Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“KONSEP HOSPITALISASI PADA ANAK”

Dosen pengampuh:

1. Elizabeth Purba, S. Pd., SST., M. Kes


2. Ns. Welmin Lumi, S. Kep., M. Kes

Disusun oleh:
Kelompok 17
1. Viege Rampengan
2. Dennis Walangare
3. Misela Saruan
4. Dina Sangkoy
5. Nadiah Lumentah
6. Yohanes Wenur

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMIK KEPERAWATAN BETHESDA TOMOHON
2022
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.


Atas limpahan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah tepat pada waktunya. Makalah
ini berisikan tentang “Konsep hospitalisasi pada anak”

Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha semaksimal


mungkin, namun kesempurnaan hanya milik Tuhan. Kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang membangun dengan kesempurnaan
pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami khususnya bagi semua pihak atau pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3. Tujuan........................................................................................................4
1.4. Manfaat......................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 Pengertian..................................................................................................5
2.2 Manfaat hospitalisasi pada anak................................................................5
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anak Dalam Bereaksi Terhadap
Hospitalisasi.........................................................................................................6
2.4 Mempersiapkan Anak Untuk Mendapatkan Pelayanan Di Rumah Sakit..7
2.5 Faktor-Faktor Stresor Hospitalisasi pada anak..........................................8
2.6 Stresor Dalam Hospitalisasi......................................................................9
2.7 Reaksi Psikologis Anak Terhadap Hospitalisasi.....................................11
2.8 Dampak Hospitalisasi..............................................................................12
2.9 Mengatasi Dampak Hospitalisasi............................................................15
BAB III..................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................16
3.1 Kesimpulan..............................................................................................16
3.2 Saran........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Indonesia merupakan salah satu negara besar di dunia, dengan


populasi mencapai 237,6 Juta penduduk pada tahun 2010, lebih dari
sepertiganya adalah penduduk berusia 0-17 tahun yaitu 34,66 persen. Aset
tersebut harus disiapkan dengan baik guna menyongsong masa depan
bangsa yang lebih cemerlang. (Amanullah et al, 2012)

Sekitar 30 persen dari anak-anak setidaknya satu kali pernah


mengalami hospitalisasi dan sekitar 5 persen beberapa kali. (Kazemi, et al
2012). Anak-anak yang dirawat di rumah sakit dalam dua dekade terakhir
mengalami peningkatan pesat. (Moghaddan et al, 2011) Semakin
meningkatnya populasi anak yang dirawat di rumah sakit, dimana
hospitalisasi pada anak merupakan pengalaman yang penuh dengan stress,
baik bagi anak itu sendiri maupun orang tua. Banyaknya stressor yang
dialami anak ketika menjalani hospitalisasi menimbulkan dampak negatif
yang mengganggu perkembangan anak. Lingkungan rumah sakit dapat
merupakan penyebab stress dan kecemasan pada anak. Berdasarkan data
Perhimpunan Nasional Rumah Sakit Anak di Amerika, sebanyak 6,5 juta
anak/tahun yang menjalani perawatan di rumah sakit dengan usia kurang
dari 17 tahun (McAndrews, 2007 dan Roberts, 2010).

Hospitalisasi dianggap sebagai suatu peristiwa yang bisa membuat


stres pada anak. Stressor yang diterima anak selama dirawat dapat berupa
lingkungan rumah sakit yang asing, kondisi fisik seperti rasa sakit dan
penyakit yang anak alami, prosedur perawatan dan pemeriksaan medis di
rumah sakit. Stres pada anak dapat menyebabkan gangguan tidur,
penurunan nafsu makan, dan gangguan perkembangan sehingga hal
tersebut dapat menunda proses penyembuhan penyakit (Kazemi et al,
2012).

1
Hospitalisasi adalah peristiwa yang umum terjadi pada anak dan
dapat merupakan pengalaman traumatik bagi anak-anak yakni dapat
menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan
gangguan emosi atau tingkah laku beberapa minggu atau bulan sesudah
anak keluar dari rumah sakit. (Turkel et al, 2009; Moghaddam et al, 2011).

Sakit bukan lagi kata yang jarang kita dengar. Setiap orang
mungkin pernah mengalami sakit dan bahkan mungkin pernah dirawat di
rumah sakit. Suasana saat berada di tempat perawatan seperti rumah sakit
tentu berbeda dengan suasana yang biasanya seseorang rasakan. Suasana
dengan dikelilingi orang-orang yang berbeda. Hal ini tentu akan sangat
dirasakan terutama bagi mereka yang baru pertama kalinya merasakan
suasana perawatan rumah sakit. Proses perawatan tersebut merupakan
proses hospitalisasi. Hospitalisasi diartikan adanya beberapa perubahan
psikis yang dapat menjadi sebab yang bersangkutan dirawat disebuah
institusi seperti rumah perawatan (Berton, 1958 dalam Stevens, 1992).

Dalam Supartini (2002), hospitalisasi merupakan suatu proses yang


karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak
untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah.

Hospitalisasi ini memiliki dampak terhadap psikis pada pasien


(anak) ataupun pada orang tua. Seperti pasien merasa kehilangan privasi
otonomi, serta perubahan gaya hidupnya. sedangkan pada orang tua,
seperti adanya rasa bersalah dan frustasi karena tidak dapat menjaga
kesehatan anaknya.

Oleh karena itu, betapa pentingnya seorang perawat memahami


konsep hospitalisasi agar dampaknya pada anak/pasien dan orang tua
keluarga dapat diminimalisir sehingga dapat dijadikan dasar dalam
pemberian suatu tindakan asuhan keperawatan.

2
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapat rumusan masalah


sebagai berikut:

a. Menjelaskan pengertian hospitalisasi?

b. Menjelaskan manfaat hospitalisasi?

c. Menerangkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam bereaksi


terhadap hospitalisasi?

d. Bagaimana cara mempersiapkan anak dalam mandapatkan pelayanan di rumah


sakit?

e. Menjelaskan Faktor-Faktor Stresor Hospitalisasi?

f. Bagaimana stressor dalam hospitalisasi?

g. Bagaimana Reaksi Psikologis Anak Terhadap Hospitalisasi?

h. Bagaimana Dampak Hospitalsasi?

i. Bagaimana cara mengatasi dampak Hospitalsasi?

3
1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

a. mengetahui apa itu hospitalisasi.

b. Mengetahui manfaat hospitalisasi

c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam bereaksi terhadap


hospitalisasi

d. Mengetahui bagaimana cara mempersiapkan anak dalam mendapatkan


pelayanan di rumah sakit.

e. Mengetahui faktor-faktor stresor hospitalisasi

f. Mengetahui stressor dalam hospitalisasi

g. Mengetahui reaksi Psikologis Anak Terhadap Hospitalisasi

h. Mengetahui dampak hospitalisasi

i. Mengetahui cara mengatasi dampak Hospitalsasi

1.4. Manfaat

Makalah ini hendaknya dapat bermanfaat guna menambah pengetahuan mengenai


konsep hospitalisasi pada anak sehingga dapat hendaknya diaplikasikan dalam
pemberian asuhan keperawatan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Menurut Supartini (2004), hospitalisasi merupakan suatu proses


dimana karena alasan tertentu atau darurat mengharuskan anak untuk
tinggal di rumah sakit, menjalani terapi perawatan sampai pemulangannya
kembali ke rumah.

Hospitalisasi pada anak adalah suatu sindrom yang terjadi pada


anak yang dirawat di rumah sakit secara terpisah dari ibunya atau
pengganti peran ibu dalam kurun waktu yang lama. Kondisi ini ditandai
dengan tidak adanya kegairahan, tidak responsif, kurus, pucat, nafsu
makan buruk, tidur terganggu, episode demam, hilangnya kebiasaannya
menghisap dan nampak tidak bahagia. Gangguan ini dapat pulih kembali
dengan anak dalam waktu 2-3 minggu. (Bastaman et al, 2004).

2.2 Manfaat hospitalisasi pada anak

Menurut Supartini (2004), cara memaksimalkan manfaat


hospitalisasi anak adalah sebagai berikut :

1. Membantu perkembangan orang tua dan anak dengan cara memberi


kesempatan orang tua mempelajari tumbuh-kembang anak dan reaksi anak
terhadap stressor yang dihadapi selama dalam perawatan di rumah sakit.

2. Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar orang tua.Untuk itu, pearawat
dapat memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak,
terapi yang didapat, dan prosedur keperawatan yang dilakukan pada anak,
tentunya sesuai dengan kapasitas belajarnya.

3. Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan memberi


kesempatan pada anak mengambil keputusan, tidak terlalu bergantung pada orang

5
lain dan percaya diri. Tentunya hal ini hanya dapat dilakukan oleh anak yang lebih
besar, bukan bayi. Berikan selalu penguatan yang positif dengan selalu
memberikan pujian atas kemampuan anak dan orang tua dan dorong terus untuk
meningkatkannya.

4. Fasilitasi anak untuk menjaga sosialisasinya dengan sesama pasien yang ada,
teman sebaya atau teman sekolah. Beri kesempatan padanya untuk saling kenal
dan berbagi pengalamannya. Demikian juga interaksi dengan petugas kesehatan
dan sesama orang tua harus difasilitasi oleh perawat karena selama di rumah sakit
orang tua dan anak mempunyai kelompok sosial yang haru.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anak Dalam Bereaksi Terhadap


Hospitalisasi

a. Umur dan perkembangan kognitif

Hospitalisasi dan faktor-faktor yang terkait lebih mempengaruhi anak-anak


dibanding dengan orang dewasa. Anak-anak memang jelas tidak memiliki
kemampuan emosi dan kognitif yang setara dengan orang dewasa. (Lau & Tse,
1994 ; Chung, 2014) b) Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi.

b. Kecemasan Orangtua

Orang tua dan anak mengalami kecemasan saat anak dihospitalisasi. Kecemasan
yang terjadi pada orang tua ini dapat meningkatkan kecemasan anak. Orang tua
kadang tidak menjawab pertanyaan anak dan tidak menjelaskan yang sebenarnya
karena khawatir anak menjadi takut dan cemas. Orang tua takut membuat bingung
anak dan menurunkan tingkat kepercayaan anak. (James & Ashwill, 2007)

c. Persiapan anak dan orang tua

Metode yang dapat dilakukan untuk menyiapkan anak dalam menjalani


hospitalisasi adalah mengerti kebutuhan tentang dari anak tersebut. Petugas
kesehatan harus mempertimbangkan umur, tingkat perkembangan, keterlibatan
keluarga, waktu, status fisik dan psikologi anak, faktor sosial budaya dan

6
pengalaman terhadap sakit maupun pengalaman merawat anak. (James & Ashwill,
2007)

d. Ketrampilan koping anak dan keluarga

Koping merupakan suatu proses dalam menghadapi kesulitan untuk mendapatkan


penyelesaian masalah. Koping anak terhadap hospitalisasi dipengaruhi oleh usia,
persepsi terhadap kejadian yang dialami, hospitalisasi sebelumnya dan dukungan
dari berbagai pihak. (James & Ashwill, 2007).

2.4 Mempersiapkan Anak Untuk Mendapatkan Pelayanan Di Rumah Sakit

Rumah sakit tempat dirawat mungkin merupakan tempat dan


suasana baru bagi anak. Oleh karena itu, persiapan sebelum dirawat itu
sangat penting. Persiapan anak sebelum dirawat di rumah sakit didasarkan
pada asumsi bahwa ketakutan akan sesuatu yang tidak diketahui akan
menjadi ketakutan yang (Supartini, 2004).

Menurut Supartini (2004), pada tahap sebelum masuk rumah sakit dapat
dilakukan:

1. Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia dan jenis penyakit dengan
peralatan yang diperlukan.

2. Apabila anak harus dirawat secara berencana, 1-2 hari sebelum dirawat
diorientsikan dengan situasi rumah sakit dengan bentuk miniatur bangunan rumah
sakit.

Sedangkan pada hari pertama dirawat, menurut Supartini (2004),


tindakan yang harius dilakuan adalah :

1. Kenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya.

2. Orientasikan anak dan orang tua pada ruangan rawat yang ada beserta fasilitas
yang dapat digunakannya.

7
3. Kenalkan dengan pasien anak lain yang akan menjadi teman sekamarnya.

4. Berikan identitas pada anak. Misalnya pada papan nama anak.

5. Jelaskan aturan rumah sakit yang berlaku da jadwal kegiatan yang harus diikuti.

6. Laksanakan pengkajian riwayat keperawatan

7. Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainya sesuai dengan yang


diprogramkan.

2.5 Faktor-Faktor Stresor Hospitalisasi pada anak

a. Faktor Lingkungan rumah sakit

Rumah sakit dapat menjadi suatu tempat yang menakutkan dilihat


dari sudut pandang anak-anak. Suasana rumah sakit yang tidak familiar,
wajah-wajah yang asing, berbagai macam bunyi dari mesin yang
digunakan, dan bau yang khas, dapat menimbulkan kecemasan dan
ketakutan baik bagi anak ataupun orang tua. (Norton-Westwood, 2012).

b. Faktor Berpisah dengan orang yang sangat berarti

Berpisah dengan suasana rumah sendiri, benda-benda yang familiar digunakan


sehari-hari, juga rutinitas yang biasa dilakukan dan juga berpisah dengan anggota
keluarga lainnya (Pelander & Leino-Kilpi, 2010).

c. Faktor kurangnya informasi

Kurangnya informasi yang didapat anak dan orang tuanya ketika akan menjalani
hospitalisasi. Hal ini dimungkinkan mengingat proses hospitalisasi merupakan hal
yang tidak umum di alami oleh semua orang. Proses ketika menjalani hospitalisasi
juga merupakan hal yang rumit dengan berbagai prosedur yang dilakukan
(Gordon et al, 2010).

d. Faktor kehilangan kebebasan dan kemandirian

Aturan ataupun rutinitas rumah sakit, prosedur medis yang dijalani seperti tirah
baring, pemasangan infus dan lain sebagainya sangat mengganggu kebebasan dan
kemandirian anak yang sedang dalam taraf perkembangan (Price & Gwin, 2005).

8
e. Faktor pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan;

Semakin sering seorang anak berhubungan dengan rumah sakit, maka semakin
kecil bentuk kecemasan atau malah sebaliknya (Pelander & Leino-Kilpi, 2010). f.
Faktor perilaku atau interaksi dengan petugas rumah sakit. Mengingat anak masih
memiliki keterbatasan dalam perkembangan kognitif, bahasa dan komunikasi.
(Pena & Juan, 2011).

2.6 Stresor Dalam Hospitalisasi

Saat dirawat di rumah sakit atau tengah menjalani proses


hospitalisasi, klien (dalam hal ini adalah anak), tentu akan mengalami
stress akibat dari segala macam bentuk perubahan yang ia alami, seperti
perubahan lingkungan, suasana, dan lain sebagainya.

Reaksi anak terhadap hospitalisasi

Stresor dan reaksi hospitalisasi sesuai dengan tumbuh kembang pada anak
(Novianto dkk.2009):

1) Masa Bayi (0-1 tahun)

Dampak perpisahan, usia anak 6bulan terjadi stanger anxiety (cemas)

- Menangis keras

- Pergerakan tubuh yang banyak

- Ekspresi wajah yang tidak menyenangkan

2) Masa Todler (2-3 tahun)

Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon perilaku anak
dengan tahapnya.

9
3) Masa Prasekolah (3-6 tahun)

Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman, sehingga menimbulkan


reaksi agresif

- Menolak makan

- Sering bertanya

- Menangis perlahan

- Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan

4) Masa Sekolah (6-12 tahun)

Perawatan di rumah sakit memaksakan:

- Meninggalkan lingkungan yang dicintai

- Meninggalkan keluarga

- Kehilangan kelompok sosial, sehingga Menimbulkan kecemasan

5) Masa Remaja (12-18 tahun)

Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Reaksi yang
muncul:

- Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan

- Tidak kooperatif dengan petugas

- Bertanya-tanya

- Menarik diri

- Menolak kehadiran orang lain

Pendekatan yang digunakan dalam hospitalisasi (Novianto dkk. 2009):

1. Pendekatan Empirik

Dalam menanamkan kesadaran diri terhadap para personil yang


terlibat dalam hospitalisasi. Metode pendekatan empirik menggunakan
strategi, yaitu:

10
1) Melalui dunia pendidikan yang ditanamkan secara dini kepada peserta didik.

2) Melalui penyuluhan atau sosialisasi yang diharapkan kesadaran diri mereka


sendiridan peka terhadap lingkungan sekitarnya.

2. Pendekatan Melalui Metode Permainan

Metode permainan merupakan cara alamiah bagi anak untuk


mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari. Kegiatan yang
dilakukan sesuai keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.

2.7 Reaksi Psikologis Anak Terhadap Hospitalisasi

Reaksi anak terhadap hospitalisasi dimulai saat sebelum masuk


rumah sakit, selama hospitalisasi, dan setelah pulang dari rumah sakit.
Perubahan perilaku temporer dapat terjadi selama anak dirawat di rumah
sakit sampai pulang dari rumah sakit. Perubahan ini disebabkan oleh:

1) perpisahan dari orang-orang terdekat

2) hilangnya kesempatan untuk membentuk hubungan baru

3) lingkungan yang asing ( Wong et al, 2003).

Kekhawatiran yang paling sering dikeluhkan anak yang dirawat inap adalah:

a) kecemasan karena perpisahan dari keluarga dan teman-temannya

b) ketakutan terhadap

orang dan lingkungan yang asing

c) ketidakpastian tentang peraturan rumah sakit dan harapan

d) persepsi sebelum hospitalisasi

e) ketakutan terjadi mutilasi anggota tubuh atau kematian

f) ketakutan terhadap rasa nyeri dan ketidaknyamanan

11
g) pikiran bahwa hospitalisasi sebagai hukuman

h) kehilangan kontrol emosi dan fisik

i) persepsi tentang perubahan fisik

j) kehilangan kemandirian dan identitas, serta

k) takut ditolak .

Hampir semua, rumah sakit adalah lingkungan asing yang mengganggu aktivitas
hidup sehari-hari (Berz, 2000). Dampak hospitalisasi selain cemas perpisahan,
juga dapat berupa regresi dan adanya rasa malu (Lau & Tse, 1994).

2.8 Dampak Hospitalisasi

Perawatan anak di rumah sakit tidak hanya menjadi masalah pada


anak, tetapi juga pada orang tua. Brewis (1995 dalam Supartini, 2002)
menemukan rasa takut pada orang tua selama perawatan anak rumah sakit
terutama pada kondisi sakit anak yang terminal karena takut akan
kehilangan anak yang dicintainya dan adanya persaan berduka Stessor lain
yang sangat menyebabkan orang tua stres adalah mendapatkan informasi
buruk tentang diagnosis medik anaknya. Perawatan yang tidak
direncanakan dan pengalaman perawatan di rumah sakit sebelumnya yang
dirasakan menimbulkan trauma (Supartini (2000) dalam Supartini, 2002)

Menurut Asmadi (2008), hospitalisasi merupakan pengalaman


yang mengancam bagi setiap orang. Penyakit yang diderita akan
menyebabkan perubahan perilaku normal sehingga klien perlu menjalani
perawatan (hospitalisasi). Secara umum, menurut Asmadi (2008),
hospitalisasi menimbulkan dampak pada beberapa aspek, yaitu:

1. Privasi

Privasi dapat diartikan sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri


seseorang dan bersifat pribadi. Bisa dikatakan, privasi adalah suatu hal
yang sifatnya pribadi. Sewaktu dirawat di rumah sakit, klien kehilangan
sebagai privasinya. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal:

12
- Selama dirawat di rumah sakit, klien berulang kali diperiksa oleh petugas
kesehatan (dalam hal ini perawat dan dokter). Bagian tubuh yang biasanya dijaga
agar tidak dilihat, tiba-tiba dilihat dan disentuh oleh orang lain. Hal ini tentu akan
membuat klien merasa tidak nyaman.

- Klien adalah orang yang berada dalam keadaan lemah dan hergantung pada
orang lain. Kondisi ini cendurung membuat klien “pasrah” dan menerima apapun
tindakan petugas kesehatan. Kepada dirinya asal ia cepat sembuh. Menyikapi hal
tersebut, perawat harus selalu memperhatikan dan menjaga privasi klien ketika
berinteraksi dengan mereka. Beberapa hal yang dapat perawat lakukan guna
menjaga privasi klien adalah sebagai berikut:

a. Setiap akan melakukan tindakan keperawatan, perawat hans selalu memberitahu


dan menjelaskan perihal tindakan tersebut kepada klien.

b. Memperhatikan lingkungan sebelum melaksanakan tindakan keperawatan.


Yakinkan bahwa lingkungan tersebut menunjang privasi klien.

c. Menjaga kerahasiaan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan klien.


Sebagai contoh, setelah memasang kateter, perawat tidak boleh menceritakan alat
kelamin pasien kepada orang lain, termasuk pada teman sejawat.

d. Menunjukkan sikap profesional selama berinteraksi dengan klien. Perawat tidak


boleh mengeluarkan kata-kata yang dapat membuat klien malu atau marah. Sikap
tubuh pun tidak boleh layaknya majikan kepada pembantu.

e. Libatkan klien dalam aktivitas keperawatan sesuai dengan batas


kemampuannya jika tidak ada kontraindikasi.

2. Gaya hidup

Klien yang dirawat di rumah sakit sering kali mengalami


perubahan pola gaya hzidup. Hal ini disebabkan oleh perubahan kondisi
antara rumah sakit dengan rumah tempat tinggal klien. juga oleh
perubahan kondisi kesehatan klien. Aktivitas hidup yang klien jalani
sewaktu sehat tentu berbeda dengan aktivitas yang dialaminya selama di
rumah sakit. Perubahan gaya hidup akibat hospitalisasi inilah yang harus

13
menjadi perhatian setiap perawat. Asuhan keperawatan yang diberikan
harus diupayakan sedemikian rupa agar dapat menghilangkan atau
setidaknya meminimalkan perubahan yang terjadi.

3. Otonomi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa individu yang


sakit dan dirawat di rumah sakit berada dalam posisi ketergantungan.
Artinya, ia akan pasrah terhadap tindakan apapun yang dilakukan oleh
petugas kesehatan demi mencapai keadaan sehat. Ini menunjukkan bahwa
klien yang dirawat di rumah sakit akan mengalami perubahan otonomi.
Untuk mengatasi perubahan ini, perawat harus selalu memberitahu klien
sebelum melakukan intervensi apapun dan melibatkan klien dalam
intervensi, baik secara aktif maupun pasif.

4. Peran

Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang


diharapkan individu sesuai dengan status sosialnya Jika ia seorang
perawat, peran yang diharapkan adalah peran sebagi perawat bukan
sebagai dokter Selain itu, peran yang dijalani seseorang adalah sesuai
dengan status kesehatannya. Peran yang dijalani sewaktu sehat tentu
berbeda dengan peran yang dijalani saat sakit. Tidak mengherankan jika
klien yang dirawat di rumah sakit mengalami perubahan peran. Perubahan
yang terjadi tidak hanya pada diri pasien, tetapi juga pada keluarga.
Perubahan tersebut antara lain:

a. Perubahan peran. Jika salah seorang anggota keluarga sakit, akan terjadi
perubatan pera dalam keluarga. Sebagai contoh, jiak ayah sakit maka peran jepala
keluarga akan digantikan oleh ibu. Tentunya perubahan peran ini mengharuskan
dilaksanakannya tugas tertentu sesuai dengan peran tersebut.

14
b. Masalah kenangan. Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi.
Keuangan yang sedianya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
akhirnya digunakan untukj keperluan klien yang dirawat. Akibatnya, keuangan ini
sangat riskan, terutama pada keluarga yang miskin. Dengan semakin mahalnya
biaya kesehatan, beban keuangan keluarga semakin bertambah.

c. Kesepian, Suasana rumah akan berubah jika ada seorang anggota keluarga
ytang dirawat. Keseharian keluarga yang biasanya dihiasi kegembiraan, keceriaan,
dan senda-gurau anggotaanya tiba-iba diliputi oleh kesedihan. Suasana keluarga
pun menjadi sepi karena perhatian keluarga terpusat pada penanganan anggota
keluarganya yang sedang dirawat.

d. Perubahan kebiasan sosial. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat.


Karenanya, keluarga pun mempunyai kebiasaan dalam lingkungan sosialnya.
Sewaktu seha, keluarga mampu berperan serta dalam kegiata sosial. Akan tetapi,
saat salah seorang anggota keluarga sakit, keterlibatan keluarga dalam aktivitas
sosial di masyarakat pun mengalami perubahan.

2.9 Mengatasi Dampak Hospitalisasi

Menurut Supartini (2004, hal. 196), cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
dampak hospitalisasi adalah sebagai berikut:

a. Upaya meminimalkan stresor

Upaya meminimalkan stresor dapat dilakukan dengan cara mencegah atau


mengurangi dampak perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol dan
mengurangi/ meminimalkan rasa takut terhadap pelukaan tubuh dan rasa nyeri.

b. Untuk mencegah meminimalkan dampak perpisahan dapat dilakukan dengan


cara:

1) Melibatkan keluarga berperan aktif dalam merawat pasien dengan cara


membolehkan mereka tinggal bersama pasien selama 24 jam (rooming in).

15
2) Jika tidak mungkin untuk rooming in, heri kesempatan keluarga untuk melihat
pasien setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka.

3) Modifikasi ruangan perawatan dengan cara membuat situasi ruangan rawat


perawatan seperti dirumah dengan cara membuat dekorasi ruangan.

BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

1. Hospitalisasi adalah suatu proses yang harus dilalui anak akibat adanya suatu
alasan sehingga mengharuskan anak untuk menjalani perawatan di rumah sakit.

2. Hospitalisasi dapat dipengaruhi oleh kepribadian seseorang, pemberi pelayanan,


suasana bagian pelayanan, dan hilangnya kontak dengan dunia luar.

3. Bagi anak yang menganggap bahwa dunia rumah sakit merupakan dunia baru
baginya, orang tua bersama tenaga kesehatan harus mempersiapkan anak sebelum
mendapatkan pelayanan kesehatan.

4. Saat dirawat di rumah sakit atau tengah menjalani proses hospitalisasi, klien
(dalam hal ini adalah anak), tentu akan mengalami stress akibat dari segala macam
bentuk perubahan yang alami, seperti perubahan lingkungan, suasana, dan lain
sebagainya. Stressor dan reaksi hospitalisasi sesuai dengan tumbuh kembang pada
anak.

5. Selain pada diri anak/pasien (seperti perubahan gaya hidup, hilangnya privasi
dan otonomi, dan lain sebaginya), dampak dari hospitalisasi juga akan dirasakan
oleh orang tua, yaitu orang tua akan merasa stress, frustasi, serta merasa bersalah
karena tidak dapat memberikan pemenuhan kebutuhan kesehatan yang baik untuk
anaknya. Apalagi bila mendengar kabar buruk mengenai kondisi anak.

16
6. Manfaat dari hospitalisasi ini dapat dimaksimalkan dengan cara memberikan
kesempatan kepada anak ataupun orang tua untuk mengetahui dan terlibat dalam
proses perawatan walaupun tidak terlihat secara menyeluruh.

1.2 Saran

Dampak dari hospitalisasi yang sering kita lihat saat ini tentu dapat
memacu tingkat stress pasien anak ataupun keluarga/orang tua. Oleh
karena itu, konsep hospitalisasi yang benar seharusnya dapat ditekankan
lagi oleh tenaga kesehatan (perawat dan dokter) sehingga manfaat dari
hospitalisasi itu sendiri dapat dimaksimalkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Asmadi. (20). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

2. Stevens, P.J.M. dkk (1997). Ilmu Keperawatan.2(1).Jakarta; EGC.

3. Supartini, Y. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

4. http://ners-novrindi.blogspot.com/2012/09/askep-pada-klien-hospitalisasi.html

5. http://benitackaputri.blogspot.com/2012/11/hospitalisasi.html

6. https://www.academia.edu/30866619/HOSPITALISASI

7. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-pjs1a23e602aafull.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai