Anda di halaman 1dari 6

HTLV-1

(Interdisiplin Bahasa Indonesia dan Biologi)

Oleh:
NAMA : Joanne Jeafy Tehupeiory
KELAS : 10 MIPA

SEKOLAH LENTERA HARAPAN


AMBON

2022/2023
HTLV-1
Kanker darah yang diakibatkan ketika tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah putih
atau leukemia adalah salah satu penyakit yang mematikan karena dapat mengakibatkan
kematian. Salah satu faktor penyebab penyakit tersebut adalah suatu virus yang bernama
Human T-cell lymphotropic virus type one atau yang biasanya disingkat sebagai HTLV-1.
Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia ini adalah retrovirus dari kelompok
virus limfotropik sel T manusia. Sama halnya dengan retrovirus lainnya, HTLV-1 juga
merupakan virus ribonucleic acid (RNA) yang menggunakan enzim yang disebut reverse
transcriptase untuk menghasilkan deoxyribonucleic acid (DNA) dari RNA. DNA tersebut
kemudian dimasukkan ke genom inang yang membuat HTLV-1 didominasi mempengaruhi
limfosit T (Larissa, 2019).
Suatu virus dapat dikenali atau diidentifikasi sebagai HTLV-1 melalui ciri-cirinya. Jika
virus tersebut memiliki virion yang berdiameter 80-100 Newton meter dan membran lipid
sebelah luarnya bergabung dengan glikoprotein, RNA virion berukuran 7-12 kilobase,
berbentuk linear, rantai tunggal, dan mempunyai polaritas positif, maka dapat dipastikan bahwa
virus tersebut adalah virus HTLV-1 (Shabarni, 2007).

(Gambar virus HTLV-1 dan strukturnya)


Virus HTLV-1 mmemiliki lima struktur utama yaitu nukleokapsid, matriks kapsid,
reverse transcriptase, dan juga transmembran. Nukleokapsid pada virus ini berfungsi sebagai
protein yang menyelubungi virion yang terdiri atas materi genetik, sedangkan matriks
berfungsi untuk menyimpan bagian-bagian yang penting seperti materi genetik, ribosom dan
ion-ion penting lainnya. Kapsid berguna sebagai kulit atau selubung protein, enzim reverse
transcriptase untuk menghasilkan DNA dari RNA, dan protein transmembran yang merupakan
protein membran integral yang membentang melintasi membran setidaknya satu kali.
HTLV-1 melalui beberapa tahapan untuk melakukan replikasi guna memperbanyak
dirinya. Tahapan yang pertama adalah penempelan, yang mana virus ini menempel kepada
inang lalu mengalami penetrasi atau masuknya partikel virus ke dalam sel inang. Selanjutnya,
terjadi pelepasan bungkus yang mana terjadi pemisahan genom virus dari kapsid atau envelop,
kemudian terjadi tahap integrasi yang mana DNA yang terbentuk pada proses transkripsi balik
akan masuk ke dalam nukleus melalui nuclear pore dan akan terintegrasi pada kromosom inang
dengan bantuan enzim integrase. Tahap sintesis kemudian terjadi ketika sel inang yang
mengandung provirus teraktivasi maka akan terjadi proses transkripsi untuk menghasilkan
materi genetik dan proses translasi untuk menghasilkan prekursor enzim-enzim dan protein-
protein struktural buat virus-virus baru yang akan dihasilkan. Terakhir, akan terjadi proses
budding (pelepasan virus-virus baru) dan dilanjutkan dengan proses maturasi dengan bantuan
protease.

Dikarenakan HTLV-1 bukanlah virus yang umum, virus ini tidak dapat ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Penyebarannya yang lambat mengakibatkan HTLV-1 tidak
mendapatkan begitu banyak perhatian yang membuat penanganan terhadap virus ini justru
menjadi lambat, padahal ada begitu banyak dampak negatif yang diakibatkan virus ini bagi
manusia. Sama seperti HIV, virus ini juga menyerang sistem kekebalan tubuh. Ketika
seseorang terinfeksi HTLV-1, seperti infeksi retrovirus lainnya, HTLV-I mungkin menginfeksi
seumur hidup. Virus ini juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya leukemia,
penyakit kanker darah yang dapat menyebabkan kematian. Walaupun relatif rendah,
diperkirakan bahwa sekitar 1–5% infeksi HTLV-I pada manusia akan berkembang menjadi
kanker (Shabarni, 2007).
Guna menghindari terinfeksi virus HTLV-1, terdapat beberapa upaya yang dapat
dilakukan. Upaya-upaya tersebut antara lain adalah melakukan pemeriksaan kesehatan yang
rutin, tidak menggunakan narkoba terutama yang menggunakan jarum suntik, tidak
sembarangan melakukan transfusi darah, menggunakan pengaman saat berhubungan seksual,
dan untuk ibu menyusui yang terkonfirmasi positif tidak diperbolehkan untuk terus menyusui
anaknya agar anaknya tidak tertular. Upaya-upaya tersebut adalah upaya pencegahan dari
faktor-faktor yang dapat menyebabkan terinfeksinya HTLV-1.
Belum ada pengobatan yang telah terbukti efektif untuk mengatasi atau mengobati virus
ini, tetapi pemberian interferon alfa, imunoglobulin, dan kortikosteroid bisa membantu.
Pengobatan untuk spastisitas yang terjadi diberikan secara simptomatik, misalnya dengan
pemberian obat relaksan otot (Rigmor, 2002). Terdapat juga upaya pembuatan vaksin untuk
virus ini oleh para peneliti Jepang, namun sampai saat ini belum berhasil dibuat.
Dapat kita ketahui bahwa HTLV-1 merupakan penyakit mematikan yang sampai saat ini
belum ditemukan pengobatan yang efektif untuk mengatasinya. Oleh karena itu, marilah kita
menjaga kesehatan tubuh kita yang telah diberikan Tuhan sebaik-baiknya agar terhindar dari
virus ini dengan cara melakukan upaya-upaya pencegahan virus HTLV-1 seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Sumber:
Shabrani, G, M.Si. (2007). PENGGUNAAN PCR (POLIMERASE CHAIN REACTION)
UNTUK DETEKSI RETROVIRUS HTLV (HUMAN T-CELL LYMPHOTROPIC VIRUS))
Larissa, M.B. (2019, December 10). Human T-cell leukemia virus type 1 infection among
Japanese immigrants and their descendants living in Southeast Brazil: A call for preventive and
control responses
Sulistyowati, E., Omegawati, W. H., & Hidayat, M. L. (2016). BUKU SISWA BIOLOGI untuk
SMA/MA Kelas X. Klaten: PT Intan Pariwara.
Fernando A.P, A.B.F., C.P., B.C.C., E.L.M. (2005). Global epidemiology of HTLV-I infection
and associated diseases
Rigmor T., Jon A., Sören A. (2002) Strategies for diagnosis of HTLV‐I and‐II

Anda mungkin juga menyukai