Anda di halaman 1dari 14

CONTOH PENGGUNAAN TES “T” 2

Makalah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Statistik II

Dosen Pengampu:
Faza Karimatul Akhlak, MA

Disusun Oleh kelompok 4:


1. Syarifah Kamilah (19312097)
2. Fildzah Azzayani (19312121)
3. Anis Fitriana (19312108)
4. Fitri Nabilah (19312123)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH


INSTITUT ILMU AL-QUR’AN JAKARTA (IIQ) T.A 2022/2023
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk menguji kebenaran suatu hipotesis yang ada di dalam penelitian


itu, berbagai uji dilakukan. Salah satu uji yang telah dikenal dalam dunia statistika,
yaitu uji T. Uji T atau T test adalah salah satu tes statistik yang dipergunakan
untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nihil yang menyatakan bahwa
di antara dua buah mean sampel yang diambil secara random dari populasi yang
sama, tidak terdapat perbedaan signifikan (Sudijono, 2009:278). Salah satu alat
yang digunakan dalam uji statistik t adalah SPSS yang merupakan sebuah
perangkat lunak untuk membantu percepatan dan akurasi dalam pengolahan data
Makalah ini akan membahas tentang pengujian rerata (Uji T) dua sampel yang
saling berhubungan dan dua sampel yang tidak saling berhubungan dan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana test “T” untuk dua sampel besar yang saling berhubungan?
2. Bagaimana test “T” untuk dua sampel besar yang tidak memiliki hubungan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui contoh test “T” untuk dua sampel besar yang saling
berhubungan.
2. Untuk mengetahui test “T” untuk dua sampel besar yang tidak memiliki
hubungan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. TES “T” UNTUK DUA SAMPEL BESAR YANG SALING BERHUBUNGAN

Uji T dua sampel/kelompok seperti materi yang pernah dibuat mengenai uji T
dua sampel dibagi kedalam dua jenis yaitu uji T dua sampel/kelompok
independent(bebas) dan uji T dua sampel dependent (berpasangan). sebelumnya juga
sudah dibuat mengenai uji T dua sampel/kelompok independent(bebas). Nah, kali ini
akan dibahas tentang uji t berpasangan. uji T berpasangan tentu saja digunakan
apabila dua kelompok tersebut saling berhubungan. Dua sampel berpasangan artinya
sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran
yang berbeda.

Uji statistik sampel yang menggunakan dua sampel berpasangan atau


berhubungan digunakan jika peneliti ingin menentukan apakah dua perlakuan
memiliki perbedaan yang signifikan, atau apakah perlakuan satu lebih baik dari
perlakuan lainnya. Pengertian perlakuan (treatment) disini adalah Pada setiap kasus,
kelompok yang mendapatkan perlakuan dibandingkan dengan kelompok yang tidak
mendapatkan perlakuan, atau mendapatkan perlakuan lainnya.

Bila seorang peneliti ingin mengetahui apakah parameter dua populasi


berbeda atau tidak, maka uji statistik yang digunakan disebut uji beda dua mean.
Umumnya, pendekatan yang dilakukan bisa dengan distribusi Z (uji Z), ataupun
distribusi t (uji t).
Uji Z dapat digunakan bila (1) standar deviasi populasi (σ) diketahui, dan (2) jumlah
sampelnya besar (> 30). Bila kedua syarat tersebut tidak terpenuhi, maka jenis uji
yang digunakan adalah uji t dua sampel (two sample t-test).

Berdasarkan hubungan antar populasinya, uji t dapat digolongkan kedalam


dua jenis uji, yaitu dependent sample t-test, dan independent sample t-test:

Dependent sample t-test atau sering diistilakan dengan Paired Sampel t-Test, adalah
jenis uji statistika yang bertujuan untuk membandingkan rata-rata dua grup yang
saling berpasangan. Sampel berpasangan dapat diartikan sebagai sebuah sampel
dengan subjek yang sama namun mengalami 2 perlakuan atau pengukuran yang
berbeda, yaitu pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan sebuah treatment.

Syarat jenis uji ini adalah: (a) data berdistribusi normal; (b) kedua kelompok
data adalah dependen (saling berhubungan/berpasangan); dan (c) jenis data yang
digunakan adalah numeric dan kategorik (dua kelompok).

Rumus t-test yang digunakan untuk sampel berpasangan (paired) adalah:

Contohnya adalah bila seorang Manejer perusahaan ingin mengetahui apakah


ada perbedaan prestasi penjualan seles setelah mengikuti pelatihan marketing. Setelah
dilakukan rekapitulasi jumlah penjualan terhadap 15 orang sales, diperoleh data
sebagai berikut:

Merumuskan hipotesis, yaitu:

Ho = Rata-rata penjualan sebelum mengikuti program pelatihan = Rata-rata penjualan


setelah mengikuti program pelatihan,

H1 = Rata-rata penjualan sebelum mengikuti program pelatihan ≠ Rata-rata penjualan


setelah mengikuti program pelatihan.

Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut:


Kesimpulan yang dapat ditarik adalah : t hitung (2.553) > t tabel (2.145), yang
berarti Ho ditolak dan H1 diterima, sehingga disimpulkan bahwa : rata-rata penjualan
sebelum mengikuti program pelatihan ≠ Rata-rata penjualan setelah mengikuti
program pelatihan. Atau dengan kata lain, Program pelatihan marketing memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi penjualan sales.

B. TES “T” UNTUK DUA SAMPEL BESAR YANG SATU SAMA LAIN
TIDAK MEMPUNYAI HUBUNGAN

1. Rumusnya1
Rumus yang kita pergunakan ialah:

M 1−M 1
t 0=
S EM −M 2
1

2. Langkah perhitungannya 2
Langkah yang perlu ditempuh adalah:
a. Mencari Mean Variabel X (Variabel I), dengan rumus:

M 1=M ' + ⅈ
( )
ΣF x'
N1
b. Mencari Mean Variabel Y (Variabel II) dengan rumus:
' ( ΣF y ' )
M 2=M + ⅈ
(N )
c. Mencari Deviasi Standar Variabel I dengan rumus:

1
Anas Sudijono, “Pengantar Statistik Pendidikan”. (Jakarta: Rajawali Press, 2009). Hal. 346
2
Anas Sudijono, “Pengantar Statistik Pendidikan”. (Jakarta: Rajawali Press, 2009). Hal. 346
√ ( )
'2 ' 2
ΣF x ΣF x
S D1=ⅈ −¿ ¿
N1 N1
d. Mencari Deviasi Standar Variabel II dengan rumus:

√ ( )
'2 ' 2
ΣF y ΣF y
S D2=ⅈ −¿ ¿
N2 N2

e. Mencari Standadr Error Mean Variabel I dengan rumus:


S D1
S EM =
1
√ N 1−1
f. Mencari Standadr Error Mena Variabel II dengan rumus:
S D2
S EM =
2
√ N 2−1

g. Mencari Standadr Error perbedaan Mean Variabel I dan Mean


Variabel II dengan rumus:
S E M −M =√ SE M 21 + SE M 22
1 2

M 1−M 1
h. Mencari t 0 dengan rumus t 0=
S EM −M 2
1

3. Contoh penggunaanya 3

Studi Eksperimen yang dilaksanakan dengan tujuan untuk


menguji kebenaran/kepalsuan Hipotesis yang menyatakan bahwa
dengan menggunakan metode mengajar yang baru, prestasi belajar para
siswa SMTA lebih baik daripada diajar dengan menggunakan metode
lama, telah menetapkan 50 orang siswa SMTA yang diajar dengan
menggunakan metode baru (Variabel X), dan 50 orang siswa SMTA
yang diajar dengan menggunakan metode lama (Variabel Y), sebagai

3
Anas Sudijono, “Pengantar Statistik Pendidikan”. (Jakarta: Rajawali Press, 2009). Hal. 346
sampel penelitian. Setelah eksperimentasi berakhir, dari kedua kelom
pok siswa SMTA itu, diperoleh skor hasil belajar sebagai berikut:
TABEL 8.8. Skor Hasil Bealajar Siswa SMTA yang Diajar dengan
Metode Baru (X)

Skor f
85-89 3
80-84 5
75-79 7
70-74 7
65-69 8
60-64 10
55-59 3
50-54 2
45-49 2
40-44 2

50 = N 1

TABEL 8.9. Skor Hasil Bealajar Siswa SMTA yang Diajar dengan Metode
Lama (Y)

Skor f
85-89 2
80-84 3
75-79 5
70-74 5
65-69 7
60-64 8
55-59 8
50-54 6
45-49 4
40-44 2

50 = N 2

Untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis yang telah disebutkan


di muka, ditempuh Langkah sebagai berikut:
a. Mencari Mean, Deviasi Standard dan Standard Error dari Mean
Variabel I:

Skor f X X
'
fX' fx
'2

85-89 3 +5 +15 75
80-84 5 +4 +20 80
75-79 7 +3 +21 63
70-74 7 +2 +14 28
65-69 8 M
'
+1 +14 8
60-64 10 (62) 0 0 0
55-59 3 -1 -3 3
50-54 2 -2 -6 12
45-49 2 -3 -6 18
40-44 2 -4 -8 32

 55 = 319 =
50 = N 1  ΣF x
'
ΣF x
'2
( ) ( 55 )
'
' ΣF x
1) M 1=M + ⅈ N1
= 62 + 5 = 50 = 62 + 5,5 =

67,50

√ ( ) √
' 2

( )
'2 2
319 55
2) S D1=ⅈ ΣF x −¿ ΣF x ¿ =5 −¿ ¿
N1 N1 50 50

¿ 5 √ 6,38−¿ 1,21 ¿
¿ 5 √ 5,17=5 X 2,274
=11, 37

S D1 11,37 11,37 11,37


3) S E M = ¿ = = 7 = 1,624
1
√ N 1−1 √50−1 √ 49

b. Mencari Mean, Deviasi Standar dan Standard Error dari Mean


Variabel II:

Skor f y y
'
fy' fy
'2

85-89 2 +5 +10 +50


80-84 3 +4 +12 +48
75-79 5 +3 +15 +45
70-74 5 +2 +10 +20
65-69 7 +1 +7 +7
60-64 8 (62) 0 0 0
55-59 8 -1 -8 +8
50-54 6 -2 -12 +24
45-49 4 -3 -12 +36
40-44 2 -4 -8 +32

 14 = 270 = ΣF y ' 2
50 = N 2 '
ΣF y

( ) = 62 + 5 = ( ) = 62 + 1,40 =
'
' ΣF y 14
1) M 2=M + ⅈ N2 50

63,40

√ ( ) √
' 2

( )
'2 2
270 14
2) S D2=ⅈ ΣF y −¿ ΣF y ¿=5 −¿ ¿
N2 N2 50 50

¿ 5 √5,40−¿ 0,0784 ¿
¿ 5 √ 5,3216=5 X 2,307
=11,535

S D2 11,535 11,535 11,535


3) S E M = ¿ = = 7 = 1,648
2
√ N 2−1 √ 50−1 √ 49

c. Mencari Stardard Error Perbedaan Mean Variabel I dan Mean


Varoabel II, Dengan rumus:
S E M −M =√ SE M 1 + SE M 2
2 2
1 2

¿ √(1,624)2 +(1,48)2
= √ 2,637376+2,715904 = √ 5,353328
= 2,314
d. Mencari “t” atau t 0
M 1−M 1 67,50−63,40 4,10
t 0= = = = 1,772
S EM −M 2
1
2,314 2,314

e. Memberikan interpretasi terhadap “t 0”:


df atau db = (N1+N2-2)=50+50-2=98 (Konsultasi Tabel Nilai
"t"). Ternyata dalam Tabel tidak ditemui df sebesar 98; karena itu
dipergunakan df yang tendekat, yaitu df 100. Dengan df sebesar 100
t tabel diperoleh sebagai beriku:
 Pada taraf signifikansi 5% : t t = 1,98
 Pada taraf signifikansi 1% : t t = 2,63
Karena "t" yang kita peroleh dalam perhitungan (yaitu t 0 =
1,772) adalah lebih kecil daripada t t (baik pada taraf signifikansi 5%
maupun pada taraf signifikansi 1%), maka Hipotesis Nihil diterima.
Berarti antara Variabel I dan Variabel II tidak terdapat perbedaan
yang signifikan.
f. Kesimpulan
Sekalipun terdapat perbedaan Mean Hasil Belajar di antara
kedua kelompok siswa SMTA tersebut namun perbedaan Mean itu
bukanlah perbedaan yang signifikan. Karena itu kita dapat
mengatakan/menyimpulkan, Metode Baru yang dieksperimentasikan
itu, tidak lebih baik jika dibandingkan dengan Metode Lama.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Uji statistik sampel yang menggunakan dua sampel berpasangan atau
berhubungan digunakan jika peneliti ingin menentukan apakah dua perlakuan
memiliki perbedaan yang signifikan, atau apakah perlakuan satu lebih baik
dari perlakuan lainnya. Pengertian perlakuan (treatment) disini adalah Pada
setiap kasus, kelompok yang mendapatkan perlakuan dibandingkan dengan
kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan, atau mendapatkan perlakuan
lainnya.
Untuk sampel yang menggunakan dua sampel besar yang tidak saling
berhubungan, kita dapat menggunakan rumus berikut

Rumus yang kita pergunakan ialah:

M 1−M 1
t 0=
S EM −M 2
1
DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono, “Pengantar Statistik Pendidikan”. (Jakarta: Rajawali Press, 2009).

Anda mungkin juga menyukai