BAB I
PENDAHULUAN
Maqashid as-syari’ah merupakan teori hukum Islam yang saat ini banyak
dilirik oleh pengkaji hukum Islam karena merupakan salah satu tema yang cukup
signifikan dalam kajian Metodologi hukum Islam (ushul alfiqh). Motivasi ahli
kesenjangan antara hukum Islam dan tantangan global, serta respon atas stagnansi
ushul fikih. Ushul fikih dianggap “tak” berdaya ketika berhadapan dengan isu-isu
kebahasan di dalamnya, sehingga melupakan tujuan dari syari’at itu sendiri. Ada
kesan ushul fikih hampir sama dengan ilmu tafsir, yang diperdalam justru
teori-teori kebahasan (semisal, amr, nahy, ‘am, khas, dan lain-lain). Sementara
beberapa teori dalam ushul fikih terlalu ketat, kaku dan formal. Semisal
persyaratan qiyas yang sangat ketat. Akibatnya, sangat sulit menegosiasikan kasus
Isu seputar kajian maqashid selalu menjadi bahan yang menarik untuk
1
2
B. Rumusan Masalah
Islam?
C. Tujuan Penulisan
sebagai penghulu.
BAB II
PEMBAHASAN
M), salah seorang kontributor paling awal terhadap teori maqashid menggunakan
Mursalah), yaitu kemaslahatan yang tidak disebut secara langsung dalam nas
(teks suci) Islam.4 Fakhr al-Din al-Razi (w. 606 H/1209 M) dan Al-Amidi (w. 631
3
Abdul Malik al-Juwaini, Ghiyas al-Umam fi Iltiyas al-Zulam, ed. ‘Abdul ‘Azim al-Dib
(Qatar: Wazarah al-Syuun al-Diniyyah, 1400 H), h. 253.
4
Al-Ghazaly, al-Mustasyfa, vol.1, h. 172. dalam Jasser Auda, 2015, Membumikan Hukum
Islam melalui Maqasid Syariah, Cet. I, Terjemahan, Rosidin dan ‘Ali ‘Abd el-Mun’im, (Bandung:
Mizan Media Utama, Bandung,tt.) h. 33.
5
Ibid.
3
4
sebagai apa yang memenuhi tujuan sang Pembuat Syariah (al-Syari’), yaitu Allah
maqashid dengan kaidah ushul fiqh yang menyatakan: “Suatu maksud tidak sah
kemudaratan”.6
dua kata yaitu Maqâshid dan al-Syarî‘ah. Secara etimologi, Maqâshid merupakan
bentuk jamak (plural) dari kata maqshid.7 yang terbentuk dari huruf qâf, shâd dan
dâl, yang berarti kesengajaan atau tujuan.8 Sedangkan kata al-syarî’ah secara
lahum syar’an berarti ia telah menunjukkan jalan kepada mereka atau bermakna
beberapa pendapat. Menurut Asaf A.A. Fyzee menjelaskan bahwa syarî’ah adalah
canon law of Islam, yaitu keseluruhan perintah Allah yang berupa nas-nas. 10
6
Syihab al-Din al-Qarafi, al-Dzakirah (Beirut: Dar al-‘Arab, 1994), vol. 5, h. 478. Dalam
Jasser Auda, 2015, Membumikan Hukum Islam melalui Maqasid Syariah, Cet. I, Terjemahan,
Rosidin dan ‘Ali ‘Abd el-Mun’im, (Bandung: Mizan Media Utama), h. 33.
7
8
Lihat Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, J. Milton Cowan (ed),
(London: Mac Donald dan Evan Ltd, 1980), h. 767
9
Lihat Hasbi Umar, Nalar Fiqih Kontemporer, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007),
h. 36
10
Asaf A.A. Fyzee, The Outlines of Muhammadan Law, (Delhi: Idarah-I Adabiyat-I,,
1981), h. 19-20.
5
almuqaddasah yaitu nash yang suci yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Hadits
tentang makna syarî’ah, bahwa syarî’ah adalah hukum-hukum dan tata aturan
dalam mengatur hubungan dengan Tuhan, dengan sesama antar manusia, alam
hukum dalam Islam, hal ini mengindikasikan bahwa Maqâshid al-Syarî‘ah erat
kaitanya dengan hikmah dan ‘illat.14 Sementara apabila kita berbicara Maqâshid
al-Syarî‘ah sebagai salah satu disiplin ilmu tertentu yang independen, maka tidak
akan kita jumpai definisi yang konkrit dan komprehensif yang diberikan oleh
ulama-ulama klasik,15 sehingga akan kita dapati beragam versi definisi yang
11
Satria Effendi, “Dinamika Hukum Islam” dalam Tujuh Puluh Tahun Ibrohim Hosen,,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), h. 312.
12
Mahmud Syalthûth, Islâm: ‘Aqîdah Wa Syarî’ah, (Kairo: Dâr al-Qalam, 1966),
h. 12.
13
Ali al-Sayis, Nash’ah al-Fiqh al-Ijtihâdî wa al-Rûh, Majma’ al-Islâmiyyah, (Kairo:
tnp., tt., 1970), h. 8.
14
Ahmad al-Raisuni, Nazhariyyât al-Maqâshid ‘Inda al-Syathibi, (Rabat: Dâr al-Amân,
1991), h. 67
15
6
berbeda satu sama lain, meskipun kesemuanya berangkat dari titik tolak yang
hampir sama. Oleh karena itulah, kebanyakan definisi Maqâshid al-Syarî‘ah yang
menjadi dua bagian. Yaitu Maqâshid al-Syarî‘ah al-‘âmmah dan Maqâshid al-
serta tujuan diturunkannya syarî’ah secara umum yang meliputi seluruh aspek
syarî’at dengan tanpa mengkhususkan diri pada satu bidang tertentu 16. Sementara
bahwa maqâsid al-syarî’ah adalah nilai-nilai dan sasaran syara' yang tersirat
sasaran-sasaran itu dipandang sebagai tujuan dan rahasia syarî’ah, yang ditetapkan
oleh al-Syâri' (pembuat syari’at yaitu Allah dan Nabi Muhammad) dalam setiap
Ahmad al-Raisuni, Imam al-Syathibi’s Teori Of The Higher Objectives and Intens Of
Islamic Law, (Washington, London, 2005), h. xxii
16
Thahir ibn Asyur, Maqâshid Al-Syarî’ah al-Islâmiyah, (Kairo: Dâr al-Salam, 2009), h.
50
17
tidak lepas dari tiga macam: dlarûriyyât, hâjiyyât dan tahsîniyyât. Al-Syâri’
atau kebaikan para makhluk di muka bumi, yang kemudian berimbas pada
bernama Shafat Thurab. Desa ini berada di wilayah Mesir bagian Barat. Di desa
19
Wahbah al-Zuhaili, Ushûl al-Fiqh al-Islâmi, (Damaskus: Dâr al-Fikri, 1986), h. 225.
20
Al-Syâthibî, Al-Muawâfaqat Fi Ushul al-Syari’ah, Juz II (Beirut: Dâr al-Kutub
al-Ilmiyah, 2003), h. 3.
21
Mohammad Darwis, “Maqâshid Al-Syarî’ah dan Pendekatan Sistem Dalam Hukum
Islam Perspektif Jasser Auda” dalam M. Arfan Mu’ammar, Abdul Wahid Hasan, et. Al. (Ed), Studi
Islam Perspektif Insider/Outsider, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2012), h. 395.
8
terdapat makam salah seorang sahabat Nabi. Abdullah bin Harits r.a. 22 Beliau
beradsal dari lingkungan keluarga yang relijius. Telah yatim sejak masih berusia 2
tahun. Sebagai anak yatim ia hidup dan diasuh olehpamannya, yaitu saudara
Adik sang ayah. Melalui didikan keluarga pamannya yang juga relijius, Yusuf
Qardhawi tumbuh menjadi seorang anak yang terdidik dengan bekal berbagai
ilmu pengetahuan agama dan Syariat Islam.23 Di usia 5 tahun ia sudah mulai serius
mempelajari berbagai ilmu umum. Ilmu berhitung, sejarah, kesehatan dan ilmu-
sinipun ia menjadi yang terbaik. Lulus dengan rangking pertama dari 500 ratus
mengajar.25
22
Yusuf al-Qardhawi, Fatawa Qardhawi, terj: H. Abdurrahman Ali Bauzir, cet II,
(Surabaya:Risalah Gusti,1996), , h. 399
23
Yusuf al-Qardhawi, Pasang Surut Gerakan Islam, terj: Faruq Uqbah, (Jakarta:
MediaDakwah, 1987), cet 1, hal 153
24
Ibid, h.154
25
Muhammad al-Madjzub, ‘Ulama wa Mufakkirun ‘Araftuhum, (Beirut: Dar al-Nafais,
1977),h.442-443
9
Tafsir Hadis Universitasal-Azhar Kairo Mesir. Pilihannya pada studi tafsir hadis
ini berkat saran dari Dr. Muhammad Yusuf Musa. 26 Kembali lulus dengan
predikat terbaik, ketika mengikuti ujian pada tingkat magister di tahun 1960,ia
lalu memutuskan untuk melanjutkan studi ke tingkat doktor. Akibat krisis politik
di Mesir, pendidikan Doktor yang mestinya selesai dalam 2 tahun, terpaksa barus
diangkat menjadi imam masjid. Juga mengajar dan berceramah. Di sini pula,
Sekolah yang kemudian menjadi cikal bakal kelahiran fakultas syari’ah Qatar.
pada tahun 1977 al-Qaradhawi menjabat sebagai dekan Fakultas Syari’ah. Selepas
dari jabatan Dekan, beliau lalu menjabat sebagai Direktur Pusat Kajian Sunnah
kemudian lulus dan berhasil meraih gelar akademik tertinggi, Doktor di bidang
26
Ibid, h. 447
27
Ibid, h. 452
10
ilmu Tafsir Hadis, lagi-lagi dengan predikat amat baik. Gelar Doktor diraihnya
sejak di masa muda. Kitab Fiqh as-Sunnah karya Sayyid Sabiq kerap menjadi
al-Quran dan Sunnah. Sebalinya ia agak enggan memulai belajar fiqh denggan
metode ala Abu Syuja’. Terutama melalui kitabnya Matn al-Ghayah wa al-
Muslim, Imam Hasan al-Banna. Dengan jujur ia mengakui bahwa tokoh ulama,
Yusuf al-Qardhawi dengan Hasan al-Banna, telah membawanya ikut terlibat aktif
dalam perang melawan Israel pada tahun1948, ia ikut terlibat aktif. Bahkan ikut
pula tertangkap dan dipenjara ketika banyak aktifis Ikhwanul Muslimin ditangkap
tanpa sebab. Selain kepada Hasan al-Banna, Yusuf Qardhawi juag mengagumi
28
Ibid., h.43
11
dan hormat kepada Imam Mahmud Syaltout. Mantan Rektor al-Azhar. Demikian
pula terhadap Dr. Abdul Halim Mahmud. Dosen yang mengajarnya di Fakultas
Ushuluddin dalam bidang filsafat. Namun kekaguman kepada para tokoh itu, tidak
Hal menarik lain dari Yusuf al-Qardhawi adalah kenyataan bahwa dia
merupakan seorang ulama yang tidak terikat atau menganut suatu mazhab Sikap
ini dinyatakannya secara tegas dalam kitab al-Halal wa al-Haram. “saya tidak
rela rasio saya terikat dengan satu mazhab dalam seluruh persoalan. Salah besar
bila hanya mengikuti satu mazhab”, demikian katanya. Dalam hal ini aa
Juz’ie, seorang muqallid tidak dapat dipercaya tentang apa yang diikutinya itu.
Sementara taqlid itu sendiri telah menghilangkan rasio. Karena rasio diciptakan
untuk berfikir dan menganalisa. Bukan untuk bertaqlid. Sungguh sangat aneh bila
seseorang diberi lilin tetapi ia berjalan dalam kegelapan. Mengikuti pendapat ini,
terikat oleh satu mazhab atau tunduk kepada pendapat seorang ahli Fiqh.
Kutipannya pada pernyataan Ali bin AbiThalib semakin mempertegas sikap bebas
12
mazhabnya itu. “Jangan kamu kenali kebenaran itu karena manusianya, tetapi
kenalilah kebenaran itu, maka kamu akan kenal manusianya”, kata Imam Ali.
empat, tidak pernah mengharuskan mengikuti salah satu mazhab. Semua mazhab
itu tidak lain hanyalah hasil ijtihad para imam. Sementara para imam itu tidak
pernah mendewakan dirinya sebagai orang yang bias terbebas dari kesalahan
Produktifitas ini tentu saja beripmlikasi pada lahirnya berbagai karya berupa
buku-buku, artikel, dan hasil penelitian. Sebagiannya kini tersebar luas dan
29
Yusuf al-Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, terj: H.Mu’ammal Hamidy,
(Surabaya:PT Bina Ilmu,1976), hal. 4
13
hikmah yang ada di dalam teks, bukan jumud di depan bentuk dan lafaz teks,
Kata syari’ah, secara leksikal bermakna hukum yang ditetapkan Allah bagi
agama atau hukum agama Allah. Berbentuk ibadah dan muamalah 31. Firman
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat dari urusan
(agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-
Berangkat dari ayat ini, Yusuf Qaradhawi menjelaskan bahwa kata syariah
yang berakar dari kata Syaraa as-Syai dengan arti menjelaskan sesuatu atau
diambil dari asy-Syirah dan asy-Syariah dalam makna sebagai tempat sumber air
yang tidak pernah terputus. Tempat orang yang datang ke sana tanpa memerlukan
alat.32 Asy-Syar mengandung arti arah jalan yang jelas.33 Bila syari’ah secara
30
Yusuf Qaradhawi, Dirasah fi Fiqh Maqashid Asy-Syariah: Baina Al-Maqashid Al-
Kulliyyah wa An-Nushush Al-Juziyyah (Mesir: Dar Asy-Syuruq, 2006), h. 15.
31
Yusuf Qardhawi, Fikih Maqashid Syariah, terj. Arif Munandar Riswanto, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2007), h. 12.
32
Yusuf Qardhawi, Fikih Maqashid., h. 13
33
Ibid.
14
bahasa berarti jalan, maka Maqashid Syariah berorientasi pada seluruh maksud
dari Islam.
al-khamsah itu, seharusnya juga direalisasikan oleh Islam semata untuk kehidupan
34
Ibid. h. 26.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
induk dari seluruh fikih. Karena meliputi ke dalam makna, rahasia dan hikmah
yang ada di dalam teks. Bukan stagnan di depan bentuk dan lafaz teks, namun
membaginya ke dalam 7 hal yang menurutnya tak bisa dilepaskan dari orientasi
B. Saran-Saran
DAFTAR PUSTAKA
16
Asyur, Thahir ibn. 2009. Maqâshid Al-Syarî’ah al-Islâmiyah, Kairo: Dâr al-
Salam
Effendi, Satria. 1990. “Dinamika Hukum Islam” dalam Tujuh Puluh Tahun
Ibrohim Hosen,, Bandung: Remaja Rosdakarya
Fasi, Allal al-. 1993. Maqâshid Al-Syarî’ah al-Islâmiyah wa Makârimihâ, tk.: Dâr
al-Garb al-Islâmî
Fyzee, Asaf A.A., 1981. The Outlines of Muhammadan Law, Delhi: Idarah-I
Adabiyat-i
Juwaini, Abdul Malik al. 1400 H. Ghiyas al-Umam fi Iltiyas al-Zulam, ed. ‘Abdul
‘Azim al-Dib Qatar: Wazarah al-Syuun al-Diniyyah
Qardhawi, Yusuf al-, 1976. Halal dan Haram dalam Islam, terj: H.Mu’ammal
Hamidy, Surabaya: PT Bina Ilmu
Qardhawi, Yusuf al-. 1996. Fatawa Qardhawi, terj: H. Abdurrahman Ali Bauzir,
cet II, Surabaya:Risalah Gusti,1996
Qardhawi, Yusuf. 2006. Dirasah fi Fiqh Maqashid Asy-Syariah: Baina
17 An-Nushush Al-Juziyyah, Mesir: Dar
Al-Maqashid Al-Kulliyyah wa
al-Syuruq
Qardhawi, Yusuf. 2007. Fikih Maqashid Syariah, terj. Arif Munandar Riswanto,
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Qardhawi, Yusuf, 1987. Pasang Surut Gerakan Islam, terj: Faruq Uqbah, Jakarta:
Media Dakwah
Raisuni, Ahmad al-, 1991. Nazhariyyât al-Maqâshid ‘Inda al-Syathibi, Rabat: Dâr
al-Amân
Raisuni, Ahmad al-, 2005. Imam al-Syathibi’s Teori Of The Higher Objectives
and Intens Of Islamic Law, Washington, London
18
Umar, Hasbi. 2007. Nalar Fiqih Kontemporer, Jakarta: Gaung Persada Press.
Wehr, Hans, 1980. A Dictionary of Modern Written Arabic, J. Milton Cowan (ed),
London: Mac Donald dan Evan Ltd
Zuhaili, Wahbah al-. 1986. Ushûl al-Fiqh al-Islâmi, Damaskus: Dâr al-Fikri