Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

A. Definisi Malpraktik
Malpraktek mempakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu berkonotasi
yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti salah sedangkan “praktek” mempunyai arti
pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek berarti pelaksanaan atau tindakan yang
salah. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan
untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.
Sedangkan definisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari seorang dokter
atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam
mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang
yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama. Malpraktek juga dapat diartikan
sebagai tidak terpenuhinya perwujudan hak-hak masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang baik, yang biasa terjadi dan dilakukan oleh oknum yang tidak mau
mematuhi aturan yang ada karena tidak memberlakukan prinsip-prinsip transparansi atau
keterbukaan, dalam arti, harus menceritakan secarajelas tentang pelayanan yang
diberikan kepada konsumen, baik pelayanan kesehatan maupun pelayanan jasa lainnya
yang diberikan. Dalam memberikan pelayanan wajib bagi pemberi jasa untuk
menginformasikan kepada konsumen secara lengkap dan komprehensif semaksimal
mungkin. Namun, penyalahartian malpraktek biasanya terjadi karena ketidaksamaan
persepsi tentang malpraktek. Berikut beberapa definisi malpraktek:
a) Guwandi (1994) mendefinisikan malpraktik sebagai kelalaian dari seorang dokter
atau perawat untuk menerapkan tingkat keterampilan dan pengetahuannya di dalam
memberikan pelayanah pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang
lazim diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di
lingkungan wilayah yang sama.
b) Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan batasan yang
spesifik dari kelalaian (negligence) yang ditujukan pada seseorang yang telah terlatih
atau berpendidikan. yang menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/pekerjaannya.
Ada dua istilah yang sering dibiearakan secara bersamaan dalam kaitannya dengan
malpraktik yaitu kelalaian dan malpratik itu sendiri. Kelalaian adalah melakukan
sesuatu dibawah standar yang ditetapkan oleh aturan/hukum guna, melindungi orang
lain yang bertentangan dengan tindakan-tindakan yaag tidak beralasan dan berisiko
melakukan kesalahan (Keeton, 1984 dalam Leahy dan Kizilay, 1998) Malpraktik.
sangat spesifik dan terkait dengan status profesional dan pemberi pelayanan dan
standar pelayanan profesional. Malpraktik adalah kegagalan seorang profesional
(misalnya, dokter dan perawat) untuk melakukan praktik sesuai dengan standar
profesi yang berlaku bagi seseorang yang karena memiliki keterampilan dan
pendidikan (Vestal, K.W, 1995). Malpraktik lebih luas daripada negligence karena
selain mencakup arti kelalaian, istilah malpraktik pun mencakup tindakan-tindakan
yang dilakukan dengan sengaja (criminal malpractice) dan melanggar undang-
undang. Di dalam arti kesengajaan tersirat adanya motif (guilty mind) sehingga
tuntutannya dapat bersifat perdata atau pidana. Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan malpraktik adalah :
 Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga
kesehatan.
 Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakuka atau melalaikan kewajibannya.
(negligence).
 Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan
perundangundangan.

B. MALPRAKTEK DALAM KEPERAWATAN


Banyak kemungkinan yang dapat memicu perawat melakukan malpraktik. Malpraktik
lebih spesifik dan terkait dengan status profesional seseorang, misalnya perawat, dokter,
atau penasihat hukum. Vestal, K.W. (l995) mengatakan bahwa untuk mengatakan secara
pasti malpraktik, apabila pengguagat dapat menunujukkan hal-hal dibawah ini :
a) Duty – Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibannya yaitu, kewajiban
mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau setidak-
tidaknya meringankan beban penderitaan pasiennya Hubungan berdasarkan perawat-
klien menunjukkan, standar bahwa melakukan profesi. kewajiban berdasarkan standar
keperawatan.
b) Breach of the duty – Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya, artinya
menyimpang dari apa yang seharusnya dilalaikan menurut standar profesinya. Contoh
pelanggaran yang terjadi terhadap pasien antara lain, kegagalan dalam memenuhi
standar keperawatan yang ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit.
c) Injury – Seseorang mengalami cedera (injury) atau kemsakan (damage) yang dapat
dituntut secara hukum, misalnya pasien mengalami cedera sebagai akibat
pelanggaran. Kelalalian nyeri, adanya penderitaan atau stres emosi dapat
dipertimbangkan sebagai, akibat cedera jika terkait dengan cedera fisik.
d) Proximate caused–Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terk
dengan cedera yang dialami pasien. Misalnya, cedera yang terjadi secara langsung
berhubungan. dengan pelanggaran kewajiban perawat terhadap pasien). Sebagai
penggugat, seseorang harus mampu menunjukkan bukti pada setiap elemen dari
keempat elemen di atas. Jika semua elemen itu dapat dibuktikan, hal ini menunjukkan
bahwa telah terjadi malpraktik dan perawat berada pada tuntutan malpraktik. Bidang
Pekerjaan Perawat Yang Berisiko Melakakan Kesalahan : Caffee (1991) dalam
Vestal, K.W. (1995) mengidentifikasi 3 area yang memungkinkan perawat berisiko
melakukan kesalahan, yaitu tahap pengkajian keperawatan (assessment errors),
perencanaan keperawatan (planning errors), dan tindakan intervensi keperawatan
(intervention errors). Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
 Assessment errors, termasuk kegagalan mengumpulkan data atau informasi
tentang pasien secara adekuat atau kegagalan mengidentifikasi informasi yang
diperlukan, seperti data hasil pemeriksaan laboratorium, tanda-tanda vital, atau
keluhan pasien yang membutuhkan tindakan segera. Kegagalan dalam
pengumpulan data akan berdampak pada ketidaktepatan diagnosis keperawatan
dan lebih lanjut akan mengakibatkan kesalahan atau ketidaktepatan dalam
tindakan. Untuk menghindari kesalahan ini, perawat seharusnya dapat
mengumpulkan data dasar secara komprehensif dan mendasar.
 Planning errors, termasuk hal-hal berikut :
o Kegagalan mencatat masalah pasien dan kelalaian menuliskannya dalam
rencana keperawatan.
o Kegagalan mengkomunikaskan secara efektif rencana keperawatan yang telah
dibuat, misalnya menggunakan bahasa dalam rencana keperawatan yang tidak
dimahami perawat lain dengan pasti.
o Kegagalan memberikan asuhan keperawatan secara berkelanjutan yang
disebabkan kurangnya informasi yang diperoleh dari rencana keperawatan.
o Kegagalan memberikan instruksi yang dapat dimengerti oleh pasien. Untuk
mencegah kesalahan tersebut, jangan hanva menggunakan perkiraan dalam
membuat rencana keperawatan tanpa mempertimbangkannya dengan baik.
Seharusnya, dalam penulisan harus memakai pertimbangan yang jelas
berdasarkan masalah pasien. Bila dianggap perlu, lakukan modifikasi rencana
berdasarkan data baru yang terkumpul. Rencana harus realistis berdasarkan
standar yang telah ditetapkan, termasuk pertimbangan yang diberikan oleh
pasien. Komunikasikan secara jelas baik secara lisan maupun dengan tulisan.
Lakukan tindakan berdasarkan rencana dan lakukan secara hati-hati instruksi
yang ada. Setiap pendapat perlu divalidasi dengan teliti. c. Intervention
melaksanakan errors, termasuk tindakan kegagalan kolaborasi,
menginteipretasikan kegagalan melakukan dan asuhan keperawatan secara
hati-hati, kegagalan mengikuti/mencatat order/pesan dari dokter atau dari
penyelia. Kesalahan pada tindakan keperawatan yang sering terjadi
mengidentifikasi adalah pasien kesalahan sebelum dalam membaca dilakukan
pesan/order, tindakan/prosedur, memberikan obat, dan terapi pembatasan
(restrictive therapy). Dari seluruh kegiatan ini yang paling berbahaya
tampaknya pada tindakan pemberian obat. Oleh karena itu, perlu adanya
komunikasi yang baik di antara anggota tim kesehatan maupun terhadap
pasien dan keluarganya.
Untuk menghindari kesalahan ini, sebaiknya rumah sakit tetap
melaksanakan program pendidikan berkelanjutan (Continuing Nursing
Education). Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam
3 kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar, yaitu :
 Criminal malpractice Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam
kategori criminal malpractice manakala perbuatan tersebut memenuhi
rumusan delik pidana,yaitu:
o Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan
perbuatan tercela.
o Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa
kesengajaan (intensional) misalnya melakukan euthanasia (pasal 344
KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat
keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi
medis pasal 299 KUHP). Kecerobohan (reklessness) misalnya
melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent.
Atau kealpaan (negligence) misalnya kurang hati-hati mengakibatkan
luka, cacat atau meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut
pasien saat melakukan operasi. Pertanggungjawaban didepan hukum
pada criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh
sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada badan
yang memberikan sarana pelayananjasa tempatnya bernaung.
 Civil malpractice Seorang tenaga jasa akan disebut melakukan civil
malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan
prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan
tenaga jasa yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain :
o Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
o Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi
terlambat melakukannya.
o Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi
tidak sempurna.
o Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya
dilakukan. Pertanggungjawaban civil malpractice dapat bersifat
individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain
berdasarkan principle ofvicarius liability. Dengan prinsip ini maka
badan yang menyediakan sarana jasa dapat bertanggung gugat atas
kesalahan yang dilakukan karyawannya selama orang tersebut dalam
rangka melaksanakan tugas kewajibannya.
 Administrative malpractice Tenaga jasa dikatakan telah melakukan
administrative malpractice manakala orang tersebut telah melanggar
hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police
power, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai
ketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga
perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kena, Surat Ijin
Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila
aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat
dipersalahkan melanggar hukum administrasi

C. Undang-undang malpraktek
Beberapa tahun terakhir ini ada banyak sekali kasus malpraktik yang terjadi, seperti kasus
pemotongan usus yang tadinya 7 cm kemudian menjadi 20cm (2008), kemudian
malpraktik yang mengakibatkan kebutaan pada anak pada saat di inkubator (2009), selain
itu juga masih banyak kasus-kasus yang terjadi. Upaya hukum untuk melindungi anak
sebagai korban malpraktik yakni melalui Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak dan juga berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
Pada dasarnya, berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak, anak didefinisikan sebagai seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Pada kasus-kasus
malpraktik terhadap anak, pada dasarnya berdasarkan Pasal 8 Undang-undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak bahwa, ”Setiap anak berhak memperoleh
pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual,
dan sosial.”
Ketika adanya malpraktik pun yang mengakibatkan cacat pada anak tersebut, maka anak
pun masih memiliki hak yang berdasarkan Pasal 12 Undang-undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak bahwa,”Setiap anak yang menyandang cacat berhak
memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.”
Pemenuhan hak-hak ini didukung juga oleh Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa,”Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.” Namun, jika adanya
malpraktik yang dilakukan oleh tenaga medis, maka berdasarkan Pasal 58 ayat (1)
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa,”Setiap orang berhak
menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara
kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan
kesehatan yang diterimanya.”
Oleh karena korban dapat meminta ganti rugi, maka dapat didasarkan pada Pasal 77
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yakni bagi tenaga
medis yang melakukan tindakan malpraktik ini dapat dikenakan Pasal 77 Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak bahwa, “Setiap orang yang dengan
sengaja melakukan tindakan.
D. Kode etik keperawatan Indonesia
Kode etik Adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman
perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku
untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode
etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh
terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Kode etik
keperawatan Indonesia :
a. Perawat dan Klien
 Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan
agama yang dianut serta kedudukan sosial.
 Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama klien.
 Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan.
 Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

b. Perawat dan Praktek


 Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan
melalui belajar terus-menerus
 Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
 Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain
 Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
selalu menunjukan perilaku profesional

c. Perawat dan Masyarakat


Perawat mengembangkan tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan
mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
d. Perawat dan Teman Sejawat
 Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesame perawat maupun dengan
tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja
maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
 Kerawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.

e. Perawat dan Prosfesi


 Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan
 Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan
 Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara
kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

Y. Iyus. 2013. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Perawat dalam Sudut Pandang Etik.
http://skripsistikes.files.wordpress.com/2009/08/32.pdf. Diakses 1 Juli 2013
https://www.kpai.go.id/publikasi/artikel/perlindungan-terhadap-anak-korban-malpraktik
https://zdocs.tips/doc/makalah-malpraktek-dalam-keperawatan-dn634qn0z215

Anda mungkin juga menyukai