Anda di halaman 1dari 8

Volume 20. Nomor 1.

Bulan Januari – Juni 2014 ISSN 1693-0061

s a s i
Jurnal Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon

● Keabsahan Keterangan Ahli Dalam Tindak Pidana Korupsi


Erwin Ubwarin

● Tinjauan Yuridis Tentang Penerapan Ancaman Pidana Mati Dalam Tindak Pidana
Korupsi
Denny Latumaerissa

● Analisis Yuridis Ajaran Turut Serta Dalam Kasus Abortus Provocatus Dengan Alasan
Kegagalan Alat Kontrasepsi
Yonna B. Salamor

● Kebebasan Beragama Sebagai Hak Konstitusi Di Indonesia


Pieter Radjawane

● Fugsi Pemeriksaan Dismissal Dalam Peradilan Tata Usaha Negara


Dezonda R. Pattipawae

● Kajian Yuridis Tentang Problematika Outsourcing Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi


Nomor 27/UUU-IX/2011 (Studi Pada PT. PLN (Persero) Wilayah Maluku Dan Maluku
Utara)
Heillen M. Y. Tita

● Penyelesaian Sengketa Perikanan Di Laut Lepas Menurut Hukum Internasional


Veriena J. B. Rehatta

● Wewenang Pemerintah Daerah Dalam Pemberian Izin Lingkungan Hidup


Vica J. E. Saija

● Perlindungan Hukum Terhadap Hak Atas Lingkungan Hidup Ditinjau Dari Perspektif
Hukum Internasional Dan Hukum Nasional Indonesia
Richard V. Waas
Veriena J. B. Rehatta, Penyelesaian Sengketa Perikanan…………………. 62
Jurnal Sasi Vol. 20 No.1 Bulan Januari - Juni 2014

PENYELESAIAN SENGKETA PERIKANAN DI LAUT


LEPAS MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

Oleh: Veriena J. B. Rehatta

ABSTRACT

Manfaat yang begitu besar atas pengelolaan laut tentunya membuat semua pihak atau
negara ingin melakukan eksplorasi dan eksploitasi atas sumber daya tersebut termasuk
dilaut lepas, sehingga terkadang menyebabkan timbulnya sengketa antar pihak-pihak
termasuk antar negara dalam melaksanakan pengelolaannya. Sengketa yang terjadi dapat
diselesaikan secara nasional maupun internasional, tergantung dari pihak yang bersengketa
didalamnya. Secara internasional penyelesaian sengketa perikanan yang terjadi dilaut lepas
dapat diselesaikan secara damai antar kedua belah pihak, tetapi apabila kesepatan damai
antar para pihak tersebut tidak dapat dicapai, maka prosedur penyelesaian sengketa
perikanan dilaut lepas dapat dilakukan berdasarkan 4 cara yakni melalui International
Tribunal for the Law of the Sea, International Court of Justice, Arbitration or Special
Arbitration Procedure, dan Konsiliasi Consiliation.
The benefits are so great on marine management must make all parties or nations
wanted to do the exploration and exploitation of these resources, including sea
off, so sometimes causing disputes between parties including between countries
in implementing management. Dispute can be resolved nationally and
internationally, depending of the parties therein. International dispute
resolution fisheries that occur at sea off can be resolved amicably between the
two sides, but when the agreements of peace between the parties can not be reached,
the dispute settlement procedure of fisheries at sea off can be done by 4 ways
namely through the International Tribunal for the Law of the Sea, the
International Court of Justice, or the Special Arbitration Procedure Arbitration
and Conciliation Consiliation.

Keyword: Penyelesaian sengketa, Perikanan, laut lepas

A. PENDAHULUAN. hukum internasional.


Secara tradisional kedaulatan
Sejak dahulu manusia telah Negara pantai selalu didasarkan pada azas
menggunakan laut sebagai medi dan rezim perairan territorial sedangkan
perhubungan, wadah sumberdaya alam falsafah laut lepas/ bebas adalah”kebebasan
kelautan dan sebagai pijakan meproyeksikan di laut” kebebasan ini didasarkan kepada
kekuatan dari darat. Penggunaan laut seperti pra anggapan dasar yang pertama bahwa
diatas mengakibatkan lahiriah klaim-klaim sumber daya alam kelautan dipandang
atas wilayah laut oleh Negara-negara yang sebagai milik bersama ( Res Comunis)
didasarkan pada kedaulatan Negara menurut seluruh umat manusi,dan yang kedua bahwa
Veriena J. B. Rehatta, Penyelesaian Sengketa Perikanan…………………. 63
Jurnal Sasi Vol. 20 No.1 Bulan Januari - Juni 2014

seluruh sumber daya itu sudah tentu tidak Projodikoro,1970,17).


akan dipertentangkan. Akan tetapi kebutuhan yang besar
Pandangan tentang kebebasan di laut ini terutama perikanan
untuk memanfaatkan laut lepas ini berjalan mengakibatkan adanya klaim-klaim dari
terus manerus bahkan setelah terjadi Negara-negara pantai untuk keperluan-
revolusi industry di Eropa, walaupun ada keperluan pribadi, sehingga menimbulkan
juga perubahan, tetapi kegiatan perikanan, suatu keadaan di mana laut merupakan suatu
eksploitasi dan penelitian ilmiah yang daerah milik bersama. Tindakan-tindakan
mengadakan eksploitasi terhadap sepihak Negara-negara pantai ini secara
sumberdaya hayati laut tetap ada berjalan eksklusif menjadi haknya paling sedikit
seperti biasa sampai kini. untuk mengaturnya, menimbulkan
Dengan semakin pesatnya kebutuhan untuk mencari kejelasan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kedudukan hak-hak serta batas-batas dalam
teknologi (IPTEK) dan ekonmi sebagaimana hukum.
kita rasakan ini maka pra anggapan Dalam hukum laut tradisionil,
tradisional yang disebutkan di atas tentu satu-satunya pembatasan terhadap
tidak berlaku lagi. Kesadaran negara-negara kebebasan menangkap ikan yang mutlak
sekarang ini ialah bhwa laut merupakan adalah pembatasan-pembatasan yang
sumber masa depan yang sangat potensial diadakan oleh
bagi kehidupan umat manusia oleh karena Perjanjian perikanan yang diadakan
itu setelelah Perang Dunia II timbul suatu antar Negara-negara, namun ada
pandangan baru untuk melindungi sumber pembatasan-pembatasan yang diadakan
daya laut dengan cara membatasi kebebasan berdasarkan kemauan sendiri (self imposed
di laut secara umum pembatasan itu restriction) sehingga mengakibatkan
disebabkan oleh du pertimbangan yakni: tindakan sepihak yang menyangkut
1. Adanya perkembangan teknologi modern perikanan di luar batas laut teritorialnya
tentang penggunaan sumber daya alam (Mohtar Kusumaatmadja,1986,94)
dari laut. Salah satu masalah dalam hukum laut
2. Makin banyaknya Negara berpantai internasional yang terkenal mengenai
menutut bagian terbesar dari laut yang pembatasan terhadap wilayah laut bebas
berdekatan dengan pantainya. menjadi laut wilayah yang menyebabkan
Dengan pandangan tersebut diatas wilayah perikanan berada dalam kedaulatan
berarti Negara di dunia ketiga maupun Negara pembatas adalah sengketa perikanan
Negara maju tidak lagi secara bebas antara Inggris dan Norwegia ( Anglo
menggunakan laut sesuai kehendaknya. Norwegian Fisheries case )( Mohtar
Kepentingan bersama dari Kusumaatmadja,1986, 98).
Negara-negara di dunia dalam hal Senketa yang terjadi antara Inggris dan
pemakaian sumber penting dari laut adalah Norwegia mengenai batas perikanan
sumber-sumber penghasilan di samudera Norwegia ini timbul karena Inggris
raya yang berwujut hidup yaitu “ perikanan mengguggat sah nya penetapan batas
laut”. perikanan eksklusif yang di tetapkan oleh
Samudera raya atau laut bebas Norwegia dalam Firman Raja ( Royal
(high seas) di luar laut wilayah pada Decree) tahun 1935 menurut Hukum
hakekatnya terbuka bagi semua Negara di Internasional . Masalah yang digugat oleh
dunia ini untuk dapat dianfaatkan, oleh Inggris bukan lebar jalur laut wilayah
karena itu dapat dikatakan bahwa warga Norwegia sebesar 4 mil, akan tetapi cara
Negara dari semua Negara di dunia leluasa penarikan garispangkal yang enghubungkan
penuh untuk mencara ikan di laut samudera titik terluar pad pantai Norwegia. Inggris
raya atau laut bebas.( Wiryono tidak menyangkal hak Norwegia untuk
Veriena J. B. Rehatta, Penyelesaian Sengketa Perikanan…………………. 64
Jurnal Sasi Vol. 20 No.1 Bulan Januari - Juni 2014

memiliki lebar laut territorial 4 mil namun sangat memegang peranan dalam
menyatakan bahwa cara penarikan garis mengembangkan pembangunan di suatu
pangkal lurus sebagaimana ditetapkan dalam Negara, laut sebagai gudang pangan
Firman Raja tahun 1935 bertentangan terutama perikanan juga sumber mineral,
drngan ketentuan hukum internasional yang minyak gas bumi serta industry lain. Laut
berlaku. Selain sengketa antara Inggris dan dengan keanekaragaman sumber daya ala
Norwegia terjadi juga kasus antara Inggris mini diolah dan dimanfaatkan untuk
dan Irlandia, kasus ini berasala dari kebutuhan manusia, akan memberikan
keputusan Islandia secara uniteral dalam pelbagai peluang guna memecahkan
bulan juni 1958 yang memperlebar laut berbagai persoalan baik secara nasional
territorial menjadi 12 mil dan melarang maupun internasional dipelbagai kawasan
penangkapan ikan oleh orang asing pada dunia.
zona tersebut. Fungsi laut sebagai sumber kekayaan
Inggris dikenal sebagai Negara alam berkaitan dengan penggunaan dan
penangkap ikan yang besar di laut utara, pemanfaatan potensi- potensi sumber
nelayan-nelayan Inggris beroperasi terutama daya alam di laut. Potensi kekayaan alam
di lautan lepas pantai Islandia sampai di laut antara lain, perikanan, air laut
keperairan Norwegia dan sebaliknya karena sebagai sumber air tawar potensial,
ikan merupakan urat nadi perekonomiannya bahan- bahan mineral dan kimia,
dan merupakan eksport yang terbesar pada kekayaan alam yang belum dimanfaatkan
negaranya pada dasar laut dan tanah dibawahnya
Menurut konvensi Hukum Laut Tahun serta penggunaan air laut sebagai sumber
1982 laut lepas ( bebas) terbuka bagi semua tenaga. (Albert W. Koerss,1991.2-4).
Negara, baik Negara yang berpantai maupun Sumber kekayaan laut secara umum
Negara yang tidak berpantai. dapat dibagi atas 2, yaitu :
Kebebasan di laut lepas ini antara lain: 1. Kekayaan alam hayati ( sumber daya
(a) Kebebasan berlayar; hayati)
(b) kebebasan untuk terbang di atasnya; 2. Kekayaan alam non-hayati (sumber
(c) kebebasan untuk meletakan kabel-kabel daya non-hayati) (John
dan pipa bawah laut; Pieris,1988,144)
(d) kebebasan untum embangun potensi- potensi diatas merupakan
pulau-pulau buatan dan instalasi- sumber daya alam dari laut yang dapat
instalasi lainnya; dimanfaatkan bagi kepentingan kesejah-
(e) kebebasan menangkap ikan dan teraan manusia.
kebebasan melakukan riset ilmiah
(Albert,W,Koerss,1991.12)
Dari uraian yang dikemukakan diatas 2. Perikanan Dan Perlindungannya Di
maka permasalahan yang dirumuskan dalam Laut Lepas
penulisan ini adalah Bagaimanakah
penyelesaian senketa internasional tentang Dalam dunia perikanan telah terjadi
perikanan dalam rangka perlindungan kemerosotan yang mencemaskan pada
sumber hayati laut di laut lepas/bebas. persediaan ikan yang paling berharga di
dunia sebagai akibat dari persaingan yang
terus meningkat dan teknologi
B. PEMBAHASAN penangkapannya yang bersifat
eksploatatif.
1. Laut Sebagai Sumber Kekayaan Alam Ikan sebagai salah satu sumber
Laut dengan berbagai sumber hewani kini semakin mendapat perhatian
kekayaan yang terkandung di dalamnya di berbagai Negara. Untuk meningkatkan
Veriena J. B. Rehatta, Penyelesaian Sengketa Perikanan…………………. 65
Jurnal Sasi Vol. 20 No.1 Bulan Januari - Juni 2014

produksi perikanan ini secara maksimal, internasional kini menyadari bahwa


dibutuhkan system pengolahan yang tepat sumber daya perikanan itu pada suatu saat
yang sesuai dengan keadaan ekosistem akan mencapai titik maksimum, titik
kelautan yang ada. Artinya di satu pihak puncak daya dukungnya. Oleh sebab itu
produksi perikanan perlu ditingkatkan perlu diambil langkah-langkah
namun di lain pihak peningkatan itu harus perlindungan lingkungan laut sebagai
sesuai dengam daya dukung sumber daya upaya penyelamatan lingkungan laut demi
kelautam yang ada. kepentingan dunia di masa kini dan masa
Sebagai akibat dari kebijaksanaan yang akan datang.
di berbagai Negara dalam bidang pangan, Kelangsungan hidup manusia
khususnya menyangkut ikan sebagai tergantung dari pada adanya kekayaan
sumber protein maka produksi ikan di alam karena itu sangat penting diadakan
dunia semakin meningkat. Peningkatan perlindungan lingkungan laut dan pantai
produksi ikan dunia dari tahun ke tahun agar dapat merupakan landasan bagi
akan mempengaruhi keberadaan sumber pemanfaatan kekayaan alam laut yang
daya perikanan dunia yaitu akan optimal.
terkurasnya sumber daya perikanan ini
karena adanya penangkapan ikan yang
berlebihan (over fishing), tanpa 3. Penyelesaian Sengketa Perikanan di
memperhatikan daya dukung sumber daya Laut Lepas
yang ada.
Pengambilan/penangkapan ikan Menurut Hukum Internasional
yang berlebihan ini dikarenakan adanya setiap sengketa internasional
suatu konsepsi bahwa sumber daya pertama-tama harus diselesaikan secara
perikanan adalah sumber daya milik damai. Penyelesaian sengketa secara
bersama, yaitu sumber daya milik setiap damai ini dilakukan melalui pengadilan
orang atau tak seorangpun tergantung dan penyelesaian di luar pengadilan.
pada sudut pandang seseorang. Sumber Penyelesaian melalui pengadilan dapat
daya ikan diambil tanpa pembatasan dan dilakukan dengan prosedur arbitrase
terbuka bagi semua orang, suatu keadaan internasional dan pengadilan internasional
yang terkenal sebagai kebebasan tanpa (Mahkamah Internasional). Penyelesaian
batas. Hal ini dapat saja terjadi di laut di luar pengadilan dapat dilakukan dengan
lepas yang tidak berada di bawah cara negosiasi, jasa baik, konsiliasi,
kedaulatan suatu Negara. Usaha penyelidikan, penemuan fakta (fact
perikanan seperti ini akan menjadi suatu finding) serta penyelesaian menurut
bencana secara ekonomis dan biologis piagam PBB (Mohd, Burhan
sebagaimana dikemukakan oleh John C. Tsani,1990,104-105).
Maar bahwa sumber daya itu dalam Menurut konvensi jenewa 1958 tgl
waktu singkat akan kelebihan modal dan 24 februari hingga 27 1958 di kota jenewa
kelebihan tangkap, akibat dari telah diadakan konferensi hukum laut
keikutsertaan tanpa batas adalah suatu yang diadakan berdasarkan resolusi
bencana secara ekologis dan biologis Majelis Umum PBB No.1105 (XI)
(Firial Marahudin dan Ian R. Smith, 1987, tanggal 21 februari1957. Resolusi ini
hal. 172) . merupakan dasar bagi konferensi untuk
Pendapat John C. Maar diatas menetapkan batas-batas tugas konferensi
merupakan kekhawatiran, jika kelebihan yang menentukan dan membahas hukum
tangkap ini berjalan terus akan laut tidak dari sudut hukum melainkan
mengakibatkan terkurasnya sumber daya mempertimbangkanaspek-aspek teknis,
alam terutama perikanan. Dunia biologis, enomis dan politik .
Veriena J. B. Rehatta, Penyelesaian Sengketa Perikanan…………………. 66
Jurnal Sasi Vol. 20 No.1 Bulan Januari - Juni 2014

Adapun maksud dihasilkan Berdasarkan permohonan tersebut


konvensi-konvensi diatas adalah untuk dilakukan proses pemeriksaan dan
menghindarkan perselisihan-perselisihan persidangn untuk penyelsaian kasusnya.
antar Negara-negara mengenai Putusan, mahkamah akan mengeluarkan
penangkapan ikan di laut lepas (Leden putusan berdasarkan suara terbanyak
Marpaung.1993.17). Hal tersebut dapat dari anggota mahkamah yang hadir,
dilihat dengan pengamatan terhadap dengan ketentuan bahwa ketua
rumusan pasal 9 dari konvensi tentang mahkamah dapat memberikan suara
Perikanan dan Perlindungan Kekayaan penentu, dengan menyebutkan
Hayati di laut lepas yang menyatakan alasan-alasan pemutusan tersebut.
bahwa “Setiap sengketa yang timbul 2. Mahkamah Internasional (International
antara Negara-negara atas permintaan Court of Justice), penyelesaian sengketa
salah satu pihak akan diajukan pada melalui jalur mahkamah ini, maka
panitia khusus yang terdirti dari lima prosedur penyelesaiannya mengikuti
anggota untuk mendapat penyelesaian”. prosedur penyelesaian sengketa secara
Dengan demikian cara penyelesaian umum pada mahkamah Internasional.
sengketa perikanan menurut konvensi 3. Arbitrase dan Prosedur Arbitrase
jenewa 1958 tentang perikanan dan Khusus (Arbitration or Special
perlindungan kekayaan hayati di laut Arbitration Procedure) yang diatur
lepas Tidak otomatis dilakukan melalui dalam annex VII dan annex VIII dari
komisi khusus akan tetapi dapat dilakukan konvensi. Dalam hal penyelesaian
dengan cara-cara damai lainnya dengan sengketa melalui arbitrase, maka para
persetujuan dari kedua belah pihak. pihak yang bersengketa mengajukan 5
Konvensi tidak menghalangi (lima) arbiter, dengan kualifikasi
pihak-pihak yang mencari penyelesaian berpengalaman didalam masalah
sengketa dengan jalan damai yang dipilih kelautan, kompeten dan memiliki
oleh pihak yang bersangkutan. Ketentuan- integritas, yang terdiri dari 1 (satu)
ketentuan konvensi tentang penyelesaian anggota dari masing-masing negara
sengketa hanya diterapkan apabila yang bersengketa dan 3 (tiga) anggota
pihak-pihak berselisih yang telah memilih dari warga negara pihak ketiga (kecuali
cara perselisihan mereka yang tidak dapat ditentukan lain oleh para pihak). Para
menghasilkan suatu penyelesaian. arbiter inilah yang kemudian bertugas
Apabila timbul suatu perselisihan di untuk membantu para pihak dalam
antara Negara-negara peserta konvensi memutuskan perselisihan yang terjadi.
tentang masalah perikanan maka Sedangkan kalau sengketa itu adalah
Negara-negara tersebut diharuskan untuk masalah perikanan, maka harus
mengadakan pertukaran pendapat tentang dibentuk Arbitrase khusus, karena
cara penyelesaiana perselisihan yang berdasarkan ketentuan annex VIII
sudah tercapai (Chairul Anwar.1989.123). konvensi hukum laut 1982 ini, maka
Tetapi apabila cara damaitidak bisa lagi bidang perikanan merupakan bidang
ditempuh maka penyelesaian sengketa yang harus diselesaikan melalui
dapat dilakukan melalui 4 (empat) cara prosedur khusus selain 3 (tiga) bidang
yakni: lainnya yakni Perlindungan dan
1. Mahkamah Internasional Hukum Laut Pemeliharaan lingkungan laut, Riset
(International Tribunal for the Law of ilmiah laut dan navigasi termasuk polusi
the Sea) yang dibentuk berdasarkan dari kapal dan dari dumping.
Annex VI. Penyelesaiang sengketa 4. Konsiliasi (Consiliation) sebagaimana
melalui Mahkamah ini dengan diatur dalam annex V. Cara
mengajukan permohonan tertulis. penyelesaian perselisishan menurut
Veriena J. B. Rehatta, Penyelesaian Sengketa Perikanan…………………. 67
Jurnal Sasi Vol. 20 No.1 Bulan Januari - Juni 2014

prosedur ini dimulai dengan ingin melakukan eksplorasi dan


pemberitahuan salah satu pihak yang eksploitasi atas sumber daya tersebut,
berselisih kepada pihak lainnya. sehingga terkadang keinginan tersebut
Sekretaris Jendral PBB akan menunjuk menyebabkan timbulnya sengketa antar
seorang konsiliator untuk menyelesaian pihak-pihak termasuk antar negara dalam
sengketa tersebut berdasarkan melaksanakan pengelolaannya. Sengketa
nama-nama konsiliator yang terlah yang terjadi dapat diselesaikan secara
dipegang olehnya sebagai hasil nasional maupun internasional, tergantung
keputusan konvensi. dari pihak yang bersengketa didalamnya.
Penyelesaian sengketa hukum laut Secara internasional penyelesaian
berdasarkan konvensi hukum laut tersebut, sengketa perikanan yang terjadi dilaut
tidak serta merta harus dilaksanakan, lepas dapat diselesaikan berdasarkan 4
karena apabila pihak-pihak yang cara yakni melalui Mahkamah
berselisih telah memilih cara penyelesaian Internasional Hukum Laut (International
masalah merekabaik melalui persetujuan Tribunal for the Law of the Sea), melalui
bilateral, regional maupun persetujuan Mahkamah Internasional (International
umum untuk menyelesaikan perselisihan Court of Justice), melalui Arbitrase dan
tersebut kepada suatu prosedur yang akan Prosedur Arbitrase Khusus (Arbitration or
memberikan suatu keputusan yang Special Arbitration Procedure), dan
mengikat, prosedur tersebut akan memalui Konsiliasi (Consiliation).
diterapkan sebagai pengganti prosedur
konvensi.

C. PE N UTU P DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan uraian dalam penulisan Chairul Anwar,Horison baru Hukum Laut


ini maka akan dikemukakan kesimpulan Internasional Konvensi Hukum
bahwa, dalam memenuhi kebutuhan dan Laut 1982, Djambatan ,
kelangsungan hidup Negara-negara, Jakarta,1989.
terutama negara pantai dapat dilakukan Koers.W.Albert, Konvensi PBB tentang
aktivitas atau tindakan untuk menciptakan, Hukum Laut, Universitas Gajah
menyelenggarakan dan menjamin Mada Press, Yogjakarta,1991
keadaan laut sebagai sumber kehidupan Kusumaatmadja Mohta, Hukum Laut
karena banyak mengandung berbagai Internasional,Binacipta,
macam kekayaan laut baik itu perikanan Bandung, 1986.
maupun sumber-sumber hayati lainya. Maharudin Firial dan Ian R. Smith ,
Laut sebagai sumber kekayaan alam dapat Ekonomi Perikanan dan
digunakan dan dimanfaatkan untuk Pengelolaan ke Permasalahan
mempertahankan dan guna Praktis, Yayasan Obor
mengebangkan kehidupan. Manfaat yang Indonesia, Jakarta ,1987.
begitu besar atas pengelolaan laut Merpaung Leden, Tindak pidana wilayah
tentunya mebuat semua pihak atau negara perairan Laut Indonesia, Sinar
Veriena J. B. Rehatta, Penyelesaian Sengketa Perikanan…………………. 68
Jurnal Sasi Vol. 20 No.1 Bulan Januari - Juni 2014

Grafika, Jakarta 1993


Pieris Jhon, Strategi Pengembangan
Kelautan Dalam Prespektif
Pembangunan Nasional,Sinar
Harapan,Jakarta1988
Prodjodikoro Wirjono, Hukum Laut Bagi
Indonesia,Sumur,Bandung,1970
.

Anda mungkin juga menyukai