Makalah Kelompok 17 Keperawatan Anak
Makalah Kelompok 17 Keperawatan Anak
Dosen pengampuh:
Disusun oleh:
Kelompok 17
1. Viege Rampengan
2. Dennis Walangare
3. Misela Saruan
4. Dina Sangkoy
5. Nadiah Lumentah
6. Yohanes Wenur
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3. Tujuan........................................................................................................4
1.4. Manfaat......................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 Pengertian..................................................................................................5
2.2 Manfaat hospitalisasi pada anak................................................................5
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anak Dalam Bereaksi Terhadap
Hospitalisasi.........................................................................................................6
2.4 Mempersiapkan Anak Untuk Mendapatkan Pelayanan Di Rumah Sakit..7
2.5 Faktor-Faktor Stresor Hospitalisasi pada anak..........................................8
2.6 Stresor Dalam Hospitalisasi......................................................................9
2.7 Reaksi Psikologis Anak Terhadap Hospitalisasi.....................................11
2.8 Dampak Hospitalisasi..............................................................................12
2.9 Mengatasi Dampak Hospitalisasi............................................................15
BAB III..................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................16
3.1 Kesimpulan..............................................................................................16
3.2 Saran........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Hospitalisasi adalah peristiwa yang umum terjadi pada anak dan
dapat merupakan pengalaman traumatik bagi anak-anak yakni dapat
menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan
gangguan emosi atau tingkah laku beberapa minggu atau bulan sesudah
anak keluar dari rumah sakit. (Turkel et al, 2009; Moghaddam et al, 2011).
Sakit bukan lagi kata yang jarang kita dengar. Setiap orang
mungkin pernah mengalami sakit dan bahkan mungkin pernah dirawat di
rumah sakit. Suasana saat berada di tempat perawatan seperti rumah sakit
tentu berbeda dengan suasana yang biasanya seseorang rasakan. Suasana
dengan dikelilingi orang-orang yang berbeda. Hal ini tentu akan sangat
dirasakan terutama bagi mereka yang baru pertama kalinya merasakan
suasana perawatan rumah sakit. Proses perawatan tersebut merupakan
proses hospitalisasi. Hospitalisasi diartikan adanya beberapa perubahan
psikis yang dapat menjadi sebab yang bersangkutan dirawat disebuah
institusi seperti rumah perawatan (Berton, 1958 dalam Stevens, 1992).
2
1.2. Rumusan Masalah
3
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2. Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar orang tua.Untuk itu, pearawat
dapat memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak,
terapi yang didapat, dan prosedur keperawatan yang dilakukan pada anak,
tentunya sesuai dengan kapasitas belajarnya.
5
lain dan percaya diri. Tentunya hal ini hanya dapat dilakukan oleh anak yang lebih
besar, bukan bayi. Berikan selalu penguatan yang positif dengan selalu
memberikan pujian atas kemampuan anak dan orang tua dan dorong terus untuk
meningkatkannya.
4. Fasilitasi anak untuk menjaga sosialisasinya dengan sesama pasien yang ada,
teman sebaya atau teman sekolah. Beri kesempatan padanya untuk saling kenal
dan berbagi pengalamannya. Demikian juga interaksi dengan petugas kesehatan
dan sesama orang tua harus difasilitasi oleh perawat karena selama di rumah sakit
orang tua dan anak mempunyai kelompok sosial yang haru.
b. Kecemasan Orangtua
Orang tua dan anak mengalami kecemasan saat anak dihospitalisasi. Kecemasan
yang terjadi pada orang tua ini dapat meningkatkan kecemasan anak. Orang tua
kadang tidak menjawab pertanyaan anak dan tidak menjelaskan yang sebenarnya
karena khawatir anak menjadi takut dan cemas. Orang tua takut membuat bingung
anak dan menurunkan tingkat kepercayaan anak. (James & Ashwill, 2007)
6
pengalaman terhadap sakit maupun pengalaman merawat anak. (James & Ashwill,
2007)
Menurut Supartini (2004), pada tahap sebelum masuk rumah sakit dapat
dilakukan:
1. Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia dan jenis penyakit dengan
peralatan yang diperlukan.
2. Apabila anak harus dirawat secara berencana, 1-2 hari sebelum dirawat
diorientsikan dengan situasi rumah sakit dengan bentuk miniatur bangunan rumah
sakit.
2. Orientasikan anak dan orang tua pada ruangan rawat yang ada beserta fasilitas
yang dapat digunakannya.
7
3. Kenalkan dengan pasien anak lain yang akan menjadi teman sekamarnya.
5. Jelaskan aturan rumah sakit yang berlaku da jadwal kegiatan yang harus diikuti.
Kurangnya informasi yang didapat anak dan orang tuanya ketika akan menjalani
hospitalisasi. Hal ini dimungkinkan mengingat proses hospitalisasi merupakan hal
yang tidak umum di alami oleh semua orang. Proses ketika menjalani hospitalisasi
juga merupakan hal yang rumit dengan berbagai prosedur yang dilakukan
(Gordon et al, 2010).
Aturan ataupun rutinitas rumah sakit, prosedur medis yang dijalani seperti tirah
baring, pemasangan infus dan lain sebagainya sangat mengganggu kebebasan dan
kemandirian anak yang sedang dalam taraf perkembangan (Price & Gwin, 2005).
8
e. Faktor pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan;
Semakin sering seorang anak berhubungan dengan rumah sakit, maka semakin
kecil bentuk kecemasan atau malah sebaliknya (Pelander & Leino-Kilpi, 2010). f.
Faktor perilaku atau interaksi dengan petugas rumah sakit. Mengingat anak masih
memiliki keterbatasan dalam perkembangan kognitif, bahasa dan komunikasi.
(Pena & Juan, 2011).
Stresor dan reaksi hospitalisasi sesuai dengan tumbuh kembang pada anak
(Novianto dkk.2009):
- Menangis keras
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon perilaku anak
dengan tahapnya.
9
3) Masa Prasekolah (3-6 tahun)
- Menolak makan
- Sering bertanya
- Menangis perlahan
- Meninggalkan keluarga
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Reaksi yang
muncul:
- Bertanya-tanya
- Menarik diri
1. Pendekatan Empirik
10
1) Melalui dunia pendidikan yang ditanamkan secara dini kepada peserta didik.
Kekhawatiran yang paling sering dikeluhkan anak yang dirawat inap adalah:
b) ketakutan terhadap
11
g) pikiran bahwa hospitalisasi sebagai hukuman
k) takut ditolak .
Hampir semua, rumah sakit adalah lingkungan asing yang mengganggu aktivitas
hidup sehari-hari (Berz, 2000). Dampak hospitalisasi selain cemas perpisahan,
juga dapat berupa regresi dan adanya rasa malu (Lau & Tse, 1994).
1. Privasi
12
- Selama dirawat di rumah sakit, klien berulang kali diperiksa oleh petugas
kesehatan (dalam hal ini perawat dan dokter). Bagian tubuh yang biasanya dijaga
agar tidak dilihat, tiba-tiba dilihat dan disentuh oleh orang lain. Hal ini tentu akan
membuat klien merasa tidak nyaman.
- Klien adalah orang yang berada dalam keadaan lemah dan hergantung pada
orang lain. Kondisi ini cendurung membuat klien “pasrah” dan menerima apapun
tindakan petugas kesehatan. Kepada dirinya asal ia cepat sembuh. Menyikapi hal
tersebut, perawat harus selalu memperhatikan dan menjaga privasi klien ketika
berinteraksi dengan mereka. Beberapa hal yang dapat perawat lakukan guna
menjaga privasi klien adalah sebagai berikut:
2. Gaya hidup
13
menjadi perhatian setiap perawat. Asuhan keperawatan yang diberikan
harus diupayakan sedemikian rupa agar dapat menghilangkan atau
setidaknya meminimalkan perubahan yang terjadi.
3. Otonomi
4. Peran
a. Perubahan peran. Jika salah seorang anggota keluarga sakit, akan terjadi
perubatan pera dalam keluarga. Sebagai contoh, jiak ayah sakit maka peran jepala
keluarga akan digantikan oleh ibu. Tentunya perubahan peran ini mengharuskan
dilaksanakannya tugas tertentu sesuai dengan peran tersebut.
14
b. Masalah kenangan. Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi.
Keuangan yang sedianya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
akhirnya digunakan untukj keperluan klien yang dirawat. Akibatnya, keuangan ini
sangat riskan, terutama pada keluarga yang miskin. Dengan semakin mahalnya
biaya kesehatan, beban keuangan keluarga semakin bertambah.
c. Kesepian, Suasana rumah akan berubah jika ada seorang anggota keluarga
ytang dirawat. Keseharian keluarga yang biasanya dihiasi kegembiraan, keceriaan,
dan senda-gurau anggotaanya tiba-iba diliputi oleh kesedihan. Suasana keluarga
pun menjadi sepi karena perhatian keluarga terpusat pada penanganan anggota
keluarganya yang sedang dirawat.
Menurut Supartini (2004, hal. 196), cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
dampak hospitalisasi adalah sebagai berikut:
15
2) Jika tidak mungkin untuk rooming in, heri kesempatan keluarga untuk melihat
pasien setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Hospitalisasi adalah suatu proses yang harus dilalui anak akibat adanya suatu
alasan sehingga mengharuskan anak untuk menjalani perawatan di rumah sakit.
3. Bagi anak yang menganggap bahwa dunia rumah sakit merupakan dunia baru
baginya, orang tua bersama tenaga kesehatan harus mempersiapkan anak sebelum
mendapatkan pelayanan kesehatan.
4. Saat dirawat di rumah sakit atau tengah menjalani proses hospitalisasi, klien
(dalam hal ini adalah anak), tentu akan mengalami stress akibat dari segala macam
bentuk perubahan yang alami, seperti perubahan lingkungan, suasana, dan lain
sebagainya. Stressor dan reaksi hospitalisasi sesuai dengan tumbuh kembang pada
anak.
5. Selain pada diri anak/pasien (seperti perubahan gaya hidup, hilangnya privasi
dan otonomi, dan lain sebaginya), dampak dari hospitalisasi juga akan dirasakan
oleh orang tua, yaitu orang tua akan merasa stress, frustasi, serta merasa bersalah
karena tidak dapat memberikan pemenuhan kebutuhan kesehatan yang baik untuk
anaknya. Apalagi bila mendengar kabar buruk mengenai kondisi anak.
16
6. Manfaat dari hospitalisasi ini dapat dimaksimalkan dengan cara memberikan
kesempatan kepada anak ataupun orang tua untuk mengetahui dan terlibat dalam
proses perawatan walaupun tidak terlihat secara menyeluruh.
1.2 Saran
Dampak dari hospitalisasi yang sering kita lihat saat ini tentu dapat
memacu tingkat stress pasien anak ataupun keluarga/orang tua. Oleh
karena itu, konsep hospitalisasi yang benar seharusnya dapat ditekankan
lagi oleh tenaga kesehatan (perawat dan dokter) sehingga manfaat dari
hospitalisasi itu sendiri dapat dimaksimalkan.
17
DAFTAR PUSTAKA
4. http://ners-novrindi.blogspot.com/2012/09/askep-pada-klien-hospitalisasi.html
5. http://benitackaputri.blogspot.com/2012/11/hospitalisasi.html
6. https://www.academia.edu/30866619/HOSPITALISASI
7. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-pjs1a23e602aafull.pdf
18