Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH PERENDAMAN DI DALAM LARUTAN KOPI TORAJA

TERHADAP PERUBAHAN WARNA GIGI ARTIFISIAL


AKRILIK DAN PORSELEN

(The Effect of Immersion in Toraja Coffee Solution on Acrylic and Porcelain


Teeth Discoloration)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

QUR’ANI ALIFITRIAH

J111 14 027

BAGIAN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
i
PENGARUH PERENDAMAN DI DALAM LARUTAN KOPI TORAJA
TERHADAP PERUBAHAN WARNA GIGI ARTIFISIAL
AKRILIK DAN PORSELEN

( The Effect of Immersion in Toraja Coffee Solution on Acrylic and Porcelain


Teeth Discoloration )

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Hasanuddin Untuk Melengkapi Salah Satu


Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

Qur’ani Alifitriah
J111 14 027

DEPATEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

ii
iii
SURAT PERNYATAAN

iv
v
vi
ABSTRAK

Latar Belakang: Gigi artifisial porselen dari segi estetik lebih baik daripada gigi
artifisial akrilik karena lebih resisten terhadap perubahan warna. Perubahan warna
pada resin akrilik dapat disebabkan oleh proses absorpsi larutan berwarna dan
perlekatan stain. Kopi toraja mengandung tanin yang dapat menyebabkan warna
kecoklatan pada bahan. Tujuan: Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh
perendaman gigi artifisial akrilik dan porselen di dalam larutan kopi toraja
terhadap konsistensi warna. Metode: Penelitian true experimental dengan desain
pretest-posttest only control group ini menggunakan gigi artifisial akrilik dan gigi
artifisial porselen yaitu masing-masing berjumlah 12 gigi insisivus sentralis
rahang atas. Dua puluh empat gigi dibagi rata menjadi 6 kelompok yaitu gigi
artifisial akrilik yang direndam di dalam larutan kopi selama 3 hari, 9 hari serta 15
hari, dan gigi artifisial porselen sebagai kelompok kontrol yang direndam di
dalam larutan kopi selama 3 hari, 9 hari serta 15 hari. Data diperoleh dari gambar
melalui sistem CIELab Adobe Photoshop dan dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis
dan uji Mann-Whitney. Hasil: Terdapat perubahan warna pada kelompok gigi
artifisial akrilik sedangkan pada gigi artifisial porselen tidak terjadi perubahan
warna. Perbedaan terbesar terjadi pada gigi artifisial akrilik setelah perendaman
selama 9 hari dan 15 hari dengan p senilai 0,021 (p<0,05). Simpulan: Larutan
kopi toraja mempengaruhi warna gigi artifisial akrilik dan meningkat seiring lama
waktu perendaman sedangkan pada gigi artifisial porselen tidak terjadi perubahan
warna.
Kata Kunci: Gigi artifisial akrilik, gigi artifisial porselen, perubahan warna, kopi
toraja, dan tanin

vii
ABSTRACT

Background: Porcelain artificial teeth in terms of esthetics is better than acrylic


artificial teeth because they are more resistant to discoloration. Discoloration in
acrylic resin caused by absorption process of the color solution and attachment of
stain. Toraja coffee contains tanin which can caused a brownish color to the
material. Objective: The research aimed to determine the effect of immersion in
toraja coffee solution to consistency of colour of acrylic and porcelain teeth.
Methods: This is a true experimental research with design pretest-posttest
research design with control group use acrylic teeth and porcelain teeth, each of
which was 12 maxillary central incisors. Twenty four teeth were divided equally
into 6 groups consisting of 4 acrylic artificial teeth immersed in a toraja coffee
solution for 3 days, 9 days and 15 days, and porcelain teeth as control group
immersed in a toraja coffee solution for 3 days, 9 days and 15 days. Data received
from images through CIELab system in Adobe Photoshop and analyzed using
Kruskal-Wallis test and Mann Whitney Test. Results: There are colour changes in
acrylic artificial teeth group whereas there aren’t colour change in porcelain
artificial teeth. The biggest colour change found in acrylic artificial teeth after
immersed for 9 days and 15 days with it’s value is 0.021 (p<0.05). Conclusion:
Toraja coffee solution affects the color of acrylic artificial teeth and color changes
increased along immersion time. Meanwhile toraja coffee solution didn’t affects
the color of porcelain artificial teeth.
Keywords: Acrylic artificial teeth, porcelain artificial teeth, discoloration, toraja
coffee, tannin.

viii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum wr wb.

Alhamdulillahirabbilalamin segala puji dan syukur tiada henti penulis

panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang dengan keagungan-Nya telah

melimpahkan segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya. sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi di Departemen Prostodonsia

yang berjudul: “Pengaruh Perendaman di dalam Larutan Kopi Toraja

terhadap Perubahan Warna Gigi Artifisial Akrilik dan Porselen”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk

mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Selain itu, skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca

dan peneliti lain untuk menambah wawasan di bidang kedokteran gigi. Selama

proses penelitian dan penyusunan skripsi, meskipun penulis mengalami beberapa

hambatan, tetapi berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik pada waktunya. Kepada pembimbing

skripsi, drg. Eri H Jubhari, M.Kes, Sp. Pros yang telah banyak meluangkan

waktu serta dengan sabar dan teliti dalam memberikan ilmu, saran, arahan dan

bimbingan yang sangat bermanfaat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

Terima kasih atas bantuannya selama ini, semoga Tuhan memberikan ridho dan

rahmat-Nya kepada dokter dan keluarga.

Pada kesempatan ini, diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

ix
1. Dr. drg Baharuddin Thalib, M.Kes, Sp. Pros, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

2. Dr. Masni, Apt., MSPH, selaku dosen bidang Statistik Fakultas Kesehatan

Masyarakat yang telah memberikan saran dan ilmu dalam pengolahan data

pada skripsi ini.

3. drg. Hasmawati Hasan, selaku penasehat akademik selama jenjang

perkuliahan.

4. Seluruh Dosen Fakultas Kedokteran Gigi Univeristas Hasanuddin, yang

telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat, terkhusus Dosen bagian

Prostodonsi yang telah memberikan kritik dan saran selama penyusunan

skripsi ini.

5. Staf Akademik, Staf Pengawai Perpustakaan, dan Seluruh Staf Pengawai

Fakultas Kedokteran Gigi Univeristas Hasanuddin yang telah membantu

penulis.

6. Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Makassar

atas perizinan yang diberikan sehingga penulis dapat melakukan penelitian

setiap harinya selama 17 hari.

7. Teman-teman penulis, Claudia terima kasih atas waktu, bantuan, dukungan,

serta motivasi yang telah diberikan dan Wiwik serta Athena16smudama

yang lain yang tak dapat disebutkan satu-persatu karena kata-kata tak dapat

menggambarkan memori kebahagiaan yang tersimpan.

8. Teman terdekat di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Nilam,

Gisel, Uli, Nelce, Upi, Kiya, Meymey, Ijlal, Widi, Nitit, Shaad, Aulia, Phy

x
dan teman-teman yang lain yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu tetap

semangat dan semoga kita sukses dan bahagia kedepannya.

9. Korps Asisten Oral Biologi FKG Unhas, semoga sukses kedepannya.

10. Teman teman skripsi bagian Prostodonsia dan atau rekan kelompok tutor 2

yaitu Sitti, Nana, Haeriah, Shakirah, Indahrez, Apri, Citra, Anna, Febi,

dan Ocia.

11. Teman-teman KKN-Profesi Kesehatan Angkatan 56 Desa Charamming,

Bontotiro, Bulukumba Indah, Ayumi, Dewi, Iin, Kak Ilham, Arief, Diana

dan Anggun

12. Kepada seluruh pihak yang turut membantu yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu, yang telah memberikan dukungan selama penelitian dan penyusunan

skripsi ini.

Secara khusus, penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada

Ayahanda Ir Muhammad Fitri, M.P dan Ibunda Ir Sri Udayana, M.Si dan Hj

Sudiati Sumardjo tercinta yang telah membesarkan, mendidik, mendukung,

mendoakan, menyalurkan semangat, motivasi dan kasih sayang yang tiada henti

kepada penulis. Semoga mereka senantiasa diberikan kesehatan, kebahagian dan

umur yang panjang. Semogga penulis dapat diberikan kesempatan untuk dapat

memberikan kebahagian dan kebanggaan kepada mereka. Amin Ya Rabbal

Alamin. Saudara-saudara penulis, Qisthi Alifitriah, Qalbi Alifitriah dan Muh

Qhadar Islam Alifitrah serta seluruh keluarga besar penulis. Semoga mereka

senantiasa diberikan kesehatan, kesuksesan, kebahagian dan umur yang panjang.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat. Penulis menyadari sebagai manusia

yang tidak luput dari segala kekurangan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf
xi
apabila terdapat kekeliruan pada skripsi ini. Kritik dan saran yang sifatnya

membangun, demi penyempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar, 1 November 2017

Penulis

xii
DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN SAMPUL………………...…….………………………….… I

SAMPUL DALAM ……………………………………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iii

SURAT PERNYATAAN PERPUSTAKAAN …………………………... iv

KARTU KONTROL SKRIPSI ………………………………………….. v

ABSTRAK ………………………………………………………………… vii

ABSCTRACT …………………………………………………………….. viii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. viii

DAFTAR ISI ……………………………...………………………………. xii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... xvii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xviii

BAB I PENDAHULUAN ……………...…………………………………. 1

1.1 Latar Belakang …………….…….……….....…………................ 1

1.2 Rumusan Masalah………….…….……...……………….............. 5

1.3 Tujuan Penelitian……………….…………………………......….. 6

1.3.1 Tujuan umum………….…………………………….………. 6

1.3.2 Tujuan khusus...……….…………………………………….. 6

1.4 Manfaat Penelitian…..…….. …………………………………... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………...……….. 7

2.1 Gigi Tiruan……………...……………..…………………………. 7

2.1.1 Komponen gigi tiruan………………………………………… 8

xiii
2.2 Gigi Artifisial…………………………………………………….. 9

2.2.1 Gigi artifisial akrilik …………………………………………. 10

. 2.2.2 Gigi artifisial porselen …………………………………..….... 11

2.2.3 Perbandingan gigi artifisial akrilik dan porselen…………..…. 13

2.3 Stabilitas Warna Gigi Artifisial…………………………………… 15

2.4 Kopi………………………………………………………………... 16

2.4.1 Jenis kopi……………………………………………………... 17

2.4.2 Kopi Toraja…………………………………………………… 18

2.4.3 Kandungan kopi……………………………………………. 19

BAB III KERANGKA KONSEP………………………………………… 22

3.1 Kerangka Teori…………………………………………………. 22

3.2 Kerangka Konsep…..……………………………………........... 23

3.2 Hipotes Penelitian………..…….……………………………….. 24

BAB IV METODE PENELITIAN…….……………….………………… 25

4.1 Jenis Penelitian…………...…………….………………...…….. 25

4.2 Desain Penelitian…………………………………………......… 25

4.3 Waktu Penelitian……………………………………………….. 25

4.4 Lokasi Penelitian…………………………………………..….... 26

4.5 Sampel……………………………………………….………..... 26

4.6 Jumlah Sampel…………………………………………………. 26

4.7 Variabel Penelitian……………………………………………... 28

4.7.1 Variabel sebab…………………………………………..….. 28

4.7.2 Variabel akibat……………………...…………………..….. 28

xiv
4.7.3 Variabel kendali…………………………………….…..….. 28

4.7.4 Variabel perancu…………………………………….…..….. 28

4.7.5 Variabel penghubung……………………………….…..….. 29

4.8 Defenisi Operasional……………………………………..…….. 29

4.9 Alat dan Bahan……………………………………………..…... 30

4.9.1 Alat……………………………………………………...….. 30

4.9.2 Bahan………...………………………………………….….. 31

4.10 Prosedur Kerja………………………………………………… 31

4.10.1 Persiapan alat dan bahan………………………………….. 32

4.10.2 Perendaman gigi artifisial akrilik dan porselen dalam 32

saliva artifisial…………………………………………….

4.10.3 Pengukuran warna awal gigi artifisial akrilik dan porselen 32

4.10.4 Pembuatan larutan kopi toraja…………………………….. 32

4.10.5 Perendaman gigi artifisial akrilik dan porselen dalam 32

larutan kopi toraja………………………………………....

4.10.6 Pengambilan gambar dan pengukuran nilai warna………... 33

4.11 Data…………..……………………………………………….. 34

4.11.1 Jenis data….…………………………………………….. 34

4.11.2 Pengolahan data...……………………………………….. 34

4.11.3 Analisa data...…………………………………………… 34

4.11.4 Penyajian data..………………………………………….. 35

4.12 Kriteria Penilaian.……………………………………………... 35

4.13 Kriteria Pengambilan Foto …….……………………………... 37

xv
4.14 Alur Penelitian….……………………………………………... 38

BAB V HASIL PENELITIAN……………………………………………. 39

BAB VI PEMBAHASAN ………………………………………………… 45

BAB VII PENUTUP ……………………………………………………… 51

7.1 Kesimpulan ….…………………………………………………. 51

7.2 Saran …………...…..……………………………………........... 51

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 53

LAMPIRAN ………………………………………………………………. 60

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gigi artifisial porselen dan gigi artifisial akrilik…………… 10

Gambar 2.2 Tanaman kopi arabika.……………………………………… 17

Gambar 2.3 Biji kopi arabika dari toraja………………………………… 19

Gambar 2.4 Stuktur kimia asam klorogenat……………………………... 21

Gambar 4.1 Sampel gigi artifisial akrilik………………………………... 26

Gambar 4.2 Sampel gigi artifisial porselen……………………………… 26

Gambar 4.3 Adobe Photoshop CC 17…………………………………..... 35

Gambar 4.4 Ruang warna system CIELab………………………………. 36

Gambar 5.1 Nilai perubahan warna (∆E*ab) masing-masing kelompok

berdasarkan lama waktu perendaman……………………… 41

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan sifat gigi artifisial akrilik dan porselen……………. 15

Tabel 5.1 Hasil perhitungan rata-rata nilai perubahan warna (∆E*ab)

pada gigi artifisial akrilik setelah perendaman di dalam larutan

kopi toraja selama 3 hari, 9 hari dan 15 hari………………… 39

Tabel 5.2 Hasil perhitungan rata-rata nilai perubahan warna (∆E*ab)

pada gigi artifisial porselen setelah perendaman di dalam

larutan kopi toraja selama 3 hari, 9 hari dan 15 hari………….. 40

Tabel 5.3 Perbedaan nilai perubahan warna (∆E*ab) pada gigi artifisial

porselen setelah perendaman di dalam larutan kopi toraja

selama 3 hari, 9 hari dan 15 hari artifisial……………….. 41

Tabel 5.4 Hasil uji beda lanjut nilai perubahan warna (∆E*ab)

berdasarkan lama waktu perendaman pada gigi artifisial

akrilik setelah perendaman selama 3 hari, 9 hari dan 15 hari.. 43

Tabel 5.5 Perbedaan nilai perubahan warna (∆E*ab) pada gigi artifisial

akrilik dan porselen setelah perendaman selama 3,9 dan 15

hari……………………………………………………………. 43

Tabel 5.6 Hasil uji beda lanjut nilai perubahan warna (∆E*ab) pada gigi

artifisial akrilik dan porselen antara 3 hari, 9 hari dan 15 hari 43

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah pasien yang kehilangan sebagian atau seluruh gigi masih besar

hingga saat ini.1 Indonesia memiliki angka kehilangan gigi yang tergolong

tinggi yaitu 24% dengan kondisi tak bergigi pada usia di atas 65 tahun.2

Kehilangan gigi sebagian terjadi lebih banyak pada orang dewasa usia 33-44

tahun.3 Kehilangan seluruh gigi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2007

pada kelompok 45-54 tahun sudah ditemukan 1,8% dan pada kelompok umur

65 ke atas kehilangan seluruh gigi mencapai 17,6% di Indonesia dan

kehilangan seluruh gigi di Sulawesi Selatan sebesar 4%.4

Kehilangan gigi dalam periode waktu yang lama dan tidak segera

dibuatkan gigi tiruan atau tidak menggunakan gigi tiruan dalam waktu lama

dapat menyebabkan berbagai risiko seperti gigi mengalami migrasi patologis,

kehilangan tulang alveolar pada daerah gigi yang hilang, penurunan efisiensi

pengunyahan, gangguan bicara, defisiensi nutrisi, gangguan estetika,

kehilangan rasa percaya diri, menurunnya status kesehatan rongga mulut serta

gangguan sistemik. Berbagai risiko yang ditimbulkan menjadikan gigi tiruan

sangat penting digunakan untuk menggantikan gigi yang hilang.5,6 Gigi palsu

atau gigi tiruan digunakan untuk mengganti gigi yang hilang, mengembalikan

kondisi fungsional dan estetik untuk pasien.1

1
Menurut survei Riskesdas tahun 2007, pengguna gigi tiruan baik gigi tiruan

lepasan (removable) atau gigi tiruan cekat (fixed) di Indonesia mencapai 4,5%

populasi di Indonesia dan Sulawesi Selatan sebesar 4,8%.4 Gigi tiruan terbagi

atas gigi tiruan lepasan, gigi tiruan cekat dan dental implant. Gigi tiruan

lepasan terbagi menjadi gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) dan gigi tiruan

lengkap (GTL).7 Komponen gigi tiruan berbeda-beda tiap jenis gigi tiruan yang

digunakan. Pada umumnya komponen gigi tiruan terdiri dari elemen gigi

artifisial, konektor dan basis.8 Terdapat berbagai pilihan bahan yang digunakan

untuk gigi artifisial yaitu resin akrilik, porselen, komposit dan lain-lain.9

Gigi artifisial porselen dari segi estetik lebih baik, periode penggunaan

lebih lama, tidak mudah aus, resorpsi air minimal, permukaannya lebih halus

yang dapat meningkatkan kebersihan gigi tiruan, porositas kurang, kelarutan

rendah dan lebih resisten terhadap perubahan warna.. Kekurangan porselen

ialah rapuh atau mudah pecah, menghasilkan bunyi, dan mengikis gigi asli

antagonis.10-11 Gigi artifisial dari metal atau logam digunakan untuk gigi tiruan

cekat posterior.9

Bahan dasar dari gigi tiruan yang sering digunakan adalah polimetil

metakrilat atau resin akrilik yang digunakan pada pembuatan gigi basis dan

gigi tiruan artifisial.12 Gigi artifisial akrilik paling sering digunakan dan disukai

daripada gigi artifisial porselen karena memiliki kelebihan yaitu dapat

berikatan lebih baik dengan basis gigi tiruan, harga lebih murah, mudah

dimanipulasi, mudah dipoles, tidak mudah patah, tidak getas, tidak mengikis

gigi alami atau gigi artifisial antagonis, tidak menimbulkan bunyi dan tampak

alami.12-14 Kekurangan gigi artifisial berbahan resin akrilik yaitu porositas dan

2
absorpsi air yang tinggi, adanya reaksi alergi, periode penggunaan yang lebih

singkat, serta diskolorisasi atau perubahan warna yang dapat terjadi.15-17

Stabilitas warna pada gigi artifisial sangat penting. Perubahan warna akan

menyebabkan tampilan yang tidak estetik, yang tidak dapat diterima oleh

pasien.18 Perubahan warna resin akrilik dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

Faktor instrinsik yaitu proses polimerisasi yang tidak sempurna, sedangkan

faktor ekstrinsik yaitu akibat perwarnaan (staining) oleh proses absorpsi

larutan warna karena perlekatan kandungan kimia tertentu. Hal yang dapat

memberikan perwarnaan pada gigi tiruan ialah penggunaan larutan pembersih

gigi tiruan, kebiasaan merokok, minuman bersoda, teh, kopi dan lain lain.19-20

Kopi (Coffea sp) merupakan tanaman yang menghasilkan sejenis minuman.

Minuman tersebut diperoleh dari seduhan bubuk kopi. Bubuk kopi adalah biji

kopi yang telah disangrai, digiling atau ditumbuk hingga menyerupai serbuk

halus.21 Minuman kopi adalah minuman yang digemari oleh masyarakat dunia

karena aroma khas dan cita rasa lezat dan dapat menghilangkan rasa kantuk. 22

Pada era modern sekarang tidak sulit dijumpai berbagai tempat minum kopi

baik berupa warung kopi maupun kafe yang menyajikan minuman kopi sebagai

menu utamanya. Hal ini menjadikan minum kopi menjadi tren, gaya hidup dan

rutinitas sehari-hari.23 Konsumsi kopi di dunia berasal dari biji kopi jenis

arabika mencapai sebesar 70% dan kopi jenis robusta sebesar 26%.24

Setiap daerah yang memproduksi tanaman kopi memiliki komposisi kimia

yang berbeda menurut cara pengolahan dan lingkungan tanam. Jenis kopi

arabika dan robusta banyak tumbuh di indonesia dan diolah menjadi kopi

instan, kopi celup dan kopi bubuk.25 Rata-rata konsumsi kopi perorangan 2,91

3
kg/tahun, konsumsi kopi pada laki-laki 3,83 kg/tahun dan perempuan 1,97

kg/tahun. Frekuensi konsumsi kopi yang sering dilakukan responden adalah 1-

2 cangkir/hari, dengan ukuran kemasan yang sering dibeli 0,01–0,10 kg.26

Daerah-daerah di Indonesia yang memproduksi tanaman kopi adalah Aceh,

Sumetera Selatan, Lampung, Bali dan Sulawesi Selatan.22

Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah penghasil kopi yang

terkenal terutama di daerah kabupaten Tana Toraja sehingga dikenal dengan

“Kopi Toraja” yang sangat digemari pencinta kopi di Indonesia bahkan

mancanegara.27 Kopi toraja merupakan jenis kopi arabika yang berasal dari

Kabupaten Toraja, Sulawesi Selatan yang memiliki rasa asam sertap ahit yang

seimbang, kaya akan aroma serta rasa yang khas dan terkenal reputasi

kualitasnya sebagai salah satu kopi terbaik di dunia.28

Secara umum kopi mengandung kafeol, kafein, lemak, tanin dan beberapa

senyawa lain.24 Kadar kafein biji mentah kopi arabika lebih rendah

dibandingkan biji mentah kopi robusta yaitu 1,2%.29 Kafein dapat

menimbulkan ketergantungan atau kecanduan yang menimbulkan komsumsi

berlebihan, sehingga menyebabkan berbagai masalah pada kesehatan manusia

seperti peningkatan stres, peningkatan tekanan darah, peningkatan detak

jantung, gangguan pencernaan, bau mulut dan perubahan warna gigi dan

masalah-masalah lainnya.26 Kafein adalah zat perangsang saraf yang sangat

penting dalam bidang pangan, farmasi dan kedokteran. Tanin merupakan

senyawa polifenol yang dapat ditemui pada setiap tanaman yang letak dan

jumlahnya berbeda. Senyawa tanin dapat menyebabkan rasa sepet dan

menyebabkan pencoklatan warna pada bahan.24

4
Dari hasil penelitian oleh Amiyatun Naini disimpulkan bahwa perubahan

warna pada resin akrilik dapat terjadi karena kebiasaan mengonsumsi minuman

yang mengandung zat warna.30 Penelitian serupa dilakukan oleh Nurdan dkk

dikatakan bahwa basis gigi tiruan berbahan polyamid dan polimethil metakrilat

menunjukkan perubahan warna setelah perendaman di dalam minuman kopi.19

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aprilia dkk tahun 2007 menyimpulkan

perendaman resin komposit hybrid dalam minuman kopi dapat menyebabkan

perubahan warna yang berbanding lurus dengan lama perendaman.31

Berdasarkan pemaparan di atas penulis tertarik untuk meneliti pengaruh

perendaman larutan kopi toraja terhadap perubahan warna gigi artifisial akrilik

dan porselen.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan pernyataan masalah pada latar belakang, maka

rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Apakah terdapat pengaruh

perendaman di dalam larutan kopi toraja terhadap perubahan warna gigi

artifisial akrilik dan porselen?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

perendaman di dalam larutan kopi toraja terhadap perubahan warna gigi

artifisial akrilik dan porselen

5
1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh perendaman di dalam larutan kopi toraja

terhadap perubahan warna gigi artifisial akrilik

2. Untuk mengetahui pengaruh perendaman di dalam larutan kopi toraja

terhadap perubahan warna gigi artifisial porselen

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi di bidang kedokteran gigi, khususnya ilmu

prostodonsia yang berhubungan dengan informasi tentang pengaruh

perendaman di dalam larutan kopi toraja terhadap perubahan warna gigi

artifisial akrilik dan porselen.

2. Sebagai bahan rujukan dalam upaya menjaga fungsi estetik gigi artifisial

dengan cara instruksi pasca operatif yaitu mengurangi kebiasaan minum

kopi berlebihan dan mengimbangi dengan menjaga kebersihan gigi tiruan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi Tiruan

Prostodonsia terdiri dari dua bidang khusus dalam kedokteran gigi yaitu

gigi tiruan cekat dan gigi tiruan lepasan. Gigi tiruan lepasan adalah gigi tiruan

yang dapat dilepaskan oleh pasien sedangkan gigi tiruan cekat tidak dapat

dilepas oleh pasien.32 Penggunaan gigi tiruan merupakan hal yang penting

karena kehilangan gigi dapat menyebabkan gangguan fungsi mastikasi, estetik

dan fonetik. Kehilangan gigi dapat mengakibatkan pergerakan gigi yakni

pergeseran ke area gigi yang hilang sehingga kontak antara gigi menjadi

renggang. Kondisi ini menyebabkan impaksi makanan yang menyebabkan bau

mulut, karies dan penyakit periodontal.33 Seseorang yang tidak memiliki gigi

paling rentan terhadap masalah gastrointestinal karena kemampuan menelan

dan mencerna makanan yang berkurang. Hal ini menyebabkan defisiensi

nutrisi sehingga memperngaruhi kesehatan secara keseluruhan.34

Kehilangan gigi juga dapat menyebabkan resorpsi tulang alveolar,

perubahan dimensi vertikal, dan hilangnya kontak oklusal yang dapat

mengganggu kestabilan lengkung gigi. Gigi-geligi yang masih ada

mempunyai beban yang lebih berat. Hubungan kontak gigi geligi yang tidak

akurat dapat mempengaruhi temporomandibular joint (TMJ), otot fasial dan

otot pengunyahan.33,35

7
Dampak lain dari kehilangan gigi berupa gangguan berbicara yaitu

pengucapan kata-kata dalam huruf tertentu, serta terganggunya penampilan

seseorang. Kondisi ini mengakibatkan ketidaknyamanan atau hambatan dalam

beraktivitas. Penampilan yang kurang sempurna akibat kehilangan gigi

menyebabkan berkurangnya hingga hilangnya kepercayaan diri sehingga

berdampak pada kualitas hidup seseorang.36-37

Berdasarkan penjelasan di atas, disimpulkan tujuan dan fungsi perawatan

prostodontik ialah memperbaiki kesehatan umum pasien, memperbaiki fungsi

meliputi fungsi pengunyahan dan fungsi bicara, memperbaiki estetik sehingga

menambah kepercayaan diri pasien dalam hal penampilann, merestorasi dan

memelihara kesehatan gigi dan jaringan yang masih ada serta mencegah

terjadinya kerusakan lebih lanjut dari stuktur rongga mulut.38

2.1.1 Komponen gigi tiruan

Komponen gigi tiruan berbeda-beda tiap jenis gigi tiruan yang digunakan.

Komponen gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) terdiri dari basis gigi tiruan,

gigi artifisial, konektor mayor, konektor minor, direct retainer, dan indirect

retainer.39-40 Komponen gigi tiruan lengkap (GTL) terdiri dari basis gigi tiruan

serta gigi artifisial.41 Komponen gigi tiruan cekat (GTC) terdiri dari retainer

yang merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan (bridge) yang ditempatkan

pada gigi tiruan penyangga, pontik yang merupakan gigi artifisial yang

menggantikan gigi yang hilang dan konektor yang merupakan elemen dari gigi

tiruan jembatan yang menghubungkan pontik dan retainer.42 Setiap jenis gigi

tiruan memiliki gigi artifisial sebagai komponennya. Gigi artifisial berperan

8
penting sebagai komponen dari gigi tiruan yang memiliki fungsi berupa fungsi

mastikasi, fonetik dan estetik.43-44

2.2 Gigi Artifisial

Gigi artifisial adalah komponen dari gigi tiruan yang digunakan untuk

menggantikan serta mengembalikan fungsi dari gigi yang hilang.45

Klasifikasi gigi artifisial sebagai berikut:

1. Berdasarkan bahan yang digunakan

a. Gigi artifisial resin akrilik ialah gigi artifisial yang sangat luas digunakan

untuk gigi tiruan lepasan yang terbuat dari resin akrilik. 46

b. Gigi artifisial porselen bersifat getas, keras dan sangat resisten terhadap

aus dan memiliki estetik yang baik. 46

c. Composited-filled resin teeth ialah gigi artifsial yang menggunakan bahan

komposit nanohybrid. Gigi artifisial ini memiliki tampak alami dan

bersifat translusen46

d. Abrassion resistant teeth- composited veneered innerpenetrating network

(IPN) teeth41 lebih tahan aus daripada resin akrilik konvensional47

e. Gigi artifisial dari metal atau logam ialah gigi artfisial yang dapat

digunakan untuk gigi tiruan cekat posterior.9

2. Berdasarkan morfologi dari gigi 48

a. Anatomis

b. Semi anatomis

c. Non-anatomis, tidak memiliki cusp dan groove pada permukaan

oklusalnya.
9
Berdasarkan jenis gigi artifisial di atas, gigi artifisial yang paling sering

digunakan ialah gigi artifisial akrilik dan porselen.49

A B

Gambar 2.1 Gigi artifisial porselen (A) dan gigi artifisial akrilik (B)
(Sumber: Marcia G, Michael B. Clinical aspects of dental materials theory,
practice and cases. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, a
Wolters Kluwer; 2013. P 153-6)50

2.2.1 Gigi Artifisial Akrilik

Gigi artifisial akrilik adalah gigi artifisial berbahan resin akrilik yang

dihasilkan dari cetakan logam dengan teknik dough moulding atau dengan

teknik injeksi moulding, yaitu bubuk akrilik dilunakkan dan diberikan tekanan.

Resin akrilik yang digunakan mempunyai agen high cross-linking untuk

membuat gigi artifisial yang tahan terhadap crazing serta diberikan bahan

pewarna sewarna gigi.49

Resin akrilik (polymethyl metacrylate) adalah polimer vinil termoplastik

yang terbuat dari polimerisasi bubuk polimetakrilat dan cairan monomer metil

metakrilat.51 Resin akrilik tidak memiliki warna tetapi mudah untuk diberikan

warna. Secara teknis resin akrilik diklasifikasikan sebagai bahan termoplastik

tetapi, pada bidang kedokteran gigi resin akrilik dikategorikan sebagai bahan

thermoset yaitu ketika resin akrilik telah setting tidak dapat berubah bentuk

jika dipanaskan atau dibentuk ulang kembali.50


10
Jenis resin akrilik berdasarkan polimerisasinya terdiri dari resin akrilik

cold cure atau chemically cure dan resin akrilik heat cure. Resin akrilik cold

cure memiliki komposisi berupa powder dan liquid. Powder terdiri dari bubuk

polimetakrilat, benzoyl peroxide, dan pewarna. Liquid terdiri dari monomer

metil metakrilat, hydroquinone sebagai inhibitor, ethylene glycol sebagai agen

cross-linking dan tertiary amine sebagai aktivator kimia. Ketika powder dan

liquid bercampur, benzoyl peroxide dan tertiary amine bereaksi sehingga

menghasilkan radikal bebas untuk memulai polimerisasi. Hydroquinone

sebagai inhibitor menghancurkan radikal bebas pada awal diproduksi, sehingga

bahan mengalami perubahan bentuk dari tahap “grainy” menjadi tahap

“dough”. Ketika kerja inhibitor habis maka selama tahap “dough” perubahan

kimia terjadi dan reaksi polimerisasi berlanjut.50

Resin akrilik heat cure memiliki powder dan liquid yang sama dengan

cold cure atau chemically cure, tetapi tidak memiliki aktivator kimia sehingga

campuran dari powder dan liquid akan tetap pada tahap dough stage dalam

periode waktu yang lama. Ketika bahan telah dibentuk dengan sesuai, bahan

tersebut dipanakan di dalam air. Panas akan merusak benzoyl peroxide

sehingga membentuk radikal bebas dan polimerisasi berlanjut ke rigid stage.50

2.2.2 Gigi artifisial porselen

Porselen adalah bahan yang terdiri atas silika (silicon dioksida, SiO2),

kalium, dan natrium feldspar. Beberapa jenis porselen terbaru mengandung

oksida aluminum (alumina), oksida zirconium (zirconia) atau oksida

magnesium aluminium (spinelle) sebagai komponen utamanya. Porselen dapat

diklasifikasikan sesuai dengan suhu penggabungannya yaitu high fusing,


11
medium fusing, low fusing. High fusing (13000C) digunakan untuk pembuatan

gigi artifisial proselen dari gigi tiruan. Medium fusing (1101-13000C)

digunakan untuk gigi tiruan mahkota jaket porselen dan inlay. Low fusing

(850-11000C) digunakan untuk mahkota logam keramik, mahkota jaket

porselen, inlay dan vinir.51 Komposisi dari low fusing porselen ialah kaolin

yang merupakan hydrated aluminosilicate (Al2O3·2SiO2·2H2O) 4%, silika

15%, dan feldspar 80%.49

Gigi artifisial porselen yang dibuat oleh pabrik memiliki warna, bentuk dan

shade yang sama dengan gigi artifisial akrilik. Gigi artifisial porselen lebih

keras dan lebih resisten terhadap stain dibandingkan dengan gigi artifisial

akrilik. Gigi artifisial porselen cenderung jarang digunakan karena dapat

menyebabkan aus berlebihan pada gigi antagonis, trauma serta kehilangan

tulang pendukung gigi. Gigi artifisial porselen menggunakan undercut mekanis

interlocking yaitu pin metal yang ditempelkan di belakang pada gigi artifisial

anterior50 dan hole atau lubang kecil pada gigi artifisial posterior yang

berfungsi untuk memberikan perlekatan mekanik terhadap basis gigi tiruan.52

Gigi artifisial porselen dihasilkan dari bubuk porselen yang diletakan pada

cetakan yang ukuranya 30% lebih besar dari yang dibutuhkan untuk

menghindari shrinkage ketika dipanaskan dengan suhu yang sangat tinggi

sehingga menghasilkan bahan yang sangat keras. Pembuatan gigi artifisial

porselen membutuhkan usaha lebih untuk mempoles permukaan gigi artifisial

porselen.49,50

12
2.2.3 Perbandingan gigi artifisial akrilik dan porselen

1. Estetik: Gigi artifisial akrilik dan porselen memberikan penampilan alami.

Translusen dari gigi artifisial porselen lebih baik dalam hal estetik. Gigi

artifisial akrilik dan porselen diproduksi dengan berbagai bentuk, ukuran,

warna dan shade yang dapat dipilih dan dicocokkan pada individual.49

2. Bunyi clicking: Gigi artifisial porselen terbuat dari bahan keramik dan

memiliki kekerasan 25 kali lebih besar daripada gigi artifisial akrilik.

Ketika gigi artifisial porselen yang berlawanan berkontak dapat

menimbulkan bunyi clicking pada saat makan atau berbicara.49,56

3. Perlekatan pada basis akrilik: Perlekatan gigi artifisial akrilik pada basis

gigi tiruan melalui penyatuan ikatan kimia41 sedangkan perlekatan gigi

artifisial porselen pada basis melalui retensi mekanik interlocking berupa

pin metal pada gigi artifisial anterior dan hole atau lubang pada gigi

artifisial posterior.50,52 Kedua bahan memperoleh ikatan adekuat yang

dihasilkan dari hanya jika semua wax dari pembuatan gigi tiruan telah

hilang selama proses bolling-out. Gigi artifisial akrilik lebih berikatan

dengan basis gigi tiruan heat cure.49

4. Koefisien termal ekspansi: Koefisien termal ekspansi serta modulus

elastisitas antara porselen dan resin akrilik akan menyebabkan crazing pada

basis gigi tiruan yaitu di bagian dasar gigi artifisial porselen.49 Crazing

adalah pola retak-retak yang dapat terbentuk di permukaan resin atau

porselen.51

5. Kekerasan: Terdapat perbedaan sangat besar antara kekerasan dari resin

akrilik dan porselen sehingga gigi artifisial akrilik lebih mudah aus
13
dibandingkan gigi artifisial porselen. Kekerasan yang sangat tinggi pada

gigi artifisial porselen menjadi kerugian ketika dilakukan penyesuaian

sehingga membutuhkan grinding sedangkan gigi artifisial akrilik

penyesuaian dapat dilakukan lebih muda.49

6. Transmisi tekanan: Gigi artifisial porselen mentransmisikan tekanan lebih

besar pada jaringan pendukung, sehingga bahan ini tidak digunakan ketika

jarak antar oklusal kurang dan kondisi ridge buruk.49 Gigi artifisial akrilik

tidak menyebabkan stress di bawah ridge..43

7. Biokompabilitas: Gigi artifisial porselen memiliki biokompabilitas baik

karena memiliki reaktivitas kimia di bawah kondisi normal.49 Gigi artifisial

akrilik dapat menimbulkan reaksi alergi.16

8. Kontak terhadap gigi antagonis: Gigi artifisial akrilik dapat digunakan

ketika pasien memiliki gigi alami sebagai antagonisnya atau memiliki

kondisi ridge alveolar yang buruk. Gigi artifisial porselen dapat mengikis

gigi asli antagonis atau restorasi gigi antagonis.43,44

9. Daya tahan terhadap fraktur dan aus: Gigi artifisial porselen bersifat getas

dan mudah fraktur tetapi lebih resisten terhadap aus sedangkan pada gigi

artifisial akrilik lebih mudah aus dan dapat terjadi porositas.49,54

10. Absorpsi air: Secara lambat gigi artifisial akrilik dapat mengabsorpsi air

yang mengarahkan ke perubahan dimensi.49 Gigi artifisial porselen

memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap absorpsi cairan.55

11. Perubahan warna: Permukaan gigi artifisial porselen yang sangat

mengkilap dan halus sehingga resisten terhadap akumulasi stain. Kondisi

ini menyebabkan periode penggunaan gigi artifisial porselen lebih


14
lama.46,55 Permukaan gigi artifisial akrilik bersifat lebih rentan terhadap

stain dan lebih cepat aus sehingga periode pengunaan lebih cepat.46,56

Tabel 2.1 Beberapa sifat dari gigi artifisial

SIfat Akrilik Porselen

Densitas (g/cm3) 1,2 2,4

Koefisien termal ekspansi (ppm/0C) 80 7

Modulus Elastisitas (GPa) 2,5 80

Kekerasan 20 500

(sumber: John FM, Angus WGW. Applied dental materials. 9th ed. Chicester:

Blackwell Munksgard; 2008. P 134)49

2.3 Stabilitas Warna Gigi Artifisial

Stabilitas warna adalah resistensi bahan dari stain yang memiliki peranan

penting dikarenakan kebutuhan estetik dan ekspetasi pasien akan gigi tiruan

semakin meningkat. Terdapat dua faktor yang mengakibatkan terjadinya

perubahan warna yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik15

Faktor intrinsik ialah komposisi bahan, ketidakmurnian pengggabungan

bahan selama proses pembuatan, overheating dan overpressure pada saat

pembuatan, kekasaran permukaan, polimerisasi tidak sempurna, adanya residu

monomer, dan terjadinya porositas15,57

Faktor ekstrinsik ialah paparan dan akumulasi stain dari adsorpsi dan

absorpsi dapat berupa makanan maupun minuman yang mengandung zat warna

seperti teh, soda, dan kopi, adanya kebiasaan merokok, penggunaan larutan

pembersih gigi tiruan, pengaruh suhu, oral hygiene dan lain-lain15,57

15
2.4 Kopi

Kopi (Coffea sp) merupakan suatu tanaman tropis yang menghasilkan

sejenis minuman. Minuman tersebut diperoleh dari seduhan kopi dalam bentuk

bubuk. Kopi bubuk adalah biji kopi yang telah disangrai, digiling atau

ditumbuk hingga menyerupai serbuk halus.58

Rata-rata konsumsi kopi perorangan 2,91 kg/tahun, konsumsi kopi pada

laki-laki 3,83 kg/tahun dan perempuan 1,97 kg/tahun. Frekuensi konsumsi kopi

yang sering dilakukan responden adalah 1-2 cangkir/hari, dengan ukuran

kemasan yang sering dibeli 0,01–0,10 kg.26 Angka konsumsi kopi dunia 70%

berasal dari spesies kopi arabika, 26% berasal dari spesies kopi robusta dan

sisanya 4% berasal dari spieses kopi liberika.24 Menurut data dari Badan Pusat

Statistik Indonesia rata-rata tingkat komsumsi kopi di Indonesia mencapai 15,8

gram perminggu sehingga kopi merupakan minuman yang paling banyak

dikomsumsi daripada minuman lain seperti teh, coklat instan, dan sirup.31

Berikut ini taksonomi tanaman kopi secara lengkap:59

Kingdom : Plantea

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan penghasil biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Tumbuhan berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Orde : Rubiales

Family : Rubiaceae (Suku kopi-kopian)

16
Genus : Coffea

Species : Coffea sp.

2.4.1 Jenis kopi

Berikut ini jenis tanaman kopi yang ditanam di Indonesia: 59-60

1.Coffea arabica L (kopi arabika)

Kopi Arabika memiliki kualitas cita rasa tinggi sehingga harganya lebih

mahal. Area pertanaman kopi arabika terbatas pada lahan dataran tinggi di atas

1000–1750 m dari permukaan laut. Kopi arabika yang neniliki biji lebih besar

dan oval daripada biji kopi robusta.

Gambar 2.2 Tanaman kopi arabika


(Sumber: http://www.foodris.com/product/246163/toraja-arabica-coffee.
Accessed 25 Februari 2017)62

2. Coffea canephora var robusta (kopi robusta)

Kopi robusta memiliki kualitas di bawah kopi arabika, tetapi kopi robusta

tahan terhadap penyakit karat daun dan lebih banyak diproduksi. Area

pertanaman kopi robusta pada lahan dengan ketinggian 300-1200 m dari

permukaan laut.

17
3. Coffea liberica (kopi liberika)

Kopi liberika dikenal kurang ekonomis dan komersial karena memiliki

banyak variasi bentuk, ukuran biji serta kualitas cita rasa. Kopi ini tumbuh di

daerah kelembapan tinggi dan panas.

4. Coffea excelsa (kopi ekselsa)

Kopi ekselsa dapat tumbuh di daerah panas serta agak kering dengan

perawatan sederhana tetapi diperlukan perbaikan kualitas cita rasa kopi

sehingga kopi excelsa kurang ekonomis dan komersial.

2.4.2 Kopi toraja

Saat ini Indonesia adalah negara keempat pengekspor kopi terbesar setelah

Brasil, Vietnam, dan Columbia. Indonesia merupakan negara yang sudah

dikenal sebagai produsen kopi robusta, tetapi kopi arabika juga mengalami

peningkatan produksi pada tahun 2006 dan diprioritaskan produksinya akan

terus meningkat. Kopi Arabika berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di

Etiopia. Kopi ini dikenal oleh masyarakat dunia setelah dikembangkan di

Yaman melalui para saudagar Arab.59

Di Indonesia kopi mulai dikenal pada tahun 1696, yang dibawa oleh VOC

(Vereenigde Oostindische Compagnie). Tanaman kopi di Indonesia mulai

diproduksi di pulau Jawa kemudian menyebar ke berbagai daerah.60 Daerah-

daerah di Indonesia yang terkenal di pasar dunia dalam memproduksi kopi

arabika ialah Kopi Jawa dari Jawa Timur, Kopi Mandheling dan Kopi Lintong

dari Sumatera Utara, Kopi Gayo dari Aceh, Kopi Kintamani dari Bali, Kopi

Toraja serta Kopi Kalosi dari Sulawesi Selatan dan lain-lain.

18
Kopi toraja merupakan jenis kopi arabika yang berasal dari kabupaten

Toraja, Sulawesi Selatan. Kopi toraja memiliki keseimbangan rasa asam dan

pahit serta kaya akan aroma dan cita rasa. Popularitas kopi toraja semakin

meningkat kian waktu baik di Indonesia maupun mancanegara.28

Gambar 2.3 Biji kopi toraja arabika


(Sumber: http://www.foodris.com/product/246163/toraja-arabica-coffee.
Accessed 25 Februari 2017)62

2.4.3 Kandungan biji kopi

Terdapat berbagai macam penyusun dari biji kopi arabika yang telah

disanggrai yang terdiri dari subtansi non-volatile dan volatile. Subtansi non-

volatile pada kopi ialah kafein, asam klorogenat, glikosida, lipid (trigeliserida,

coffee oil dan diterpene), trigonelline, asam nikotinat, asam quinat, asam malat,

asam sitrat, asam laktat, asam piruvat, asam suksinat, asam glikolat,

Melanoidins, polisakarida (arabinogalactan, mannan dan glucan),

monosakarida, pektin, lignin, protein, asam amino bebas dan mineral (kalium

dan fosfor). Subtansi volatile pada kopi ialah senyawa karbonil, senyawa

hidrokarbon, alkohol, senyawa aldehid, senyawa keton, asam format, asam

asetat, ester, eter, senyawa yang mengandung nitrogen, senyawa yang

mengandung sulfur, senyawa hidrokarbon, dan senyawa lainya.63

19
Kafein, trigonelline dan asam klorogenat adalah senyawa utama yang

penting terhadap rasa, kepahitan, dan bioaktivitas pada kopi setelah proses

penyanggraian biji kopi.64 Zat yang diduga dapat menyebabkan perubahan

warna pada gigi artifisial adalah kafein dan tanin (asam klorogenat) yang

mengandung warna dan larut dalam air. Kondisi ini menyebabkan zat warna

mudah masuk ke dalam bahan.19

Kafein (C8H10N4O2) adalah alkaloid (1,3,7-trimethylxanthine) yang secara

umum dikomsumsi sebagai stimulus dan komponen yang paling diketahui pada

biji kopi. Mekanisme kafein sebagai stimulus pada sistem saraf yaitu melalui

aksi antagonis adenosin. Komsumsi kopi dibawah 300 mg/hari secara umum

berhubungan dengan peningkatan kesiap-siagan, kapasistas belajar, kinerja

latihan, dan perasaan. Metabolisme kafein menghambat aktivitas antioksidan.

Antioksidan secara luas berhubungan dengan kesehatan yaitu proteksi dari

penyakit jantung dan kanker tetapi, dosis tinggi dapat menghasilkan efek

negatif pada individual seperti kecemasan, takardia dan insomnia. Komsumsi

kopi yang direkomendasikan yaitu di bawah 300-500 mg perhari untuk

dewasa.64,66-67

Kafein bersifat termostabil di antara seluruh subtansi yang terdapat pada

biji kopi. Kafein tidak dapat rusak oleh penyangraian yang berlebihan.

Substansi lain seperti protein, gula, asam klorogenat, trigonelline, dan lemak

dapat berkurang atau rusak dan berubah menjadi produk reaktif selama proses

penyangraian. Kafein secara alami ditemukan di daun, biji dan atau buah dari

paling sedikit 63 tanaman di dunia. Secara umum kafein diketahui bersumber

dari biji kopi arabika dan robusta. Biji kopi arabika mengandung kafein antara
20
0,8-1,4% yang bergantung pada spesies dan daerah asalnya serta berkontribusi

10-30% terhadap rasa pahit. Kafein pada biji kopi robusta dua kali lipat lebih

banyak daripada pada biji kopi arabika. 64,66-67

Tanin merupakan senyawa polifenol yang dapat ditemui pada setiap

tanaman yang letak dan jumlahnya berbeda-beda tergantung jenis tanaman itu

sendiri. Senyawa tanin dapat menyebabkan perubahan warna pencoklatan pada

suatu bahan.24 Tanin diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar yaitu asam

galat (hydrolyzable tannins), flavonoid (condensed tannins), phloroglicinol

(pseudotannins). Asam klorogemat pada kopi dan katekin pada coklat

merupakan contoh dari Pseudotannins.66

Asam klorogenat terbentuk dari reaksi antara asam kafeat dan asam quinat

sehingga dinamakan 5-caffeoylquinic acid. Senyawa ini banyak ditemukan

pada tanaman seperti daun tembakau, pohon mulberi, dan biji kopi. Kopi

mengandung pH 4,7 dengan kata lain bersifat asam. Kelebihan ion H+ dari

larutan asam dalam kopi akan menyebabkan degradasi ikatan kimia sehingga

terjadi proses difusi cairan ke dalam resin sehingga terjadi penyerapan dan

akumulasi zat warna.30 Kadar asam klorogenat pada biji kopi robusta

mendekati 7,88 - 14.4% dan pada biji kopi arabika mendekati 3,4-4,8%64

Gambar 2.4 Stuktur kimia asam klorogenat


(Sumber: Phan TTD. The influence of the coffee roasting process and coffee
preparation on human physiology. Zlin: Tomas Bata Univ; 2012. P 28-30)64
21

Anda mungkin juga menyukai