Anda di halaman 1dari 2

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

RSJ Prov. Jabar


VULNUS
1. Pengertian ( Definisi) Keadaan terjadinya diskontinuitas jaringan, dapat ditimbulkan oleh
berbagai macam akibat yaitu trauma, meliputi luka robek (laserasi),
luka akibat gesekan (abrasi), luka akibat tarikan (avulsi), luka
tembus (penetrasi), gigitan, luka bakar, dan pembedahan.
2. Anamnesis Keluhan:
Terjadi trauma, ada jejas, memar, bengkak, nyeri, rasa panas di
daerah trauma.

3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik


Inspeksi: adanya kerusakan jaringan didaerah trauma, ada
perdarahan, edema sekitar area trauma, kulit warna kemerahan
sampai kehitaman.
Palpasi: nyeri tekan, atau anestesi.
4. Kriteria Diagnosis 1. Gejala Lokal
a. Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf sensoris.
Intensitas atau derajat rasa nyeri berbeda-beda tergantung
pada berat/luas kerusakan ujung-ujung saraf , etiologi dan
lokasi luka.
b. Perdarahan, hebatnya perdarahan tergantung pada lokasi
luka, jenis pembuluh darah yang rusak.
c. Diastase yaitu luka yang menganga atau tepinya saling
melebar
d. Gangguan fungsi, fungsi anggota badan akan terganggu
baik oleh karena rasa nyeri atau kerusakan tendon.
2. Gejala umum
Gejala/tanda umum pada perlukaan dapat terjadi akibat
penyulit/ komplikasi yang terjadi seperti syok akibat nyeri dan
atau perdarahan yang hebat.
Pada kasus vulnus diagnosis pertama dilakukan secara teliti
untuk memastikan apakah ada pendarahan yang harus
dihentikan. Kemudian ditentukan jenis trauma apakah trauma
tajam atau trauma tumpul, banyaknya kematian jaringan,
besarnya kontaminasi dan berat jaringan luka.
5. Diagnosis Kerja Vulnus laceratum

6. Diagnosis Banding -

7. Pemeriksaan Penunjang -
8. Tata Laksana 1. Pertama dilakukan anestesi setempat atau umum, tergantung
berat dan letak luka, serta keadaan penderita, luka dan
sekitar luka dibersihkan dengan antiseptik. Bahan yang
dapat dipakai adalah larutan yodium povidon 1%.
2. Kemudian daerah disekitar lapangan kerja ditutup dengan
kain steril dan secara steril dilakukan kembali pembersihan
luka dari kontaminasi secara mekanis, misalnya
pembuangan jaringan mati dengan gunting atau pisau dan
dibersihkan dengan bilasan, atau guyuran NaCl.
3. Akhirnya dilakukan penjahitan bila memungkinkan, dan
luka ditutup.
9. Edukasi 1. Luka tidak boleh terkena air selama 3 hari
2. Minum obat sampai tuntas
3. Kontrol kembali untuk rawat luka selang 3 hari
10. Prognosis Tergantung dari luas, kedalaman dan penyebab dari trauma.

11. Tingkat Evidens


12. Tingkat Rekomendasi
13. Indikator 1. Luka bersih
2. Tidak ada infeksi sekunder
3. Tidak ada komplikasi
14. Kepustakaan 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 5 Tahun
2014

Ketua Komite Medik Kabupaten Bandung Barat, Januari 2023

dr. Lina Budiyanti, Sp.Kj(K)


NIP. 19750707 200501 0 006

Anda mungkin juga menyukai