Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP


PENENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI KOBER
NUR-INSANI JALAN CAGAK

PACET KABUPATEN BANDUNG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MANGGALA

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum,wr.wb.

Alhamdulillah,puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


senantiasa melipahkan kasih saying,rahmat,karunia dan hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas ini, sholawat serta salam semoga selalu tersampaikan kepada
baginda nabi Muhmmad SAW yang telah mewariskan ilmu serta penuntun hidup yang
mencerahkan umat manusia,tak lupa kepada sahabat tabiin dan kepada para penerus
perjuangan mereka aamiin.

Atas karunia dan nikmat dari Allah SWT sehingga penulis menyelesaikan
penyusunan profosal judul skripsi ,di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas yang di
berikan.

Oleh sebab itu melalui kesempatan ini selayaknya penulis mengucapkan


terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan dan memotivasi dalam menyelesaikan tugas ini.

Bandung,15 Desember 2022


ABSTRAK

Pengaruh pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar anak sangatlah berperan
penting bagi perkembangan pola piker anak. Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi
Belajar Anak. Pada Kober Nur-Insani Jalan Cagak. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Pola Asuh adlah suatu kegiatan yang dilakukan secara terpadu dalam
jangka waktu yang lama oleh orang tua terhadap anaknya dengan tujuan untuk
membimbing, membina dan melindungi anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Anak Pada
Kober Nur-Insani dan apa solusi yang harus dilakukan oleh orang tua agar anak
termotivasi dalam belajar. Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif dengan
menggunakan 5 Informan dengan metode wawancara dan dianalisis secara kualitatif
deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan Pola asuh yang dilakukan oleh orang tua yang
anaknya berprestasi dan kurang berprestasi dalam hal memotivasi anaknya untuk belajar
sangat berbeda, dimana orang tua yang anaknya berprestasi menggunakan pola asuh
yang bersifat demokratis cenderung mampu meluangkan waktunya untuk anak, selain
itu mereka memberikan hadiah, kasih sayang serta perhatian kepada anaknya untuk
lebih meningkatkan motivasi anak. Sedangkan orang tua yang anaknya kurang
berprestasi menggunakan pola asuh yang bersifat permisif cenderung kurang mampu
meluangkan waktunya untuk anak, tetapi tetap memberikan nasehat kepada anak
sebagai bentuk upaya meningkatkan motivasi belajar anak. Kendala yang dihadapi oleh
orang tua anah dari KOBER NUR-INSANI dalam memotivasi anaknya ada tiga hal
antara lain kondisi anak, kesibukan orang tua serta keadaan sekitar. Solusi yang
dilakukan oleh orang tua siswa dalam mengatasi masalah yang dihadapi pada proses
memotivasi anak untuk belajar ada tiga hal, antara lain: anak diberi nasehat akan
pemahaman tentang pentingnya belajar, membuat aturan yang tegas kepada anak, serta
meminta bantuan anggota keluarga lain ketika orang tua tidak memiliki waktu untuk
membantu anak dalam belajar.

Kata kunci: Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar anak.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam membentuk
karakter pada anak. Ada beberapa jenis pendidikan yang di dapatkan oleh anak
dalam perkembangannya. Salah satunya yaitu pendidikan di dalam keluarga yang
secara langsung di dapatkan dari orang tua. Pendidikan dalam keluarga atau dalam
ilmu psikologi disebut pola asuh yang mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap perilaku anak ketika berada di lingkungan sekolah dan lembaga
pendidikan lainnya.
Menurut Eva Latifah bahwa secara bahasa pola asuh terdiri dari dua kata
yaitu “pola” dan “asuh”. Pola yaitu suatu bentuk, keteraturan dari suatu hal,
sedangkan asuh berarti suatu sikap mendidik. Maka dari itu pola asuh adalah suatu
kegiatan yang dilakukan secara terpadu dalam jangka waktu yang lama oleh orang
tua terhadap anaknya dengan tujuan untuk membimbing, membina dan melindungi
anak. Maksud dari pola asuh yang dilakukan secara terpadu adalah pola asuh yang
dikerjakan secara bersama-sama oleh kedua orang tua, tidak ada perbedaan sikap
antara ayah dan ibu. Terlebih untuk anak usia dini dimana pada masa-masa yang
merupakan masa keemasan. Maka sebagai orang tua hendaklah memberikan
bimbingan serta binaan atau pola asuh yang tepat karena peserta didik pada masa
ini sangat membutuhkan motivasi dalam belajar.
Menurut Hamzah B. Uno bahwa: Motivasi dan belajar merupakan dua hal
yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif
permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktek dan penguatan
yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang
menimbulkan kegiatan belajar. Sehingga tujuan yang dikehendaki oleh individu
dapat tercapai.
Anak yang memiliki motivasi belajar akan dapat meluangkan waktu belajar
lebih banyak dan lebih tekun dari mereka yang kurang memiliki atau bahkan tidak
memiliki motivasi belajar sama sekali. Setelah anak mendapatkan motivasi dalam
belajarnya secara tidak langsung akan berdampak baik pada prestasinya, tetapi
kenyataannya banyak yang motivasi dalam belajarnya menurun, sehingga hal
tersebut juga dapat mempengaruhi pada prestasi belajar anak.
Dari beberapa uraian di atas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian
lebih dalam mengenai studi yang mengkaji tentang pengaruh pola asuh orang tua
terhadap pengembangan motivasi belajar anak pada kelompok B di Kober Nur-
Insani Jalan-cagak. Penelitian yang dilakukan peneliti disini pada dasarnya adalah
melanjutkan penelitian terdahulu dengan tujuan yang sama yaitu pola asuh orang tua
terhadap motivasi belajar. Kajian tentang pola asuh terhadap motivasi belajar anak
telah dilakukan oleh sejumlah peneliti terdahulu, penelitian yang mengkaji tentang
pengaruh pola asuh orang tua, konsep diri dan motivasi berprestasi terhadap prestasi
belajar dikaji oleh Nur dkk (2016) dan pengaruh perhatian orang tua, motivasi
belajar.
Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar ini adalah keluarga yang
dalam hal ini adalah pola asuh orang tua. Jika kalau sikap orang tua yang terbuka
dan selalu menyediakan waktu akan membantu anak dalam memahami dirinya yang
terus mengalami perubahan juga akan membantu anak meningkatkan semangat
belajarnya. Anak merasa tidak terpaksa untuk bersekolah dan semangat belajarnya
pun akan tumbuh terus, dengan adanya sikap yang positif, maka anak akan merasa
lebih muda untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Anak akan mengoptimalkan
potensi berfikirnya di sekolah dan selalu berusaha untuk mengerjakan tugas-tugas
sekolahnya dengan tepat. Namun, hal itu tidak terjadi di Kober Nur-Insani, motivasi
itu lebih banyak tidak didukung oleh lingkungan pembelajaran yang minim bahkan
pola asuh orang tua yang tidak baik. Berdasarkan pada pengamatan yang telah
dilakukan oleh peneliti saat observasi di Kober Nur-Insani menunjukkan bahwa
sebagian besar anak kurang memiliki motivasi belajar yang kurang seperti datang
terlambat, tidak mengerjakan tugas, tidak fokus menerima pelajaran serta kurang
berkonsentrasi saat belajar Hal ini terlihat pada saat pembelajaran berlangsung
sebagian anak kurang menunjukkan minatnya dalam proses pembelajaran anak lebih
senang mengganggu temannya dan berlarian dari pada memperhatikan
pembelajaran. Saat diberi tugas, anak juga tidak segera mengerjakan tugas yang
diberikan. Berdasarkan realitas tersebut, maka peneliti tertarik mengangkat judul
“Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak kelompok B di
Kober Nur-Insani jalan cagak”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penelitian ini yang
mengkaji tentang Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak pada
Sekolah SMP Negeri 7 Turatea. Rumusan masalah secara rinci sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar anak
kelompok B di Kober Nur-Insani jalan cagak?
2. Apa solusi yang harus dilakukan oleh orang tua agar anak termotivasi dalam
belajar anak kelompok B di Kober Nur-Insani jalan cagak?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pembahasan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar
anak pada kelompok B di Kober Nur-Insani jalan cagak.
2. Untuk mengetahui solusi yang harus dilakukan oleh orang tua agar anak
termotivasi dalam belajar anak kelompok B di Kober Nur-Insani jalan cagak.

D. Manfaat Penelitian

Adapun dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebagai berikut;

1. Manfaat teoritis
1) Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangsih
pemikiran dalam memperkarya wawasan terhadap pola asuh orang tua
terhadap motivasi belajar anak.
2) Penelitian ini dapat menjadi pijakan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
1. Manfaat praktis
a. Bagi orang tua, sebagai bahan informasi tentang pentingnya
pemberian pola asuh yang sesuai untuk meningkatkan motivasi
belajar pada anak, sehingga diharapkan pada orang tua dapat bersikap
tepat dalam memberikan pola asuh kepada anaknya.
b. Bagi guru, dapat dijadikan bahan informasi tentang motivasi belajar
pada anak dengan pola asuh orang tua yang tepat, sehingga
diharapkan mereka dapat bekerjasama dan memberikan bimbingan
serta arahan kepada anak didiknya agar keberhasilan bisa dicapai.
c. Bagi kepala sekolah, dapat dijadikan bahan informasi tentang
motivasi belajar peserta didik dengan pola asuh orang tua, sehingga
diharapkan dapat memberikan kebijakan yang tepat dalam
meningkatkan motivasi belajar peserta didik di sekolah.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Konsep
1. Pola Asuh Orang Tua
a. Pengertian Pola

Asuh Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut kamus
bahasa Indonesia, “pola” berarti model, system, cara kerja, dan bentuk yang
tetap. Sedangkan kata “asuh” dapat berarti menjaga (merawat dan mendidik)
atau membimbing. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan
orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Orang tua mempunyai
peran yang sangat penting dalam menjaga, mengajar, mendidik serta
memberi contoh bimbingan kepada anak-anak untuk mengetahui, mengenal,
mengerti dan akhirnya dapat menerapkan tingkah laku yang sesuai dengan
nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Pola asuh yang
ditanamkan tiap keluarga berbeda dengan keluarga lainnya. Hal ini
tergantung dari pandangan pada diri tiap orang tua. Menurut Sugihartono
dkk, pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang digunakan untuk
berhubungan dengan anak-anak. Masing-masing pola asuh orang tua yang
ada akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pembentukan
kepribadian dan perilaku anak. Orang tua merupakan lingkungan terdekat
yang selalu mengitari anak sekaligus menjadi figur dan idola mereka. Model
perilaku orang tua secara langsung maupun tidak langsung akan. dipelajari
dan ditiru oleh anak. Anak meniru bagaimana orang tua bersikap, bertutur
kata, mengekspresikan harapan, tuntutan dan kritikan satu sama lain,
menanggapi, dan memecahkan masalah, serta mengungkapkan perasaan dan
emosinya. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang
tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang
tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak
untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
masyarakat. Pola asuh orang tua adalah bagaimana orang tua
memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan anak
dalam mencapai proses kedewasaan hingga pada upaya pembentukan norma-
norma yang diharapkan masyarakat pada umumnya.

b. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua


Pola asuh orang tua menurut Stewart dan Koch (Aisyah) terdiri dari tiga
kecenderungan pola asuh orang tua yaitu:
a) pola asuh otoriter,
b) pola asuh demokratis, dan
c) pola asuh permisif.
1) Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menekankan pada
pengawasan orang tua atau kontrol yang ditujukan pada anak untuk
mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. Pola asuh otoriter adalah pengasuhan
yang kaku, diktator, dan memaksa anak untuk selalu mengikuti orang tua tanpa
banyak alasan anak harus tunduk dan patuh terhadap kemauan orang tua.
Apapun yang dialakukan oleh anak ditentukan oleh orang tua. Sutari Imam
Barnadib (Aisyah) mengatakan bahwa orang tua yang otoriter tidak memberikan
hak anaknya untuk mengemukakan pendapat serta mengutarakan perasaan-
perasaannya, untuk memunculkan perilaku agresif. Berdasarkan teori yang
disampaikan terlihat bahwa semakin dihadang kebutuhan seseorang untuk
mencapai tujuan akan menjadikan prakondisi agresif semakin tertekan dan
mengakumulasi se hingga muncul perilaku agresif. Menurut Stewart dan Koch
(Aisyah) orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri antara
lain: kaku, tegas, suka menghukum, kurang ada kasih sayang serta simpatik.
Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta
mencoba membentuk tingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta
cenderung mengekang keinginan anak. Orang tua tidak mendorong serta
memberi kesempatan kepada anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian.
Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak dewasa. Orang tua
yang otoriter cenderung memberi hukuman terutama hukuman fisik. Orang tua
yang otoriter amat berkuasa terhadap anak, memegang kekuasaan tertinggi serta
mengharuskan anak patuh pada perintah-perintahnya. Dengan berbagai cara,
segala tingkah laku anak dikontrol dengan ketat Menurut Bety Bea Septiari, Pola
asuh ini menggunakan pendekatan yang memaksakan kehendak orang tua
kepada anak. Anak harus menurut kepada orang tua. Keinginan orang tua harus
dituruti, anak tidak boleh mengeluarkan pendapat. Anak jarang diajak
berkomunikasi ataupun bertukar pikiran dengan orang tua, orang tua
menganggap bahwa semua sikap yang dilakukan sudah baik, sehingga tidak
perlu anak dimintai pertimbangan atas semua keputusan yang menyangkut
permasalahan anaknya. Pola asuh yang bersifat otoriter ini juga ditandai dengan
hukuman-hukumannya yang dilakukan dengan keras, mayoritas hukuman
tersebut sifatnya hukuman badan dan anak juga diatur yang membatasi
perilakunya. Orang tua dengan pola asuh otoriter jarang atau tidak pernah
memberi hadiah yang berupa pujian maupun barang meskipun anak telah
berbuat sesuai dengan harapan orangtua.

2). Pola Asuh Demokratis

Menurut Syamsul Yusuf pola asuh demokratis adalah sikap orang tua
dengan kontrolnya mengikat, bersikap responsif terhadap kebutuhan anak,
mendorong anaknya untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberikan
penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik atau buruk. Hanna Wijaya dari
Aisyah dari hasil penelitiannya menemukan bahwa teknik-teknik asuhan orang
tua demokratis yang menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri maupun
mendorong tindakan-tindakan mandiri membuat keputusan sendiri akan
berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab.

3). Pola Asuh Permisif

Menurut Syamsul pola asuh orang tua dengan permisif merupakan sikap
orang tua meningkat namun kontrolnya rendah, memberikan kebebasan terhadap
anak untuk mengatakan dorongan keinginannya. Tipe orang tua yang
mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu memberikan kebebasan pada
anak tanpa memberikan kontrol sama sekali dan kurang tegas dalam menerapkan
peraturan-peraturan yang ada. Anak sedikit sekali dituntut untuk suatu tanggung
jawab, tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa. Anak diberi
kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur
anaknya. Menurut Septriari, dalam pola asuh permisif orang tua serba
membolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan, dan
menerima apa adanya. Kehangatan cenderung memanjakan, ingin dituruti
keinginannya. Sedangkan menerima apa adanya cenderung memberikan
kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja. Pola asuh ini dapat
menyebabkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua dan kurang mampu
mengontrol diri.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua


Menurut Edward adapun factor yang mempengaruhi pola asuh anak
adalah:
1) Pendidikan orang tua Pendidikan dan pengalaman orang tua
dalam perawatan anak akan mempengaruhi persiapan mereka
menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran
pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam setiap pendidikan
anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada
masalah anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-
anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan
anak. Orang tua yang sudah mempunyai pengalaman sebelumnya
dalam mengasuh anak akan lebih siap menjalankan peran asuh,
selain itu orang tua akan lebih mampu mengamati tanda-tanda
pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
2) Lingkungan Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan
anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta
mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua
terhadap anaknya.
3) Budaya Sering sekali orang tua mengikuti cara-cara yang
dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-
kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena
pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah
kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat
diterima dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan
atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga
mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh
terhadap anaknya.

2. Motivasi Belajar

a. Motivasi Belajar

Darmoko, motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan
atau menggerakkan. William J. Stanton yang dikutip oleh Winardi
mendefinisikan motivasi “suatu motif adalah kebutuhan yang distimulasi
yang berorientasi kepada tujuan individu dalam mencapai rasa puas”.
Motivasi.

terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi


(situation) kerja. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif
permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktek atau
penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai
tujuan tertentu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya pengerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan,
menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga
diharapkan tujuan dapat tercapai. Motivasi adalah penting bagi proses
belajar, karena motivasi menggerakkan organism, mengarahkan tindakan,
serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan
individu. Berdasarkan beberapa uraian tentang motivasi tersebut, maka
motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan atau kondisi
yang mendorong, merangsang dan menggerakkan seseorang untuk belajar
atau melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan, atau lebih
ringkasnya merupakan sesuatu yang menggerakkan orang baik secara fisik
atau mental untuk belajar atau untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
dikehendakinya serta mendapat kepuasan dari hasil perbuatannya.

b. Jenis Motivasi Belajar

Menurut Sardiman ada berbagai jenis motivasi, yaitu:

1) Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang aktif atau berfungsi tidak


perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Seorang peserta didik melakukan
belajar karena didorong tujuan ingin mendapatkan pengetahuan, nilai
dan keterampilan.
2) Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar. Oleh karena itu motivasi
ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di
dalamnya aktifitas belajardimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan
dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Adanya beberapa factor yang mempengaruhi pelajar diantaranya
factor yang berasal dari luar dirinya dan factor yang berasal dari dalam
dirinya menurut Sumadi Suryobroto adalah:
1) Factor-faktor non social Kelompok factor ini antara lain
misalnya keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat,
alat-alat yang dipakai untuk belajar.
2) Factor-faktor social Factor social adalah factor manusia
(sesame
manusia), baik manusia itu hadir maupun kehadirannya itu
dapat disimpulkan jadi kehadirannya tidak langsung.
3) Factor-faktor fisiologis Factor ini masih dapat dibedaka
menjadi dua macam yaitu:
(a) jasmani pada umumnya dan;
(b) keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.
4) Factor-faktor psikologis
Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa yang
mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai
berikut: (a) adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki
dunia yang lebih luas;
(b) adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan
berkeinginan untuk selalu maju;
(c) adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang
tua, guru, dan teman-teman;
(d) adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila
menguasai pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai