Anda di halaman 1dari 2

Seharusnya ini tak terjadi pada diriku. Dulu aku takut suamiku mengkhianatiku.

Tapi
sekarang aku terjebak cinta yang tak seharusnya terjadi. Yah, inilah kenyataannya aku jatuh
cinta pada Bram pria beristri teman suamiku.

Padahal sejak aku menjanda sekitar 15 bulan yang lalu tak pernah terbersit dihatiku
untuk menikah lagi apalagi dengan suami orang. Apalagi naksir Bram.

Bram tinggal terpisah dengan istrinya. Sejak mereka menikah hampir 20 tahun yang
lalu mereka memilih menjalin hubungan jarak jauh. Karena salah satu dari mereka tak ada
yang mau mengalah jadilah mereka berkomitmen untuk tetap melanjutkan hubuingan terpisah
kota.

Aku mengenal Bram sekitar 6 bulan sebelum kepergian almarhum suami. Bram main
ke rumah karena suatu keperluan dengan suami. Tak pernah terlintas aku suka pada Bram
apalagi aku mau merebut perhatiannya.

“ma, kenalkan ini Bram teman sekolah dulu”. Kata suami ketika aku selesai
melerakkan minuman di meja. Dan aku selintas tersenyum pada Bram.

“Bram, ini istriku Nadia”. Kata suami pada Bram. Bram pun selintas tersenyum
padaku. Kesan pertama melihat Bram orangnya lumayan tampan. Dengan kumis tipisnya.
Dan sepertinya Bram seorang yang agak pendiam.

“silahkan diminum mas”. Kataku ramah pada Bram.

‘ “terima kasih mbak”. Jawab Bram sambil tersenyum

Setelah itu saya segera pamit ke belakang. Saya biarkan suami dan Bram melanjutkan
pembicaraan mereka. Saya hanya mendengar obrolan mereka dari ruang keluarga.

“maaf mas istri mas Cipto yang pertama atau yang kedua nich? Sepertinya jarak umur
mas dengan istri mas jauh ya/” tanya Bram.

“ini istriku satu-satunya Bram. Aku telat nikah. Kebetulan usia kami berdua hampir
10 tahun”. Jawab suami.

“Kerja kantoran juga mas?” tanya Bram lagi.

“Freelancer di satu majalah disini sebagai penerjemah”. Jawab suami.

Selanjutnya entah apa lagi yang mereka bicarakan aku tidak begitu paham karena aku
segera menemani si bungsu yang ngajak bermain di kamar.

Cukup lama juga Bram ngobrol dengan suami. Sampai akhirnya kudengar Bram
berpamitan pada suami.

“Titip salam dengan istrimu mas. Aku pamit pulang dulu” pamit Bram pada suami.

“Insya Allah nanti disampaikan. Salam juga dengan istrimu. Hati-hati di jalan Bram”.
Kata suami sambil bersalaman.
Setelah terdengar suara mobil Bram menjauh aku segera keluar kamar menemui
suami di ruang tamu.

“Bram sudah pulang mas?”tanyaku pada suami sambil merapikan meja tamu.

“Barusan pulang. Kebetulan dia butuh penterjemah proposal kerjasama dengan


dengan luar. Kebetulan dia minta bantuanku mencari penterjemah. Kukenalkan saja kamu,
ma”. Kata suami sambil meletakkan proposal berbahasa Inggris di meja.

“Tapi Faris belum begitu sehat mas. Belum bisa kalau harus hari ini selesai” kataku
pada suami setelah meletakkan gelas kotor ke dapur.

“Kata Bram lusa dia baru ambil terjemahannya. Bisa kan, ma?”

Anda mungkin juga menyukai