat lima
yang menuliskan sehingga memudahkan metode yaitu Takhrij melalui lafadz pertama
Hadis, Takhrij melalui kosa kata dalam Hadis,
untuk mendeteksi asal hadis denganlebih
Takhrij melalui perawi pertama, Takhrij
praktis. Adapun kode-kode tersebut yang melalui tematik, Takhrij Hadis berdasarkan
diantaranya sebagai berikut: status Hadis.

Imam al-Bukhari ‫خ‬ 1. Takhrij Melalui Lafadz Pertama Hadis


(Bi Awwali Al-Matan)
Imam Muslim ‫م‬ Penggunaan metode berdasarkan atas
Ibn Hibban ‫حب‬ lafadz pertama matan hadits. Melalui metode
Imam Hakim ‫ك‬ ini, pentakhrīj terlebih dahulu menghimpun
Imam Tirmidzi ‫ت‬ lafadz pertama hadits berdasarkan huruf-
Imam Bayhaqi ‫هب‬ 13 M. Syuhudi Isma’il,Metodalogi Penelitian Hadist
Nabi, (Jakarata, Bulan Bintang, 1992), hal.150.
14 Mahmud al-Thahhan, Ushul al-Takhrij Wa dirasatu
12 Ash-Shiddieqy, H. Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Asanid, (Riyadh, Maktabah al-Ma’arif, 1978), hal
Hadits. (Jakarta: Bulan Bintang 1980), h. 77. 10.
huruf hijaiyah. Setelah pentakhrîj mengetahui
lafadz pertama yang terletak dalam hadits ."‫ب‬
ْ‫ض‬َ ‫َل تـَ ْغ‬
tersebut, selanjutnya ia mencari lafadz itu 1. Shahih al-Bukhari 1114, 1875
dalam kitab-kitab takhrîj yang disusun 2. Shahih Muslim 1690
sesuai dengan metode ini berdasarkan huruf 3. Sunan al-Tirmidzi 752
pertama, huruf kedua dan seterusnya. 4. Sunan Ibnu Majah 496
Kitab-kitab yang dapat digunakan 5. Muwattha’ Malik 476
untuk mentakhrîj dengan metode ini di 6. Musnad Ahmad Ibn Hanbal 1648, 2143,
antaranya adalah al-Jami' al-Kabîr dan al- 2423, dst.
Jāmi' al-Shaghîr min Hadîts al-Basyîr an-
Nazhîr karya Jalaluddin al-Suyuthi, al-Jâmi' 2. Takhrij Melalui Kosa Kata Dalam
al-Adzhar karya al-Manawy. Dalam kitab Hadis (Bi Lafdzi)
al-Jāmi' al-Shaghīr min Hadîts al-Basyîr an- Cara kedua merupakan cara paling
Nazhîr, Jalaluddin al-Suyuthy menghimpun populer dalam takhrij Hadis. Yakni dengan
dan menyusun hadits-hadits yang diatur cukup mengetahui penggalan kata dalam
berdasarkan urutan huruf hijaiyyah, mulai sebuah matan akan dapat diketahui hadis
dari huruf alif, ba', ta', dan seterusnya. tersebut dimuat dalam kitab aslinya. Cara
Dalam menjelaskan kualitas hadits, kitab ini takhrij hadis dengan menggunakan kosa kata
menggunakan rumus-rumus atau simbol yang atau penggalan lafadz biasa seperti mencari
telah disebutkan di atas. sebuah kata dalam kamus bahasa Arab.
Keunggulannya dan kekurangan Namun di dalam kitab yang disusun telah
menggunakan metode ini cukup kompleks. terdapat jumlah pengulangan, variasi kata,
Keunggulan meskipun peneliti hadits tidak dan kualitas sanad.
hafal semua hadits, dengan lafadz pertama Mentakhrîj hadits dengan metode
saja dapat cepat sampai pada hadits yang ini dapat menggunakan kitab al-Mu'jam al-
dicari bahkan Kemungkinan besar akan Mufahras li Alfādz al-Hadîts an-Nabawy
ditemukan hadits lain yg tidak menjadi objek karya salah satu orientalis bernama
pencarian, namun dibutuhkan sebab memiliki A.J. Wensinck yang diterjemahkan oleh
variasi matan. Sedangkan, kekurangan Muhammd Fuad 'Abd al-Baqi. Kitab ini
metode ini adalah dia tidak akan menemukan merujuk kepada kitab-kitab yang menjadi
hadits yang dicari jika lafadz yg dianggap sumber pokok hadits, yaitu Kutub at-Tis’ah.
awal hadits tersebut ternyata bukan awal Cara penggunaan kitab al-Mu'jam di atas
hadits; atau jika terjadi penggantian lafadz yg dapat dilihat pada jilid 7 bagian permulaan.
diucapkan Rasul. Contoh: Di sana ada penjelasan tentang penggunaan
"‫ب‬
ْ‫ض‬َ ‫" َل تـَ ْغ‬ kitab ini secara mudah.
Kelebihan dan kekurangan metode ini
Metode Hadis dengan menggunakan adalah sebagai berikut. Kelebihan metode ini
lafadz hadis yang pertama dapat dilakukan mempercepat pencarian hadits, membatasi
dengan metode kamus. Kata la taghdzab hadits-haditsnya pada kitab-kitab induk
dicantumkan sebanyak 277 kali: dengan menyebutkan nama kitab, juz', bab,
‫َخبـََرَن أَبُو بَ ْك ٍر ُه َو ابْ ُن‬ ْ ‫ أ‬،‫ف‬ َ ‫وس‬ُ ُ‫َح َّدثَِن َْي َي بْ ُن ي‬
dan halaman, memungkinkan mencari hadits
melalui kata kunci apa saja yang terdapat
‫ َع ْن‬،‫صالِ ٍح‬ َ ‫ َع ْن أَِب‬،‫ني‬ ٍ‫ص‬ ِ ‫ عن أَِب ح‬،‫اش‬
َ ْ َ ٍ َّ‫َعي‬ dalam matan hadits.
:‫َّب‬ ِ ِ َ َ‫َن َر ُج ًل ق‬ َّ ‫أَِب ُهَريـَْرَة َر ِض َي‬
َّ ‫ أ‬،ُ‫اللُ َعْنه‬ Adapun kekurangan metode ini
ِّ ‫ال للن‬ adalah antara lain Peneliti hadits (pentakhrij)
":‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ب " فـََرَّد َد ِمَر ًارا‬ ْ‫ض‬ َ ‫ " َل تـَ ْغ‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫أ َْو ِص ِن‬ harus memiliki kemampuan berbahasa Arab
َ َ‫ ق‬،‫َسعِيد‬
beserta perangkat-perangkatnya, karena
metode ini menuntut untuk mengembalikan :‫الل صلى هللا عليه وسلم‬ َّ ‫ول‬
ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬
kata kunci kepada kata dasar yakni fi’il madli ‫ َم ْن َشغَلَهُ الْ ُق ْرآ ُن َوِذ ْك ِري‬:‫ب عز وجل‬ ُّ ‫الر‬
َّ ‫ول‬ُ ‫" يـَُق‬
atau mashdar, Terkadang suatu hadits tidak
،‫ني‬ ِِ َّ ‫عن مسأَلَِت أَعطَيـته أَفْضل ما أُع ِطي‬
dapat ditemukan dengan satu kata kunci, َ ‫السائل‬ ْ َ َ َ ُ ُْ ْ ْ َ َْ
sehingga pentakhrij harus menemukannya ِ‫الل‬
َّ ‫ض ِل‬ ْ ‫الل َعلَى َسائِِر الْ َك َلِم َك َف‬ َِّ ‫ض ُل َك َلِم‬ ْ َ‫َوف‬
dengan menggunakan kata-kata yang lain.
contoh: ‫يث َح َس ٌن‬ٌ ‫ َه َذا َح ِد‬:‫يسى‬ ِ َ َ‫ ق‬،" ‫علَى خ ْل ِق ِه‬
َ ‫ال أَبُو ع‬ َ َ
‫اب بْ ُن َعبَّ ٍاد‬ ِ ِ
ُ ‫ َح َّدثـَنَا ش َه‬،‫َح َّدثـَنَا ُمَ َّم ُد بْ ُن إِ ْسَاعيل‬ ٌ ‫َغ ِر‬
‫يب‬
َ ‫الَ َس ِن بْ ِن أَِب يَِز‬
‫يد‬ ْ ‫ َح َّدثـَنَا ُمَ َّم ُد بْ ُن‬،‫ي‬ ُّ ‫الْ َعْب ِد‬ Hadis tersebut diulang sebanyak
empat kali dalam Kitab Mu’jam al-Mufahrasy
‫ َع ْن أَِب‬،َ‫ َع ْن َع ِطيَّة‬،‫س‬ ٍ ‫ َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن قـَْي‬،ُّ‫ا ْلَْم َد ِان‬ li alfadz al-Qur’an:

No. Nama Kitab Bab Nomer


1. Sunan al-Darimy Fadlail al-Qur’an 2926
2. Sunan al-Nasai Kitab Mawaqit 590
3. Musnad Ahmad Musnad al-Anshar 23225
4. Sunan al-Darimy Kitab Fadlail al-Qur’an 3354

3. Takhrij Melalui Perawi Pertama (Bi


yang ditulis oleh Syamsuddin Abu al-Fadhl
Al-Rawwi Al-A’la)
Muhammad ibn Tahin ibn Ahmd al-Maqdisy.
Perawi pertama dari suatu Hadis
Keunggulan metode ini adalah
dapat berupa sahabat atau tabi’in yang perawi
bahwa peneliti hadits bisa cepat sampai
sahabatnya tidak dicantumkan. Langkah
pada sahabat yg meriwayatkan hadits.
pertama dari metode ini adalah mengenal
Kekurangannya adalah bahwa peneliti
nama perawi pertama dari hadits yang akan
hadits akan memerlukan waktu lama untuk
ditakhrîj. Langkah berikutnya adalah mencari
sampai pada hadits yg dicari jika sahabat
nama perawi yang diinginkan dari kitab-kitab
yang dimaksud banyak meriwayatkan hadits
al-Athraf atau Musnad. Jika identitas perawi
seperti siti Aisyah radliyallahu ‘anha, atau
pertama telah ditemukan, kemudian dicari
shahabat Abi Hurayrah. Contoh periwayatan
hadits yang diinginkan di antara hadits-hadits
Abu Harayrah tentang pentingnya Jama’ah
yang tertera di bawah nama perawi tersebut.
dan shalat Subuh:
Bila sudah ditemukan, maka akan diketahui
‫ َع ِن‬،‫ب‬ ِ ‫ح َّدثـنَا أَبو الْيم‬
ulama hadits yang meriwayatkannya.
ٌ ‫َخبـََرَن ُش َعْي‬
ْ ‫ أ‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ان‬ ََ ُ َ َ
ِ ِ ِ
ُ ‫َخبـََرِن َسع‬ ِّ ‫الزْه ِر‬
Kitab yang membantu untuk kegiatan
takhrîj berdasarkan metode ini adalah al-
‫ َوأَبُو‬،‫يد بْ ُن الْ ُم َسيّب‬ ْ ‫ أ‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ي‬ ُّ
‫ت‬ ِ َ َ‫ ق‬،‫ أن أاب هريرة‬،‫الر ْحَ ِن‬ ِ
Athraf dan Musnad. Al-Athraf adalah ُ ‫ َس ْع‬:‫ال‬ َّ ‫َسلَ َمةَ بْ ُن َعْبد‬
kitab yang menghimpun hadits dari kitab
‫ض ُل‬ َِّ ‫ول‬
induknya, di mana yang ditulis hanyalah ُ ‫ " تـَْف‬:‫ول‬ ُ ‫الل صلى هللا عليه وسلم يـَُق‬ َ ‫َر ُس‬
bagian atau penggalan dari setiap hadits yang ‫س‬ ٍ ‫َح ِد ُك ْم َو ْح َدهُ ِبَ ْم‬ َ ‫ص َلةَ أ‬ َ ،‫الَمي ِع‬
ِ ْ ُ‫ص َلة‬
َ
telah diriwayatkan oleh sahabat atau tabi'in. ِ ِ ِ
ُ‫ َوَْتتَم ُع َم َلئ َكةُ اللَّْي ِل َوَم َلئ َكة‬،‫ين ُج ْزءًا‬ ِ
Diantara kitab-kitab al-Athraf adalah Athraf َ ‫َوع ْش ِر‬
al-Shahîhain yang ditulis oleh Abu Mas'ud :َ‫ول أَبُو ُهَريـَْرة‬ ُ ‫ ُثَّ ي ُق‬،" ‫ص َل ِة الْ َف ْج ِر‬ َ ‫النـََّها ِر ِف‬
Ibrahim ibn Muhanmmad ibn Ubaid al- ِ
Dimasyqy dan Athrâf al-Kutub al-Sittah
(‫ودا‬ً ‫) إِ َّن قـُْرءَا َن الْ َف ْج ِر َكا َن َم ْش ُه‬:‫فَاقـَْرءُوا إِ ْن شئـْتُ ْم‬
َِّ ‫ عن عب ِد‬،‫ وح َّدثَِن َنفِع‬:‫ال شعيب‬
،‫الل بْ ِن عُ َمَر‬ َِّ ‫ أَخبـرَن عب ُد‬،‫ح َّدثـنا بِ ْشر بن ُم َّم ٍد‬
َْ ْ َ ٌ َ َ ٌ َْ ُ َ َ‫ق‬ ‫َخبـََرَن‬
ْ ‫ أ‬،‫الل‬ َْ ََ ْ َ ُ ْ ُ ََ َ
ِ ِ ُ ‫ تـ ْف‬:‫ال‬ ِ ِّ‫يد بْن الْمسي‬ ِ ِ ِ ‫الزه ِر‬
َ ‫ضلُ َها ب َسْب ٍع َوع ْش ِر‬
ً‫ين َد َر َجة‬ َ َ َ‫ق‬ ،‫ب‬ َ ُ َ َ ‫ت َسع‬ ُ ‫ َس ْع‬،‫ي‬ ّ ْ ُّ ‫ َع ِن‬،‫س‬ ُ ُ‫يُون‬
Hadis tersebut diulang dalam Musnad ‫ول‬
ُ ‫ال َر ُس‬ َّ ‫ال أَبُو ُهَريـَْرَة َر ِض َي‬
َ َ‫ ق‬:ُ‫اللُ َعْنه‬ َ َ‫ ق‬:‫ول‬ُ ‫يـَُق‬
Ahmad sebanyak 4 kali dalam Musnad al- ِ ُ‫ " لِْلعب ِد الْممل‬:‫الل صلى هللا عليه وسلم‬
‫وك‬ َِّ
Muktsirin oleh Abu Harayrah dan shabah ْ َ َْ
ِْ ‫ والَّ ِذي نـ ْف ِسي بِي ِد ِه لَوَل‬،‫الصالِ ِح أَجر ِان‬
yang sama-sama memiliki periwayatan Hadis ُ ‫ال َه‬
‫اد‬ ْ َ َ َ َْ َّ
yang banyak. ِ َِّ ‫ِف َسبِ ِيل‬
َ ‫ت أَ ْن أ َُم‬
‫وت‬ ْ ‫ َل‬،‫الَ ُّج َوبُِّر أ ُّمي‬
ُ ‫َحبـَْب‬ ْ ‫الل َو‬
4. Takhrij Melalui Tematik (Bi Al- " ‫وك‬
ٌ ُ‫َوأ ََن مَْل‬
Mawdlu’i)
Upaya penelusuran hadis terkadang Misalnya untuk mencari Hadis
hanya teringat bahasan tema secara umum. di bab Jihad tertulis tema Jihad al-‘Abdi,
Beberapa ulama kemudian menyusun Hadis yang setema dapat ditemukan dalam,
hadis melalui kitab atau kamus yang dapat Shahih al-Bukhari No. 2410 Kitab al-‘Itq,
memberikan penjelasan riwayat hadits Shahih Muslim No. 1665 Kitab Iman, Sunan
melalui topik yang telah ditentukan. Di al-Tirmidzi No. 1557 Kitab al-Sir ‘An
antara kitabyang dapat membantu kegiatan Rasulillah, Sunan Abi Dawud No. 2730 Kitab
takhrîj dengan metode ini adalah Miftah Jihad, Musnad Ahmad No. 1968 Musnad
Kunuz al-Sunnah, al-Jawami' al-Shahih, al- Abdullah Ibn ‘Abbas.
Mustadrak 'ala Shahihain, Jam'u al-Fawaid
min Jam'i al-Ushul wa Majma' al-Zawaid. 5. Takhrij Hadis Berdasarkan Kualitas
Menurut Mahmud al-Thahhan, kitab hadits Hadis (Bi Darajah Al-Hadis)
yang dapat dijadikan acuan oleh kitab-kitab Dengan kitab-kitab tertentu, para
di atas jumlahnya banyak sekali. Seperti ulama berusaha menyusun hadits berdasarkan
al-Muwaththa', Musnad Ahmad, Sunan al- statusnya, seperti hadits qudsi, masyhur,
Darimi, Musnad Zaid ibn Ali, Sirah ibn mursal, dan sebagainya. Kelebihan metode
Hisyam, Maghazi al-Waqidi, dan Thabaqah ini adalah memudahkan proses takhrîj, karena
ibn Sa'ad. hadits-hadits yang diperlihatkan berdasarkan
Keunggulan metode ini di antaranya statusnya jumlahnya sangat sedikit dan
adalah Metode ini bisa mendidik ketajaman simpel. Kekurangannya adalah terbatasnya
pemahaman peneliti hadits (pentakhrij) kitab-kitab yang memuat hadits berdasarkan
terhadap hadits. Metode ini dapat statusnya.
memperkenalkan pentakhrij dengan hadits- Di antara kitab yang disusun menurut
hadits lain yang senada dengan hadits yang metode ini adalah al-Azhar al-Mutanatsirah
dicari. Adapun kelemahannya terkadang fi al-Akhbar al-Mutawatirah yang ditulis
kandungan suatu hadits sulit disimpulkan oleh oleh syaikh Imam Jalaluddin al-Suyuthi,
pentakhrij sehingga hadits tersebut tidak bisa yang memuat hadits-hadits mutawatir, al-
ditentukan temanya. Akibatnya, pentakhrij Ittihafath al-Saniah fi al-Ahadits al-Qudsiyah
tidak mungkin menggunakan metode ini, yang ditulis oleh al-Madani yang memuat
apalagi kalau topik yang dikandung hadits hadits-hadits qudsi, al-Maqashid al-Hasanah
itu lebih dari satu; sering kali pemahaman yang ditulis oleh Sakhawi yang memuat
pentakhrij tidak sesuai dengan pemahaman hadits-hadits populer yaitu al-Marasil yang
penyusun kitab, karena penyusun kitab ditulis oleh Imam Abu Daud yang memuat
meletakkan suatu hadits pada topik yang hadits-hadits mursal, Tanzih al-Syari'ah
tidak diduga oleh pentakhrij. al-Marfu'ah 'an al-Akhbar al-Syani'ah al-
Maudlu'ah yang ditulis oleh Ibn Iraq yang setiap teknologi.16 Beragam aplikasi maupun
memuat hadits-hadits maudlu’. situs disediakan terhadap para pengkaji hadis
agar memudahkan dalam mengetahui teks
METODE TAKHRIJ HADIS DIGITAL asli hadis dari kitab induk beserta sanad dan
Kesadaran pegiat Hadis akan kualitas perawi Hadis. Adapun secara rinci
pentingnya perkembangan metode takhrij akan dijelaskan sebagai berikut:
Hadis telah mengantarkan kepada metode
takhrij Hadis digital. Sejarah digitalisasi Hadis 1. Software Jawami’ al-Kalim
muncul sebagai nuansa baru dalam khazanah Jawami’ al-Kalim merupakan sebuah
studi Hadis kontemporer, penggunaan vitur aplikasi komputer yang dapat didonwload
dan program yang melibatkan teknologi dengan mudah dalam google semisal Gawami
praktis menjadikan Hadis tidak dikaji secara Alkalem Versi. 4,5. Aplikasi tersebut dapat
kuno klasik dan tradisional, namun menjadi digunakan dalam mencari atau mentakhrij
hadis yang lebih praktis dan mudah diakses.15 Hadis dengan baik, dilengkapi dengan vitur
Metode takhrij Hadis yang biasa kesahihan sanad yang dapat dilihat dari data
memberikan kesan sulit sebab mencari data perawi jika diklik dan ditampilkan lebih
yang luas sehingga membutuhkan waktu luas. kitab ini berisikan 1400 jumlah kitab,
yang banyak kini telah dijawab dengan dan metode yang digunakan adalah dengan
berbagai shoftwere dan beragam aplikasi di takhrij bil lafdzi atau menggunakan kosa kata
yang ada dalam matan.

Gambar 1 GK. V. 4,5

Cara penggunaan software tersebut berjalan tidak maksimal semisal kurang


perhatian antara hamzah dan alif dan
dalam di klik di kata bahtsu (‫ )حبث‬kemudian seterusnya. Ejaan dalam pencarian sistem
mulai menuliskan penggalan hadis dengan aplikasi Gawami Alkalem sekaligus juga
baik dan benar. Penulisan hadis yang tidak memberikan keterangan status hadis beserta
benar dapat mengakibatkan sistem tidak perawinya.
berjalan sehingga kegiatan takhrij tidak

15 Qomarullah, M. Metode Takhrij Hadis dalam 16 Sanusi, A. Takhrij Hadits. (Depok: Madani
Menakar Hadis Nabi. Jurnal Studi Keislaman El- Publishing, 2014), h. 27.
Ghiroh, 2016, h. 24-34.
Gambar 2 Visualisasi Takhrij Jawami Alkalem

Pada kolom bahtsu telah dituliskan


Kalim memberikan penilaian terhadap rawi
hadis dengan bunyi (‫)للصائم فرحتان‬, setelah (Jarh wa al-Ta’dil), Thabaqah al-Ruwah
ditelusuri hadis tersebut merupakan Hadis (tingkatan rawi), bahkan ittishal sanad
yang mutawatir sebab disebutkan sebanyak hubungan guru dan murid dengan kitab
68 perawi. Selain itu juga terdapat dalam tahdzib al-kalam fi asmā’ al-rijal yang ditulis
kitab shahih al-Bukhari dan Muslim maupun al-Mizzi syarah tahdzib al-tahdzib karya
dalam kitab lainnya. Dalam melengkapi Jalaluddin al-Suyuthi hanya tinggal di klik
keterangan perawi, software Jawami Al- perawi yang dikehendaki.

Gambar 3 Visualisasi Rijalul Hadis (Thabaqah al-Ruwah, Tarikh al-Ruwah dan Jarah al-Ta'dil)


Kelebihan dari software ini adalah
memiliki kitab yang super lengkap dalam
kajian takhrij Hadis. Sedang kekurangannya
adalah hanya dapat ditaruh dalam laptop atau
komputer, sedang dalam versi gadget belum
dirubah mengingat data instalasi yang begitu
kompleks dan banyak.

2. Aplikasi Mausu’ah al-Hadis al-Syarif


Untuk menunjang kekurangan
aplikasi dalam GK. V,5, pemerintah Qatar
menyusun situs Islamweb.net dan versi
developer aplikasi berbasis andorid dan
komputer dengan kitab yang lebih simpel
yaitu kutub al-tis’ah yang dapat diakses
secara online maupun offline yang dapat
didonwload secara gratis.

Gambar 5 tampilan aplikasi awal

Kutub al-tis’ah tersebut adalah


shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan
al-Tirmidzi, Sunan al-Nasa’i, Sunan Abi
Dawud, Sunan Ibn Majah, Musnad Ahmad
Ibn Hanbal, Muwattha’ Imam Malik, dan
Sunan al-Darimi. Seluruh kitab tersebut
dapat dioperasionalkan menggunakan dua
cara yakni cara cari kata atau bil lafdzi dan
cara bil maudlu’ atau dengan menggunakan
tematik hadis.
Semisal terdapat Hadis:
‫املاهر ابلقرآن مع الكرم الربرة وزينوا القرآن أبصواتكم‬
Hadis tersebut ketika ditulis dengan
kata kunci (‫ )زينوا‬akan muncul 11 kali dalam
Gambar 4 Aplikasi Mausu'ah Hadis kutub al-tis’ah. Hadis tersebut dilengkapi
dengan syarah Hadis dari masing-masing
kutub al-tis’ah, Jarh wa al-ta’dil sehingga
memudahkan untuk mengetahui kualitas
sanad maupun matan dalam seuatu hadis
sebab telah diberikan keterangan. Selain itu Dari pencarian Takhrij Hadis yang
terdapat vitur share data sehingga mudah telah dilakukan melalui aplikasi Mausu’ah
dalam mensitasi dan menyalin data takhrij dapat dilihat secara jelas sistematis dan
Hadis. praktis hadis beserta kualitasnya.

No. Kitab Hadis Bab No. Hadis Kualitas
1. Shahih al-Bukhari Tauhid 7105 Shahih
2. Sunan al-Tirmidzi Sifat Qiyamah 2459 Shahih
3. Sunan al-Nasa’i Iftitah 1016 Shahih
4. Sunan Abi Dawud Witir 1468 Shahih
5. Sunan Ibn Majah Iqamah al-Salah 1342 Shahih
6. Musnad Ahmad Awal Musnad Kufiyin 18024 Shahih
7. Musnad Ahmad Awal Musnad Kufiyin 18142 Shahih
8. Musnad Ahmad Awal Musnad Kufiyin 18229 Shahih
9. Musnad Ahmad Awal Musnad Kufiyin 18234 Shahih
10. Musnad Ahmad Awal Musnad Kufiyin 27652 Shahih
11. Sunan al-Darimi Kitab Fadlail Qur’an 3500 Shahih

SIMPULAN
Kajian studi Hadis yang dilandasi matan Hadis. Cara ini banyak digunakan di
dengan ‘Ulum al-Hadis seperti ilmu Takhrij kalangan pengkaji takhrij Hadis tradisional
Hadis dapat memberikan pemahaman maupun modern, yakni dengan menggunakan
yang komprehensif dan bernilai akademik. kitab al-Mufahrasy li alfāz al-Hadis karya I.J.
Pencarian sumber primer sebagai originalitas Wensjick yang sudah ditahkik Fuad Abdul
hadis perlu dijaga agar tidak menjadi Baqi, selain itu dalam kajian takhrij Hadis
pengkaji hadis yang kaddzab, kajian Hadis modern yang menggunakan aplikasi dan
yang dibutuhkan cukup lama dari masa Nabi vitur digital juga melakukan hal yang sama
menjadikan studi pembukuan Hadis beragam dengan beberapa modifikasi, dengan tetap
sehingga untuk mencari Hadis diperlukan mempertahankan upaya pencarian Hadis
keilmuan khusus berupa takhrij Hadis yang melalui sebagian lafaz dari matan Hadis.
di dalamnya terdiri dari ilmu tarikh al-ruwah,
Jarh wa ta’dil dan tabaqah rijal al-Hadis, DAFTAR PUSTAKA
dengan demikian muncul berbagai kitab Al-Khatib, M. A. (1975). Al-Sunnah Qabla
indeks untuk mencari Hadis, selanjutnya al-Tadwin. Kairo: Maktabah Wahbah.
perkembangan zaman yang diwarnai dengan Al-Thahhan, M. (1982). Ushul al-Takhrij
kemajuan teknologi menjadikan takhrij Hadis wa Dirasah al-Asanid. Kairo: Dar al-
di era digital, baik dengan komputer, gadget, Kutub al-Salafiyah.
yang dapat dioprasionalisasikan secara Ash-Shiddieqy, H. (1967). Pokok-pokok Ilmu
online maupun ofline sehingga memudahkan Dirayah Hadis. Jakarta: Bulan Bintang.
pengkaji Hadis dalam memperoleh data asli Ash-Shiddieqy, H. (1980). Sejarah dan
dan dapat dipertanggung jawbakan secara Pengantar Ilmu Hadits. Jakarta: Bulan
akademik. Bintang.
Dari sekian metode yang paling Fitrah, M., & Luthfiyah. (2017). Metodologi
takhrij hadis yang dianggap paling mudah Penelitian. Sukabumi: CV Jejak.
adalah dengan menggunakan salah satu lafah Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
'Itr, N. (1994). 'Ulum Al-Hadits I (Manhaj
An-Naqd Fii 'Uluum Al Hadits) terj.
Mujiyo. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Khon, A. M. (2008). Ulumul Hadis. Jakarta:
Amzah.
Lubis, R. (2019). Ilmu Takhrij Al-Hadis
dalam Sorotan.
Qomarullah, M. (2016). Metode Takhrij
Hadis dalam Menakar Hadis Nabi.
Jurnal Studi Keislaman El-Ghiroh, 24-
34.
Sanusi, A. (2014). Takhrij Hadits. Depok:
Madani Publishing.
Dalimunthe, Reza Pahlevi, Ahmad Rizki,
Alria Nunggal, Amanah Amnum
Zulfa, Asep Hendra Saiddudin, Siti
Nurkholishoh, Uin Sunan, dan Gunung
Jati. “STUDI TAKHRIJ HADIS
MENGGUNAKAN METODE
TASHIH, MUQORONAH, TAHLIL,
TARJIH, DAN TAKHKIM (TMT3)
TERHADAP HADIS TENTANG
PENYEBARAN COVID-19.” Jurnal
Studi Hadis Nusantara 3, no. 1 (1 Juli
2021): 60–74. https://doi.org/10.24235/
JSHN.V3I1.9021.
Hadis Perpektif Suni dan Syiah, Kajian,
Kehujahan Hadis, Parameter
Keshahihan Hadis dan Keadilan
Sahabat Rahmat Miskaya, Noor
Said Ahmad, Umi Sumbulah, Moh
Toriquddin, Rahmat Miskaya, dan
Uin Maulana Malik Ibrahim Malang.
“KAJIAN HADIS PERSPEKTIF SUNI
DAN SYIAH: Historisitas, Kehujahan
Hadis, Parameter Kesahihan Hadis
dan Keadilan.” Jurnal Studi Hadis
Nusantara 3, no. 1 (1 Juli 2021): 27–
34. https://doi.org/10.24235/JSHN.
V3I1.9010.

Anda mungkin juga menyukai