Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah plastik dan ban bekas atau scrap tires (ST) telah menjadi masalah yang
serius di berbagai kota seluruh dunia. Kota-kota di dunia menghasilkan sampah plastik
ini sebesar 1,3 miliar ton pertahun (Guntoro, 2020). Tercatat bahwa 22% hingga 43%
sampah plastik yang digunakan diseluruh dunia dibuang ke tempat sampah (Guntoro,
2020), ini artinya bahwa sampah-sampah tersebut hanya akan memenuhi kapasitas
tempat pembuangan akhir dan terbuang secara sia-sia. Polypropylene (PP) adalah
plastik yang digunakan dalam industri makanan dan minuman dikarenakan kemampuan
untuk menahan panas dibawah 100°C dan beratnya yang relatif ringan, PP juga mudah
dibentuk. PP dengan nomor identifikasi resin 5 ini memiliki rantai kimia yang berisikan
rantai karbon dengan rumus molekul (C3H6)n.
Di sisi lain, masalah serupa juga timbul yang diakibatkan oleh limbah sisa dari ban
bekas. Permintaan ban di seluruh dunia untuk tahun 2017 yang mencapai 2,9 miliar ton
dan menghasilkan 1 miliar ton sampah ban bekas (Machin EB, et al., 2017). Ban
memiliki campuran yang kompleks dari material yang berbeda, diantaranya; beberapa
jenis rubber, carbon black, dan zat aditif lain (Undri A, et al., 2013).
Dari berbagai fakta dan masalah yang telah dipaparkan diatas, penulis beranggapan
bahwa langkah terbaik sejauh ini untuk menangani sampah plastik yang sulit
didekomposisi secara natural di alam adalah mendekomposisi komponen kimiawinya
dengan peralatan tertentu, contohnya adalah cracking, insinerasi, gasifikasi dan
pirolisis. Cracking adalah proses pemecahan rantai hidrokarbon yang terkandung pada
plastik. Insinerasi adalah proses pembakaran plastik yang terjadi pada suhu tinggi.
Gasifikasi adalah proses pemecahan rantai karbon panjang menjadi gas mampu bakar
ber-rantai pendek. Pirolisis adalah proses pemecahan rantai karbon dalam kondisi inert
dengan bantuan termal.
Metode Pirolisis adalah salah satu metode yang sudah diterapkan dari zaman
dahulu, bahkan alam sendiri melakukannya, seperti gas metana yang terbentuk di rawa-
rawa (Basu, 2010), manusia mempelajari dan akhirnya menerapkan metode yang ada di
alam ini. Pirolisis adalah pemecahan rantai karbon berat menjadi rantai karbon yang
kecil dengan bantuan suhu tinggi tanpa adanya reaksi dengan oksigen. Perbedaannya
pirolisis dengan pembakaran (Insinerasi) adalah kemampuan hasil dari masing-masing
proses untuk dipergunakan, contohnya hasil dari proses pembakaran tidak memiliki
2

nilai kalor, sedangkan hasil dari pirolisis memiliki nilai kalor. Hal ini bisa membantu
mengurangi jumlah limbah dan sampah yang dibuang manusia sekaligus menghasilkan
bahan bakar padat, cair dan gas.
Beberapa penelitian terkait pirolisis sudah dilakukan untuk menemukan kuantitas
dan kualitas pyro-oil yang terbaik, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Chouaya et al (2018) mengenai produk hasil, propertis dan komposisi kimia dari
minyak pirolisis ban bekas. Penelitian ini menampilkan analisis kromatografi pyro-oil
yang menghasilkan campuran kompleks dari senyawa organik C5-C26, senyawa
aromatik dan juga hidrokarbon ringan dengan proporsi besar yang bisa digunakan
sebagai bahan bakar dengan spesifikasi untuk mesin diesel. Hal ini dikarenakan pyro
oil tersebut setelah melalui proses distilasi memiliki boiling point yang mendekati atau
bahkan sama dengan boiling point dari bahan bakar solar dengan range 180-360 oC.
Densitas yang dihasilkan juga menyentuh angka 0,9 kgL-1 yang mendekati nilai densitas
bahan bakar diesel. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Xu et al (2018) tentang Studi
TG-FTIR dan PY-GC-MS pada mechanisme pirolisis dan distribusi produk dari
sampah ban sepeda bekas yang menyatakan bahwa suhu dekomposisi nya berada pada
suhu 285–531 °C dan melalui analisis GC-MS diketahui juga produk pirolisisnya
berupa gas, alkena dan senyawa aromatik.
Komposisi utama yang terkandung dari ban bekas diantaranya adalah natural
rubber (NR), styrene butadiena rubber (SBR), dan butyl rubber (BR) yang terbentuk
dari proses polimerisasi monomer yang berbeda Chouaya et al (2018)., (Xu et al.,
2018). Reaksi utama dari pirolisis ban bekas adalah depolimerisasi polimer untuk
menghasilkan fragmen radikal monomer yang berbeda. Produk utama monomer hasil
reaksi depolimerisasi tersebut diantaranya adalah isoprene dan D-limonene untuk NR,
1,3-Butadiene dan Styrene untuk SBR, dan juga 1,3-butadiene, 1,3-Cyclopentadiene
dan 1,4-Cycloheptadiene untuk BR. Scrap Tires atau ban bekas memiliki suhu
dekomposisi antara 285-531 oC (Xu et al., 2018)
Polypropylene (PP) atau (C3H6)n adalah salah satu polimer yang paling sering
diproduksi, kebutuhan polypropylene yang banyak disebabkan banyaknya kegunaan
yang dimilikinya sesuai kebutuhan yang ada pada masa sekarang, sebagai wadah atau
tempat pembungkus makanan. PP tergolong dalam jenis semicrystalline thermoplastic,
yang orientasi makromolekulnya tersusun dengan beraturan, Polipropilena memiliki
titik lebur ~160 °C (320 °F), sebagaimana yang ditentukan Differential Scanning
3

Calorimetry (DSC) dan juga memiliki suhu dekomposisi 380-440 oC (Singh et al.,
2019).
Hasil pirolisis dari kedua feedstock tersebut memiliki karakteristik yang mirip
dengan bahan bakar konvensional saat ini. Untuk karakteristik minyak pirolisis (pyro-
oil) scrap tire atau ban bekas, densitas dan viskositas nya cukup tinggi, walaupun angka
nya cenderung mendekati bahan bakar diesel, dibuktikan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Ucar et al (2005) dan Chouaya et al (2018). Sedangkan menurut
Perdana (2019) dan Singh et al (2019) pada pirolisis plastik PP, karakteristik fisik
berupa densitas, viskositas, dan nilai kalor masuk dalam range bahan bakar bensin dan
juga kerosin. Dengan demikian, pencampuran pirolisis ban bekas dan plastik pp ini bisa
memperbaiki kualitas minyak pirolisis yang ada pada ban bekas yang nilai densitas dan
viskositasnya tergolong tinggi yang disebabkan oleh ikatan rantai hidrokarbon berat
dari senyawa monomernya. Senyawa monomer dari plastik PP diasumsikan bisa
memperbaiki komposisi hasil minyak pirolisis ban bekas, sehingga akan menurunkan
nilai densitas dan viskositasnya. Tinggi nya densitas dan viskositas dikhawatirkan bisa
menimbulkan dampak buruk berupa timbulnya endapan atau deposit yang bisa
menyumbat injektor bahan bakar apabila minyak pirolisis tersebut diujicobakan pada
motor bakar.
Sesuai dengan penjelasan yang telah dijabarkan diatas, diharapkan penelitian
berjudul “Identifikasi Propertis Pirolisis Campuran Scrap Tires (ST) dan Plastik
Polypropylene (PP)” bisa menjadi solusi untuk permasalahan limbah plastik maupun
ban bekas yang saat ini telah menjadi masalah besar bagi lingkungan saat ini.
Diharapkan juga pyro-oil yang dihasilkan memiliki karakteristik fisik yang mendekati
atau bahkan sama dengan bahan bakar konvensional saat ini sehingga bisa menjadi
pengganti atau komplementernya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah pengaruh dari prosentase ban bekas ST dan plastik PP terhadap
karakteristik fisik pyro-oil.

1.3 Tujuan Penelitian


4

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian yang ingin
dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh dari prosentase ST dan plastik PP terhadap
karakteristik fisik pyro-oil.

1.4 Batasan Masalah


Agar penelitian ini tidak meluas dan lebih terfokus, maka penulis memberi batasan
masalah sebagai berikut:
1. Bahan baku atau feedstock yang digunakan adalah ST dan plastik pp.
2. Pirolisis menggunakan alat pirolisis tipe Fixed Bed.
3. Pirolisis dilakukan dalam kondisi inert menggunakan gas nitrogen.
4. Proses pirolisis diasumsikan tidak ada kebocoran.

1.5 Manfaat Penelitian


Dilakukannya penelitian ini, diharapkan bisa memberi manfaat sebagai berikut:
1. Dapat memberikan solusi alternatif dalam pengelolaan dan pemanfaatan sampah.
2. Menghasilkan bahan bakar alternatif.
3. Sebagai bahan referensi peneliti selanjutnya dalam melakukan dan
mengembangkan metode pirolisis.

Anda mungkin juga menyukai