1.10 Menghayati kebenaran bahwa kehidupan ini merupakan bagian dari Qad{a’ dan
qadar Allah
2.10 Mengamalkan sikap sabar dan pro-aktif sebagai implikasi iman kepada Qad{a’ dan
qadar dalam kehidupan sehari-hari
3.10 Menganalisis kajian beriman kepada Qad{a dan qadar ditinjau dari kitab-kitab turaats
tentang akidah
4.10 Mengomunikasikan hasil kajian beriman kepada Qad{a dan qadar ditinjau dari kitab-
kitab turaats tentang akidah
C. Indikator Pembelajaran
D. Tujuan Pembelajaran
F. Pendekatan/Model/Metode Pembelajaran
1. Media :Video tentang kisah Bilal bin robbah yang mempunyai akidah yang kuat
PETA KONSEP
PRAWACANA
Beriman kepada Allah harus disertai dengan mengimani ketetapan-ketetapan-Nya. Karena itu,
iman kepada Qad{a’ dan qadar merupakan satu bagian dari ke seluruhan iman yang
sempurna. Allahlah yang menciptakan semua makhluk di alam semesta ini dan Allah juga
yang menetapkan semua ketentuan dan ketetapan yang melekat pada semua makhluk tersebut.
Ketentuan-ketentuan ini ditetapkan oleh Allah dan tidak dapat diubah-ubah sama sekali serta
ada yang diberikan keputusannya kepada manusia setelah melalui proses tertentu. Inilah
gambaran dari Qad{a dan qadar Allah yang harus diyakini oleh semua umat Islam. Untuk
memahami iman kepada Qad{a dan qadar secara lebih rinci ikutilah pembahasan di bawah.
MATERI POKOK
https://youtu.be/8uVqzKuHhcc
Akidah Ahlussunnah menetapkan bahwa Allah yang menciptakan kebaikan dan keburukan.
Namun demikian ada beberapa faham yang berusaha mengaburkan kebenaran ini dengan
mengutip beberapa ayat yang sering disalahpahami oleh mereka. Di antaranya, mereka
mengutip firman Allah:
ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ
ُُُنُتُُُشُاُُُءُذُلُُُم
ُ ُُُِمُنُتُُُشُاُُءُُُوتُُُعُزُُُمُنُتُُُشُاُُءُُُوت
ُُُُُُُمُلُك
ُمُنُتُُُشُاُُءُُُوتُُنُُُزعُال ُُُُُُمُلُككُتُُُؤتُُُىُال
ُ ُُُُُمُل
لُُُهّٰللاُُُمُلُكُال
ُ ُُق
ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُُ ُ ُ
ُ ُُديُُُر
ُ ىُكُُلُُُشُُيُءُُُُق
ُ ُُ ُُالخُيُُرُُُُاُنُُكُُُعُل
ُُُدُك
ُ ُبُُُي
“… dengan kekuasaan-Mu (Ya Allah) segala kebaikan”. (QS. Ali ‘Imran: 26).
Sebagian orang mengatakan : “Dalam ayat ini Allah hanya menyebuntukan al-Khair
(kebaikan) saja, Dia tidak menyebuntukan asy-Syarr (keburukan). Dengan demikian Allah
hanya menciptakan kebaikan saja, adapun keburukan bukan ciptaan-Nya?”. Maka jawabnya
adalah bahwa Kata asy-Syarr (keburukan) tidak disandingkan dengan kata al- Khair
(kabaikan) dalam ayat di atas bukan berarti Allah bukan pencipta keburukan. Ungkapan
semacam ini dalam istilah Ilmu Bayan (salah satu cabang Ilmu Balaghah) dinamakan dengan
al-Iktifa’. Yaitu meninggalkan penyebutan suatu kata karena telah diketahui padanannya.
Contoh semacam ini di dalam Al-Qur’an firman Allah:
ُُُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُُ ُ ُ ُ ُُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ
ُُالحُر
ُُُاُوُجُعُلُلُُُكُمُُُسُرابُُُُيُلُتُُُقُُيُكُم
ُُُُُالُُُاُكُنان
ُ ُُُالجُب
ُ ُُُُمُُن
ُُاُوُجُعُلُلُُُكُم ُُُُظُلُلُُُاُخُلُق
ُُُُِم
ُُُاّٰللُُُجُعُلُلُُُكُم ُُُو
ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ ُ
ُ ُُُكُذلُُكُيُُُتُُمُنُُُعُمُتُهُُُعُلُيُكُمُلُُُعُلُكُمُتُُُسُلُُمُوُن
ُُُُوُسُرابُُُُيُلُتُُُقُُيُكُمُبُُُأُسُكُم
“Dia (Allah) menjadikan bagi anda pakaian-pakaian yang memelihara anda dari dari
panas”. (QS. an-Nahl: 81)
Yang dimaksud ayat ini adalah pakaian yang memelihara anda dari panas, dan juga dari
dingin. Artinya, tidak khusus memelihara dari panas saja. Demikian pula dengan firman Allah
dalam QS. Ali ‘Imran: 26 di atas bukan berarti Allah khusus menciptakan kebaikan saja, tapi
yang dimaksud adalah menciptakan segala kebaikan dan juga segala keburukan.
Di dunia ini ada sesuatu yang dinamakan “sebab” dan ada yang dinamakan “akibat”.
Misalnya, obat sebagai sebab bagi -akibat- sembuh, api sebagai sebab bagi -akibat-kebakaran,
makan sebagai sebab bagi -akibat- kenyang, dan lain-lain. Akidah Ahlussunnah menetapkan
bahwa sebab dan akibat ini tidak berlaku dengan sendirinya. Artinya, setiap sebab sama sekali
tidak menciptakan akibatnya masing-masing. Tapi keduanya, baik sebab maupun akibat,
adalah ciptaan Allah dan dengan ketentuan (Taqdir) Allah. Dengan demikian, obat dapat
menyembuhkan sakit karena kehendak Allah, api dapat membakar karena kehendak Allah,
dan demikian seterusnya. Segala akibat dari segala sebabnya, jika akibat-akibat tersebut tidak
dikehendaki oleh Allah akan kejadiannya maka itu semua tidak akan pernah terjadi.
Dalam sebuah hadis Sahih, Rasulullah bersabda: إن الل خلق الداء وخلق الدواء فإذا أصيب
دواء الداء برأ بإذن الل واه ابن حبان
“Sesungguhnya Allah yang menciptakan segala obat dan yang menciptakan segala
penyakit. Apa bila obat mengenai penyakit maka sembuhlah ia dengan izin
Allah”. (H.R. Ibn Hibban).
E. Fungsi dan hikmah iman kepada Qad{a’ dan qadar Allah
Beriman kepada takdir (Qad{a’ dan qadar) Allah merupakan salah satu dari enam pilar
keimanan dalam Islam. Karena itu iman kepada takdir merupakan salah satu pendukung untuk
sempurnanya iman seorang Muslim. Di samping itu, iman kepada takdir juga memiliki fungsi
dan hikmah yang penting bagi setiap Muslim.
Dengan beriman kepada Qad{a dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita
dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah
tersebut antara lain:
1 Yakin terhadap Qad{a dan qadar dari Allah dan itu yang terbaik yang
ditentukan oleh Allah
2 Dengan Iman pada Qad{a dan qadar melahirkan pribadi yang mau
bekerja keras dalam meraih sesuatu
3 Allah tidak akan menyalahi hukum-Nya (sunatullah) sehingga manusia
harus yakin akan kekuasaan-Nya atas hidup dan kehidupan
4 Tidak putus asa karena senantiasa husnuzdzan pada keadilan Allah
5 tidak sombong apabila kita berhasil meraih sesuatu karena semua itu
bukan semata-mata atas usaha kita sendiri
6 Mampu menyusun strategi, khususnya dalam hal pekerjaan sehingga
hasilnya efektif dan efisien
7 Bersyukur apabila memperoleh rezeki apa pun bentuknya dan
senantiasa bersabar apabila mendapatkan ujian atau musibah
1. Manusia diberi kekuatan akal untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan
dituntut untuk berupaya merubah keadaan dari hal yang kurang baik menjadi baik, dari
yang sudah baik menjadi lebih baik, dari terbelakang menjadi berkemajuan, dari
kemiskinan menjadi kecukupan atau kekayaan, dari kebodohan menjadi
berkepandaian dan seterusnya. Apakah usaha atau ikhtiar seperti itu masih diperlukan
jika takdir manusia sudah ditetapkan oleh Allah sejak zaman azali?. Jelaskan
argumentasi anda !
2. Bagaimana anda menjelaskan posisi keimanan pada Qad{a dan Qadar di satu sisi dan
pada sisi yang lain manusia diminta untuk rajin berusaha (ikhtiar) ? dan Mengapa kita
harus yakin terhadap Qad{a dan qadar?
3. Bapak Fatih memiliki putra putri yang saleh salehah. Suatu ketika salah satu putranya
yang bernama Arif mengalami kecelakaan hingga mengalami kebutaan permanen.
Bagaimana sikap Pak Fatih menunjukkan keimanannya pada Qad{a dan qadar ?
Jugabagaimana cara menasehati putranya yang kecelakaan tadi agar tidak
menggoyahkan keimanannya?
4. Hafidz membuka usaha toko grosir bahan pokok di pasar. Dia berusaha keras untuk
mengembangkan usahanya. Tetapi usaha Hafidz tersebut mengalami kegagalan.
Bagaimana sikap dan tindakan Hafidz yang benar menghadapi kenyataan tersebut?