Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Teks Hikayat

Teks Hikayat merupakan karya sastra lama yang menggunakan bahasa melayu dan juga sebuah karya sastra
yang berbentuk prosa lama yang berisi cerita.
Salah satu teks yang dibuat dengan bentuk prosa, karena dalam penulisannya memiliki variasi ritme dan jenis
teks ini menyerupai sebuah puisi. biasanya menceritakan tentang kehebatan seorang tokoh dan teks ini
biasanya menceritakan berbagai keajaiban yang timbul didalamnya.
Ciri-Ciri Teks Hikayat:
1. Ceritanya tetap tidak berubah, meskipun diceritakan turun menurun
2. Ceritanya dimiliki seluruh masyarakat, karena tidak diketahui pengarangnya
3. Memakai bahasa yang di lebih-lebihkan
4. Memakai bahasa yang terus diulang
5. Sifatnya tradisional
6. Memakai unsur pendidikan
7. Kisahnya bersifat universal
8. Banyak hal Magis
9. Banyak kemustahilan di dalam cerita
Struktur Teks Hikayat :
1. Abtraksi dalam struktur teks hikayat berisikan inti cerita yang akan dikembangkan menjadi berbagai
peristiwa atau abtraksi juga sering disebut dengan gambaran awal dari sebuah cerita.
2. Orientasi adalah salah satu bagian teks hikayat yang berisikan keterangan waktu, tempat dan suasana
yang tercipta dalam cerita
3. Komplikasi akan berisikan urutan berbagai kejadian yang dihubungkan sesuai dengan sebab dan
akibat
4. Evaluasi, berbagai konflik mulai mendapatkan berbagai penyelesaian dan penyelesaian dilakukan
dengan peran tokoh yang sangat sentral
5. Resolusi menjadi bagian dari teks hikayat yang berisi berbagai solusi pengarang terhadap suatu
permasalahan yang dialami tokoh dalam cerita dan sosuli dihadirkan dari pemikiran pengarang secara
pribadi
6. Koda adalah bagian akhir dalam penulisan teks hikayat dan bagian ini bisa disebut sebagai
kesimpulan.
Kaidah Kebahasaan
1. Konjungsi atau kata penghubung banyak dipakai dalam suatu teks hikayat dan penggunaan konjungsi
biasanya di awal kalimat. (serta, dan, maka)
2. Kata arkais adalah kata yang banyak dipakai jaman dulu dan kata arkais sangat sulit dimengerti di
jaman sekarang. Kata arkais biasanya dipakai untuk awalah berbagai istilah dan penggunaan kata
arkais sering ditemukan dalam kaidah teks hikayat.
3. Gaya Bahasa/majas adalah salah satu teknik untuk memanfaatkan kekayaan bahasa untuk
memperluas sebuah karya sastra dan dalam teks, penggunaan gaya bahasa sangatlah sering
ditemukan.
Nilai-Nilai Kehidupan Teks Hikayat:
1. Nilai Agama: Yang mengikat manusia dengan sang pencipta
2. Nilai Moral: Merupakan nilai sikap atau perilaku
3. Nilai Sosial: Hubungan atau interaksi sesama manusia
4. Nilai Budaya: Merupakan nilai Adat Istiadat
5. Nilai Pendidikan: Nilai Edukasi untuk selalu belajar
6. Nilai Keindahan: Nilai Estetika
Teks Hikayat Biasanya Mengenai:
1. Istana
2. Kerajaan
3. Dongeng
4. Kisah
5. Cerita
6. Sejarah
7. Kebangsawan
Karakteristik Unik Teks Hikayat:
1. Kemustahilan
berarti hal yang tidak logis atau tidak diterima nalar. Contohnya seorang putri keluar dari gendang
2. Tokoh-tokoh Mempunyai Kesaktian
Yaitu tokoh-tokoh yang ada di teks Hikayat mempunyai kekuatan atau kesaktian. Seperti raja yang
mempunyai kekuatan api
3. Bersifat Anonim
Penulis cerita dan tokoh dalam dalam teksHikayat, tidak diketahui namanya
Unsur-Unsur Teks Hikayat:
1. Unsur Intrinsik
a. Tema, adalah sebuah gagasan yang mendasari suatu cerita.
b. Alur, adalah suatu jalinan peristiwa dalam sebuah cerita. Alur ini memiliki 3 (tiga) kategori yakni:
 Alur maju atau lurus atau progresif, artinya peristiwa ini diceritakan secara urut mulai
dari awal hingga dengan akhir.
 Alur mundur atau flashback atau regresif, artinya cerita ini dimulai dari akhir maupun
tengah bagian konflik, kemudian dicari sebab-sebabnya.
 Alur campuran atau maju mundur, artinya memakai dua alur yakni alur maju dan
mundur seperti novel atau roman.
c. Latar, berisi mengenai latar tempat, waktu, dan suasana yang tergambar dalam sebuah cerita.
Berikut adalah sekilas penjelasan tentang latar latar tempat, waktu, dan suasana.
 Latar tempat, artinya dimana cerita ini terjadi.
 Latar waktu, artinya kapan peristiwa tersebut terjadi.
 Latar suasana, artinya bagaimana keadaan waktu cerita itu terjadi.
 Tokoh, adalah seorang pemeran cerita.
d. Amanat, adalah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang lewat sebuah cerita.
e. Sudut pandang, adalah pusat pengisahan dari mana suatu cerita itu dikisahkan oleh para
pencerita.
f. Gaya, adalah bagaimana seorang penulis menyajikan sebuah cerita dengan memakai bahasa,
serta unsur-unsur keindahan lainnya.
2. Unsur Ekstrinsik
Unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Contohnya seperti latar belakang
adat, budaya, agama, dsb.
Jenis-Jenis Teks Hikayat
1. Berdasarkan isinya
 Cerita Rakyat
 Epos India
 Cerita dari Jawa
 Cerita-Cerita Islam
 Sejarah dan Biografi
 Cerita Bertingkat.
2. Berdasarkan asalnya
 Melayu Asli
 Jawa
 Hindu (India)
 Arab-Persia
Contoh Teks Hikayat:
HIKAYAT MASYHUDULHAKK
Hatta maka tak selang waktu berapa lamanya Masyhudulhakk pun tumbuh besarlah. Kalakian maka bertambah
kecerdikannya dan akalnya itu. Maka pada suatu hari ada dua orang pasangan laki-istri berjalan.
Maka sampailah ia ke sebuah sungai. Maka kemudian dicaharinya sebuah perahu sebab ia hendak
menyeberang, namun tiada di dapat perahu itu.
Maka ditantinya kalau-kalau ada orang yang sedang lalu berperahu. Itu pun ternyata tiada juga ada lalu perahu
orang. Maka padakalkian ia pun berhenti sejenak di sebuah tebing sungai itu bersama dengan istrinya.
Sebermula adapun istri orang itu nampak terlalu sangatlah baik parasnya.
Syahdan maka akan suami perempuan itu sudahlah tua, lagi nampaklah bungkuk belakangnya. Maka pada
sangka orang tua itu, ternyata air sungai itu dalam juga. Katanya, “Apa upayaku hendak dapat menyeberang
sungai ini?”

Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana sungai itu. Maka kata orang itu, “Hai tuan hamba,
seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini, karena hamba tiada dapat berenang; sungai ini tidak hamba
tahu dalam dangkalnya.
” Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya,
maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, “Untunglah sekali ini!”

Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu merendahkan dirinya, hingga lehernya juga ia berjalan
menuju orang tua yang bungkuk laki-istri itu.
Maka kata orang tua itu, “Tuan hamba seberangkan apalah hamba kedua ini. Maka kata Bedawi itu,
“Sebagaimana hamba hendak bawa tuan hamba kedua ini? Melainkan seorang juga dahulu maka boleh,
karena air ini dalam.”

Maka kata orang tua itu kepada istrinya, “Pergilah diri dahulu.” Setelah itu maka turunlah perempuan itu ke
dalam sungai dengan orang Bedawi itu. Arkian maka kata Bedawi itu, “Berilah semua barang perbekalan tuan
hamba dahulu, nanti akan hamba seberangkan.” Maka kemudian diberikannyalah oleh perempuan itu segala
perbekalan itu. Setelah semuanya diberikan maka kemudian diseberangkan wanita itu oleh Bedawi . Syahdan
maka berpura-pura diperdalamnya air itu, supaya dikata oleh si Bungkuk air itu dalam. Maka sampailah
mereka kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi itu berkata kepada perempuan itu, “Akan tuan ini
terlalu elok rupanya dengan mudanya. Mengapa maka tuan hamba ini berlakikan dengan orang tua bungkuk
ini? Baik juga tuan hamba ini buangkan saja orang bungkuk itu, supaya tuan hamba ini bisa hamba ambit, dan
akan hamba jadikan istri hamba. ” Maka kemudian berbagai-bagailah katanya akan perempuan itu.

Maka kata perempuan itu kepadanya, “Baiklah, hamba turutlah kata tuan hamba itu.”
Maka apabila sampailah ia ke seberang sungai itu, maka keduanya pun mandilah, setelah sudah maka
makanlah ia keduanya segala perbekalan itu. Maka segala kelakuan itu semuanya dilihat oleh orang tua
bungkuk itu dan segala hal perempuan itu dengan Bedawi itu. Kalakian maka heranlah orang tua itu. Setelah
sudah ia makan, maka ia pun berjalanlah keduanya. Setelah dilihat oleh orang tua itu akan Bedawi dengan
istrinya berjalan, maka ia pun berkata-kata dalam hatinya, “Daripada hidup melihat hal yang demikian ini,
baiklah aku mati.” Sesudah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu. Maka heranlah ia, lantaran dilihatnya
sungai itu airnya tiada dalam, maka mengarunglah ia ke seberang kemudian diikutinya Bedawi itu.
melaluiataubersamaini hal yang demikian itu maka sampailah ia kepada dusun kawasan Masyhudulhakk itu.
Maka orang renta itu pun hadirlah mengadu kepada Masyhudulhakk.

Sesudah itu maka disuruh oleh Masyhudulhakk panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun hadirlah dengan
wanita itu. Maka kata Masyhudulhakk, ”Istri siapa wanita ini?” Maka kata Bedawi itu, ”Istri hamba wanita ini.
Dari kecil lagi ibu hamba pinangkan; sudah besar dinikahkan dengan hamba.” Maka kata orang renta itu, ”Istri
hamba, dari kecil nikah dengan hamba.” Maka dengan demikian jadi bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka
gemparlah. Maka orang pun berhimpun, hadir melihat hal mereka itu ketiga. Maka bertanyalah
Masyhudulhakk kepada wanita itu, ”Berkata benarlah engkau, siapa suamimu antara dua orang pria ini?” Maka
kata wanita celaka itu, ”Si Panjang inilah suami hamba.” Maka pikirlah Masyhudulhakk, ”Baik kepada seorang-
seorang saya bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.

Maka diperjauhkannyalah pria itu keduanya. Arkian maka diperiksa pula oleh Masyhudulhakk. Maka kata
wanita itu, ”Si Panjang itulah suami hamba.” Maka kata Masyhudulhakk, ”Jika sungguh ia suamimu siapa
mentuamu pria dan siapa mentuamu wanita dan di mana kawasan duduknya?” Maka tiada terjawaban oleh
wanita celaka itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk perjauhkan. Sesudah itu maka dibawa pula si Panjang itu.
Maka kata Masyhudulhakk, ”Berkata benarlah engkau ini. Sungguhkan wanita itu istrimu?” Maka kata Bedawi
itu, ”Bahwa wanita itu sudah nyatalah istri hamba; lagi pula wanita itu sendiri sudah diberikrar, menyampaikan
gamba ini tentulah suaminya.” Syahdan maka Masyhudulhakk pun tertawa, seraya berkata, ”Jika sungguh
istrimu wanita ini, siapa nama mentuamu pria dan mentuamu perempuan, dan di mana kampung kawasan ia
duduk?” Maka tiadalah terjawaban oleh pria itu.

Maka disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan pria Bedawi itu. Sesudah itu maka dipanggilnya pula orang renta
itu. Maka kata Masyhudulhakk, ”Hai orang tua, sungguhlah wanita itu istrimu sebenar-benarnya?” Maka kata
orang renta itu, ”Daripada mula pertamanya.” Kemudian maka dikatakannya, siapa mentuanya pria dan wanita
dan di mana templat duduknya. Maka Masyhudulhakk dengan sekalian orang banyak itu pun tahulah akan
salah Bedawi itu dan kebenaran orang renta itu. Maka hendaklah disakiti oleh Masyhudulhakk akan Bedawi
itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya. Demikian juga wanita celaka itu. Lalu didera oleh
Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan wanita celaka itu seratus kali. Kemudian maka disuruhnya tobat
Bedawi itu, tidakboleh lagi ia berbuat pekerjaan demikian itu. Maka bertambah-tambah masyhurlah bakir
bijaksana Masyhudulhakk itu.

A. Analisis Struktur
 Abstraksi (Paragraf 1)
 Orientasi (Paragraf 1)
 Komplikasi (Paragraf 2)
 Evaluasi (Paragraf 6)
 Resolusi (Paragraf 7)
 Koda (Paragraf 8)
B. Analisis Aspek Kebahasaan
 Konjungsi (maka, setelah, dan, akan, hingga)
 Kata Arkais ;
o Hatta (Maka)
o Kalakian (Ketika itu, kemudian)
o Dicaharinya (dicari)
o Ditantinya (dinantinya, ditunggu)
o Sebermula (pada mulanya)
o Syahdan (selanjutnya)
o Arkian (sesudah itu)
o Berketahuan (tahu, mengerti)
 Majas Tautologi dalam Hikayat Mashudulhak yaitu mengulang kata "cerdiknya" dan kata "akalnya",
dimana kedua kata tersebut bisa sama-sama diartikan sebagai kepintaran seseorang.
Bukti: "Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu"
 Majas Repetisi dalam Hikayat Mashudulhak yaitu repetisi kata perahu dalam tiga rangkaian kalimat
secara beruntun.
Bukti: "Maka dicaharinya perahu hendak menyeberang, tiada dapat perahu itu. Maka ditantinya
kalau-kalau ada orang lalu berperahu. Itu pun tiada juga ada lalu perahu orang."
C. Carilah Bahasa Melayu di dalam cerita beserta artinya
 Pinangkan : Mengusulkan.
 Mentuamu : Menantumu.
 Masyhurlah bakir : Menjadi terkenal karena masih perawan.
D. Analisis Nilai-nilai Kehidupan
 Nilai Agama/Religius: kita musti mensyukuri apa yang kita miliki. Janganlah pernah memiliki
perasaan sirik dan dengki dengan apa yang tidak kita miliki sebab apa yang apa yang kita miliki saat ini
merupakan pemberian yang maha kuasa yang sudah diberikan kepada kita dan mungkin itu memang
sesuatu yang memang terbaik untuk kita.
 Nilai Moral: Jangan Pernah kita memutar balikkan fakta, dengan mengatakan bahwa yang salah itu
benar dansebaliknya, sebab sebagaimanapun juga kebenaran dapat menglahkan kebatilan.
 Nilai Sosial & Budaya: Apapun tindak kesalahan yang dilakukan pastilah suatu saat akan mendapat
ganjaran, pada hikayat ini dijelaskan bahwa seorang yang sudah berbauat keslahan seperti berbohong
maka akan didera sebanyak seratus kali.

Anda mungkin juga menyukai