Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FILSAFAT MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata KuliahFilsafat Ilmu Manajemen yang diampu
oleh Dr. Toni Herlambang, SE, MM

Disusun oleh :

1. TEGUH TRI LAKSONO (2120412008)


2. RAIHUL FIRDAUS (2120412017)
3. AINUR ROKHMAH (2120412010)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya. Kami dapat menyelesaikan pembuatan Makalah
”FilsafatManajemen Sumber Daya Manusia” dengan baik dan lancar.
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan penulis, kami sebagai penulis
menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari
pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, Kami ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan proposal ini.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Toni Herlambang MM. Selaku Dosen Pengampu.
2. Serta semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Maka dari itu, Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, Kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun kesempurnaan
dari makalah ini. Kami berharap makalah yang Kami susun bisa bermanfaat bagi
pembacanya.
Akhir kata, mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan maupun kurangnya materi
dari Kami. Terimakasih.

Jember, Maret 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Pengertian Filsafat...................................................................................... 3
2.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia......................................... 5
2.3 Perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia.................................... 6
2.3.1 Masalah Masalah Ekonomi................................................................. 6
2.3.2 Masalah Masalah Politis..................................................................... 7
2.3.3 Masalah Masalah Sosial...................................................................... 7
2.4 Hubungan Filsafat dengan Manajemen Sumber Daya Manusia................ 7
2.4.1 Landasan Ontologi Manajemen Sumber Daya Manusia..................... 7
2.4.2 Landasan Epistomologi Manajemen Sumber Daya Manusia............. 8
2.4.3 Landasan Aksiologis Manajemen Sumber Daya Manusia.................. 10
BAB III PENUTUP................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti yang kita ketahui bersama, ilmu manajemen telah mengalami perkembangan
hingga sekarang. Manajemen sebagai ilmu memungkinkan kita untuk memahami metode
atau prosedur penting untuk mengkaji, menelaah, dan problem soving terkait manajer.
Sehingga, pertanyaan ini berisi mengenai gambaran perkembangan dari teori manajemen dari
waktu ke waktu. Tidak terkecuali merangkum alur pemikiran di masa lalu, saya berharap
makalah ini berkontribusi bagi perkembangan ilmu manajemen.
Salah satu sumber daya yang bernilai penting dalam manajemen adalah sumber daya
manusia (human resources). Pentingnya sumber daya manusia ini, perlu disadari oleh semua
tingkatan manajemen, bagaimanapun majunya teknologi saat ini faktor manusia tetap
memegang peranan penting bagi keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan. Bahkan
dapat dikatakan bahwa manajemen itu pada hakikatnya adalah manajemen sumber daya
manusia yang identik dengan manajemen itu sendiri. Filsafat sebenarnya menyediakan
seperangkat pengetahuan (a body of related knowledge) untuk berfikir efektif dalam
memecahkan masalah-masalah manajemen. Hakikat tujuan Manajemen SDM adalah sebuah
upaya mendayagunakan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien baik dalam aspek produktifitas maupun kepuasan.
Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang,
seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau. Berfilsafat tentang ilmu
berarti kita berterus terang kepada diri kita. Adapun karakteristik berfikir filsafat yang
pertama adalah sifat menyeluruh. Oleh karena itu maka munculah konstelasi pengetahuan
lainnya seperti moral, agama, ekonomi, sumberdaya manusia dan lainnya, yang masing-
masing rumpun tersebut menjawab permasalahan manusia dari sisi kebutuhannya untuk
memenuhi kepuasan dan kesejahteraan umat manusia. Untuk menjawab permasalahan
manusia yang kompleks dalam mencapai tujuan (ontologi) serta bagaimana caranya
(epistimologi) dan untuk apa kegunaannya (aksiologi) tersebut dicapai maka diperlukan suatu
cara atau metode, maka hadirlah filsafat ilmu manajemen sumber daya manusia, yang
diharapkan dapat menjawab semua permasalahan manusia tersebut. Manajemen sumber daya
manusia merupakan upaya mendayagunakan berbagai sumber daya (resource) untuk

1
mencapai tujuan tersebut secara efektif dan efisien, baik dalam aspek produktifitas maupun
kepuasan sesuai dengan yang diharapkannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang maslah yang telah dipaparkan terlebih dahulu, maka
penulis mengemukakan pokok permaslahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksudfilsafat?
2. Apa yang dimaksud manajemen sumber daya manusia?
3. Hubungan filsafat dengan manajemen sumber daya manusia?

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1Pengertian Filsafat
Filsafat dalam Bahasa Yunani terdiri dari dua suku kata yaitu “Philos” dan “Sophia”.
“Philos” biasanya diterjemahkan dengan istilah gemar, senang, atau cinta. “Sophia” dapat
diartikan kebijaksanaan. Jadi “filsafat” berarti cinta kepada kebijaksanaan. Menjadi
“bijaksana” berarti mendalami hakekat sesuatu. Kata “philosopos” diciptakan untuk
menekankan suatu pemikiran Yunani seperti Pythagoras (582-496 SM) dan Plato (428-348
SM) yang mengkritik para “sofis” yang berpendapat bahwa mereka tahu jawaban atas semua
pertanyaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti berusaha mengetahui
tentang sesuatu dengan sedalam-dalamnya, baik mengenai hakekat adanya sesuatu itu, fungsi,
ciri-cirinya, kegunaannya, masalah-masalahnya serta pemecahan-pemecahan terhadap
masalah-masalah itu. Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-
dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran/rasio belaka.Sumber Daya Manusia

Adapun beberapa ciri berfikir filsafat adalah adalah :


1. Berfikir secara radikal. Artinya berfikir sampai ke akar-akarnya. Radikal berasal dari
kata Yunani “radix” yang berarti akar. Maksud dari berfikir sampai ke akar-akarnya
adalah berfikir sampai pada hakikat, esensi atau sampai pada substansi yang dipikirkan.
Manusia yang berfilsafat dengan akalnya berusaha untuk dapat menangkap pengetahuan
hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala pengetahuan indrawi.
2. Berfikir secara universal atau umum. Berfikir secara umum adalah berfikir tentang hal-
hal serta suatu proses yang bersifat umum. Jalan yang dituju oleh seorang filsuf adalah
keumuman yang diperoleh dari hal-hal yang bersifat khusus yang ada dalam kenyataan.
3. Berfikir secara konseptual. Yaitu berfikir mengenai hasil generalisasi dan abstraksi dari
pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual. Berfikir secara ke-filsafat-an
tidak bersangkutan dengan pemikiran terhadap perbuatan-perbuatan bebas yang
dilakukan oleh orang-orang tertentu sebagaimana yang biasa dipelajari oleh seorang
psikolog, melainkan bersangkutan dengan pemikiran apakah kebebasan itu?
4. Berfikir secara koheren dan konsisten. Artinya, berfikir sesuai dengan kaidah-kaidah
berfikir dan tidak mengandung kontradiksi atau dapat pula diartikan dengan berfikir
secara runtut.
3
5. Berfikir secara sistematik. Dalam mengemukakan jawaban terhadap suatu masalah, para
filsuf memakai pendapat-pendapat sebagai wujud dari proses befilsafat. Pendapat-
pendapat itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung maksud dan tujuan
tertentu.
6. Berfikir secara komprehensif (menyeluruh). Berfikir secara filsafat berusaha untuk
menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
7. Berfikir secara bebas. Bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural ataupun
religius. Berfikir dengan bebas itu bukan berarti sembarangan, sesuka hati, atau anarkhi,
sebaliknya bahwa berfikir bebas adalah berfikir secara terikat, akan tetapi ikatan itu
berasal dari dalam, dari kaidah-kaidah, dari disiplin fikiran itu sendiri. Dengan demikian
pikiran dari luar sangat bebas, namun dari dalam sangatlah terikat.
8. Berfikir atau pemikiran yang bertanggungjawab. Pertanggungjawaban yang pertama
adalah terhadap hati nuraninya sendiri. Seorang filsuf seolah-olah mendapat panggilan
untuk membiarkan pikirannya menjelajahi kenyataan. Namun, fase berikutnya adalah
bagaimana ia merumuskan pikiran-pikirannya itu agar dapat dikomunikasi-kan pada
orang lain serta dipertanggungjawabkan.

Adapun beberapa definisi filsafat berdasar para ahli adalah sebagai berikut:
1. Harun Nasution menyatakan filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan
bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga
sampai ke dasar-dasar persoalan.
2. Plato (428-348 SM) menyatakan filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada.
3. Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan murid Plato menyatakan bahwa filsafat
menyelidiki sebab dan asas segala benda.
4. Marcus Tullius Cicero (106-43 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan
tentang sesuatu yang maha agung dan usaha untuk mencapainya.
5. Al Farabi (wafat 950 M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibnu Sina menyatakan filsafat
adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang mawujud dan bertujuan menyelidiki
hakekatnya yang sebenarnya.
6. Immanuel Kant (1724-1804) menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu pokok danpangkal
segala pengetahuan yang mencakup didalamnya 4 persoalan, yaitu:
a. apakah yang dapat kita ketahui (dijawab dengan Metafisika),
b. apakah yangboleh kita kerjakan (dijawab dengan etika),
c. sampai dimanakah pengharapankita (dijawab dengan agama),
4
d. apakah yang dinamakan manusia (dijawab dengan antropologi).

Objek Filsafat Adapun objek filsafat terdiri dari:


1. Objek Material, ialah segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat, segala sesuatu yang
dimasalahkan oleh atau dalam filsafat. Tiga persoalan pokoknya adalah hakikat tuhan,
hakikat alam, dan hakikat manusia.
2. Objek Formal, ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai
ke akarnya) tentang objek materi.

Motivasi Timbulnya Filsafat.


1. Dongeng, tahayul (mitos). Ada yang kritis ingin tahu kebenaran mitos itu (zaman awal
Yunani).
2. Keindahan Makroskosmos, ingin tahu rahasia alam. Ketakjuban sikap lahir dalam bentuk
bertanya kebenaran/pertanyaan menjadi serius dan penyelidikan yang (bukan
sembarangan pertanyaan sistematis filsuf).
3. Penyebab timbulnya pertanyaan adalahkesangsian (keraguan). Ketika terjadi kesangsian
akan sesuatu maka pikiran akan bekerja dan pikiran yang gelisah menjadi sebuah
problema yang harus dipecahkan.
2.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Ada beberapa pengertian atau definisi mengenai Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM) dari para ahli. Di antaranya adalah:
1. Drs. Malayu S.P. Hasibuan: MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan
peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan,
karyawan, dan masyarakat.
2. Edwin B. Flippo: Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian dari pengadaan, pengembangan, kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemberhentian karyawan, dengan maksud
terwujudnya tujuan perusahaan, individu, karyawan, dan masyarakat.
3. Dale Yoder: Manajemen personalia adalah penyedia kepemimpinan dan pengarahan para
karyawan dalam pekerjaan atau hubungan kerja mereka.
4. Andrew F. Sikula: Administrasi kepegawaian adalah penempatan orang-orang ke dalam
suatu perusahaan.

5
5. John B. Miner dan Mary Green Miner: Manajemen personalia didefinisikan sebagai
suatu proses pengembangan,menerapkan, dan menilai kebijakan-kebijakan, prosedur-
prosedur, metode-metode, dan program-program yang berhubungan dengan individu
karyawan dalam organisasi.
6. Michel J. Jucius: Manajemen personalia adalah lapangan manajemen yang pertalian
dengan perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian bermacam-macam fungsi
pengadaan, pengembangan, pemeliharaan, dan pemanfaatan tenaga kerja sedemikian
rupa sehingga:
a. Tujuan untuk apa perkumpulan didirikan dan dicapai secara efektif dan efisien.
b. Tujuan semua pegawai dilayani sampai tingkat yang optimal.
c. Tujuan masyarakat diperhatikan dan dilayani dengan baik.
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, terdiri dari 6M. Unsur men (manusia) ini berkembang
menjadi suatu bidang ilmu manajemen yang disebut Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM) yang merupakan terjemahan dari man power management.
MSDM lebih memfokuskan pembahasan mengenai pengaturan peranan manusia
dalam mewujudkan tujuan yang optimal. Pengaturan itu meliputi masalah perencanaan
(human resources planning), pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian
tenaga kerja untuk membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
2.3 Perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia
Perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia didorong oleh kemajuan zaman.
Perkembangan MSDM dipengaruhi oleh masalah-masalah ekonomi politik, dan sosial.
2.3.1 Masalah-masalah ekonomi meliputi:
1. Semakin terbatasnya faktor-faktor produksi, menuntut agar sumber daya manusia dapat
bekerja lebih efektif dan efisien.
2. Semakin disadari bahwa SDM paling berperan dalam mewujudkan tujuan perusahaan,
karyawan, dan masyarakat.
3. Karyawan akan meningkatkan moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerjanya jika
kepuasan diperoleh dari pekerjaannya.
4. Terjadinya persaingan yang tajam untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas di
antara perusahaan.

6
5. Para karyawan semakin menuntut keamanan ekonominya pada masa depan.

2.3.2 Masalah-masalah politis meliputi hal-hal berikut:


1. Hak asasi manusia semakin mendapat perhatian dan kerja paksa jelas tidak
diperkenankan lagi.
2. Organisasi buruh semakin banyak dan semakin kuat mengharuskan perhatian yang lebih
baik terhadap SDM.
3. Campur tangan pemerintah dalam mengatur perburuhan semakin banyak.
4. Adanya persamaan hak dan keadilan dalam memperoleh kesempatan kerja.
5. Emansipasi wanita yang menuntut kesamaan hak dalam memperoleh pekerjaan.

2.3.3 Sedangkan masalah-masalah sosial di antaranya adalah:


1. Timbulnya pergeseran nilai di dalam masyarakat akibat pendidikan dan kemajuan
teknologi.
2. Berkurangnya kebanggaan terhadap hasil pekerjaan akibat adanya spesialisasi pekerjaan
yang mendetail.
3. Semakin banyak pekerja wanita yang karena kodratnya perlu mendapatkan perlakuan
khusus sesuai perundang-undangan.
4. Kebutuhan manusia yang semakin beraneka ragam, material dan non-material yang harus
dipenuhi oleh perusahaan.

2..4 Hubungan Filsafat Dengan Manajemen Sumber Daya Manusia


Berdasarkan paparan di atas, diketahui bahwa filsafat ilmu merupakan cabang ilmu yang
sangat penting bagi keberlangsungan umat manusia di muka bumi ini. Filsafat ilmu
memberikan kontribusi yang besar terhadap maju mundurnya ilmu pengetahuan, begitupun
manajemen sebagai salah satu rumpun ilmu tidak bisa dipisahkan satu sama lain dengan
filsafat ilmu. Maka peranan filsafat ilmu terhadap manajemen SDM bisa dilihat dalam 3
(tiga) landasan yang masing-masing memiliki hubungan yang erat dan berkaitan untuk
memajukan kuliats hidup dan peradaban manusia.
2.4.1 Landasan Ontologi Manajemen Sumber Daya Manusia
Landasan Ontologi dari praktek manajemen adalah hakekat dari praktek manajemen. Hakekat
itu merupakan “ada”-nya dari manajemen. Inilah esensi dari praktek manajemen. Tanpa
hakekat ini, praktek manajemen menjadi tidak bermakna. Ontologi dari Manajemen SDM
bisa direlevansikan sebagai jaringan komunikasi intensif antar individu yang memiliki
perbedaan keterampilan dan ilmu, namun bekerja untuk mewujudkan tujuan yang sama. Jadi,
ontologi dari praktek manajemen adalah sebagai jaringan komunikasi yang saling bertautan

7
satu sama lain. Jaringan komunikasi itu juga mengandaikan adanya tanggung jawab masing-
masing individu untuk berkomitmen pada tugas dan tujuan yang ada.
Tujuan itu haruslah menjadi bagian dari identitas dan cita-cita bersama. Setiap
organisasi/perusahaan haruslah menentukan tujuan serta arah yang hendak dicapai dalam
organisasi tersebut dan harus bisa dikomunikasikan terhadap seluruh elemen yang ikut
berkontribusi terhadap keberlangsungan hidup organisasi tersebut.
Adapun aspek realitas yang dijangkau teori dan manajemen melalui pengalaman panca indra
ialah dunia pengalaman manusia secara empiris baik yang berupa tingkat kualitas maupun
kuantitas hasil yang dicapai.
Objek materi ilmu manjemen ialah sisi manajemen yang mengatur seluruh kegiatan
manajemen meliputi, Perencanaan, Pengorganisasian, Pengerahan (motivasi, kepemimpinan,
pengambilan keputusan, komonikasi, koordinasi, dan negosiasi serta pengembangan
organisasi) dan Pengendalian (meliputi pemantauan, penilaian, dan pelaporan).
Secara bertahap, landasan ontologi manajemen diterapkan dalam Manajemen SDM
dikembangkan dalam beberapa strategi perusahaan untuk mendapatkan tujuan di antaranya:
1. Perumusan Visi dan Misi, Peluang dan Tantangan, Kekuatan dan Kelemahan, Sararan
Jangka Panjang, Strategi Alternatif, Pemilihan strategi yang dipakai untuk merumuskan
tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan tersebut.
2. Implementasi, yang meliputi Sasaran Tahunan, Kebijakan, Motivasi Karyawan dan
Alokasi Sumber Daya.
3. Evaluasi, meliputi Peninjauan Internal dan Eksternal, Mengukur Kinerja, dan Tindakan
Perbaikan.
Dalam landasan ontologi manajemen maka harus bisa menjawab semua hal yang menyangkut
hakikat dasar dari sebuah organisasi itu didirikan, di antaranya:
1. Perusahaan haruslah mengetahui bidang dan objek apa perusahaan tersebut bergerak,
apakah di bidang jasa, keuangan atau lainnya.
2. Apakah wujud yang hakiki dari objek perusahaan tersebut.
3. Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir,
merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
Maka secara keseluruhan landasan ontologi manajemen merupakan pedoman untuk setiap
organisasi dalam bergerak menggapai tujuan bersama.

2.4.2 Landasan Epistemologi Manajemen Sumber Daya Manusia


Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang
berarti teori. Jadi, dengan istilah itu yang dimaksud adalah penyelidikan asal mula
pengetahuan atau strukturnya, metodenya, dan validitasnya.
Manajemen dapat pula didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya alam
(SDA) dan sumber daya manusia (SDM) mencapai tujuan ekonomi secara efektif dan efisien.
Dalam perkembangannya epistemologi menampakkan jarak yang asasi antara rasionalisme
dan empirisme, walaupun sebenarnya terdapat kecenderungan beriringan.

8
Landasan epistemologi manajemen SDM tercermin secara operasional dalam metode ilmiah.
Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh
pengetahuan dengan berdasarkan:
1. Kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang konsisten dengan
pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun.
2. Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka tersebut dan melakukan
verifikasi terhadap hipotesis termaksud dengan menguji kebenaran pernyataan secara faktual.
Misalnya pertanyaan-pertanyaan:
a. Bagaiman proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu ?
b. Bagaimana prosedurnya ?
c. Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar ?
d. Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ?
e. Apakah kriterianya ?
f. Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang
berupa ilmu ?
Untuk itulah maka landasan epistemologi manajemen haruslah bisa menjawab beberapa
pertanyaan di atas dengan mencari formula atau metode yang tepat bagaimana sebuah
organisasi dapat beroprasi dengan tujuan yang telah ditentukan.

Secara umum, landasan epistemologi manajemen sumber daya manusia bisa diaplikasi dalam
beberapa pendekatan di bawah ini :
a. Manajemen SDM sebaiknya melakukan pendekatan sistem sosial. Pendekatan sisitem
sosial ini memandang bahwa organisasi/perusahaan adalah suatu sistem yang kompleks yang
beroperasi dalam lingkungan yang kompleks. Manajer mengakui dan menyadari bahwa
tujuan organisasi/perusahaan baru akan tercapai jika terbina kerja sama yang hamonis antara
sesama karyawan, bawahan dengan atasan, serta terjadi interaksi yang baik di antara semua
karyawan. Pemikiran ini didasarkan pada adanya saling ketergantungan, interaksi, dan
keterkaitan di antara sesama karyawan. Mungkin saja pendekatan mekanis dipakai karena
teknologi diperlukan untuk memajukan perusahaan namun tidak semua diadaptasi secara
keseluruhan agar tidak menggantikan peran manusia sebagai subjek yang memiliki krativitas
dan keberdayaan.

b. Perusahaan haruslah menjalankan fungsi-fungsi manajemen di bawah ini:


1) Perencanaan: Menentukan sasaran dan standar-standar, membuat aturan dan prosedur,
menyusun rencana-rencana dan melakukan peramalan.
2) Pengorganisasian: Memberikan tugas spesifik kepada setiap bawahan, membuat divisi-
divisi, mendelegasikan wewenang kepada bawahan, meembuat jalur wewenang dan
komunikasi, dan mengoordinasikan pekerjaan bawahan.
3) Penyusunan staf: Menentukan tipe orang yang harus dipekerjakan, merekrut calon
karyawan, memilih karyawan, menetapkan standar prestasi, memberikan kompensasi kepeda

9
karyawan, mengevaluasi prestasi, memberikan konseling kepada karyawan, melatih dan
mengembangkan karyawan.
4) Kepemimpinan: Mendorong orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan,
mempertahankan semangat kerja, dan memotivasi bawahan.
5) Pengendalian: Menetapkan standar, seperti kuota penjualan, standar penjualan, standar
kualitas, atau tingkat produksi, memeriksa untuk melihat bagaimana prestasi yang dicapai
dibandingkan dengan standar-standar ini, melakukan koreksi jika dibutuhkan.

c. Perusahaan haruslah mengadakan pengembangan terhadap karyawan. Kegiatan yang


bisa dilakukan seperti di bawah ini:
1) Orientasi atau Sosialisasi. Kegiatan ini merupakan pengenalan karyawan baru terhadap
kebijakan dan program perusahaan/ oraganisasi, hal ini diharapkan terciptanya rasa memiliki
dengan iklim kerja yang kondusif.
2) Pelatihan dan Pengembangan. Pelatihan dirancang untuk meningkatkan keterampilan
dalam pekerjaan.
3) Perencanaan dan Pengembangan Karir. Karir karyawan dan kebutuhan perusahaan
adalah hal yang tak terpisahkan, oleh karena itu perusahaan harus membantu karyawannya
dalam merencanakan karir mereka agar kebutuhan kedua belah pihak dapat terpenuhi.

d. Manajemen SDM haruslah menjalankan perannya sebagai berikut:


1) Melakukan persiapan dan seleksi tenaga kerja (Preparation and selection). Hal-hal yang
harus dilakukan adalah persiapan, rekruitmen, dan seleksi tenaga kerja.
2) Pengembangan dan evaluasi karyawan (Development and evaluation).
3) Memberikan kompensasi dan proteksi pada pegawai (Compensation and protection).

Landasan epistomologi manajemen haruslah sanggup melahirkan cara dan metode terbaik
dan diiringi dengan support teknologi yang memadai akan menjadikan karyawan tidak hanya
sebagai pekerja tetapi pelaku sekaligus penggagas dalam pencapaian tujuan. Apabila
karyawan sebagai aset sumberdaya manusia dibina dan dipenuhi tuntukan keebutuhannya
baik yang menyangkut kesejahteraan atau pengetahuan sebagai bekal diri masing-masing
tentu akan menghasilkan performa yang berkualitas.

2.4.3 Landasan Aksiologis Manajemen Sumber Daya Manusia


Berasal dari bahasa Yunani axios yang berarti `memiliki harga, `mempunyai nilai`, dan logos
yang bermakna `teori` atau `penalaran`, artinya sebagai teori tentang nilai yang diinginkan
atau teori tentang nilai yang baik dan dipilih. Teori ini berkembang sejak jaman Plato dalam
hubungannya dengan pembahasan mengenai bentuk atau ide (ide tentang kebaikan).
Di dalam praktek manajemen, ada lima nilai yang kiranya menjadi titik tolak, yakni nilai-
nilai: Pengabdian, Kemanusiaan, Ekonomi, Lingkungan hidup dan Estetika.
Aksiologi merupakan suatu pendekatan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai
tersebut dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain nilai-nilai tersebut ditanamkan dalam

10
pribadi para pemimpin bisnis (Manajer), staf dan pegawai. Sesuai dengan tujuannya, maka
manfaat manajemen SDM adalah:
1. Terwujudnya suatu proses kegiatan perekonomian yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan.
2. Terciptanya pelaku kegiatan manajerial yang aktif mengembangkan potensinya untuk
memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
3. Tercapainya tujuan perekonomian secara efektif dan efisien.
4. Tercapainya pemberdayaan yang signifikan sebagai upaya untuk meningkatkan
pembangunan dan kualitas hidup manusia
Permasalahan aksiologi meliputi sifat nilai, tipe nilai, kriteria nilai, status metafisika nilai.
Pada adasarnya ilmu harus digunakan untuk kemaslahatan umat manusia. Ilmu dapat
dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf hidup manusia dan kesejahteraannya
dengan menitikberatkan pada kodrat dan martabat.Untuk kepentingan manusia, maka
pengetahuan ilmiah yang diperoleh disusun dan dipergunakan secara komunal dan universal
sehingga kesuksesan dan kebahagiaan akan tercapai dengan seimbang.Seperti dijelaskan oleh
Nana Rukmana (2006:6) bahwa kesuksesan dan kebahagiaan adalah tercapainya berbagai
prestasi dan tujuan tertentu, baik dalam hal agama ataupun dunia, yang pengaruhnya tampak
secara jelas dalam kehidupan seseorang pada tingkat individu, keluarga, karier dan profesi.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Filsafat berasal dari Bahasa Yunani terdiri dari dua suku kata yaitu Philos danSophia.
Philos biasanya diterjemahkan dengan istilah gemar, senang, atau cinta. Sophia dapat
diartikan kebijaksanaan. Jadi “filsafat” berarti cinta kepada kebijaksanaan. Menjadi
bijaksana berarti mendalami hakekat sesuatu.
2. Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
3. Pemberdayaan merupakan terjemahan dari kata empowerment adalah proses yang
dilaksanakan secara sengaja dan terus menerus dan direncanakan serta mempunyai cara
dan metode untuk tujuan tertentu agar memiliki nilai kebergunaan untuk dirinya juga
lingkungan sekitarnya.
4. Landasan filsafat manajemen sumber daya manusia secara ontologi, epistomologi dan
aksiologi merupakan suatu pendekatan secara teknis dalam usaha untuk meningkatan
pemberdayaan manusia yang saling berhubungan erat dalam konsep pencapaian tujuan
yang diharapkan, metode yang digunakan serta hasil yang diharapkan untuk
keberlangsungan kehidupan manusia

12
DAFTAR PUSTAKA

Drijkara, N. (2004). Filsafat Manusia.Yogyakata.


Kanisius. Hasibuan, M. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Bumi Aksara.
Maulidih, S. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Modul pada Universitas Brawijaya.
Malang: tidak diterbitkan.
Morris, T. (2003). Sang CEO bernama Aristoteles, Sukses Berbisnis dengan Kearifan
Filsofis. Bandung. Mizan.
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Nessa, N. (2014). Buku Ajar Filsafat Ilmu. Modul pada Unhas. Makassar: tidak diterbitkan.
Rukmana, N. (2006). Meraih Sukses dan Kebahagiaan Hidup. Bandung. Alfabeta.
Snijders, A. (2004). Antropologi Filsafat Manusia Paradoks dan Seruan. Yogyakarta.
Kanisius.
Sudjana, D. (2001). Pendidikan Luar Sekolah. Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah
dan Teori Pendukung Asas. Bandung. Nusantara Press.

13

Anda mungkin juga menyukai