Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK

MEMBUAT TEKS ARTIKEL OPINI

PEMBIMBING :

Peni Tri Wuryaningsih, S.Pd.

DISUSUN OLEH :

Kelompok 4 (XII MIPA 9)

1. Ali Fikri Muwaffaq (02)


2. Daffa Adiyatma N. (08)
3. M. Daffa Rifqi Habiibii (25)
4. Nadiva Salma Putri (28)
5. Najwa Sukma Jelita (29)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN

SMA NEGERI 2 KEDIRI

JL. Veteran No. 07 Mojoroto, Kediri

Telp. (0354)771121, Pos: 64112, Email : smadakdr@yahoo.com


Kebakaran Hutan di Indonesia

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki iklim tropis dan terdiri dari banyak
pulau di setiap wilayahnya. Indonesia juga memiliki kawasan hutan yang cukup banyak,
antara lain, hutan yang berada di Papua, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Riau,
Kalimantan Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Sulawesi Tengah. Namun, di beberapa tahun
terakhir, Indonesia sering mengalami kebakaran hutan, terutama di provinsi Kalimantan
lantaran beberapa faktor yang ada, mulai dari faktor buatan atau dari manusianya sendiri
hingga faktor alam.

Dilansir dari Earth Eclipse, terdapat dua macam penyebab kebakaran hutan, yaitu
akibat ulah manusia dan kejadian alam. Namun, sebesar 90 persen kebakaran hutan
disebabkan oleh ulah manusia, seperti merokok, api unggun, pembakaran sampah, kembang
api, penggunaan api untuk persiapan ladang, illegal logging, dan perambahan hutan.
Masyarakat di sekitar hutan biasanya membakar lahan untuk membuat perkebunan, seperti
sawit, kopi, dan coklat. Cara yang berdampak buruk ini sering dijadikan pilihan karena lebih
mudah dan lebih cepat.

Selain itu, ada illegal logging. Kegiatan ini menghasilkan lahan yang mudah terbakar
karena meninggalkan sisa daun dan ranting kering yang berpotensi menjadi bahan bakar
ketika ada percikan api atau panas. Lalu, ada juga perambahan hutan. Migrasi penduduk ke
dalam hutan, baik disadari atau tidak, akan menyebabkan kebutuhan lahan untuk hidup
semakin luas. Ini akan membuat penduduk tersebut membakar hutan untuk kepentingan lahan
mereka.

Meskipun sebagian besar kebakaran hutan disebabkan oleh faktor buatan atau
manusia, tetapi sebagian kecil penyebab kebakaran hutan juga terjadi karena kondisi alam itu
sendiri, seperti petir, erupsi gunung berapi, dan juga iklim. Sambaran petir bisa menimbulkan
percikan api yang menimbulkan kebakaran. Sambaran ini sering mengenai benda yang tinggi,
seperti pohon, tebing atau batuan, atau kabel listrik. Lalu, ada erupsi gunung berapi. Lahar
panas yang melewati hutan bisa memicu kebakaran. Selain itu, ada juga faktor iklim. Suhu
yang tinggi terutama akibat pemanasan global, bisa menyebabkan hutan terbakar. Biasanya
suhu panas mulai membakar ranting atau dedaunan kering yang kemudian meluas karena
adanya tiupan angin, serta curah hujan yang rendah.
Faktor alam yang menyebabkan kebakaran hutan memang tidak bisa dihindarkan dan
tidak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini. Akan tetapi, untuk faktor dari tindakan manusia
perlu untuk ditindak dan dievaluasi. Kasus pembakaran hutan yang merugikan negara harus
diadili sehingga masyarakat dapat mengetahui hukuman yang dikenakan terhadap pelaku
perusak sumber daya alam tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh Dosen Fakultas
Hukum USU Dr Pedastaren Tangan di Medan ketika dimintai pendapatnya tentang kasus
pembakaran hutan. Pemerintah juga telah menjerat oknum-oknum yang menyebabkan
kebakaran hutan dengan UU Kehutanan. Selain itu, KLHK sendiri juga sudah memiliki 3
strategi dalam upaya pencegahan kebakaran hutan, yaitu dengan analisis iklim dan langkah,
pengendalianoperasional, serta pengelolaan landscape. Memang sebuah keresahan tersendiri
di mana manusia banyak yang kini kehilangan kesadarannya sampai-sampai melakukan suatu
perbuatan yang bisa merugikan banyak orang termasuk dirinya sendiri, khususnya
merugikanlingkungan hidup, sedangkan hutan sendiri adalah sejenis habitat yang di
dalamnya banyak spesies bergantung. Kebakaran hutan akan memberikan dampak langsung
terhadap ekologi dan lingkungan, seperti hilangnya spesies yang ada di hutan.

Kebakaran hutan memang sebuah bencana yang dapat menimpa setiap wilayah hutan di
Indonesia. Namun demikian, sebagian besar kebakaran hutan disebabkan oleh ulah manusia
dibandingkan faktor alam. Oleh karena itu, aksi dari manusia dalam menyebabkan kebakaran
hutan harus diadili. Terlebih lagi, jika itu dengan tujuan untuk kepentingan diri mereka
sendiri. Ada banyak alasan yang dimiliki oleh oknum saat melakukan aksi pembakaran hutan,
seperti untuk pembukaan lahan yang baru atau pembangunan gedung-gedung yang baru, dan
lain-lain. Akan tetapi, mereka sama sekali tidak memikirkan bagaimana nasib dari flora dan
juga fauna yang ada di dalam hutan tersebut. Jadi, mereka seharusnya diberikan pengertian
dan diberikan hukuman atau sanksi yang seharusnya
Sesi Tanya Jawab

1. Nabilla Dinda (27) Kelompok 5


Pertanyaan : Ada beberapa spesies flora fauna yg hampir punah. Sedangkan dari flora
fauna tersebut ada yang tidak bisa hidup didaerah aslinya. Sedangkan kalau habitatnya
sudah terbakar, bagaimana cara kalian mengatasi/menangani hal tersebut?
Jawaban : Cara mengatasi flora/fauna tersebut yaitu dengan membuat hutan/habitat
tiruan yang menyerupai habitat aslinya, contohnya seperti jatim park dan sejenisnya.
Sanggahan : Dari yang sudah dijelaskan tentang pembuatan penangkaran pastinya
memerlukan biaya yang tidak sedikit, sedangkan tidak semuanya bisa ditanggung oleh
pemerintah. lalu apakah pelaku pembakaran itu mau untuk ikut menyumbang bagi
pembangunan hutan lindung yang akan dibangun?
Jawaban : Dilihat dari siapa yang melakukan pembakan tersebut, jika terbukti
bersalah maka akan dikenakan sanksi yang berlaku sesuai dengan hukum tentang
hutan.
Sanggahan : Dari yang sudah disebutkan, apakah sanksi/hukuman yang ditetapkan
untuk tersangka yang terbukti bersalah melakukan pelanggaran.
Jawaban : Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menyebutkan :
 Bahwa sesuai Pasal 50 ayat (3) huruf D menyatkan bahwa “Setiap
orang dilarang membakar hutan”
 Bahwa sesuai Pasal 50 ayat (3) huruf I menyatakan bahwa “Setiap
orang dilarang membuang benda-benda yang dapat menyebabkan
kebakaran dan kerusakan serta membahayakan keberadaan atau
kelangsungan fungsi hutan ke dalam Kawasan hutan
 Bahwa sesuai pasal 78 ayat (3) menyatakan bahwa “Barang siapa
dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 ayat (3) hruf D, diancam dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp
15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah)”
 Bahwa sesuai pasal 78 ayat (4) menyatakan bahwa “Barang siapa
karena kelalaiannya melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 50 ayat (3) huruf D, diancam dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyakRp
1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah)”
 Bahwa sesuai pasal 78 ayat (11) menyatakan bahwa “Barang siapa
dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 50 ayat (3) huruf I, diancam dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah)”

2. Fazila Shagyta (15) Kelompok 2


Pertanyaan : Saat ini Indonesia tengah membentuk aliansi untuk memperkuat potensi
dalam perundingan global. Bagaimana aliansi Indonesia akan membentuk pasar
karbon dunia?
Jawab : Jadi, Indonesia berupaya mengembangkan Kawasan mangrove menjadi area
konservasi dengan pendekatan blue carbon. Nantinya, Kawasan ini akan dihubungkan
ke investasi karbon untuk mengembangkan pariwisata sekaligus menjaga area
konservasi.
Sanggahan : Apakah indonesia dapat ikut serta dalam aliansi tersebut, dan kapankah
indonesia akan memulainya?
Jawab : Aliansi ini juga menghadapi sejumlah tantangan serius terutama dari sisi
Indonesia. Ada yang menilai jika aliansi ini baru akan berjalan seteah pemilu 2024.
Pasalnya, saat ini perhatian public sudah teralihkan ke pesta demokrasi tersebut
sehingga akan sulit focus terhadap hal-hal teknis.

3. Ahmad Rizal (01) Kelompok 5


Pertanyaan : Banyak kebarakan yang terjadi juga merembet pada perkebunan,
terlebih perkebunan sawit. Padahal kita tahu bahwa sawit yang kita punya sebagian
diekspor ke luar. Jika terjadi kebakaran diarea lahan perkebunan sawit bagaiamana
cara kalian untuk tetap mempertahankan sawit agar dapat tetap diekspor seperti
biasanya?
Jawaban : Ada alternatif lain untuk membuka lahan dengan menekan atau
mengurangi membakar, disampaikan oleh Manggala Agni Pontianak, Kalbar
memperkenalkan dan mengembangkan tungku cuka kayu kepada masyarakat Kalbar
sebagai salah satu alat alternatif untuk pembukaan lahan. Dalam ksempatan itu, Tim
Pencegahan Koordinator PLTB Manggala Agni daerah operasi Pontianak, berharap
untuk kedepannya masyarakat, khususnya para perusahaan dan para petani bisa
menggunakan pembukaan lahan dengan cuka kayu tersebut, dalam menekan atau
mengurangi pembukaan lahan dengan cara dibakar. Dengan itu pula, kelapa sawit
tetap dapat ditanam dan dapat diekspor.
Kesimpulan

Kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia Sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia
daripada faktor alam. Aksi manusia kerap membakar hutan dengan tidak sengaja maupun
disengaja atau demi kepentingan pribadi tanpa memikirkan dampaknya. Aksi dari oknum-
oknum tersebut seharusnya diadili dan diberi sanksi yang tegas. Walaupun pemerintahan
sendiri sudah menjerat mereka dengan UU Kehutanan, tetapi masih banyak saja oknum yang
melakukan aksinya tersebut. Oleh karena itu, sudah seharusnya pemerintah lebih
meningkatkan pengawasan terhadap wilayah hutan agar tidak terjadi lagi aksi yang sama.

Anda mungkin juga menyukai