Anda di halaman 1dari 178

MNJUGANN

NN
ANN
5 DIWATTPAD -

pa
-
FA
PI
pe
-
F3
PI

Scanned by CamScanner
Pan PT

Welcome Home

HARI ini, Sam kembali ke Bandung, kota kelahirannya, setelah lebih


dari delapan tahun berkelana di negeri orang. Terlalu banyak masa
lalu yang tidak mau Sam ingat di sini.

“Bang Sam!!” teriakan itu membuat Sam tidak bisa menolak


untuk sekadar menoleh. Itu gadis kecil dengan senyum butterfly-nya,
adik Sam, namanya Christina atau lebih akrab di panggil Chris.
Tubuh Chris yang mungil memeluknya erat, sangat erat. Pelukan
yang tak pernah berubah, selalu hangat, itu yang ia suka dari Chris.

“Bang Sam lama banget sih.”

“America is s0 far away, Hun.”

“Kan udah naik pesawat.”

“Its a plane, not a rocket. Nih liat, i bring something for YOU.
Dont be s0 angry, entar cepet tua My Dear.”

“Arigatou.”

“Are you Japanese right now?” Sam mengusap rambut adik


kesayangannya itu dengan gemas.

Seharusnya sudah dari dua minggu yang lalu Sam di sini, tapi

dia sengaja mengundur banyak waktu. Amerika kini menjadi tempat

Scanned by CamScanner
1

yang sulit ditinggalkan baginya. Satu-satunya alasan ia kembali Pulang


adalah Baskoro, ayahnya.

“Gimana perjalanannya, Sam?” Seorang perempuan bertubup


semampai, dengan rambut kecokelatan datang dari belakang Chris
Itu Sindy.

“Capek.” Sam menjawab dengan setengah hati, bahkan ia rig ak


memandang perempuan itu dengan waktu yang lama.

“Ya udah, kita langsung pulang yuk.” Sindy mengulurkan tangannya


pada Chris, mengajak gadis kecil itu untuk bergandengan dengannya,

Di mobil, Sam menjatuhkan matanya pada kota yang hampir ia


lupakan. Ia sadar, banyak hal yang sudah dia lewatkan dari Bandung,

Hanya ada keheningan. Baik dirinya maupun Sindy sama-sama


bungkam. Ada rasa yang sulit untuk dijelaskan sejak kali pertama
keduanya bertemu, dan perasaan itu semakin rumit seiring berjalannya
waktu.

“Sekarang ada Taman Film lho, Sam.” Sindy akhirnya memulai


perbincangan, matanya sesekali memandang Sam yang masih setia
mengamati tiap sudut jalanan di Bandung lewat kaca spion di depannya.

“Oh.” Sam mengangguk kecil.

“Ke sana yuk, Bang.” Chris menambahkan.

“Next time, okay?”

“Yeyy!!”

“Tan, Pak No masih sering lewat?”

“Kata Mbok Minah, Pak No sudah meninggal setahun yang

lalu Sam.
“Oh My God.”
Mobil itu akhirnya berhenti. Rumah ini, dengan udara yang

an da
sama, ternyata waktu belum mampu mengubah segala inci d

masih

ri tiap

BN ———

Scanned by CamScanner
: Te
: & Nasa sa
"imi

sudut ruangan yang menjadi saksi kehidupan lelaki yang kini tengah
beradu tatap dengan dinding yang dingin.
“Welcome home, jagoan,” sambut Baskoro, yang sedang berdiri

tidak jauh dari pintu masuk.


“Papah!” Sam segera memeluk ayahnya erat, menjatuhkan segala

kerinduan dalam hatinya.

“Bang, Mamah bikin nasi goreng kesukaan Abang lho. Abang


masih inget nasi kan?” Chris tak ingin ketinggalan.

“Of course. Do i stay too long in America?” Sam kembali


mengusap kepala Chris lembut. “Thanks, Tante.”

“Sam...” Baskoro sedikit berbisik.

“Sam capek, mau istirahat.”


Sam masuk ke sisi lain rumah. Dengan sticker Spiderman

kesayangannya, mungkin tidak pernah ada yang menempati kamar


ini semenjak ia pergi ke Amerika. Atau mungkin, ia tidak pernah
tahu. Ia segera merebahkan tubuhnya pada kasur yang terasa dingin,
merindukan pemilik yang lama meninggalkannya. Suasana di kamar
ini mengayunkannya pada suatu hari yang sangat jauh. Sampai ia
tak sadar mulai berlayar ke tengah lautan mimpi, bersama jutaan

kenangan yang kini kembali hadir.

un

“Do i have to go to school right now, Dad? Come on, i just arrived
home yesterday.” Sam tampak terburu-buru, ia turun menuju ruang
makan seraya mengancingkan kemeja yang sejak tadi belum juga benar.
“You're too late. The gate close at 7 am."
“WHAT?! Are you kidding me?!”

7
Scanned by CamScanner
Sam langsung menggeber motornya menuju sekolah.
menit sebelum motornya masuk menuju

jatuh pada sesosok perempuan...


“What the hell is that? I forget the name.”

Beberapa
gerbang, matanya tiba-tiba

Perempuan itu tertutup segala auratnya. Pandangannya bak


padi yang menguning. Mata Sam sampai enggan berbalik arah, dan
ia segera sadar bel sekolahnya sudah nyaring masuk ke telinganya
beberapa menit yang lalu.

“ANAK BARU UDAH TELAT!


KAMU DI SINI, UDAH BIKIN
KAMU?” Mata itu menatap Sam

BELUM ADA SATU HARI


KESALAHAN! SjApa NAMA

tajam.
“Sam.”

“Oh, anak baru dari Amerika itu?

baik.” Suara yang semula kencang, sekeri


“Yes, he is."

“Ini Indonesia, berbicara


APA ITU PAKE ANTING-A
“Bilang aja nggak ngerti.
“Apa kamu bilang?”
“No Problem, Sir. Maksu

“Ya sudah, Sekaran


antar anak ini ke kela

Untung Ayah kamu orang


ka turun oktaf.

pakai bahasa Indonesia. TERUS ITU,


NING SEGALA? INI SEKOLAH!”

" Sam menggerutu kecil.

d gua, ch maksud saya, gak papa Pak.”

& kamu kembali ke kelas. Bu Andin, tolong


snya.”

“ia
“Sel harta
“Mat pagi, hari Ini kita kedatangan murid baru. Coba kamu
Perkenalkan diri.”
“"Namez Sam."
“Wets, bule.”
8

Scanned by CamScanner
Beberapa suara mulai bergemuruh setelah nama itu terucap,
mungkin heran dengan aksen Amerika Sam yang masih kental.

“Sam ini pindahan dari Amerika. Mungkin ia sudah fasih


berbahasa Inggris, jadi tolong teman-teman sekalian bantu dia untuk
berbahasa Indonesia lagi.”

Tidak ada yang spesial yang ingin Sam ceritakan dari sekolah
barunya, kecuali jam istirahat.

“Sam! What's up, Bro?” Seorang lelaki menepuk pundak Sam


dari belakang.

“Andro! Long time no see, Man. Im always fine.”

“Kapan lu balik Bandung?”

“Yesterday. How are you?”

1 “Lu bisa liat kan, gua tambah ganteng. Jadi, ceritanya temen

gua udah jadi bule?”

“Ah elu.”

“Suwung amat sih lu. Ke kantin lah, gua kenalin sama hits-nya
Bandung.”

Di lorong sekolah, keduanya tak henti-hentinya berbincang. Ini


adalah pertemuan pertama mereka sejak kepindahan Sam ke Amerika.

“Eh kenalin-kenalin, ini Sam. Temen gua dari TK.”

“Sam.”

“Nih kenalin, Dafa, Febri, yang bocah satu Deo nih namanya.”

Setidaknya sekarang Sam memiliki alasan untuk pergi ke sekolah,

Andro teman kecilnya. Bagian dari Bandung yang sempat ia lupakan.

Shakak

Scanned by CamScanner

Kehidupan Amerika sudah banyak mengubahnya. Dunia malam,


balapan liar, sudah kental masuk ke dalam dirinya. Bercampur dengan
jati diri yang sampai saat ini masih ia bangun.

“Bang Sam mau ke mana?”

Langkah Sam yang berjingkat-jingkat saat itu juga terhenti,

“Are you awake?” Sam berbalik memandang gadis kecil yang

sedang berdiri di depan pintu kamar, dengan Teddy Bear yang sejak
tadi ia peluk.

“Chris takut.”

“Don't be so scared. Let me accompany you to your room,


Come on, back to nice dream.”

Niat Sam kini terkubur dalam. Jadwalnya malam ini adalah

menemani Chris tidur. Entah apa yang membuatnya begitu sayang


dengan adik kecilnya itu.

Ipa

“Nyasar ke mana lu semalem? Apa perlu petanya Dora?”

Sam menghabiskan satu isapan rokok terakhirnya. “Adek gua


bangun.”

“So?”
“IT can't leave her alone.”

“Sejak kapan lu sayang ama bocah?”


“She is my lil sister, Bro.”

“Malem ini dateng kan?”

“You think?”

ak abah

to

——

Scanned by CamScanner
Amenka dan Bandung memang berbeda. Terapi, menurut Sam semuanya
sama. Malam adalah kehidupan Sam berikutnya, saat dunia balapnya
mengalir dan menjadi bagian dari wanya yang lai. Bahkan, di
Amenika dirinya kerap dijuluki King Faster.

“Kenalin nih, Ali. Dia ini King Faster-nya Bandung.” Andro


mempertemukan Sam dengan lelaki berpakaian serba hitam, tatapannya
tajam dan wajahnya dingin. Parasnya tidak mencerminkan seseorang
yang banyak berbicara.

“Jadi, ini rival baru gua?” ucapan Ali lantas membuat suasana
berubah mencekam.

Baik Sam dan Andro hanya bertatapan penuh tanda tanya.

“Bercanda atuh, ih. Selow aja ama gua mah” Beberapa detik
setelah itu, aura seram pada Ali langsung berubah. Berganti menjadi
orang Sunda dengan logat yang kental.

“Ah, come on." Sam meninju lengan Ali pelan.

Seperti yang ia pikirkan, tidak ada yang jauh berbeda dengan dunia
jalanan liar. Berbaur adalah salah satu kelebihan Sam. Pengalamannya
di Amerika menjadikan kedudukannya sedikit saja lebih tinggi.

“AI, ada racing nih. Ardan ngajak lu di jalan. Dua ronde.”

“Lu tau jawaban gua kan, Daf?”

“Kalau lu menang, Ardi bayarin service motor di club-nya Lorenzo.”

Sam diam-diam mengamati perbincangan itu. Ali tidak menjawab,


melainkan memandang Dafa dengan pandangan yang bisu. Namun,
siapa pun tahu arti dari pandangan itu suatu penolakan. Kemudian,
Ali menjauh. Sadar bahwa Sam terus memandanginya, sekarang ia
balik memandang Sam.

“TII accompany you.” Sam seperti mulai mengerti arti dari


pandangan Ali.

"

Scanned by CamScanner
Entah ke mana, Sam hanya berjalan di samping lelaki yang ut

dki itu.
“Why?” :
«Balapan bukan segalanya. Hidup gua bukan cuman di PON

balap.”

Langkah Ali terhent


tulisan-tulisan Arab yang ti
menunjukan pukul 02.00 pagi,

i di sebuah bangunan. Bangunan dengan


dak Sam mengerti arti maupun bacaannya.
jam masih gelap dan sepi sunyi.

“Ikut salat?”

«Tm Christian.”

Dari luar masjid, Sam hanya melihat Ali yang melakukan banyak
ulang. Keadaan terlihat hening, tetapi terasa

gerakan secara berulang-


mendamaikan hatinya. Sembari menunggu Ali, ia menyalakan sep
juga memandang

rokok dan asyik memainkan asapnya. Sam


yang hitam dengan sedikit bintang. Sekilas, perempuan yang ia temui
di jalan tadi pagi tiba-tiba masuk ke pikirannya. Tapi tidak begitu
lama, karena langkah Ali sudah begitu terasa mendekati Sam.
“Ibadah apaan?” Sam memandang Ali dengan pertanyaan.
“Galat. Salat tahajud.”
“God will angry if you leave it, isn't it?”
Ali berdehem seraya tersenyum lebar, lebih tampak seperti menahan
gelak tawa. “Ini mah nggak wajib. Tapi, sayang kalau ditinggali."
“And God will give you a heaven if you do it?”
“Salat tahajud itu kayak anak panah Sam. Anak panah yan
nggak bakal meleset ke targetnya.”
“So, what's your target?”
san 2 nggak si ini itu ibadah spesial! Ng,
Mereka semua cah sa Wat aja nih, lingkungan seP'
jam segini tidur Sam.”

Scanned by CamScanner
“IT think...”

“Hidup gua nggak cuman di sini Sam, suatu saat gua bakal mati.
Mau dikemanain iman gua kalau hidup gua isinya nyiapin neraka?
Everyone will back to God, termasuk pembalap bandel macem gua.”

“But i think, it's waste of time too. Right?”

“Gua suka balapan, suka banget. Tapi, Allah lebih dari sekadar
balapan. Ini tentang untuk apa gua hidup di dunia.”

Sam hanya manggut-manggut, tangannya ia ulurkan pada Ali


untuk menawarkan rokok yang ia miliki. Ali menolak itu dengan
tangannya, senyum tak luput hadir juga agar penolakan terasa hangat.

Dalam diam, Sam semakin memandang Ali. Namun, kali ini ia


benar-benar mencerna tiap jawaban dari lelaki itu. Ia sadar, di balik
dunia malam dan liarnya, ada sesosok malaikat pada diri Ali. Dari

sini, Sam mengerti bahwa cover tidak sepenuhnya mencerminkan isi.

paka

“Ceritain gua gimana Amerika.” Andro memulai perbincangan.

“What?”

“Girls? Relationship? Whatever,”

“Sejak kapan sih gua demen bule?”

“Jangan bilang lu balik gara-gara...” Andro memantapkan


pandangannya, matanya kian menyipit saat memandang Sam.

“What are you thinking about, Dude?"

“adi?”

Tiba-tiba, mata Sam dipalingkan. Waktu seakan berhenti dan


tertuju pada seseorang yang kini berada di seberang sekolahnya.
Perempuan yang sama ia lihat saat kali pertama Sam masuk sekolah.

Entah magnet macam apa, saat itu juga ia turun dari motor. Tanpa

BERAE

Scanned by CamScanner
53

memedulikan kendaraan yang lalu-alang, Sam berjalan menjauh dar,


Andro yang sedari tadi tidak berhenti berbicara. Sampai sebuah mobjf
menekan klaksonnya kencang. Tiinnmn.....!!!

“Jalan pake mata dong!!!”

“Sorry Sir."

Perempuan itu sempat memandang Sam yang mulai jadi pusar


perhatian. Mata mereka sempat bertemu selama beberapa detik,

“Santai!!!” balas Andro yang langsung mendekati Sam.

“It's okay, Ndro. Gua cuman...” Sam sadar jika perempuan itu
telah hilang dari kasat matanya, berganti dengan kekosongan dan
pertanyaan, menerka perasaan macam apa yang tengah bergejolak
di dalam dadanya beberapa menit yang lalu.

“Balik-balik, kelamaan di Amerika lu, Sam!”

Kabah

Di rumah, Sam masih terus berpikir. “Why she looks so different.

Who is she?”
Rasanya baru satu jam ia mengurung diri di kamar, tetapi Sam

telah mendapati rumahnya yang sudah sepi. Hanya ada Chris yang
sedang menonton film kartun di ruang keluarga.

“Bang Sam, temenin Chris nonton dong.”

“Sure.” Sam turun dan duduk di samping Chris. Baru beberapa

menit, keduanya sudah beradu gelak tawa. “Pada ke mana, Chris?”


“Mamah kan lagi les masak.”

“What for?”
“Katanya, Mamah mau belajar bikin masakan kesukaan Bang

Sam. Biar Bang Sam seneng makan di rumah.” Chris menatap Sam

4
2
Scanned by CamScanner
yang seketika terdiam. “Bang, masa ya tadi ada Kakak berkerudung
cantik banget yang nemenin aku di sekolah.”

“Really?”

“Iya, Kakak itu nemenin sampai Mamah datang. Baik banget


kan?”

“How kind she is. Ehm, you said perempuan berkerudung?”

Chris menjawabnya dengan anggukan. Dan saat itu juga Sam


ingat, pakaian yang menutup kepala perempuan itu adalah kerudung.
Dan setiap mengingat kata kerudung, pikiran Sam tertuju pada
perempuan yang sejak tadi mengisi tiap ruang di pikirannya. Entah
berapa banyak perempuan berkerudung di luar sana, kuncinya tertuju

pada perempuan itu.

Ap ab abah

“Not now, what's happen to you?” Niat Sam untuk berangkat lebih
pagi ternyata berantakan, ban sepeda motornya kempes saat perjalanan
menuju sekolah.

“Mang Udin, bisa tolong panggilin bengkel? Ban motor Sam


bocor nih.” Sam buru-buru menelepon Mang Udin, sopir pribadi
keluarga Baskoro.

Jadi pagi itu, Sam terpaksa menaiki angkutan umum. Tapi


sejujurnya, ia tidak tahu bus apa yang bisa mengangkutnya sampai
ke sekolah. Keadaan semakin riuh saat salah satu bus yang mulai
terlihat bobrok akhirnya datang.

“Mang, bus ini ke SMA....”

“SMA naon A?”

“Apa ya...” Sam tampak mengingat-ingat nama sekolah yang baru

beberapa hari ia masuki.

Scanned by CamScanner
- . MH » -
“Deuh si Aa meun! lama pisan euy, bayu atuh naik aja, Semua

SMA lewat ini mah.”


Keadaan bus yang penu
pada tengah badan
bibir Sam, ia tidak peduli dengan ramainya penumpang.
Dan, tatapan Sam berhenti pada sosok perempuan yang tidak
begitu asing. Lebih tepatnya, ia merasa sejak tadi “ditusuk” oleh
kehadiran perempuan itu. Benar rupanya, dia adalah perempuan
arin. Yang lebih membuat Sam tak berhenti

lebih indah dari yang Sam kira. Ada

h membuatnya harus berdiri, badannya

terus masuk bus. Asap beracun mulai keluar dari

yang ia temui pagi kem

memandang, ternyata wajahnya

sesuatu yang membuatnya berbeda di mata Sam. Saat itu juga, Sam

mematikan rokoknya dan bergerak mendekat.


Perjalanan di bus begitu berbeda, ini adalah kali pertama Sam

kembali menaiki bus.


Salah satu penumpang di dekat Sam pergi dari kursi.

«Nih? Perempuan itu memberikan kursi yang sebenarnya bisa


ia tempati. “Bu, duduk di sini saja.”

Ibu itu hanya terdiam dan kemudian duduk tanpa berkata apa-apa.

Perempuan itu turun pada halte berikutnya. Sam yang mulai


sadar itu adalah daerah sekolahnya mengikuti langkah perempuan

itu. Ramainya penumpang membuat keduanya terpisah.

“Motor lu mana?” tanya Andro setibanya di sekolah.


“Mogok. Eh Ndro, lu Islam kan? Lu suka salat tahajud?”
“Yaelah, gua mah kan abal-abal. Yang wajib aja gua bolong,

gimana yang sunah atuh?”


shah

tb
f |
ena PN SANA Pono —— ——mk

Scanned by CamScanner
| Gua tunggu di kanting. SEKARANG!!! |

ker Il

“Ah, untung ada lu.” Andro meninju lengan Sam karena


kedatangannya yang memakan waktu lama.

“Sumpah gua bahagia banget keluar dari kelas.”

“Eh, Ali BBM gua nih.”

“Pucuk dicinta ulam pun tiba. Udah buru kita ke sekolahnya

si Ali aja.”

Scanned by CamScanner
Sam dan Andro kini sudah berada di luar sekolah. Keahlian
mereka memang patut diacungi jempol dalam hal seperti ini.

“Sekolahnya mana?”

“Itu.” Andro menggerakkan kepalanya ke arah bangunan di


seberang sekolah.

“Sekolah Islam?” Sam tampak terkejut dengan jawaban Andro,

Andro hanya manggut-manggut. Ia melanjutkan berjalan menuju


gerbang belakang, tempat biasanya Andro dan Ali bertemu. Saat
keduanya menunggu, ada segerombolan perempuan berkerudung yang
lewat di hadapan mereka. Dengan keusilan Sam, ta bersiul kencang,
membuat beberapa dari mereka menengok ke arah Sam dan Andro.

“Gila, lu ngapain Sam?!”

Sam tertawa kecil. Namun, ada saru perempuan yang tidak


menoleh dengan aksi siulan Sam. Betapa terkejutnya Sam, saat
mengetahui perempuan itu adalah perempuan berkerudung yang ia
temui pagi tadi di bus.

“Woy. Sorry lama. Lu liat apaan, Sam?” Beberapa saat kemudian,


Ali datang.

“Nothing.” Pandangan Sam buyar dengan pertanyaan Ali.

“Ke pameran mobil yuk. Hari ini terakhir katanya.”

Ali dan Sam menyetujui saran Andro.

18

Scanned by CamScanner
lagi-lagi keadaan bus M€ |
orang-orang Aga" gan perempuan
kakinya berhenti pada seseorang Yang sejak tadi asyik ma

gelang batu yang melingkar pada jemari

«What are you doing?”


puan itu memberhenti
a

g semenit untuk

kan tangannya baran


da aktivitas

Perem ag
at keadaan sekitar, dan khirnya kembali lagi Pa

melih
akukan.

yang sejak tadi ia |


“Gua bicara sa
“Oh, zikir,” jawabnya sin
“Dapet dosa kalau ditinggal?”

Yang ditanya hanya menggeleng. “Sia-sia kalau

ma elu kali.”

gkat, dan dingin.


ditinggalin.” Ia

menambahkan.

“Gama kayak tahajud?”


n itu kemudian mengangguk.
penasaran.

Seiring dengan waktu,


Untuk hari-hari

Perempua
an itu semakin membuat Sam

gar bisa bertemu dengannya. Walau


kursi yang nantinya akan

perempu
selanjutnya, ia sengaja menaiki bus a
hanya sekadar berdiri atau menawarkan
diberikan lagi kepada orang lain, tapi Sam tetap senang. Menurutnya,
u menarik dan tidak banyak bicara. Sikapnya yang

perempuan it
akin menjatuhkan
dingin pada Sam ikut membekukan hatinya dan sem

perasaan Sam.

pobbak

1g

Scanned by CamScanner
“en Sem, itu kunci mobil ada di kamar Bapak.”

“Cam kali, Bi. Sam naik bus.”

Bi minah langsung memandang Sam aneh. Tidak biasanya Sa


berangkat sepagi ini, apalagi menaiki angkutan umum, bukan Sima
sekali gaya Sam. Sementara, Sam langsung berlari keluar rumah Menu
halte bus. Berharap bisa bertemu perempuan berkerudung itu lagi,

Nah. Tapi hasilnya tidak ada. Sam merasa sia-sia sudah bersumpep

ria di dalam bus tanpa kehadiran perempuan itu.

#hakak

“Motor lu mana?”
“Di rumah.”
“Oh, naik mobil?”
“Kagak.”
“Lu naik apaan ke sekolah? Naik kuda apa naga?” Andro melihat

ke seliling Sam.

“Lu kira gua pangeran dari negeri dongeng? Lucu lu.” Kemudian,
Sam berjalan meninggalkan Andro.

“Lu tau Mitha kan Sam?”

Sam manggut-manggut, ia sama sekali tidak fokus dengan


pertanyaan Andro.

“Tau Nadhia kan?”

Sam kembali mengangguk.


“Tau Sandy kan?”

Dan untuk ketiga kalinya, Sam hanya mengangguk.

20

Scanned by CamScanner
, Aa : Aj CPI - Pat
RO TIA, y Sa ui 1 Me aa
KIA 1.4 l x : Wet Reba in
MAP PA A ae ha ' P k

3 7 r

“Mereka gimana?"

“Cantik.”

“Udah? Gitu doang?”

“Menurut lu?” Sam menyelesaikan tegukan terakhir pada


minuman isotonic-nya, ia memandang Andro dengan satu alis yang
sengaja ia naikan.

“Lu bego apa oneng sih? Didemenin cewek hits Bandung malah
lu sia-siain. Nyesel entar lu.”

“Really?”

“Kurang apa sih? Mana geulis pisan, famous, posturnya Sam,


perhatian lagi. Cuek lu jangan kelewatan, deuh si odong.” Andro
kesal sendiri jika berbincang mengenai perempuan dengan Sam. Baru
beberapa hari Sam di sekolah, sudah banyak yang naksir padanya.
Namun, semuanya diacuhkan oleh Sam.

“Eh eh eh, lu ngga gay kan? Jangan-jangan lu suka ama gua


lagi.” Andro mendekatkan matanya pada Sam.

“What are you talking about? Sandy cantik. Tapi kurang, kurang
memikat hati gua.”

“Saha atuh?”
Sam memandang ke depan, sekolah Islam di seberang SMA-nya,

menatap seorang perempuan yang berdiri tepat lurus dari arah Sam,

seseorang yang kini mulai mengisi hati yang sudah lama kosong.
“LU SERIUS?!”

Scanned by CamScanner
j SN Nah

«Namanya Haba

“EMANG gua keliatan bercanda?”

Sam buru-buru meninggalkan Andro. Ia menghampiri bus yang


sebentar lagi akan berjalan, tak jauh dari tempat perempuan itu berdiri.

“Tadi pagi, lu nggak naik bus?” Sam menyapa perempuan itu


setelah berada di dalam bus dan mendekatinya..

“Kenapa?”

“Ehm...” Sam dibuat kikuk dengan pertanyaan itu. Entah,


mungkin dirinya masih gengsi untuk mengakui yang sebenarnya ia
rasakan. Bego banget sih Sami!!!

“Gua Sam.” Ia mengulurkan tangannya, memandang perempuan


itu dengan senyum yang hangat, bahkan mungkin berhasil untuk
melelehkan banyak perempuan di sekolahnya.

“Aku kan nggak nanya.” Perempuan itu membalas dengan wajah


yang polos.

Sam menelan air liurnya dengan keras, tangan yang semula


terulur ia kepalkan dalam-dalam. Lelaki mana yang tidak malu jika
perkenalannya ditolak? Nih cewek polos apa ngerjain gua sih?

“Nama lu?” Sam melanjutkan.

23

Scanned by CamScanner
' 1

“Ehm... Mang, turun di depan ya.” Belum Sempat ia meni :


pertanyaan Sam, perempuan itu sudah turun di halte big Jawah
San

Meninggalkan Sam yang mulai menganga.

-ing

Hari ini Sam kembali menaiki bus... bersama perempuan itu.

“Kenapa waktu itu lu ngasihin kursi ke orang lain sih?” Sam


mendekati perempuan itu dan memulai pembicaraan,

“Kan lebih butuh.”

“Tanpa dapet ucapan terima kasih?”

“Emang harus? Menolong kan bukan untuk mengharap balasan,"

“Dan lu masih aja baik?”

“Aku yakin semua orang itu dasarnya baik, kadang kondisi dan
lingkungan yang maksa mereka buat keluar dari lingkaran kebaikan."

Satu lagi yang membuat perempuan itu spesial di mata Sam. Ia


menemukan malaikat lain selai Ali. Perkataannya membuat perasaan

Sam tertuju padanya.


Kimi, bus arah ke sekolahnya itu menyadi tambahan tempat tavoure
Sam, tempat mereka bisa bertemu dan berbincang, walau perempuan

itu tidak merespons kehadiran Sam dengan hangat.

“Lu yakin Sam?”


“Apaan sih lu, dari tadi nanyain itu mulu.”

“Lu kesambet apaan?”


“That's girl, it's really really make me fall m love. So what?”

“Gila lu!”

" HA

Scanned by CamScanner
“Kalau gua gila, harusnya gua udah peluk-peluk elu. Sini gua
peluk.” Sam mencoba melingkarkan tangannya pada Andro.

“Idih jijik lu, lepas kagak. Gua gibeng juga nih. Emang lu tau
siapa namanya?” Andro menambahkan.

Sam kali ini hanya menggeleng.

“Yee, katanya mah that's girl, it's really really make me fall in
love. So what?” Andro tampak mengikuti gaya bicara Sam. “Nama
aja kagak tau. Bullshit lu!”

“Cinta kan cuman butuh perasaan, Ndro. Lagian, nama nggak


bikin perasaan gua ke dia ilang kok.”

“Susah emang ngomong sama lu, pea.”

Nama, sampai saat ini Sam belum tau namanya. Pertanyaannya


waktu itu belum juga terjawabkan.

“Sam, ada film bagus Iho. Mau nonton bareng nggak?” Tiba-

tiba, perempuan berparas cantik, berkulit putih, dan berambut ikal


menghampiri Sam. Sandy.

“Sikaat Sam.” Andro memberikan isyarat. |

“Gimana kalau lu sama Andro aja? Gua buru-buru nih.”

“Kok gua sih?” Andro langsung menatap ke arah Sam.

“Gue kan ngajak lo.” Sandy tidak patah semangat.

“I have another plan today. Next time gimana?”

“Plan? Plan buat ngedeketin cewek seberang sekolah?” Andro


mengolok Sam.

Saat itu juga Sam langsung menyekap mulut Andro, bibirnya


meringis paksa ke arah Sandy. “Sorry ya, Dy."

Kemudian, Sam meninggalkan Andro dan Sandy di lorong sekolah.


Ia buru-buru menuju bus. Berbeda dengan hari sebelumnya, kali ini

keduanya mendapatkan tempat duduk berseberangan. Tetapi baru saja

keduanya menempati kursi, perempuan berkerudung itu sudah lebih

Scanned by CamScanner
dulu berdiri dan mempersilakan ibu tua yang sedang menggendo

anak kecil. Begitu pula dengan Sam yang juga mempersilakan 1g

bapak renta yang baru saja masuk ke dalam bus. “Orang


“Kenapa ngasihin kursinya?” Kali ini tiba-tiba tanpa diduga

perempuan itu memulai pembicaraan.

“Mau nemenin lu berdiri,”

Pandangan perempuan itu terjatu


ri Sam. Tanpa Sam ketahui, perempuan itu membendung

jawab Sam sambil tersenyum.

h menuju bumi seiring dengan

jawaban da

senyum kecilnya dalam-dalam.


“lu kan bilang sama gua kalau nolong itu nggak buat dapet

balesan, lu juga bilang sama gua kalau semua orang dasarnya baik.

So... i do it.”
Sam sempat menghentikan |

“Eh, lu kan belum ngasih tau nama lu?”


n itu tidak menjawab, ia segera

angkahnya saat ia hendak turun.

Perempua turun. Sampai saat ini,


dia masih asing dengan kehadiran Sam.

ababik

kul 22.00. Malam ini, Sam hendak kembali


dan Andro.

sudah berada di ruang


diran Sam:

Jam menunjukkan pu

pada dunia balapnya, bersama dengan Ali


»» Tiba-tiba Baskoro

“Mau ke mana Sam!


tamu, lebih tepatnya sejak sejam yang lalu ia menunggu keha

“Oh Dad, you make me s0 scared.”


“Mau pulang pagi-pagi lagi? Kamu kan besok sekolah."
“Guys night, Pah.” Sam mengambil jus jeruk dari kulkas:
“Ini Indonesia Sam, bukan Amerika. Jaga sikaP kamu!!”
“So, take me back to America, Dad! You know that i #
want to come back here again, right?!”

Scanned by CamScanner
“Lalu Papah harus tega ngebiarin kamu tumbuh liar?!”

"I can take care of myself!"

“Sampe kapan kamu mau gini terus?!"

“Sampe kapan Papah mau maksa Sam buat pura-pura nerima


Tante Sindy?!”

“SAMUEL!!!”

“Sampe kapan Sam harus pura-pura kalau nggak terjadi apa-apa?!


Sampe kapan, Pah?! You never understand me anymore, you just care
of yourself, or no! You just care of your new familly. Maybe im not
part of you anymore!" Sam menghentakan gelasnya pada meja pantry.

“Papah...” Suara Chris yang kecil langsung menghentikan aura


panas yang sama-sama kuatnya dari Sam dan Baskoro.

Sam yang sudah telanjur menumpahkan emosinya langsung


meninggalkan rumah.

Brak!!!

Amarahnya bahkan mengalir menuju pintu, meninggalkan


penghuni yang sejak tadi memandang punggung yang kian menjauh.
Sam langsung mengendarai motornya kencang, ia tidak tahu hendak
ke mana. Dirinya sudah hilang niatan untuk pergi ke tempat balapan.
Sampai ia memberhentikan motornya di sekitar toko-toko tua yang
mulai tutup.

Rokok yang sejak tadi ada di sakunya, mulai ia nyalakan.


Berkali-kali berembus menyatu dengan udara malam.

PING!!!

“Ah gua lupa, jam segini si Ali pasti tidur buat salat tahajud.”

“Gak mau, jangan!!” teriakan itu memecah keheningan.

Samar-samar Sam melihat tiga orang preman yang sedang


mengganggu perempuan berkerudung tak jauh dari tempatnya. Tadinya

ia mencoba tidak peduli, tapi ia teringat dengan perempuan berkerudung

27

Scanned by CamScanner
jak"

2 i di bus. Segera Sam turun dan menghampiri mereka.


“ yang ia temui

Amarah Sam meledak saat mengetahui perempuan berkerudung itu


ternyata adalah perempuan yang sedang ia kagumi. . 3

“JANGAN KURANG AJAR YA SAMA CEWEK! Sam meninju


salah satu preman yang memegang tangan perempuan itu.

“GA USAH IKUT CAMPUR!!! MAU MATI?!!” Salah Satu


preman maju untuk mengancam Sam. )

“Bukannya lu juga bakal mati?!” Sam mengecilkan volume


Suaranya, namun tetap tajam. Ia tak mau kalah dengan balik
mengancam preman itu.

Perkelahian akhirnya terjadi di antara keempatnya. Tiga lawan satu,


perkelahian yang sangat tidak seimbang. Beberapa kali Sam mendapat
tinjuan di muka dan perutnya. Tapi dia tidak lantas menyerah. Ia
terus melawan. Perempuan itu hanya berdiri diam, badannya bergetar
ketakutan. Tidak ada seorang pun yang lewat di sekitar mereka, Tetapi
perempuan itu tidak kehilangan akal, ia berlari dan segera
sekumpulan warga yang sedang bercengkerama.

“Pak... to-tolong... Pak, i-itu ada preman yang lagi ngeroyok Orang,”

Segera gerombolan itu berbondo


perkelahian.

menuju

ng-bondong menuju tempat

meninggalkan Sam saat itu juga


"AWAS YA Lu

Scanned by CamScanner
“Si Aa teh meuni bebat pisan euy. Tiga lawan satu. Eneng mah
beruntung tah punya pacar kayak si Aa. Lain kali ati-ati atuh ya,
sini mah rawan.” Tambah salah saru warga, lalu meninggalkan Sam
dan perempuan itu. Kini, bersisa keduanya yang sama-sama diam.

Sam sesekali meringis, namun tangannya masih bergerak untuk


menyalakan rokok. “Gua kira, lu tega ninggalin gua digebukin.”

Perempuan itu kembali menunduk. “Maaf ya. Aku nggak tau


bakal gimana kalau kamu nggak dateng tadi.”

“Lagian lu ngapain sih malem-malem di sini?” Sam terus memegangi


pipinya yang sudah merah. Beberapa kali ia meringis menahan sakit
akibat memar.

“Abis dari perkumpulan kajian di rumah teman. Tadinya Kakak


mau jemput, tapi kayaknya dia lupa. Jadi, aku niatin buat pulang
sendiri.”

“Lain kali lu ati-ati kek, kalau nggak ada gua gimana?”

“Makasih ya.” Perempuan itu tersenyum pada Sam, tetapi beberapa


detik setelah itu ia terbatuk-batuk karena tidak sengaja menghirup udara
dari rokok milik Sam. Saat itu juga Sam segera menjauhkan rokoknya
dan memilih berhenti untuk mengisapnya. Baru kali ini Sam melihat
ia tersenyum padanya. Sam ikut tersenyum sambil memandang langit.

“Ya udah, gua anterin pulang.” Sam mulai berdiri.

Melihat kendaraan yang dibawa Sam, perempuan itu segera


menolak ajakannya dengan gelengan kepala.

“Lu nggak mau naik motor?” Sam sadar jika perempuan itu
sedang memandang sepeda motornya, ia kembali duduk dan terlihat
menerka-nerka alasan perempuan itu enggan menaiki motor.

Perempuan itu menunduk. “Bukan gitu, cuman...”

Beberapa detik setelah itu, Sam tampak tidak peduli. Ia mengambil


handphone di saku celana dan langsung menghubungi nomor yang

29

Scanned by CamScanner
ingkat sampai ,
iapa Terjadi perbincangan yang singk pai akhirny,

entah itu SiaPP- :


Gam menutuP telepon Itu.
“Bentar lagi sopir gU3

“Tapi kan?” ' —


In man, daripada lu naik bus atau taksi malem-malem gini »
ut a ,

| ivakan ataupun menolak, pandangannya masih jatuh


2 sa Le Sam katakan itu benar, akan sangat rawan jik, |
bumi. Apa yang spalagi setelah kejadian tadi.
» ucap Sam datar, sambil kembali Mengisap
jauhkan agar tidak terhirup

dateng. Tunggu aja bentar.”

pada
ig naik bus atau taksi,

“Silent means YES,

rokok pada tangannya. Kali ini asapnya 1a

oleh perempuan itu.

“Kamu kok sendirian,


“Lagi berantem sama Bokap. Lu pernah gak, ngerasa benci sama

ngapain?” Ia kembali memulai perbincangan,

hidup lu? Ngerasa Tuhan nggak adil?”

“Semua yang datang ke hidup kamu itu ada alasannya.”

“Apa?”

“Tuhan menguji umatnya dari segala sisi. Semua manusia mungkin


ngerasa nggak adil, jadi Tuhan adil dong? Kalau kata Salsabilla
temanku, be positive, like a proton. Berbaik sangka, semuanya pasti
bakal jadi pembelajaran.”

Sam tidak menjawab, ia mencerna perkataan itu. Sampai akhirnya


sebuah mobil Alphard putih datang ke hadapan mereka, membuat
Sam bersegera mematikan rokoknya. Beberapa menit setelah itu, Mang
Udin keluar dan segera menghampiri Sam.

“Astaghfirullah aya naon A? Mukana meuni memar kitu?”

ta Gak papa. Udah Mang, anterin dia pulang ya.” Sam mengarahkan
atanya pada perempuan i Tn
mang Udin. Puan itu, yang langsung diikuti anggukan dari

“Maka . an
sih ya, Sam. Perempuan itu menoleh. “Oh iya, aku Haba
l

Scanned by CamScanner
Haba tersenyum kecil sambil tertunduk. Sam tidak menyangka

nka perempuan itu memberikan namanya, membuat lengkungan manis


lahur dari bibir Sam saat itu juga.

Mungkin Sam bisa mendapat seribu nama perempuan, tapi nama


tu adalah nama terbaik yang pernah ia dapatkan. Walau malam ini
wajahnya babak belur, setidaknya ia berhasil menghapus satu saja
jarak di antara mereka.

“Hayuk atuh Neng.” Mang Udin masuk dan langsu ng membukakan


pintu otomotis mobil. Perlahan tapi pasti, perempuan itu melangkah
masuk, meninggalkan lelaki yang masih setia memandangi punggungnya,
memastikan semua baik-baik saja.

“GILA! Gua lawan tiga preman! I'm proud of my self. Papah


harus tau nih.” Sam berbicara pada dirinya sendiri.

Tanpa Sam ketahui, di dalam mobil, Haba masih tersenyum.


Laki-laki yang ia temui di bus hampir setiap pagi dan pulang sekolah,
ternyata tidak seburuk yang ia bayangkan.

Scanned by CamScanner
HARI ini Sam memutuskan bolos sekolah, pukulan yang ia dapatkan

semalam cukup membuat kepalanya pening. Gila tu preman, berasa


banget pukulannya.

“Sam, kamu yakin nggak mau ke dokter? Tante khawatir deh.”


Sindy menyentuh kening Sam yang mulai terasa panas, tapi buru-buru
Sam tolak dengan gerakan dari tubuhnya yang menggeliat lemas di
sofa.

“Gak usah.” Bahkan saat sakit seperti ini, Sam masih bersikap
dingin. Ia menarik selimut yang ia bawa dari kamar.

Sindy sadar jika Sam belum bisa menerima kehadirannya pada

keluarga ini. Tapi, apakah salah jika ia mengkhawatirkan keadaan


Sam?

wi

“Tan, hari ini Sam mau jemput Chris.” Sam menuju dapur, ia sudah

berpakaian rapi sambil memainkan kunci motor di jari telunjuknya.

Scanned by CamScanner
Tante Sindy yang sedang memasak

“Tapi kan kamu lagi sakit?”


emandang Sam yang

segera membersihkan tangannya- Ia balik m


sedang meminum jus mangga.

“I'm fine.” Sam meyakinkan Sindy.

Haba berbicara pada seorang gadis kecil


Akhir-akhir ini dirinya kerap
mampir, mene sedang menunggu ibunya itu,
Gadis kecil itu menggeleng sambil memandang Haba.

“Abang!!!” Teriakan itu muncul setelah kedatangan seorang

lelaki maskulin dengan kendaraan yang tak kalah memukau dengan


annya. Haba yang sedari tadi memandang gadis kecil itu,

“Kamu belum dijemput?”

di sekolah dasar yang sering ia lewati.


mani gadis kecil yang

penampil
kini berganti arah. |
Sam? Haba menebak-nebak. |
Gadis kecil itu tak lain adalah ( hrs, adik Sam.
« Kakak, kenalin ini abang aku. Abang Sam.” Chris yang menyambut

kedatangan Sam, langsung memperkenalkan Sam dan Haba.

“Oh jadi ini, Kakak cantik yang senng nemenin kamu?” Sam

terus memandang Haba. Chris hanya mengangguk-anggukan kepalanya

dalam pelukan Sam.


“Bang, ke Taman Film yuk, Kakak juga yuk. Mumpung ada

Abang Sam.” Tiba-tiba Chris mengajak keduanya untuk pergi. Haba


hanya memandang penuh keheningan.

“Boleh.” Tidak ada alasan Sam untuk menolak. Kini kenganya


berjalan bersama. Taman Film memang tidak terlalu jauh dari sekolah
Chris.

Ka .

Scanned by CamScanner
Sementara Chris bermain gelembung, Sam dan Habu duduk di
rerumputan hijau. Sesekali keduanya saling memandang satu sama lain.

“Kamu gak papa?” Haba memulai perbincangan.

“Hani ini gua nggak masuk. Pukulannya baru berasa,” jawab Sam.

“Maaf ya.” Haba masih merasa bersalah atas kejadian semalam.

“Yang penting lu nggak kenapa-napa.”

“Chns, adik kamu?”

“Mamah gua meninggal waktu gua kelas 4 SD. Nggak lama


setelah itu, Bokap mutusin buat nikah sama Tante Sindy, mamahnya
Chris. Nggak lama setelah itu juga, gua milih untuk tinggal di Amerika
sama om gua. Gua mungkin benci sama mamahnya, tapi nggak ada
alesan buat gua benci sama Chris. Dia tetep adek gua, darah Bokap
ngalir bareng Chris.”

“Kenapa? Kenapa kamu nyeritain keluarga kamu ke aku?”

“Karena...” Sam kini memandang Haba. “Karena gua percaya sama


lu.” Ucapan Sam membuat pandangan Haba menunduk. Diam-diam
ia memikirkan ucapan Sam.

“Kata Bokap gua, kalau ada seseorang yang cerita ke elu tanpa
lu tanya, itu artinya, lu spesial buat orang itu.” Sam kini bergantian
memandang Chris yang berlari ke sana kemari sambil sesekali
melambaikan tangannya pada Chris.

Ucapan Sam membuat Haba memandangnya sekilas. Rasanya


baru sebentar ia bertemu dengan Sam, tapi sudah seperti kenal dalam
jangka waktu yang lama. Secara tidak langsung, Sam memberikan
kepercayaannya pada Haba.

“Emang dia pernah ngasih apel beracun ke kamu? Nggak semua


ibu tiri itu jahat, Sam. Kebanyakan nonton dongeng, sih.” Haba
angkat bicara.

“Gak jahat. They just pretend like they're care but actually NO.”

Scanned by CamScanner
buka haci kamu buat mamahnya Chris?”

“But she mas came into My


bad.” Sam menegakkan sikaP duduknya.
mu buruk, kamu anggep buruk buar |

“Segala yang menurut ka

semuanya. Kamu lupa buat ngeliat dari sisi Yang lain, Papah kamu

mungkin.”

Sam hanya diam. Mungkin ada benarnya. Selama ini, ia selalu


meminta untuk dimengerti, sampai ia lupa untuk memberikan pengertian.
k ngerokok?”
ja hat gua ngerokok.”

“Kamu ngelaga ke g lain, tapi lupa buat ngejaga

kebaikan diri kamu sendiri.”

Ucapan Haba sukses membuat Sam diam.


pulang duluan ya.” Haba kemudian berdin

bersihkan roknva.

seraya mem
“ Chns tba-aba berlari mendekat Haba.

«Kakak mau ke mana:

“Kakak pulang dulu ya, "tp salam


| baik deh, kaya kamu.” Haba menvetarakan tubuhnva

la Chns lembut. “Cepet sembuh ya

buat Mamah kamu. Mamah

kamu past
dengan Chris, 1 mengusap kepa

Sam.” Kemudian ketiganya berpisah


n Haba seperti sangat berarti. Selalu

Serap nasihat yang Haba


kirkan selama ii.

Sore itu, pertemuannya denga


ada pelajaran yang 'a berikan kepada Sam.
berikan bertolak belakang dengan apa yang 18 Pt

....

| 4

Scanned by CamScanner
“Sam, itu ada bekal di meja makan. Kalau kamu mau bawa sekolah,
Tante udah siapin.” Sindy yang mendengar langkah Sam turun dari
tangga langsung menawarkan.

Sam melihat Sindy yang masih sibuk dengan bekal makanan.


Tante pasti nyiapinnya susah payah, masa mau gua tolak? Sam yang
sudah tahu jika Sindy sedang belajar memasak, kemudian mengambil
kotak bekalnya di dapur. Apa salahnya gua bawa bekal ke sekolah?
Masakan Tante Sindy enak kok, begitu pikirnya.

“Den, itu temennya udah jemput.” Bi Minah dengan lari kecilnya


menghampiri Sam.

“Jemput?” Sam yang baru saja meminum jus mangganya segera


keluar. Seingatnya, dia tidak membuat janji dengan siapa pun pagi ini.

“Eh Tong, lu ngapain jemput gua?” Sam memandang Andro yang


sudah berdiri di depan mobil hitamnya, kedua tangannya bersilangan
di dada dan kepalanya bergerak mengarahkan ke kaca jendela mobil
yang beberapa saat kemudian terbuka.

“Pagi Sam!! Gimana, udah sembuh? Berangkat bareng yuk.”


Itu Sandy.

Sam menaikkan satu alisnya untuk menjawab ajakan itu. Dia


juga langsung melirik Andro yang hanya mengangkat kedua bahunya
diikuti dengan senyum lebar, seolah berkata, Udah ikutin aja.

Pagi ini, Sam berangkat dengan Andro dan Sandy. Yang artinya, ia
tidak bisa bertemu dengan Haba di bus. Sementara di halte, diam-diam
Haba mencari keberadaan Sam. Ini perasaan bersalah atau memang
Haba yang mulai membuka hatinya pada Sam.

“Ya ampun Sam, kamu kok memar gitu?” Sandy mulai sadar
dengan wajah Sam saat ia memasuki mobil.

“Jatoh.” Sam mencoba memalingkan wajahnya.

37

Scanned by CamScanner
Pera
n

“Jatoh ke mana lu ampe bonyok gitu? Jatoh ke tangan Prem


Andro menambahkan dengan sedikit cekikikan, yang langsung d -
dengan satu jitakan pada kepala Andro.

“Abis ini elu yang gua bikin bonyok,” ucap Sam sedikit Menganca

“Wets, ampun sayang, nggak lagi-lagi,” tawa Andro Oke


meledak. "

“Ketawa deh lu sono yang puas,” balas Sam, mencoba tidak peduli

ibalay

op bak

“Makasih ya, Dy.” Kedunya berpisah di lorong sekolah, lebih tepatnya


Sam memilih menghindar.

“Udah, jangan bete gitu dong. Lu jadi nggak bisa ketemu sama
si anonim itu ya?” Andro menebak-nebak.

“Namanya Haba.” Sam melirik Andro tajam, yang dibalas dengan


“ohhh” panjang dan anggukan.

Sam kemudian berlari keluar gerbang, ia menuju halte tempat


bus biasa berhenti. Saat ia sampai, tepat dengan kedatangan bus yang
disusul dengan ramainya penumpang yang lalu lalang naik dan turun.
Sam menunggu tak jauh dari pintu masuk.

“Haba.” Sam kemudian berlari menuju perempuan berkerudung


dengan seragam serba putih yang baru saja turun. Haba menoleh
menuju sumber suara.

“Nih” Sam memberikan kotak bekal yang sejak tadi ia bawa.

Haba ragu. Tapi, ia tahu tidak baik jika menolak pemberian


seseorang. Lagi pula ini adalah pemberian yang baik. “Syukron.”

Haba mengambil kotak bekal itu dari tangan Sam.


“Artinya?”

Scanned by CamScanner
“Makasih, Sam.” Keduanya tersenyum, kemudian sama-sama
berjalan menuju tujuan masing-masing.

“Lu abis ke mana?” tanya Andro saat melihat kedatangan Sam.

“Mau tau aja.” Sam mendahului Andro yang masih terdiam.

akapah

Seperti biasanya, Sam kembali menaiki bus. Sebenarnya Sandy sempat


mengajaknya pulang bersama (lagi), tetapi dirinya lebih memilih
angkutan yang kini mulai ia gemari. Selalu ada pelajaran yang ia
dapatkan dari bus itu, dan selalu ada... Haba.

“Lu tuh suka banget zikir ya?” Sam melihat tangan Haba yang
terus memainkan gelang batu hitamnya.

“Jadi, kamu memperhatikan terus?”

“Ehm...” Sam memainkan matanya ke sana kemari, ia berhasil

dibuat kikuk.

“Namanya tasbih.”

Beberapa seniman kecil menemani perjalan mereka hari ini.


Salah satu di antaranya terus memegangi perutnya, membuat Haba
memandanginya penuh rasa iba.

“Kamu laper?” Haba akhirnya bertanya kepada anak kecil itu,


yang langsung dijawab dengan anggukan kecil.

“Kamu mau ini?” Haba memberikan kotak bekal yang Sam


berikan padanya pagi tadi.

Sam yang berada di samping Haba, terus memperhatikannya.


Sebenarnya Sam sedikit kecewa. Tapi apa yang Haba lakukan adalah
hal mulia, tidak ada alasan untuk marah terhadapnya. Ini bukan kali

pertama Haba memberi sedikit rezeki kepada anak-anak jalanan itu.

39

Scanned by CamScanner
“Kakak ini loh yang nyuruh aku buat ngasih ini.” Haba Menunjuk
ke arah Sam.

Tercetak senyuman manis dari Sam. “Diabisin ya, jangan ba


jangan lupa belajar.” Sam mengusap kepalanya.

“Hatur nuhun ya A. Semoga Aa sama Teteh langgeng sampai


menikah.” Anak kecil itu mencium punggung tangan Sam, bar, kal
ini ada anak kecil yang memperlakukan Sam seperti itu. Kebahagiaan
terpancar dari wajah mungil yang baru saja menerima makanan dari
Sam dan Haba itu. Sesuatu yang terlihat sederhana, tapi membay,
kebahagiaan yang luar biasa bagi orang lain. Ucapan dari anak kecif
itu membuat keduanya terdiam. Mungkin hanya Tuhan yang tahy ika

Sam dan Haba sama-sama mengaminkan doa anak kecil itu pada

nd,

hati mereka masing-masing.


“Seneng deh kalau bisa bikin orang lain bahagia. Kamu Seneng

nggak?” tanya Haba, yang dibalas dengan anggukan oleh Sam.

Bus ini bagai sekolah kedua Sam, banyak hal yang ia pelajari di
sini. Dan, Haba adalah gurunya. Ia belajar banyak hal dari Haba. Haba
yang selalu tersenyum pada sekitar, Haba yang selalu menawarkan
tempat duduknya pada orang yang membutuhkan, Haba yang selalu
memberi kepada anak-anak jalanan, Haba yang selalu ramah dan
sopan, Haba yang tidak pernah mengeluh walau terus berdiri. Ah,
hanya menambah perasaan Sam setiap kali mengingat tentangnya.

Islam menjadi topik yang tidak pernah membosankan. Semuanya


terlihat indah dan sempurna dari mulut Haba. Sampai saat ini, Sam
belum tahu apakah Haba sudah mengetahui tentang perbedaan
keyakinan di antara mereka.

Apa masalahnya dengan perbedaan keyakinan? pikir Sam.

“Haba.” Sam memanggil Haba dari jendela.

“Apa?”

Scanned by CamScanner
“See you.” Bus mulai menjauhi keduanya, tapi ia yakin benar,
Haba sempat tersenyum.

Di dalam bus, Sam tidak henti-hentinya ikut tersenyum. Ternyata,


tinjuan dari preman beberapa waktu kemarin membuat keduanya
semakin dekat. Masa sih ini hadiah dari pukulan kemaren? Sam
berbica pada dirinya sendiri. Perasaan gua aja atau pukulan kemaren
berasa manis banget?

“Deuh si Aa senyum senyum terus.” Kenek bus yang sedari tadi

memperhatikan Sam, mendekatinya seraya menghitung uang hasil


tarikan.

Sampai Sam melupakan sesuatu...


“Mang ini di mana Mang?”
“Di Bogor atuh A.”

“Mampus, gua kebablasan.”

Scanned by CamScanner
DI rumah, terkadang Haba memikirkan tentang pertemuannya dengan

Sam. Apakah ini salah? Pemikiran seperti itu tidak jarang muncul di
dalam otaknya. Hatinya mulai menulis nama “Sam”, apalagi setelah
kejadian dengan preman itu. Garis-garis yang semula berantakan,
lambat laun semakin jelas mengukir nama lelaki yang ia temui di
bus beberapa hari yang lalu.

“Dia udah sembuh?” Umar, kakak Haba, menyadari adiknya


yang sedang melamun. Ia memang sangat dekat dengan saudara
satu-satunya itu. Dengan perbedaan umur berkisar empat tahun,
maka tak heran kalau kakak lelakinya itu adalah orang pertama
yang tahu mengenai Sam.

Haba manggut-manggut. “Alhamdulillah.”

“Lalu, perasaanmu?”

Kali ini Haba terdiam. Ia masih belum mengerti. Sejauh ini, ia


menganggap Sam sebagai seorang yang baik. Walau ia tahu, Sam
tidak jauh berbeda dengan lelaki remaja di luar sana. Tapi apa
salahnya? Semua orang belajar menjadi baik, bukan? Hatinya tidak

henti-hentinya memberi pembelaan. Walau sebenarnya ia lebih sering

43

Scanned by CamScanner
Pe In
Fe PS

mencoba untuk tidak memikirkan Sam, Haba sadar Sam


dari seorang “lelaki yang baik”. Masih jauh

“Orangnya seperti apa, Mba?” Tiba-tiba, lelaki yang #


memasuki kepala lima keluar dari dapur dengan secangkir Opa j
wangi yang hangat. Itu adalah Usman, Abi Haba. UMan "
“A-bi...” Haba menoleh ke belakang, perasaannya sediki Bugu 1

P,

kalimatnya bahkan menggantung, tidak tahu apa yang ingin ja kanal


lagi. Bagaimana Abi bisa tahu? AN

“Yang jelas sih spesial banget Bi, buktinya Haba sampae ngelamu /
gitu.” Umar menambahkan, membuat Haba semakin kikuk. " '

“Mas...” Haba menginjak kaki Umar. Mengapa tidak terpikirkan:


Jelas saja Mas Umar yang memberi tahu Abi. “Ba-ik Bi, Insa Allah”

“Seiman kan?” Usman pelan-pelan meneguk minuman di cangkirnya, $


persis dengan ketentuan sunnah Rasul.

Pertanyaan terakhir itu, Haba bahkan lupa untuk memikirkan


tentang agama. Padahal, pada laki-laki yang sebelumnya pernah
mendekati Haba, ia sangat-sangat teliti terkait hal itu. Berbeda dengan
Sam, rasanya ia dengan mudah melewati segala tes dari Haba. Apa
iya kita berbeda? Ah, nama sepertinya tidak menjamin. Lagi-lagi hati

Haba terus berbicara di hati.

apa ak ak

Malam ini, setelah dua hari absen, Sam kembali menuju arena balap.

«Abis kena masalah sama siapa lu?” Ali menyadari bekas memat
pada wajah Sam.

«Abis nolongin perempuan yang lagi doi tak


kagak?” Andro menyosor pertanyaan Ali. “Satu sekolah juga sa

sir. Tiga lawan satu, ya


ma lu."

Scanned by CamScanner
Ali menepuk pundak Sam berkali
dari bibir Ali.

“What do you mean?” Sam memandang Ali dengan pertanyaan.

“Lu kemaren ke mana Al?”

-kali, tercetak senyum lebar

Andro mengalihkan pembicaraan.


“Gua ada acara tadarus sama temen-

temen gua, rutin menjelang


ujian.”

“Wih, calon ustaz.” Andro seketika menonjok lengan Ali.

“Temen-temen surga gua, Insa Allah. Kita mau bareng-bareng


berjuang.” Ali menaikkan kedua alisnya berbarengan.

“So, how about us?” Sam melirik Ali.

“You are both too.”

“Ngapain? Mau balapan di surga?” Sam sedikit tersenyum, diikuti


tawa Andro dan Ali.

“So sweet.” Andro mencoba memeluk kedua sahabatnya itu.

ak okak

Jam menunjukkan pukul 02.00. Saat Sam memasuki rumah, keadaannya


masih sepi. Semua masih terlelap dengan perjalanan mimpi masing-
masing. Tetapi tidak dengan lelaki paruh baya yang masih duduk di
teras belakang rumahnya, dengan secangkir kopi yang tinggal setengah
gelas. Laki-laki itu diam sambil terus memandang ke depan.

“Pah...” Sam mendekati Baskoro perlahan.

“Sini Sam.”

“Papah belum tidur?” Sam kemudian duduk tepat di kursi panjang,


di samping Baskoro.

“Papah kangen sekali. Papah ingat kita sering main bola di sini.
Pertama kali papah ajarin kamu main bola, kamu selalu salah sasaran.

Terus, Mami bawain susu cokelat kesukaan kamu. Kalau sehari aja

49

Scanned by CamScanner
kamu nggak minum susu cokelat itu, Ka pasti ngambek. Makany, |
Papah selalu kerja keras biar kamu bisa minum susu cokelat kesukaa
kamu. Biar kamu seneng terus, Sam...” Tanpa Baskoro tahu, har: Sam
mulai larut dalam kesedihan pada kenangan masa lalu, ia teringa,
kembali pada hal yang sempat ingin ia lupakan. “Tapi sekaran,.
setelah Papah kerja keras dan bisa dapet lebih, Papah malah kehilangan
segalanya. Papah kehilangan Mami kamu, sekarang Papah hampir aja
kehilangan kamu.” Baskoro kemudian memandang Sam, tangannya
memegang pundak Sam hangat.
“Pah, maafin Sam. Sam sayang banget sama Papah.” |
“Kamu selalu jadi bagian dari Papah, selalu. Mami dan Tante |
Sindy itu mempunyai tempat yang berbeda, tidak ada yang merebut |
atau saling digantikan. Papah nggak nuntut kamu untuk nerima Tante
Sindy. Tapi dia selalu berusaha buat kamu, Sam...” |
“Maaf karena Sam nggak pernah ngertiin Papah, maaf karena |
Sam belum bisa jadi lelaki yang baik.” Sam memandang Baskoro lirih. |
“Kamu selalu jadi yang terbaik buat Papah.” |
“Sam pasti berusaha...,” kemudian ia memeluk Baskoro erat, jauh
di dalam lubuk hatinya ia berjanji. Sampai kapan gua mau bandel
terus? Sekarang ia mulai mengerti mengapa Baskoro enggan untuk
meninggalkan Bandung. Di sinilah tempatnya, di sinilah rumahnya.
Tidak ada yang patut untuk dilupakan, karena semuanya terlalu
berharga untuk ditinggalkan. Tidak ada yang patut untuk disesali,

karena semuanya hanya tinggal kenangan. Walau Sam belum sepenuhnya


mengerti. Tapi ia berusaha.... Makasih Haba, makasih.

dakakak

Au sa

Scanned by CamScanner
“Pah, Sam berangkat dulu.”

“Kamu nggak naik motor, Sam?”

“Enggak, Pah.”

“Bang, berangkat bareng Chris dong,” Chris yang sedang mengunyah


ron isi Cokelatnya segera menengok ke arah Sam.

“Next time, okay?”

“Tapi maunya sekarang.” Chris semakin merajuk, membuat Sam


kehilangan alasan.

“Janji deh besok, atau lusa atau kapan ya..."

“Sam...” Baskoro menekuk sedikit koran yang sedang ia baca,


menampakkan kaca matanya dan memandang Sam, yang berarti,
Udah ikutin aja adeknya.

“Tapi Pah...” Muka Sam mulai memelas.

Niat ingin bermuka iba, malah kena mata tajam Baskoro.


Ternyata, muka imut Sam hanya cukup untuk membius gadis-gadis di
sekolahnya. Tapi untuk Baskoro? Jangan harap. Pagi itu, Sam harus
mengalah dan ikut mengantar Chris.

“Maaf ya Sam, Chris ngerepotin.” Sindy yang masih fokus pada


jalan sesekali memandang ke arah Sam. Ia tahu benar jika Sam
setengah hari dengan ajakan Chris.

“Keliatan banget ya setengah hatinya?” Sam balik memandang


Sindy, kemudian menaikkan satu alisnya.

Sindy mengangguk sambil tersenyum, berniat mencairkan suasana.


“Spesial banget ya, Sam?”

“Apanya Tan?” Sam hanya memandang Sindy aneh, ia masih


belum tersambung dengan apa yang tantenya tanyakan.

“Busnya...” Sindy balik memandang Sam.

47

Scanned by CamScanner
P “As shine as the sun. As beautiful as the moon. Inside and

owtside. Another angel?” Sam kembali menandang jalan sambil sesek, 1

tersenyum sendiri. Bus itu menghubungkannya dengan Haba. | |


Sindy hanya tersenyum kecil. Setiap detik ia bersama Sam, i 1

selalu bersyukur. Siapa pun perempuan itu. Banyak perubahan baik, !

setelah Sam mengenalnya. | |


“Makasih ya, Tan.” Sam melambaikan tangannya, dengan senyum |

“cakep”-nya yang tak lupa ia selipkan.

sabit

“Itu Sam...” Andro yang sedari tadi sedang berbicara dengan Sandy /
segera menunjuk kedatangan lelaki yang sudah lama mereka tunggu.

Tiada hal lain yang Sandy bincangkan dengan Andro selain tentang #
Sam. Sampai saat ini pun dirinya tidak pernah patah semangat. /
Walau Andro tahu benar bagaimana perlakuan Sam terhadap Sandy. w

“Sam, entar lu ikut main ngga?” Sandy memulai pembicaraan #3


dengan semangat. ge
“Males ah.” Sam hanya melirik Sandy sebentar, dan memalingkan Ts
wajahnya ke arah lain. ng
“Tim kita tanding sama tim sekolahnya Ali.....” Andro yang 3

berada di belakang Sam, menepuk pundaknya penuh arti. “Di


se-ko-lah-nya.” Andro bahkan memberikan penekanan pada kalimat

terakhir, membuat Sam yang semula berjalan akhirnya memutuskan


untuk berhenti.
“Serius?” Sam kemudian sadar, dan berbalik arah menghadap

Andro. Bola matanya membesar dan wajahnya tampak mulai bersinar.


“Iye.”

ARK LX

. 4

Scanned by CamScanner
“Ya kalau gitu mah, main lah gua.” Sam menengok ke arah
belakang, ke sekolah Haba. Takdir... betapa tidak terduganya engkau.

“YEAY! GO SAM!” Sandy yang ikut kegirangan segera menarik


tangan Sam menuju ruang basket, karena pertandingan keduanya
akan dimulai pukul 10.00.

Andro yang berjalan di belakang hanya menggelengkan kepala.

Apa lagi alasan Sam ikut jika bukan karena perempuan berkerudung
yang sering ia temui di bus itu?

babak

Ini kali pertama Sam memasuki sekolah Haba, bukan karena menunggu
Ali untuk cabut. Sejauh mata Sam memandang, ia tidak juga melihat
Haba di sekitar lapangan basket. Dari sisi lain, Sandy dan beberapa
supporter sekolahnya terus menyemangati tim basket sekolah mereka.

“Kagak ada?” Andro yang melihat tingkah laku Sam, segera


mendekatinya. “Udah, cari sana.”

Keduanya bertemu dalam satu pandangan. “Yakin?”

“Iya, cepetan. Tinggal setengah jam lagi nih.” Andro menatap


Sam dengan penuh kepercayaan, “kalau telat, gua gibeng!”

Saat itu juga, Sam langsung berlari dan memberikan ibu jempolnya
pada Andro. Jujur saja, Sam tidak tahu harus mencari ke mana.
Sekolah ini cukup luas untuk dijelajahi, dan pastinya akan memakan
waktu lama. Tapi hati Sam seperti diberikan petunjuk, ia terus
berjalan mendekati arah masjid. Sampai satu suara menggetarkan
hatinya, menuntunnya untuk mendekat. Melangkahkan kakinya terus
dan terus tanpa keraguan, sampai langkahnya terhenti tepat di depan

masjid. Suara itu berasal dari dalam masjid. Sam tahu itu tempat suci,

49

Scanned by CamScanner

rasanya tidak pantas jika ia memasukinya dengan berpakaian pendek


dan mulai berkeringat seperti ini.

Dari jendela-jendela masjid ia melihat pada sekumpulan perempuan


berjilbab. Tetapi matanya terpusat pada satu perempuan berseragam
yang duduk di depan meja kecil, ada seorang perempuan yang sedang
memperhatikan. Perempuan itu adalah Fiahe: Ia sedang membaca
bahasa Arab yang tidak Sam ketahui artinya, kaan, Namun,
memiliki keindahan yang amat dalam bagi Sam, Melebihi lagu Dear
God dari Avenged atau She Will Be Loved dari Bila 5

Dengan suara merdunya, ia tak bernyanyi atau bersyair. 1


bersenandung ayat suci, menambahkan kecintaan Sam terhadap Haha
setiap kali ia mendengar kata demi kata yang keluar dari mulutnya.

Apa ini yang namanya teman surga? Sam mencoba menduga-duga.

Tidak lama setelah itu, sekumpulan perempuan tadi mulai


berangsur-angsur keluar.

“Haba.” Sam sedikit berteriak.

“Sam, kamu ngapain di sini?” Haba terlihat terkejut dengan


kedatangan Sam.

“Nonton gua basket dong.”

Haba hanya terdiam. Ia memandang ke segala arah, kecuali ke


arah Sam.

“Please.” Sam tidak patah semangat.

Waktu bertanding kurang dari lima menit, tapi Sam belum juga

tampak batang hidungnya. Semua orang bahkan sudah menunggu.

Jika Sam belum juga hadir, pertandingan kali ini dengan terpaksa
harus ia lewatkan.

“Sam!” Aldi, salah satu teman tim basket Andro dan Sam,
memanggil seseorang yang datang dari kerumunan.

Scanned by CamScanner
“Hampir aja lu gua gibeng.” Andro menyikut perut Sam yang
berjalan setengah berlari menuju tengah lapangan.

“Come on! I'm not late yet, right?”

“Andro hampir dibuat stres dengan ketidakhadiran teman satu


timnya ini. Sementara Sam, ia datang tanpa berhenti tersenyum. Di
belakangnya ada seorang perempuan berjilbab yang baru pertama kali
menonton pertandingan basket secara langsung. Haba tidak pernah
mengerti apa itu basket, kedatangannya ke sini hanyalah untuk Sam.
Iya, ia datang untuk mendukung lelaki pujaan kaum Hawa itu.

“SAM! SAM! SAM!” Teriakan itu tak jarang keluar dari


hampir semua supporter yang saat itu berada di lapangan. Aksi
lihai Sam dalam basket mampu menyihir segala pandangan. Semua
mata tertuju padanya, maksudnya pada permainannya. Sesekali Sam
memandang Haba setelah dirinya berhasil mencetak skor untuk tim.
Dari keramaian, Haba hanya tersenyum. Ia masih belum menyangka
tentang keputusannya. Aku nonton basket? Buat Sam?

“Crye, Haba.” Annisa yang berada di sampingnya, hanya sesekali


menyenggol tangannya. Sahabatnya yang satu imi memang selalu
menemani Haba.

Tetapi kemudian, satu pandangan menghentikan senyum Haba.


Meretakkan hari dan perasannya. Merobohkan tondasi yang baru saja
ta bangun saru dermi satu. Kemenangan tu membawa kebahagiaan
bagi para pemain. Semua anggota tim bersujud, bersyukur, Kecuah
satu orang pemain yang mengepalkan tangannya. Melakukan ritual
bersyukur yang berbeda. Membuat Haba hanya terdiam tanpa kata.
Lidahnya seakan kaku, hatinya sepern di tampar dengan kuat.

Mengapa aku tidak pernah sadar?

Scanned by CamScanner
Iki

SETELAH dunia terasa berhenti, tubuhnya kini tertarik keluar dari


riuhnya kerumunan. Seorang perempuan menyilangkan kedua tangannya
di depan dadanya dengan angkuh. Ia tengah berdiri di depan Haba,
melirik Haba tajam dari bawah kakinya hingga ujung kepalanya.
“Lo siapanya Sam sih?” itu Sandy.
Haba hanya menggeleng, kepalanya terus memandang ke bawah.
Apa lagi ini, ya Allah?

“Lo nggak bisu kan?” Kini posisi Sandy semakin mendekat ke


arah Haba.

Haba mencoba memandangnya. “Bukan siapa-siapa.”


“Jangan lo kira gue buta ya!! Gue liat dari tadi Sam senyum

| ke arah lo!! Lo nggak tau siapa gue?!” ucap Sandy, semakin tinggi.

Haba kembali memalingkan wajahnya ke arah lain. Pikirannya

terlalu banyak menyimpan pertanyaan, dan hari ini ia benar-benar


tidak ingin membahas tentang Sam.

“Lo ngaca dong! Lo tuh nggak pantes sama Sam! Jadi cewek
nggak usah kecentilan bisa?! Muna banget! Percuma make jilbab
kalau dalemnya ancur!” Intonasi Sandy kian meninggi. “Lo itu beda
sama Sam, beda Tuhan, beda ibadah! Nggak usah ngarep deh!!”

| 3

Scanned by CamScanner

Perkataan Sandy kian lama kian menyayat hati Haba. Kata demi
ulutnya seakan menusuk hatinya dalam-dalam

napasnya menjadi tidak beraturan. jagj


lapangan basket tadi bukanlah minpi
dalah sosok Sam yang sebenarnya

kata yang keluar dari m


Perasaannya kian kacau,
benar? Apa yang dilihatnya di
atau fatamorgana belaka, itu
Yang belum Haba ketahui.
“Aku nggak seburuk yang

hatinya sudah cukup sakit dengan perkataan d


“Lo...” Kini tangan Sandy mulai melayang, memasang sasaran

pada wajah Haba. Membuat Haba memilih untuk memejamkan


k ingin melihat apa yang akan terjadi.

lapangan basket, Sam mulai sadar bahwa Haba


dekati Annisa.

kamu bilang.” Haba angkat bicara


an sikap Sandy padanya

matanya, ia tida
Sementara di
telah menghilang. Ia kemudian men

“Haba mana?”
“Dia di si...” Annisa yang melihat ke arah kanannya hanya terdiam,

tidak ada Haba lagi di sampingnya, “ni.” Ia balik memandang Sam


dengan kebingungan. Sam buru-buru keluar dari lapangan. Sampai

pandangannya berhenti tak jauh dari tempat ia berdiri.


Plak!!! Tamparan itu mulus mengenai pipi Sam. Ia kini berada tepat
di depan Sandy. Membelakangi Haba, berusaha untuk melindunginya

(lagi).
“Sam...
dengannya kini telah berganti wujud. Itu Sam,

” Sandy langsung terkejut saat melihat orang yang berhadapan


ia sedang memegang

pipinya yang mulai memerah.

. ,
“G-gue nggak maksud, gue mau nampar cewek murahan itu!"

ucap Sandy, terbata-bata.


“Jaga omongan lu ya, D
Amarah Sam hampir saja meledak, ia tidak menyang

berbuat seperti itu pada Haba.


Scanned by CamScanner

y!! Maksud lu apa sih? Gila ya lu?!”


ka Sandy teg4
Haba yang berada di belakang Sam hanya bisa memandang

punggung lelaki itu semakin lirih. Perasaannya semakin tidak keruan


dengan kedatangan Sam.

“Lu gak papa?” Kini Sam berbalik memandang Haba yang


terus-menerus memandang ke bawah.

Haba enggan memandang wajahnya walau sedetik saja, ia malah


berlari menjauh dari keduanya. Setelah apa yang terjadi hari ini, ia
hanya ingin pergi. Bahkan, ia masih mengira ini semua hanya mimpi.
Mimpi yang buruk, yang mulai menghantuinya.

“Haba...” Sam yang mengerti jika keduanya tidak dalam keadaan


baik-baik saja mencoba menahan Haba.

“Gak usah...” Annisa yang ternyata mengikuti Sam dari belakang


sudah melihat semuanya, ia balik menahan Sam untuk mengejar Haba
“.. dia butuh waktu.” Kini Annisa yang menyusul Haba. Tanpa Haba
tahu, Annisa juga masih tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya.

“Salah Haba ke elu apa sih? Asal lu tau ya, dia itu lebih baik dari

lu. Lu itu...” Sam memandang Sandy yang matanya mulai berlinangan.

Belum sempat ia melanjutkan kalimatnya, ia segera memalingkan


pandangan. Di sisi lain ia ingin menumpahkan amarahnya, tetapi di

sisi lain ia tidak tega. Sam memilih melangkah meninggalkan Sandy


dan Andro.

dpabatak

Setelah kejadian itu, Sam jarang melihat Haba. Tidak di depan sekolah,
di halte, atau di bus tempat keduanya biasanya bertemu. Tidak saat
pagi hari atau siang hari saat pulang sekolah. Semuanya terasa aneh,
hampa tanpa kehadiran Haba. Sampai saat ini, Sam masih dibuat

bingung dengan sikap Haba terhadapnya.

Scanned by CamScanner
Apa masih marah dengan kemarin? Jangan-jangan dig
Berbagai pikiran terlintas dari pikiran Sam. Saki,

“Mang, liat perempuan berkerudung yang suka


saya nggak?” Di bus, Sam masih mencoba bertanya
kalau-kalau ini melihat keberadaan Haba.

“Aduh si Aa, banyak atuh A yang make jilbab ma


appal?”

How stupid me? Sam hanya bergumam. “Yz, udah,


Mang.” Mungkin tidak seharusnya ia bertanya pada si kenek. Denga
banyaknya penumpang yang lalu lalang siang dan malam, pasti wa
untuk mengenal satu per satu wajah Haba di antara Mereka,

Maik ba
Pada &i kerap

h, saya mang

Makayy

“Kamu masih kenal Aa nggak? Kamu pernah liar teman A


yang ngasih makanan ke kamu?” kemudian ta berbalik be "

Ttanya
pada seniman kecil yang beberapa kali ra temui di dalam bus. Kah

ini harapan Sam cukup besar.

“Enggak A,sudah enggak liat.”

Haba bagai ditelan buru, dirinya menghulang begitu saya. Entah


ke mana dan apa alasannya. Tape cukup membekaskan luka di hari
Sam. Mengosongkan tempat yang mula tervu dengan dirinya seorang,

Sementara di rumah, Haba terus mengurung dini. Sudah beberapa han


ini 1a pergi dan pulang sekolah bersama Mang Asep, soper pribadi
keluarga Usman atau sesekali dengan Umar. Setelah keradian kemann,
Ia masih belum siap untuk bertemu dengan Sam. Saat imi, besok, lusa,
dan entah sampai kapan ta akan terus ndak siap.

Scanned by CamScanner
“Haba, udah makan?” Umar tiba-tiba membuka pintu kamar

Haba, hanya kepala dan satu tangannya yang tampak masuk ke


dalam ruangan.

“Entar aja, Mas.” Tidak ada yang berubah dari posisi Haba, ia
masih terbaring di atas kasur sambil memandang jendela.

“Cerita sama Mas. Dari kemaren diem mulu, entar laper lo.”
Kini Umar benar-benar memasuki kamar Haba dan duduk di bibir
kasur. “Loh, kamu kenapa?” Umar mulai sadar dengan wajah Haba
yang terlihat kusut, matanya semakin sipit. Mungkin beberapa liter

air mata baru saja keluar darinya atau mungkin juga terlalu lama
menekan wajahnya pada kasur.

“Kita beda, Mas.” Haba angkat bicara.

“Ya beda lah, aku laki-laki kamu perempuan.”

“Gak gitu, aku sama...” Haba mulai bangun, dan menghadap


Umar dengan tatapan sendu.

“Bukannya perbedaan itu indah?”

“Beda... ba-nget.” Haba kembali tertunduk.

Umar kini mengerti perbedaan apa yang adiknya maksud. “Terus?”

“Aku nggak ingin ketemu lagi.”

“Kenapa gitu? Bukannya kamu bilang hanya temen?” Umar


mulai memancing Haba. Karena untuk apa sakit hati jika tidak ada
perasaan di antara keduanya?

“Iya juga. Tapi kan...” Haba kembali terdiam. Ia memikirkan apa


yang dikatakan kakak laki-lakinya itu. Kenapa aku harus seperti ini,
memang kenapa? Bukannya kami hanya berteman? Bukankah Islam
mengajarkan toleransi? Sampai saat ini, Haba masih tidak mengerti
dengan hatinya, apa yang dirasakannya terhadap Sam selama beberapa
bulan ini masih terlihat abu-abu, begitu tidak jelas.

37

Scanned by CamScanner
2

“Apa Haba salah, Mas?" Haba kembali berbicara.


“Namanya juga canta... ya gitu, kadang seneng, kada
ada-ada aja ulahnya.” 1 saka,
“Kok cinta?” Haba mengerutkan keningnya, tanda tidak ser
“Sampe kapan mau ngebohongin hati kamu sendiri?” aa
kembali memandang Haba dengan dengan senyum usil. “Udah Ha
Mas, laper. Kamu makan gih.” Beberapa menit setelah itu, Uma,
meninggalkan Haba di kamarnya, membiarkan Haba sendirian lagi

1.11

Pagi ini, Sam kembali menaiki bus. Seperti hari hari sebelumnya, ia
udak juga melihat Haba.

“Napa lu? Muka kayak kurang disetrika gitu.” Andro datang


dan langsung bertemu dengan wajah Sam yang masam.

“Cabut yu, Ndro.” Sam memandang Andro dengan jurus bujukan.

«Ya kali, baru aja masuk gerbang.” Andro mengerutkan dahinya.


“Ke mana sih?”

Sam tersenyum sambil menggerakkan kepalanya ke arah bangunan


di depan SMA-nya, sekolah Haba. “Please?” Kini ditambah dengan
gerakan kedua alisnya yang naik-turun berbarengan, bertanda ajakan.

Andro yang notabene juga doyan cabut, akhirnya menaikkan


setengah bibirnya sambil mengangguk.

“Ah, 1 love you s0 much Andro-ku, cintaku!!!”

“Gua kadang khawatir sama elu, Sob.”

“Iya gua tau lu juga sayang ama gua.”

arah memandang sekolah Haba dengan senyum yang mengembang


di wajahnya.

" —— —mdt

Scanned by CamScanner
en

Seperni biasanya, hal ini sudah terlalu mudah bagi Sam dan Andro.
Tepat pada pukul 09.00 mereka melancarkan rencana, lebih tepatnya
ini sepenuhnya hasil ide Sam.

“Kelasnya mana?”

“Gak tau gua.”

“Nah kan nah kan, oon-nya kumat. Terus gimana bisa ketemu?
Ah elah!!” Keduanya kini telah berada di dalam sekolah Haba.
Mencari-cari keberadaan perempuan itu, diam-diam.

“Sabar, telepati gua kuat kalau soal....,” pucuk dicinta, ulam pun
tiba. Apa yang Sam tunggu akhirnya tampak juga. “Habaa!!”

Haba yang sudah hafal jelas dengan suara yang memanggilnya


hanya berpura-pura tidak mendengar. Dirinya enggan untuk menoleh,

bahkan berhenti saja tidak terpikirkan. Sementara Annisa yang sedari


tadi di sampingnya, hanya berbisik memberitahukan keberadaan Sam.

“Kamu gak papa, Ba? Ada Sam tuh.” Annisa mencoba menceritakan
apa yang ia lihat. Haba mengangguk pelan, dengan tetap berjalan.

Sam tidak sebodoh itu, ia tahu jika panggilannya cukup nyaring


untuk didengar oleh Haba.

“Lu kenapa? Kenapa tiba-tiba ilang? Kenapa tiba-tiba ngejauhin?”


Kini Sam berada tepat di depan Haba, memandang perempuan itu
dalam-dalam.

“Gak papa kok.” Haba masih tertunduk.

“Gak usah bohong deh, gua bukan anak kecil.”


Haba terus memalingkan wajahnya ke arah lain.
“Lu itu nggak bisa bohong, jadi nggak usah sok bohong. Bukannya

gua udah minta maaf? Gua bener-bener gak tau kalau Sandy bakal

0 »

Scanned by CamScanner
3)
Wal

gua terus.” N
«Kenapa? Kenapa enggak? Haba memandang Sam untuk
beberapa detik. 3
“Gua nggak bisa...” Sam memberi jeda pada koil ioo,
lu sadar nggak sih? Lu banyak :

gua gak bisa jauh dari lu,


k hal ke gua. Terus lu mau pergi gitu aja?

gua? Lu ngajarin banya


berarti banget buat gua.” Baru kali ini Sam

Gua nggak bisa. Lu itu


berbicara pada seorang perempuan, dan ini pembicaraan yang serius,
uan, ta semakin merasa ini adalah

Hari Haba semakin udak ker


suatu kesalahan. Dan tidak akan baik-baik saja nka diteruskan
“Gak bisa Sam.”
“Kenapa? Tell me ud?”
ta tak kuasa

“Kita...” Kepala Haba semakin menunduk,

menjelaskannya pada Sam. Scperti ada banyak hal yang melarang


kalimat terakhir untuk keluar dar mulutnya “Udah, mending kamu

jangan ingat lagu, angan datang lagi.


“Iu enak banget ya kalau agomeng

terus sekarang pergi KWU aga.


“Kita beda, Sam.” Akharnya kahmat mu berhasil keluar, setelah

susah payah Haba tahan dan penda


harinya odak keruan. la baru saja mengatakan yang sejujurnya pada

Sam. Kini keduanya hanya terdiam. Ini yang sedari tadi ngan Haba

katakan, tapi malah terdengar menyakitkan setelah itu keluar dan

mulutnya. Haba melihat jelas perubahan raut wajah Sam. Membuat


Haba memilih untuk terus melangkah menjauh. Ia ndak angin

memperjelas lagi.

Mam dateng ke hati orang

m, setelah sekian lama membuat

Scanned by CamScanner

” mencoba menjelaskan Haba. “Lu k bisa


id
Sementara Sam yang sudah mengerti dengan “beda” yang dimaksud
Haba tidak bisa berkata apa-apa. Ia tidak menyangka jika perbedaan
di antara keduanya akan berdampak besar bagi hubungannya dengan
Haba. Melepaskan tali yang mulai terikat, menjauhkan jarak yang
mulai dekat. Sam benar-benar tidak memikirkan hal ini akan terjadi.
Kata-kata itu kini terus terekam berulang-ulang di telingan Sam. Kita
beda,Sam.

Tidak ada yang ingin Sam bicarakan, dia diam seribu bahasa.
Tidak di rumah atau di sekolah. Ia masih tidak menyangka akan
berakhir seperti ini. Enggak, ini bukan akhir. Nggak segampang
ini, gak gini. Sam menguatkan hatinya. Ia tidak pernah bersiap diri

tentang hal yang terjadi siang ini. Melepaskan Haba begitu saja?
Tidak akan semudah ini.

bi

Scanned by CamScanner
“DEN Sam nggak sekolah? Udah jam 7, Den.” Bi Minah yang sedari

tadi khawatir, segera naik menuju kamar Sam.

“Gak Bi. Sam males.”

Kemudian Bi Minah menutup pintu kamar Sam perlahan.


Meninggalkan Sam yang masih betah berlama-lama bergulat dengan
kasur. Hari ini, ia kehilangan semangat sekolahnya. Entah kapan
akan kembali. Terlihat berlebihan memang, tapi inilah yang Sam
rasakan. Terasa hampa.

“Kamu gak papa Sam?” Sindy kini membuka pintu kamar Sam.

“Im okay.”

“Ya udah. Tante keluar dulu ya. Kalau ada apa-apa, Tante di
bawah.”

Kini Sam sudah berada di depan setir, menyusuri Kota Bandung


bersama Sindy. Tidak tahu apa yang ia pikirkan, keputusannya untuk
ikut Sindy berbelanja hari ini terlintas begitu saja di benaknya. Ia

juga melihat berapa terkejutnya Sindy saat ia meminta untuk ikut,


sepertinya Sindy masih tidak percaya. Bahkan Sindy sempat memegang

kening Sam, memastikan dirinya masih waras. Tapi jauh di dalam

6s

Scanned by CamScanner
hati Sam, ta hanya tidak tahu harus berbicara pada siapa, Dia
Aa MM,

butuh

sm

teman untuk berbagi perasaan.


“Abis ani belok kanan ya, Sam.
Sam mengangguk dan langsung menggerakkan serir mobil seng
arahan Sindy. Matanya mengarah ke jalan, tapi hari dan pikiranny,
sudah entah pergi ke mana.

“AWAS SAM!!” Sindy langsung bertiak ketika melihat Sepeda


Nginjak
arah belakang,

motor yang melintas cepat di depan mobil. Buru-buru Sam me


rem secara mendadak. Banyak suara klakson dari
“Sorry.” Sam masih kelihatan hampa.
Sindy yang mulai sadar dengan keadaan Sam

» Jelas saja tidak


bisa marah padanya. Karena ja tahu Sam

sedang tidak baik-baik


saja. Pada saat itu juga, Sindy memutuskan untuk bergantian nyetir

dengan Sam. Keselamatan bisa sangat rentan jika Sam terus dibiarkan

mengemudikan mobil.

“Kita nggak belanja, Tan?”


Sindy berhenti pada tempat ya
hanya diam, kemudian ia kelu

Sam sadar ketika mobil yang dibawa

ng bukan mereka rencanakan. Sindy

ar dan duduk di b
Beberapa saat setelah itu, Sam ikut melepas s

Tempat ini sangat sepi

agian depan mobil.


abuk pengamannya,

dan asri. Anginnya sesekali membelai kulit

Sam manja, sangat damai.


“Tan, ini di...”

sama dengan Sam. “Dulu


masih SMA, Setiap ada masalah, Tante pasti ke sini.
Cuma Tante dan Orang-orang yang Tante anggep spesial yang pernah
Tante ajak ke sini.”

“Siapa?”
Scanned by CamScanner
“Sahabat Tante, pacar pertama Tante...” Sindy kini berbalik

tu

memandang Sam, “.... kamu.”

“Papah?”

Sindy tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya pelan.


“Tante nggak pernah sekalipun kepikiran bakal menikah dengan
Papah kamu. Dulu, hati Tante cuman buat satu orang. Namanya
Satria. Dia orang pertama yang bisa bikin Tante jatuh cinta. Dia itu
cuek, dingin, pinter banget, semua orang suka sama dia waktu SMA.

Mungkin Tante adalah orang paling beruntung yang pernah dekat


lebih dari temen dengannya.”

“Lalu...”

“Kita beda iman, Sam...” Perkataan Sindy mulai menggetarkan


hati Sam. Kini matanya tampak membesar, menelaah cerita Tante
Sindy baik-baik. “Menurut Tante, dia orang yang taat pada Islam,
begitu pula keluarganya. Tapi yang bikin Tante kagum, keluarga Satria
selalu hangat sama Tante. Tidak pernah sekalipun mereka berceramah
atau menyindir Tante. Tapi secara tidak langsung, hati Tante dibuat
tersentuh dengan sikap dan perlakuan mereka. Agama mereka sangat
indah, Sam.” Sindy sesekali tersenyum.

Kini Sam mengangguk, mencoba mengerti. “Kenapa Tante...”

“Keluarga Tante sangat menentang kedekatan Tante dengan Satria.


Mereka benci sekali. Bahkan mereka pernah terang-terangan mengusir
Satria dari hidup Tante. Tapi kamu tau apa yang Satria bilang?”

Sam menggelengkan kepalanya pelan.

“Dia bilang, Janji sama aku untuk nggak ngebantah orangtua


kamu, janji sama aku untuk jadi perempuan yang baik. Aku cinta
sama kamu, tapi orangtua kamu lebih lebih cinta sama kamu. Ketika

perbedaan tidak dapat disatukan, itu berarti Tuhan punya rencana

65

Scanned by CamScanner
4g. Aku seneng bisa kenal sama kamu.” 7.
"tes

:. mata mulai membasahi pipi Sindy.


mandang Sindy mulai tidak

okay?” Sam yang me

aa mh .

anya. Saat itu, |


|

memutuskan semu
eorang pendeta.” |

karena kakek kamu juga $

perasaan Tante gimana?”


ngar kabar Satria. Terakhir, Tante denger

akin dia sudah mendapat yang lebih —|


n bersama dengan yang baik. |

yang
yang cukup,
“Gekarang
«Tante nggak Per nah de
Kairo. Tante Y

dia kuliah di
orang yang baik aka

baik, karena ses€


tria ke Tante.”

h cinta?”
kedua Tante adalah ketemu Papah kamu. Papah

baik. Bahkan, Tante tidak pernah

marannya. Satria memang pernah


milik Papah

Itu kata Sa
“Apa Tante masi
“Keberuntungan

kamu adalah laki-laki yang sangat

ada keraguan untuk menerima la


memiliki hati Tante, tapi itu dulu. Sekarang sepenuhnya

kamu.”
“Tante pernah nyesel?”
“Jujur pernah. Tapi untuk ap
saat itulah saat yang
pula itu udah lama ba

Sam bertanya perlahan.


a? Saat kita merasa sulit untuk

tepat untuk benar-benar


nget. Masa mau

“Mungkin, salah

melepaskan seseorang,

melepaskannya, Sam. Lagi

Kini Sindy tersenyum ke arah Sam.


Karena kamu nggak

bahagia kok punya

nyesel terus?”
satu yang masih Tante sayangkan adalah kamu.

lahir dari rahim Tante. Tapi ya udahlah, Tante


anak yang udah gede, cakep lagi.”

“«
Tan, maafin Sam ya. Sam...”
Gam. Tante

cs ,
ante nggak pernah ingin menggantikan siapa Pun
aksa kamu

cuman tadi
pengen jadi temen terbaik kamu. Tante gak mau M

Scanned by CamScanner
buat nerima Tante. Tapi kalau Tante boleh Jujur, orang lain yang
Tante sayang selain Papah kamu adalah kamu.” Kini keduanya saling
luluh. Saling mengerti satu sama lain.

Ternyata Sindy tidak seburuk yang Sam kira, seperti apa kata
Haba. Ia sangat baik. Walau Sindy bukanlah ibu kandung Sam, tapi

ia tahu benar perasaan Sam. Baru kali ini ia bercerita dengan wanita

lain selain Haba, dan itu Sindy. Apa ini rasanya cerita sama Mami?-

“Kita kok jadi galau gini sih, Sam. Laper nggak? Nyari makan |
yuk,” ajak Sindy lembut.

Sam mengangguk cepat. “Siap! Kalau gitu, aku yang nyetir.”

Sebelum keduanya masuk ke dalam mobil, Sindy menahan tangan


Sam hangat. Sam langsung memandang Sindy penuh keheningan, ia
juga menaikkan kedua alisnya, bertanda, Apa Tan?

“Kalau kamu benar-benar cinta, kamu harus berjuang. Jangan


mau kalah sama masalah. Penyesalan itu datengnya belakangan. Dan
kamu, Tante mau kamu nyari jati diri kamu sebaik mungkin, cari

dan cari. Jangan pernah berhenti sampai kamu menemukan tempat

di mana sebenarnya kamu harus berada.” Keduanya sama-sama

tersenyum. Sam mengangguk mengiyakan. Hari ini adalah hari pertama

keduanya bercerita seserius ini, saling mengeluarkan perasaan. Walau

mereka pulang tanpa membawa barang-barang sesuai perencanaan

awal, tetapi Sam mendapat banyak pelajaran hari ini.

“Oh iya, Sam. Sekarang, tempat itu punya kamu. Mungkin tadi
adalah hari terakhir Tante ke sini.”

“Tante gimana?”

“Tante kan udah punya rumah untuk pulang..... Papah kamu,”


ucap Sindy sambil tersenyum manis.

“Makasih ya... Mah.” Kemudian Sam mendahului masuk ke


dalam rumah.

67

Scanned by CamScanner
Dari luar, Sindy memandangnya sendu. Hatinya te

panggilan baru Sam kepadanya. Sudah dari dulu Sind


panggilan itu dari Sam. Tanpa ia sadar, beberapa cet Mengharap,»
S air 1

Lema pipi merahnya, sebuah air mata kebahapi Mulai


sih Tuhan. San, Trim,

abakakak

“Bi, Sam berangkat dulu ya.”

“Itu kunci motornya di meja, Den.”

“Enggak deh, besok-besok aja naik motornya.”

Hari ini Sam memutuskan untuk kembali sekolah, menaiki


bus. Walaupun, ia sudah tahu di sana tidak lagi ada Haba. ba
pula dirinya mulai nyaman menaiki angkutan umum yang Bni
Seperti biasanya, dengan kursi yang ia persilakan pada orang "
lebih membutuhkan dan beberapa lembar uang yang ia berikan

kepada seniman-seniman kecil di dalam bus. Tak jarang Sam sengaja

membawakan bekal untuk mereka. Tanpa ia sadar, apa yang Haba

perlihatkan padanya, secara perlahan dilakukan oleh Sam. Dan ini

kemauan hatinya sendiri.


Bahkan, belakangan ini Sam memilih untuk

berpikir untuk menjaga kebaikan tubuhnya, yang selama ini mungkin


alu mengisap barang beracun itu.

berhenti merokok. Ia

sempat ia lupakan dengan sel

“Mang...”

“Iya A, kumaha?”
“Menurut Mamang, cinta beda agama gimana?” |
wWaduh, kumaha atuh ya A2 Amang teh juga 'e pernah kim"

. : dan
euy. Udah atuh seiman wae A, aya-aya wae SI Aa mah. Nih ya

" it

Scanned by CamScanner
satu atap kalau tempat ibadah aja udah beda. Kitu tah.”
“Makasih, Mang.”

“Iya atuh sami-sami.”

sbokak

Seperti hari-hari biasanya, sekolah begitu “biasa saja” untuk Sam.

Jika saja ini bukan hal yang penting, mungkin ia sudah memilih
untuk fokus pada racing atau otomotif. Tempat yang membuatnya
betah berada di sekolah adalah.... kantin.

“Woy, lu ke mana kemaren? Cabut kagak ngajak, palsu lu!!”

Andro yang baru datang langsung menghampiri keberadaan Sam.


“Gak enak badan.”

“Bullshit.”
“Ndro?”
“Hm?”
“Ndro?”
“Apaan?”
“Ndro?”

“Lu manggil gua sekali lagi gua kasih piring.”


“Menurut lu, cinta beda agama gimana?”

Andro tiba-tiba tersedak jus mangga yang baru saja masuk ke


dalam mulutnya.

“Lu ngapa sih? Santai kali.”

“Nah ini, ini nih. Gua udah bilang berapa kali sih ke elu? Hah?!”
Andro menatap Sam lekat-lekat.

“Emang lu pernah bilang?”

bg

Scanned by CamScanner
Pa
Hg €
SA!

at

“Ya... ya... ya kagak. Tapi kan gua udah sering nyuruh j ai


masalah si Haba, odong. Kan kejadian kan nih.” |

“Gua harus berjuang kan?” |

“Ya harus. Tapi beda Tuhan itu bukan masalah sepele Sam
kagak bisa main-main. Setau gua ada dua jenis pacaran yang kapat |
ada gunanya di dunia ini. Satu LDR, satunya beda agama.”

“Kita bisa nyatu kok.”

“Terus siapa yang pindah, lu atau dia?” Tiba-tiba Aldi yang


datang dari arah belakang, langsung nimbrung dengan perbincangan
Sam. Jawaban Aldi membuat mata Sam tajam memandang lelaki yang
baru saja menyendok satu demi satu batagor di piringnya. Mood-nya
menjadi berantakan. Ia langsung pergi sambil menggebrak meja,
menjauh dari keduanya dengan perasaan kesal.

“Lah, ngapa tuh orang?” Aldi masih kebingungan.

“Ah elu, ngomong disaring dikit ngapa? Oon-nya kagak bisa


dikontrol lu.” Kini Andro yang meninggalkan Aldi.

“Sam, yah elu.” Andro berlari kecil ke arah Sam yang semakin
menjauh.

“Gila apa. Nggak gitu lah.”

“Santai-santai, lu kayak nggak tau Aldi aja? Mulutnya kan


lemes. Udah jangan ngambek gitu dong, Sayang.” Andro mencoba
mencairkan suasana.

“Apaan sih lu? Nggak lucu.”

Di dalam hati, Sam akhirnya memikirkan perkataan Aldi.


Memutuskan pindah agama bukanlah hal yang mudah, lagi pula siapa
yang akan pindah? Haba adalah seorang Muslim yang taat. Tidak
mungkin jika ia memutuskan untuk pindah. Bagaimana dengan dia?
Sudah beberapa tahun terakhir ia sudah jarang pergi ke gereja, tapi
bukan berarti ia mudah memutuskan.

i i

Scanned by CamScanner
papah

Malam ini, Sam mencoba berbicara pada Ali tentang Haba. Seperti
biasanya setelah menemani Ali untuk salat tahajud
membuka diri.

“Kenapa, Bro?” Ali menepuk pundak Sam.

“Eh, udah selesai lu? Al, menurut lu cinta beda agama gimana?”

Ali yang tadinya fokus dengan sepatunya kini berganti arah


menuju Sam. Keduanya saling bertemu mata.

, ia memulai

“Lu serius?” Ali mencoba meyakinkan.

“Menurut lu? Menurut agama lu?”

“Guru agama gua pernah bilang, Waktu kita jatuh cinta, saat
itu juga Tuhan lagi menguji seberapa besar cinta kita pada Tuhan.
Bagaimana manusia memilih, memilih ciptaan-Nya atau penciptanya.”

Kini perasaan Sam semakin tidak menjadi, semakin banyak


perkataan yang masuk ke dalam otaknya. Sindy, mamang kenek,
Andro, Aldi, dan Ali. Semuanya membuat semakin rumit. Di sisi

lain, ia sangat rindu dengan Haba. Namun, perbedaan ini begitu

menyulitkannya.

Bagaimana dengan kita, Haba?

Scanned by CamScanner
SUDAH beberapa hari ini Haba tidak pulang atau berangkat menaiki
bus. Semuanya tampak biasa. Abinya menawarkan Haba agar

diantar jemput oleh Mang Asep. Tapi, ia enggan. Ia lebih memilih

untuk kembali menaiki bus. Di dalam hatinya, semuanya seakan

tidak biasa. Tidak ada yang menanyakan tentang apa-apa yang ia


lakukan, tidak ada yang menunggunya menaiki bus, tidak ada yang
menemaninya berdiri, tidak ada yang selalu memandang wajahnya
ketika ia berbicara, tidak ada suara yang khas saat memanggil
namanya. Ya, tidak ada Sam.

Kehampaan itu kian nyata di dalam hatinya, walau sering kali


Ia menutup rapat-rapat hatinya tentang Sam. Tapi yang ada, hatinya
malah semakin merindu.

“Kamu gak papa, Ba?” Annisa yang duduk di sebelah Haba


kebingungan sendiri memperhatikan sikap Haba. Sejak pertandingan
basket itu, Haba terlihat berbeda, ia semakin pendiam.

Haba hanya menggelengkan kepalanya seraya membuka lembar


demi lembar buku Figih yang baru saja ia keluarkan dari tasnya. Ia
mendengar baik-baik pelajaran di sekolah. Hari ini, Bu Fatima, guru

kesayangannya, mengajar tentang aturan pergaulan dengan lawan

Scanned by CamScanner
ea

jenis. Pada jam terakhir, biasanya teman-teman Haba selalu bert


soal materi yang baru saja dipaparkan dan seringkali bersifat Kn
“Bu, bagaimana dengan hubungan beda agama?” Tibasip,
a

pertanyaan Haba ini membuat seisi ruangan hening. Tidak biasan


ya

Haba bertanya masa

“Allah Ta'ala berfirman ya


beriman, janganlah kamu mengam
teman-teman setia. (OS. Al-Mumtahanah: 1). Lalu bagaimana dengan
berbuat baik kepada non-Muslim adalah dibolehkan

lah pergaulannya dengan lawan jenis.


ng artinya, Hai orang-orang yan
$

bil musuh-Ku dan musuhmu menjadi

toleransi? Karena

bahkan disyariatkan,
kasih sayang dan loyalitas kepada mereka, akan tetapi lahir atas dasar

kemanusiaan karena mereka berbuat baik kepada kita sehingga kita

tau karena mereka tidak mengganggu kita.


rtinya, Dan janganlah sekali-kali

selama perbuatan baik itu lahir bukan karena

membalasnya a
«Allah Ta'ala berfirman yang @
aum,

dil itu lebih dekat kepada takwa.

kebencianmu terhadap sesuatu k mendorong kamu untuk berlaku

tidak adil. Berlaku adillah, karena d

(OS. Al-Maidah: 8)

“Juga dalam firman-Nya yang


u, hendaklah kamu berlaku lurus (pula!

menyukai orang-orang yang

artinya, Maka selama mereka

berlaku lurus terhadapm


terhadap mereka. Sesungguhnya Allah
bertakwa. (OS. At-Taubah: 7)
«Allah Ta'ala juga berfirm
kamu untuk berbuat baik dan berlaku 4
yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) menguSI
kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang ya"8 |
berlaku adil. (OS. Al-Mumtahanah: 8).”
“Lalu bagaimana dengan cinta bed

pertanyaan Haba membuatnya menjadi pu

an yang artinya, Allah tidak melarang

dil terhadap orang-orang

Bu?” Lagi-lagi
las.

a agama,
sat perhatian seisi Ke

Scanned by CamScanner
“Sebagaimana isi dari Surah Al Bagarah(2): 221, Dan janganlah
kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita

musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu

menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin)

sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih

baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka

mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan

dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-

perintah-Nya) kepada manusia Supaya mereka mengambil pelajaran.


Selain itu, disebutkan pula pada OS. Al-Mumtahanah: 10 dan OS.
Al Maidah: 5, dari ayat di atas sudah jelas Allah melarang, jikalau
tetap memaksakan maka dianggap zina. Begitu Haba, bagaimana?”

Haba menganggukan kepala, kemudian tertunduk lesu. Ia mencoba


mengerti paparan demi paparan dari Bu Fatimah, mencoba meyakinkan
kembali hatinya yang sejak kemarin simpang siur.

Di pelajaran selanjutnya, Haba terlihat lebih diam. Ia masih


memikirkan jawaban dari Bu Fatimah.

Kringgg!!!

Baru kali ini Haba sangat mengharapkan suara bel itu berbunyi
lebih cepat. Biasanya, ia sangat berat untuk meninggalkan sekolah.
Sebab, sekolah adalah rumah kedua baginya untuk mendapat rida
Allah. Astaghfirullah, sejujurnya Haba tidak ada niat sekalipun
untuk menjauhi rida-Mu ya Allah, tapi hari ini hati Haba sungguh
tidak keruan. Bimbing Haba ya Allah. Hatinya tidak henti-hentinya
beristighfar, tangannya tidak pernah sedetik pun berhenti berzikir.

“Haba.” Sebuah tangan yang lembut memegang pundak Haba dari


belakang, tangan yang sudah sangat ia kenal, Ibu Fatimah. “Pulang

27

Scanned by CamScanner
sama Ibu yuk?" Satu senyuman yang indah kian hadir bersamaan
dengan ajakan itu.

“Boleh.” Haba mengangguk, dirinya memang sudah sangat dekap


dengan Bu Fatimah. Sepeninggal uminya, Bu Fatimah lah yang setahu
setia mendengar keluh kesahnya. Bukan, Bu Fatimah bukan ibu tirinya,
Tetapi, ia bisa dianggap sebagai ibu kedua bagi Haba.

“Jadi, siapa?” Bu Farimah membuka pembicaraan, ia tahu benar

jika Haba sedang tidak baik-baik saya.


“Teman, Bu. Anak seberang sekolah.” Haba berbicara perlahan.

“ .. namanya Sam.”

“Oh, yang waktu itu ya?” Masih ingat, pertama kah Sam
memanggil nama Haba dari pendela bus? Iya, saat itu Bu Fatimah
memang sedang berdiri tak puuh dari Haba. Keduanya berjanpan
untuk pergi ke perpustakaan di daerah rumah Haba, tapi Haba
enggan untuk berangkat bersama. Ia memulih untuk menaiki bus dan
bertemu dengan Bu Fatimah di halte

Haba mengangguk sambul tersenyum tipes. Pipinya sedikit memerah


mengingat kejadian itu.

“Tampan, kalau hatinya?” Bu Fatimah kani tersenyum ke arah


Haba.

“Insa Allah,” ucap Haba mantap. “Bu, kemarin Haba menyuruhnya


untuk tidak dekat dengan Haba lagi. Haba bilang kalau kita berbeda
Apa Haba salah?”

"Astaghfirullah Haba, kamu kan tau memutus silaturahim #"


tidak baik, Sayang. Allah enggak suka. Selagi ia baik, lalu kenapa?”
Kian takut, Bu. Haba takut sama perasaan Haba sendiri"

wegalkan atau bimbing dia. Memutus hubungan au bukan


" yang baik. Ibu yakin kamu bisa jaga pergaulan kamu,”

Scanned by CamScanner
Serelah beberapa menit berbincang, keduanya sampai di depan
rumah Haba. | |

“Syukron, Ibu. Assalamualaikum,” pamit Haba, tidak lupa dia


mencium tangan Bu Fatimah lembut.

“ Wallaikumussalam...” Sebelum pergi, Bu Fatimah memanggil

Haba dari dalam mobil. Saat itu juga Haba menoleh dan memberikan

“Kalau kamu bingung dengan hati kamu, jangan lupa

senyumnya.
g terbaik.

cerita dengan yang menciptakan hati. Allah tau apa yan

Salam untuk Mas Umar ya.”


Haba kemudian mengangguk seraya tersenyum hangat.

aeobak

Seperti biasanya, setelah salat Isya dan mengaji, Haba dan Umar
berkumpul di ruang keluarga. Usman sedang dinas di Kalimantan,
dan baru akan pulang minggu depan.

“Masih galau, Ba?” Umar melirik Haba yang sejak tadi terdiam.

“Apaan sih, Mas? Sok tau banget.” Haba sedikit tertunduk.

“Mas yang sok tau apa kamu yang nggak pinter nyembunyiin
perasaan?” Umar kembali memandang Haba dengan senyum miring,
sejujurnya ini sangat menyebalkan untuk Haba. Senyum itu selalu
sukses memojokkannya.

“Mas, tadi ada salam dari Bu Fatimah. Buat Mas Umar.”

“Waallaikumussalam.”

“Mas?” Haba kembali berbicara perlahan.

“Iya?”

“Mas Umar?”

“Apaan?”

77

ri
.a

Scanned by CamScanner
“Menurut Mas Umar gimana?” Haba menatap Umar smakin

dalam.

“Gimana ya?”
menandakan ia berpikir keras.

“Serjus kali, Mas.”

“Hahaha...” Umar kini berbalik melirik Haba, ia melihar tag

Umar mengetukkan jemarinya ke atas


Meja
1

wajah Haba yang mulai kusut. “Mas gemes deh sama kamu” Dan

sekarang Umar malah mencubit pipi Haba dengan manja.

“Ih sakit, Mas. Bukannya dijawab dulu.” Haba meringis sambif |


memegang pipinya yang mulai merah.

“Kamu yang ganti Tuhan, atau kamu yang ganti pacar.”

“Kok gitu sih, Mas?”

“Gimana kamu bisa cinta sama seseorang, kalau orang itu aja
nggak cinta sama yang nyiptain kamu?”

“Gimana kalau aku bimbing dia?”

“Di mana-mana laki-laki yang membimbing perempuan. Sudah,

serahkan saja sama Allah.”


Haba kembali terdiam. Semua yang dikatakan oleh Umar tiada

salahnya. Ia hanya enggan untuk mengaku bahwa itu benar.

“Mas mau ke mana?” Haba mulai sadar ketika Umar berdiri


dari sofa.

“Mau kumpul sama anak-anak BEM.”

“Oh, ketemu sama kakak yang itu? Siapa namanya?”


mengingat-ngingat.

“Tolong jangan menyebar gosip ya, gak baik.” Umar meninggalka" |


Haba yang masih duduk di sofa. Channel TV pun menjadi adek |
keruan, Haba hanya menekan tombol pada remot terus-menefut )
Kemudian ia mematikannya, dan melangkah menuju kamar. |

Haba

|
d

Scanned by CamScanner
Haba memilih untuk menyendiri dan bermain handphone, padahal
biasanya dia bukanlah tipe perempuan yang suka berlama-lama dengan
gadget yang satu ini. Ada beberapa pesan masuk pada aplikasi pesan
miliknya, termasuk dari Annisa.

PL?)

NN TNT ha

Ka Aa,
DNA AI MATI LEAN PERAN INN TP TA PRN
kemaren? Cerita Jon
Ya udah, aku rumgeu AA TINTA
k MIMIN)

Pa Ke IA

Kemudian jemari Haba mulai menari di atas layar handphone-nya,


menjawab pesan dari Annisa yang sudah terbengkalai dari tiga jam
yang lalu.

“7,

£ Haba

Aku nggak ngerti sama perasaanku, Sa. MN

9 AN

Hanya butuh beberapa detik saja untuk menjawab pesan itu.


Sampai menit kedua puluh tidak juga ada jawaban. Haba khawatir
jika Annisa juga ikut menjauh dari dirinya, memang seharian ini
Haba tidak banyak berbicara padanya. Tapi sungguh bukan untuk
menjauh, ia hanya belum mengerti perasaannya. Tidak tahu bagaimana
harus bercerita,

Tin... tin...

79

Scanned by CamScanner
Vaha, Umar baru saia keluar, dan Usman sek mangan pala |
secepat ini- Lalu ini siapa? :
«Habaa!!” Seseorang berk

n dress berwarna bunga


berdiri di depan gerbang.
“Annisa?” Haba segera keluar, menghampiri perempuan Bu.
ya? Abi kamu nggak ada kan? Aku bete

“Aku boleh nginep


banget tau, kamu ngediemin aku gtu AW di sekolah.”

Haba membawa Annisa untuk masuk dan berbincang di kamar


Haba.
“Maaf ya SMS-nya nggak ak
Papah buat anterin ke sini,” UAP Annwa.

“Kamu gak papa nginep di sana?”

h bilang kalau Abs kamu lag peng.

“Gak papa dong, aku uda


Terus gmana? Laki-laki tu gmana Anna langsung menuju tarik

yang masih belum 14 ketahui hingga saat"


“Aku nggak pernah ketemu dia lagu.” Haba kembah tertunduk
“Kenapa?”
«Aku salah nggak sih?” Haba
“Mutus tali silaturahim jelas salah. Harusnya !

“Terus aku harus gimana?” ha"


“Dia butuh kamu, Ba. Kamu bawa perubahan vang baik buat

“Tapi bukan karena dirinya sendiri, bukan ka


“Sahabat terbaik bukanlah orang yang selalu
tetapi sahabat terbaik adalah yang membuat kamu n
Ali ra. Niatkan pertemuanmu sama Sam untuk suatu kebaika”
Selanjutnya, serahin sama Allah.” Annisa balik memanda ng ta

dalam-dalam.

erudung segi empat berwarna merah


marun bunga kecil berwarna merah

putih tengah

u bales. Tadi aku langsung minta

mulai menatap Anna.


yagak PU
Scanned by CamScanner
appa

Dini hari pukul 03.00, perlahan Haba membuka matanya. Ia mengambil


air wudu dan melaksanakan salat Tahajud yang sudah rutin ia lakukan.
Ada hal khusus yang akan ia ceritakan pada Allah malam ini. Akan
ia tumpahkan semuanya, tentang pertemuannya, tentang perasaannya,
tentang perbedaan di antara Sam dan dirinya. Mungkin ini adalah
kali pertama bagi Haba untuk menceritakan seseorang seperti Sam.
Ternyata Haba tidak hanya bercerita, diam-diam ia menyelipkan doa
dalam sujudnya.

Ya Allah, tolong dekatkan aku dengan yang baik dan jauhkan


aku dari yang buruk. Ya Allah, tolong jaga hatiku, jaga hatinya. Dan
bimbing kami menuju jalan lurusmu.

Kami. Kata pengganti untuk Sam dan Haba. Ia tidak tahu apa
yang akan terjadi setelah ini, apa ia akan berani untuk bertemu Sam
lagi? Apa Sam akan tetap sama padanya setelah ini? Atau semua
sudah cukup sampai di sini? Ia serahkan semuanya pada yang Maha
Bijaksana, karena ia tahu Allah sebaik-baik perencana. Tapi dalam
lubuk hatinya, Haba selalu bertanya, Bagaimana dengan Kita, Sam?

Scanned by CamScanner
PAGI ini, Sam mulai berangkat sekolah menggunakan motornya. Bukan

karena jenuh atau menyerah dengan segala keadaannya dengan Haba.


Tapi, ia sudah memasrahkan semuanya pada Tuhan. Jika memang
ini yang terbaik, lantas apa yang bisa ia lakukan? Semalaman ia
tidak bisa tidur, ia sibuk mencari tahu tentang aturan-aturan Islam
mengenai pergaulan beda agama. Dan sejujurnya semua itu begitu
menyakitkan Sam, memutuskan segala harapannya. Kini ia tahu,
perbedaan tidak selalu indah. Harus ada yang menyatu, merelakan,
dan butuh pengorbanan. Mungkin Tuhan punya rencana yang lebih
baik, begitu hatinya berbicara.

Begitu pula dengan Haba. Ia hanya menunggu jawaban dari


doanya. Semuanya telah ia serahkan pada Sang Maha Bijaksana.

Tentang perasaannya yang mulai ia lepaskan sedikit demi sedikit. Ia

tidak ingin terus-menerus berada dalam keadaan yang menyakitkannya,


padahal ia sendiri belum mengerti perasaan apa dan mengapa perasaan
itu datang padanya.

peka

2 8

Scanned by CamScanner
Se

“Lu nggak ke ruang agama, Sam?” Teman bangku Sam, namanya


Saiful, melihat Sam yang masih setia duduk di kursinya saat teman.
teman Sam yang lain sudah keluar dari kelas.

“Gua boleh ikut pelajaran ini kan, Pul?”

“Ya kenapa nggak boleh?”

Jam ini seharusnya adalah jam pelajaran agama, seperti Sekolah.


sekolah lainnya. Anak-anak yang beragama non-Islam akan keluar
menuju ruang Agama. Tapi hari ini, Sam memutuskan untuk tinggal
di kelas dan mengikuti pelajaran agama Islam.

“Assallamualaikum.” Seorang lelaki yang umurnya hampir


memasuki kepala empat masuk ke kelas. Ia berpakain rapi dengan
kemeja batik hijau yang panjang, tidak lupa mengenakan peci berwarna |
hitam. Aromanya semerbak, membuat semua orang nyaman berada |

di sekitarnya. Ia adalah salah satu guru yang terbilang tampan di


sekolah, umurnya yang masih muda dan perawakannya yang gagah

turut serta mendukung dengan kepribadiannya yang taat pada agama.


“Ini gurunya, Pul?” tanya Sam.

“Namanya Pak Erik, Sam. Doi keren banget loh, masih muda
tapi agamanya udah mantep.”

Scanned by CamScanner
secara keseluruhan. Ketiga, ukhuwwah wathaniyyah wa an-nasab, yaitu
persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan. Dan yang keempat,
ukhuwah diniyyah, persaudaraan karena seagama (ukhuwwah fi din
al-Islarr). Persaudaraan itu penting banget, Bro, Sis. Sebagaimana yang
tertera pada Hadis Bukhari yang artinya, Tidak sempurna keimanan
seseorang dari kalian, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana
ia mencintai dirinya sendiri. Gak cuma itu aja, Dari Abu Muhammad
(Jubatr) bin Muth'im r.a., bahwa Rasulullah saw bersabda, tidak akan
masuk surga orang yang pemutus (hubungan famili). Abu Sufyan
berkata, yakni pemutus hubungan famili (silaturahmi).” H.R. Bukhari
dan Muslim. Na'udzubillahimindzalik. Jadi, kalau pada marahan nih,
udeh langsung baikan aja. Jangan sampe tuh ya lebih dari tiga hari.
Malaikat di kiri udah siap buat nyatet dosa.”

Berbeda dengan pelajaran-pelajaran sebelumnya, pelajaran kali


ini benar-benar Sam dengar dan perhatikan. Ia baru tahu jika Islam
sangat menjunjung kebersamaan dan persaudaraan antar-umatnya.
Tante Sindy bener, Agama Islam emang indah.

Istirahat kedua adalah jam istirahat yang paling panjang. Wajar


saja, jam ini biasa digunakan murid beraga Islam untuk melakukan
ibadah salat Zuhur. Begitu juga dengan agama yang lain. Biasanya
mereka berkumpul dengan organisasi keagamaan masing-masing. Tetapi
tidak dengan Sam, dia memilih untuk duduk di taman belakang
sekolah sambil mendengarkan musik di Ipod-nya dengan kencang.
Lagu yang ia pilih adalah Coldplay, A Sky Full Of Stars yang sudah
di-remix oleh Hardwell.

“Kamu nggak kumpul rohani, Sam?” Seorang lelaki menepuk


pundaknya dari belakang.

“Pak Erik...” Sam segera melepas headset-nya. “Enggak Pak.”


Sam tertawa kecil.

&

Scanned by CamScanner
“Wah, kalau Bapak sih lebih suka Bon Jovi.” Pak Erik .
sekarang tengah duduk di samping Sam melihat playlist di lur
Ipod Sam.

“Pak Erik suka juga? Saya kira...”

“Guru agama kan juga manusia atuh Sam.”

“Pak Erik kan tau saya non-Muslim, tapi tadi kok Bapak nggak
nyuruh saya keluar?” tanya Sam seraya memandang Pak Frik.

“Masa iya atuh Bapak ngelarang orang yang mau nuntut ilmu
di kelas Bapak.” Erik tersenyum.

“Pak, apa hubungan beda agama itu salah?”

“Nikah beda agama yang salah mah, dilarang.”

“Saya punya temen Pak, dia Islam. Dia spesial banget buat saya,
dia ngerubah hidup saya, dia ngajarin banyak hal ke saya. Tapi
hubungan beda agama gini malah bikin kita jauh, mungkin dia belum
bisa nerima perasaan saya. Terus saya harus gimana, Pak?”

“Berarti, niat kamu ketemu dia teh salah. Kamu berubah harus

dari diri kamu sendiri, perantaranya dia. Kalau dia nggak ada, ya
harus tetep baik atuh,”

“Lalu niat saya harus apa?”

“Niatkan berhubungan baik, jalin silaturahim antar-umat beragama.”


“Tapi kayaknya dia menjauh dari saya, Pak. Tiba-tiba dia ngilang.”

“Awalan kamu saja teh udah salah, nggak saling jujur. Kalau
dia seorang yang baik, pasti dia ngerti.”

“Terus gimana, Pak?”

“Kenapa nggak datangi saja rumahnya? Izin langsung sama

Orangtuanya untuk niat berteman. Kamu kan laki.” Pak Erik menepuk

pundak Sam dan melanjutkan perjalanannya menuju masjid.

aah

PP

Scanned by CamScanner
in Ka

MA Na MN AA ih 1 sesi si 2
“TN ag

Siang ini, Haba terpaksa memilih untuk menaiki bus. Mang Asep |
harus pulang kampung karena anaknya sakit, Umar yang sedang |
ada kuliah jelas tidak bisa diganggu. Keputusan ini memang cukup
membuat jantungnya berdegup kencang. Naik bus, kemungkinan besar
untuknya bertemu lagi dengan Sam. Sudah beberapa hari ini Haba
tidak bertemu dengannya. Apa akan tetap sama?

Langkah demi langkah semakin mendekatkannya menuju bus.


Tapi, tidak ada Sam di sana. Di lain sisi, hatinya tenang karena
ia tidak harus kikuk jika bertemu lagi dengan Sam. Tetapi jauh di
dalam hatinya, ta berujar, Apa mui balasan dari doaku? Haba hanya
bisa berprasangka, mungkin Sam bukan lelaki yang baik untuknya.

Dan mungkin inilah yang semestinya.

Di depan halaman rumah, Haba melihat beberapa kendaraan sudah


tersusun rapi di sana. Iru kan mobil Abu, apa Abi pulang cepat?
Sementara ada satu lagi ada motor Ninja hitam tepat di samping
mobil Usman. Haba yakin anu bukan motor Umar, karena Umar
biasa menaiki mobil untuk pergi kuliah. Paling temenrya Mas Umar,
pikir Haba.

“Bi, itu motor siapa di...” Tiba-iba Haba tercengang dengan


pemandangan di ruang tamunya, mobil itu benar mulik Usman. Dan,
tebak siapa pemilik motor ninja hitam itu?

Sam...

Haba mencium tangan Usman. Pandangannya terus menunduk,


sesekali ia melihat ke arah Sam. Ia tidak mengerti bagaimana Sam
bisa berada di sini, di rumahnya, bersama abinya.

“Abi pulang cepat?” ucap Haba perlahan.

&

Scanned by CamScanner
. bulillah, pekerjaannya dipermudah. Ini Abi ditemenin
sama Nak Sam. tersenyum ke arah Haba. “Hai.” Kalimat itu yang
La dari muhut Sm, padahal di dalam hatinya Sam sedang
perrenak kencang, 13 ndak menyangka akan melihat Haba lagi. Gila,
Haba! Lu apa kabar! Gua kangen banget sama lu!

«Han, Sam.” Haba membalas senyum Sam. Entah mengapa hatinya


berdegup amat kencang, seperti sudah sangat lama dirinya tidak
bertemu dengan lelaki yang satu itu. Tetapi di sisi lain, ia khawatir
dengan Sam. Karena ia tahu abinya sangat selektif terhadap teman
lawan jenisnya. Tapi.... mengapa Abi terlihat bangat sama Sam?

“Kalau gitu, saya pulang dulu. Makasih, Om.” Sam yang tidak

Ingin suasana menjadi semakin kikuk segera pamit untuk pulang.

“Kok buru-buru? Haba kan baru pulang, yuk makan sama-sama. |


Pulang sekolah pasti belum makan siang kan?” Usman segera menahan |
Sam untuk pulang. |

Jelas ajakan ini tidak bisa Sam tolak. Kapan lagi bisa makan
bureng keluarga Haba?

"Haba, tolong Bi Jumi siapkan makanan ya,” ucap Usman,

mem ka laba masuk. Setelah berganti pakaian, ta segera


makan dan | vag Bi Jumi menyiapkan makanan, ia menata mey
. menyiapkan piring.
Mba Haba, tu di

depan pacarnya ya?”

Scanned by CamScanner
“Bibi...” Haba hanya bisa menahan malu, pipinya sedikit memerah.
Ada secuil kebahagiaan yang ia tutupi ketika mendengar perkataan
Bi Jumi.

Ketiganya kini sudah berada di meja makan. Seperti biasanya,


Usman yang memimpin doa sebelum makan siang dimulai. Apa Abi
tidak tahu tentang Sam? Haba menyelesaikan doanya lebih cepat, ia
bahkan sempat melihat Sam berdoa. Pemandangan itu tidak terasa asing
lagi bagi Haba, walau jujur saja masih terasa sulit untuk dimengerti.

“Nah Sam, ini dimakan seadanya ya. Masakannya Bi Jumi ini


paling enak di Bandung lo.” Begitu ketika Usman menawarkan Sam
untuk makan.

Sam tidak melihat sesuatu yang seadanya, ada beberapa jenis


makanan di meja makan dan semuanya terlihat enak. Dari sini, ia
tahu kerendahan hati Usman, Abi Haba. “Iya Om, dari sajiannya
aja udah enak gini.”

“Bi, sekalian makan di sini. Bareng sama kita, sama Nak Sam
juga.” Usman kembali menawarkan Bi Jumi.

“Nggeh Pak, saya entar saja. Mau ke warung dulu. Silakan


dimakan Nak Sam. Permisi.” Bi Jumi menolak tawaran itu dengan

sangat sopan. Satu lagi yang membuat Sam kembali kagum dengan

Usman.
“Assallamualaikum.” Umar yang baru saja pulang segera masuk

ke ruang makan.
“Waallaikumussalam, Mas Umar sini ikut makan. Ada Sam,

temennya Haba,” ucap Usman.


Sam tersenyum sambil sedikit menundukan kepalanya. Jadi ini

kakaknya Haba.

8g

Scanned by CamScanner
«Oh ini yang namanya Sam?” Umar berjabatan tangan ht
Sam. Haba yang mendegar ucapan Umar langsung memasang wajah
kikuknya, matanya ke sana kemari menahan malu.

Sam kembali tersenyum, ia bahkan tidak sadar dengan reaksi


dari Haba. “Iya Mas. Salam kenal.”

“Kita kayak lagi makan keluarga ya, Bi?” Seketika Umar memecah
keheningan, membuat Haba tersedak dengan capcai yang baru sa
masuk ke kerongkongannya saat itu juga. Ia tidak mengerti mengapa
Umar berbicara seperti itu.

“Hati-hati Mba, pelan-pelan makannya.” Usman segera menuangkan


air putih ke dalam gelas Haba.

Sam sebenarnya juga kaget dengan kata-kata itu. Jika ini bukan
di rumah Haba dan bukan di depan Usman, mungkin ia sudah

memuntahkan semua nasi pada mulutnya. Untung saja kejadian itu


bisa ia hindari dengan menyunggingkan senyum yang tiba-tiba saja
muncul dari bibirnya. Tidak ada yang dapat ia katakan.

“Santai dong Ba makannya.” Umar lagi-lagi memberikan senyum

jailnya, ia tahu Haba sedang berada pada perasaan grogi yang luar
biasa.

Setelah makan siang selesai, sekarang Sam benar-benar pamit


untuk pulang. Tidak lupa ia mencium tangan Usman dan berjabat
tangan dengan Umar. Ketiganya berada di depan pintu rumah untuk
mengiringi kepergian Sam, Haba yang berdiri di samping Umar hanya

berikan senyum tipis sebelum motor Sam meninggalkan halaman

rumahn
ya, bersamaan dengan bunyi klakson dari motor Sam.

Setelah motor Sam benar-


Usman sempat berkata pada H
Kemudian Usman masuk terle

benar menghilang dari kasat mata


aba, “Sam anaknya baik ya, Mba.
bih dulu, diikuti dengan Umar yang

da 4

Scanned by CamScanner
langsung melakukan aksi jail di depan Haba. “Lampu hijau, maju
jalan.”
Haba yang masih betah berada di luar, sekuat tenaga menahan

berbagai macam perasaan yang kini sudah bercampur aduk di dalam


hatinya.
Apakah ini jawaban atas doa semalam?

Lantas ini jawaban yang mana?

AN

Scanned by CamScanner
“NYASAR ke mana lu? Lama amat, abis ngesot?” Andro langsung

memojokkan Sam saat dirinya datang.

“Sabar dong, Sayang. Kayak gak tau Bandung,” jawab Sam


seraya nyengir kuda, dia masih tidak menyangka dengan keputusannya
menerima saran dari Pak Erik.

“Idih, lu ngerusak reputasi gua tau gak? Nggak liat apa banyak
cewek bening?” Andro menatap Sam jijik. Tidak terima dengan
panggilan Sam padanya beberapa detik yang lalu.

Sam yang tidak peduli segera menyandarkan tubuhnya di kursi


samping Andro. Jantungnya masih berdetak sangat kencang. Sesekali
ia tersenyum mengingat kejadian tadi siang.

“Eh, mau apa lu? Jangan pernah sentuh kesayangan gua. Sono
noh pesen sendiri.” Andro segera mengambil gelas minumnya saat
gelas itu kurang beberapa senti lagi bersentuhan dengan tangan Sam.

“Kampret!” Sam segera berdiri dan melangkah menuju barista


yang sedari tadi terus memandangi Sam.

“Frapucino satu.”

“Eh... iya Mas?” Barista itu tampak terbata-bata.

Scanned by CamScanner

“Jangan buat baper mbaknya kali Sam.” Andro yang Melihat

Sam memesan dengan terus nyengar-nyengir segera menimpali, dilur


dengan tawa dari Deo, Febri, dan Dafa.

“Jangan didengerin ya, Mba. Mereka semua sinting.” Sam kembali


memandang barista dengan name tag “Sarah”, setelah dia melemparkan
tatapan pedas pada Andro dan kawan-kawan.

«Atas nama siapa?” tanya barista yang mukanya mulai kelihatan


tegang, lebih tepatnya menahan rasa malu karena bertatapan langsung
dengan Sam.

Sam diam sambil menunjukkan badge name di sisi kanan

seragamnya. “Muka saya keliatan kriminal, Mba?” Sam yang mulai


sadar barista itu memandanginya canggung, merasa tidak enak. Barista
itu tidak berkata apa-apa, melainkan hanya menggeleng cepat. Ia tidak
mau Sam tahu jika jantungnya juga kian berdegup kencang saat Sam
bertanya padanya sedekat itu.

Sam mengangguk pelan. “Saya emang ganteng sih, Mba.” Sam


kembali berbicara, membuat barista itu secara spontan mengangguk |

cepat dan kembali menatap Sam dengan wajah yang benar-benar

: lai
memerah, ia bahkan semakin malu saat melihat Sam yang Mu 1
tertawa.

“Nih, Sam.” Dafa menyodorkannya rokok. 1

Sam menggeleng cepat dan langsung meminum frapucino Yang '


sudah ia pesan. Semenjak kedekatannya dengan Haba, Sam mula ,
berhenti merokok. Keputusan yang berat memang, tapi keputusan si
murni dari hatinya. Walau pernah suatu hari Haba menyindirnya, tap '
Haba tidak pernah benar-benar meminta atau menasihatinya mengen” |
rokok. Karena itu, Sam memutuskan ini sendiri. 1

“gai n
Sejak kapan?” Deo bahkan mengerutkan keningnya deng”
penolakan Sam.

| 4

Scanned by CamScanner
“Lu gak tau? Sam kan lagi ngedeketin cewek seberang sekolah.”
Andro segera ambil alih.

“DEMI?” Febri yang baru saja meneguk minumannya langsung


terkejut dan mendekat ke arah Sam.

“Nyantai ah, kayak liat setan lu.” Sam mencoba menghindar dari
Febri. “Gua tadi abis dari rumahnya, ketemu bokap dia.”

“Buset... ngapain lu?!” Febri lagi-lagi dibuat terkejut dengan


pernyataan Sam. “Lu kalau kebelet kawin mikir-mikir kek. Masih
bocah kali, mau dikasih makan apaan cewek lu?!”

“Sotoy lu,” jawab Sam datar.

“Anjay, kirain.” Febri kembali menyenderkan badannya pada kursi.

“Terus?” Kini Andro yang berganti menanyakan Sam. Ia juga


mendekatkan pandangannya dengan wajah Sam.

“Izin ke bokapnya, buat temenan.” Sam langsung tersenyum cerah.

“Segitunya?” Dafa menaikkan alisnya saat itu juga.

“Mending lah, Sam gentle. Emang elu, main bawa kabur anak
orang?” ucap Deo seraya melirik ke arah Febri.

“Kambing. Apa-apaan?” Febri melakukan pembelaan, ia juga


melirik pedas ke arah Deo.

“Eh, Sandy boleh dong buat gua?” Deo yang sudah lama
mengincar Sandy segera ambil kesempatan. Deo dan Sam memang
sama tampan, tapi jelas wanita-wanita sudah tahu mana yang lebih
meluluhkan hati.

“Yoi.” Semenjak kejadian di lapangan basket, Sandy tidak pernah


muncul di hadapan Sam. Pernah sesekali mata mereka bertemu, tetapi
Sandy sudah buru-buru memalingkannya. Lagi pula hal semacam itu
tidak terlalu penting bagi Sam.

“Intan mau dikemanain?” Dafa mengingatkan Deo.

Scanned by CamScanner
“Ye, kalau bisa dua mah, rezeki masa ditolak?” jawat, Dep
dibalas dengan wajah sungut dari keempat temannya Dari
. " Ti

berlima, memang Deo yang paling playboy dan ke-pede-an

Santaj

Ip abak

Sementara, setelah kepergian Sam, Haba duduk di ruang keluar


bersama dengan Usman dan Umar. Ia masih tidak menyangka s
memutuskan untuk ke sini, dan ia lebih tidak menyangka Usman
tidak mengusir atau memandang Sam ketus.

“Abi.” Haba memberanikan diri bertanya.

“Iya Mba?” Usman masih sibuk dengan laptopnya, berkurik


dengan berkas-berkas kantor.

“Abi marah ya sama Haba?”

“Kok marah?” Usman kini berganti fokus, menuju Haba.

“Tapi serius Bi, Sam bukan pacar Haba. Temenan aja.” Haba

mulai menunduk.
“Iya, Abi percaya sama Mba Haba,” ucap Usman sambil tersenyum.

“Abi nggak apa-apa?” Haba mulai memberanikan diri melihat


Usman.

“Nggak apa-apa gimana? Orang Sam-nya baik be

“Sam kan...” Haba kembali menundukkan pandangan.

gitu.”
«dia

kan beda agama sama kita.”

Saat itu juga Usman segera menegakkan posisi dud


kesukaannya.

g beda agama! Ab
kin salehah,

ubu umat

uknya. Ia
“Sejak
menghadap Haba seraya mengambil teh wangi

kapan Abi ngelarang Mba temenan sama yan


masukin Mba Haba ke sekolah Islam biar Mba Haba ma
terjaga pergaulannya, paham sama toleransi. Bukan mengk

: HM

Scanned by CamScanner
Semua manusia di mata Allah itu sama Mba, amal dan ibadahnya
saja yang buat berbeda.”

“Beneran Bi?” Mata Haba mulai berbinar.

Usman menyelesaikan tegukan teh pertamanya dan menaruhnya


kembali di meja. “Semua anak yang lahir ke dunia itu fitrah Mba,
yang membuat dia menjadi Islam, Kristen, Katholik, Budha, Hindu,
Konghucu, Yahudi, itu orangtuanya. Mba Haba nggak bisa main

hakim sendiri.” Kini Usman memandang Haba lembut. “Lagian, nyari


temen itu kayak Sam. Laki banget. Berani ke rumah ketemu sama
Abi” Usman kembali tersenyum ke arah Haba.

“Wih, mulai memasuki jalan bebas hambatan.” Umar yang sedari


tadi mendengar percakapan keduanya, berdehem dengan senyum usil.
Tangannya berkali-kali menyenggol sikut Haba.

“Maafin Haba ya, Bi. Haba sayang banger sama Abi.” Haba
memeluk Usman. Ia tidak menyangka Sam akan mendapatkan posisi
yang baik di mata Usman. Mungkin ia adalah orang pertama yang
Usman sebut sebagai teman laki-laki yang baik.

“Mas Umar gimana? Yang dipeluk Abi doang nih?” Umar kembali
berkomentar, tangannya sudah mengambang melingkar ke arah Haba
dan Usman yang sudah lebih dulu berpelukan.

“Nggak, Mas Umar mah nyebelin.” Haba memalingkan wajahnya,


menyembunyikan rasa sayang yang tak kalah besarnya juga pada Umar.

“Terus, tadi Abi bicara apa aja sama Sam?”

“Mau tau aja urusan lelaki.” Kini giliran Usman yang menjaili
Haba, diikuti dengan tawa dari Umar.

“Abi mah...” Haba menekuk bibirnya.

Malam itu, Haba cukup penasaran dengan perbincangan Abi


dengan Sam. Beberapa pikiran muncul di kepalanya, menerka-nerka
topik macam apa yang mereka perbincangkan. Terkadang ia berpikir

PA

Scanned by CamScanner
tentang apakah ini jawaban dari Allah? Apakah Sam adalah lelaki
yang baik untuknya? Atau apakah Allah hanya ingin memperbaiki
hubungannya dengan Sam?

Di sisi lain, Haba juga memikirkan perkataan Abi. Ia Merasa


bersalah, tidak seharusnya dia menjauh dari Sam. Kenapa ya Wakty
itu ngerasa marah? Padahal kan cuman temen? Lagi-lagi perasaan

itu datang. Semuanya terlalu rumit untuk ia dan hatinya mengerti.

apakah

Hari ini, Sam kembali menaiki motor. Walaupun ia sudah melihat


Haba tersenyum lagi ke arahnya, Sam masih tidak tahu bagaimana
caranya memulai sesuatu yang hampir selesai.

“Udah naik motor lagi lu?” Dafa yang baru saja memarkirkan
motornya melihat kedatangan Sam.

“Yoi.”

“Bukannya lu udah nyamperin bokapnya?” Tiba-tiba Andro


muncul dari belakang Dafa.

“Bingung mulainya.” Sam memandang Andro dengan tanda tanya.

“Katanya laki, mulai sama cewek aja nggak bisa. Cupu lu!”
Dafa menambahkan.

“Haba tuh beda.”

“Cari aja preman. Ajak tiga lawan satu.” Andro kembali berbicara,

disusul dengan tawa gelinya. Ia masih ingat awal perkenalan Sam


dengan Haba.

“Kambing.” Sam menonjok lengan Andro keras, sambil memalingkan

wajahnya.

) “Perjuangan, Bro.” Kini Dafa yang mengepalkan tangannya ii


di depan wajah Sam, bak pose siap berperang.

» d

Scanned by CamScanner
ap abak

Sementara di sekolah, seperti biasanya Haba masuk ke kelas dengan


keadaan yang masih sepi. Hari ini, ia sengaja masuk lebih pagi. Ia
masih belum siap jika harus bertemu dengan Sam di bus. Walau
keduanya secara tidak langsung sudah baik-baik saja, tapi Haba
masih belum berani. Ia tidak tahu bagaimana memulai sesuatu yang
hampir selesai itu. Dengan keheningan yang menemaninya, hanya ada
dua-tiga orang di kelas. Ia membuka Alguran kecilnya, kitab suci yang
setia menemaninya. Dibukanya surah Al-kahfi, beberapa ayat mulai
menggema memecah keheningan. Syahdu sekali. Surah itu memang
sedang Haba taklukan, sudah tiga minggu ini dirinya belum juga
menempuh lima belas ayat.

“Sobahul Khoir ya habibati.”" Annisa yang baru saja datang,


segera meletakkan tas di samping Haba.

Haba menyelesaikan hafalannya dan memberikan batas ayat yang


baru saja masuk ke dalam otaknya. Segera ia memasukkan Alguran
itu ke dalam loker kecil di bawah meja.

“Sobahun nuur ya habibati.” Haba tersenyum.

“Mm, tunggu. Milad kamu masih lama kan?”

Haba mengangguk cepat, wajahnya belum lelah tersenyum pada


Annisa. Membuat perempuan itu merasa sesuatu hal aneh telah terjadi.

“Terus senyum-senyum ngapain?”

“Kamu cantik banget hari ini.” Haba semakin tersenyum lebar.

“Tuh kan ngerayu-rayu, nggak mungkin deh.” Annisa semakin


mengerutkan kening, matanya bahkan menyipit.

“Kemarin siang, Sam dateng ke rumah, ketemu Abi.”

eE-—mummuua
1 Selamat pagi, Sayang.
2 Selamat pagi juga, sayang.

99

Scanned by CamScanner
“Oh ya? Serius? Mau ngelamar? Secepet itu?” Ekspresi Anni
berubah berbinar, matanya membulat dalam-dalam menatap Haba

“Apaan sih?” Haba mengalihkan pandangan.

“Terus ngapain? Abi gimana?”

“Kata Abi, Sam baik.”

«Nah kan, nah kan. Lampu ijo itu mah.”

Hlaba tersipu, ia menunduk sambil tersenyum tipis. “Baik doang


kok.”

“Ya gak usah merah gitu dong pipinya, sebut-sebut nama Sam
langsung senyum gitu.”

“Ih, enggak kok.” Haba semakin tertunduk. “Tunggu deh, dia


kok bisa tau alamat rumah ya? Dari mana? Jangan-jangan kamu.”
Haba kini berbalik memandang Annisa dengan menyipitkan matanya,
bak mata-mata andal.

“Yee, nggak baik nuduh orang.”

“Terus siapa?” Haba kembali pada posisi awalnya.

“Berarti, sekarang udah baikan dong?” Annisa kembali pada titik


awal, sekaligus mengalihkan pembicaraan.

Haba menggeleng pelan. “Gak tau.”

“Kok gak tau? Belum ketemu lagi? Kamu masih dianter Mang
Asep?”

“Enggak sih, tapi apa dia bakal tetep sama?” Haba kembali
memandang Annisa.

“Kalau dia aja berani ketemu Abi, berarti dia serius. Perasaan
nggak semudah itu bisa hilang Haba, apalagi kalau perasaannya
ehem.” Annisa berdehem paksa.

“Apa?” Haba memperlurus pandangannya pada Annisa: «Kam


kok yakin banget?”

.
P

Scanned by CamScanner
“Yakin dong. Nggak semua anak yang keliatan berandal, hatinya
juga berandal. Hati itu beda, dia itu sisi baiknya seseorang. Gimana
seseorang itu ya dari hatinya.”

Haba terdiam beberapa detik. “Tapi...”

“Apa salahnya sih ngasih kesempatan kedua buat Sam?” Annisa


meyakinkan Haba. “Gak ada kata telat untuk memperbaiki suatu
hubungan yang hampir putus. Inget, Allah cinta silaturahim antar-
umatnya.” Annisa kini memandang Haba dengan senyum cantiknya,
salah satu senyum favorit Haba.

“Iya Bu Hajjah-ku.” Haba membalas senyum Annisa, sahabat


terbaiknya itu secara tidak langsung membukakan kembali pintu
hatinya yang hampir tertutup untuk Sam.

Tidak ada yang salah dari menjalin silaturahim antar-umat


beragama. Ucapan Annisa padanya pagi ini ia cerna benar-benar.
Kesempatan kedua, gak ada salahnya Haba.

Tapi, kapan kesempatan kedua itu datang?

Atau kapan keduanya akan kembali seperti dulu lagi? Haba


tidak tahu.

Yang jelas, kini hatinya sudah siap menerima perbedaan itu.

(Ma

Scanned by CamScanner
“$
1 Ba
Na Na di
aa 2 ,
KE
KT Pt
- Ta .
- "
ng wa

Pen

4 -d

TONYYANAN

ee
|

BRAK!!!
Sebuah benda keras menghantam motor Sam dari belakang.

Benda itu cukup kuat hingga mengejutkan orang-orang di sekitar Sam.


“Shit! Punya mata nggak sih?!” Sam yang melihat bagian belakang
motornya sudah rusak, segera mendekati lelaki dengan motor yang

keadaannya tidak separah motor milik Sam.


“Gak punya otak lu?!” Sam menarik kerah baju pemilik motor,

emosinya mulai naik.


“Santai! Kayak miskin aja lu!!” Lelaki itu balik memandang Sam.

Suasana semakin panas. Anak-anak perempuan yang baru saja


keluar dari gerbang langsung berbondong-bondong menjauh, sedang
yang lelaki semakin mendekat, membuat suatu lingkaran yang siap

dijadikan arena pertempuran.


Bhuukkk!!! Kepalan tangan Sam mendarat sempurna tepat di

wajah lelaki itu.


“Gak pantes lu sekolah kalau bisanya main otot!!!” Lelaki itu

memandang Sam lebih tajam lagi.

103

Scanned by CamScanner
Bhwukkk!!! Lagi-lagi Sam meluncurkan pukulannya, mep,.:
bundaran merah di sekitar wajah lelaki itu, dan sekarang dara,
mengalir dari hidungnya.

“Gak berpendidikan!!!” Seperti tidak jera, laki-laki itu


melontarkan berbagai macam kata yang membuat emosi Sam lah
menggunung. makin

Tanpa pikir panjang, Sam membalas perkataan itu dengan pukul


yang bertubi-tubi, terdengar keadaan semakin riuh dengan en
dari anak-anak perempuan yang melihat kejadian itu. Sed any an

laki-laki terus menyoraki Sam agar terus menghantam. Keadaan


berubah menjadi arena tinju tanpa peraturan dan wasit. Keduanya

saling pukul untuk menunjukkan kekuatan masing-masing.


yang berani melerai perkelahian antara

Mula

Dan parahnya, tidak ada


dua anak dari angkatan yang berbeda ini. Dafa, Deo, dan Febri yang
baru keluar dari kelas juga tidak tahu mengenai kegaduhan yang

sedang terjadi. Kebetulan hari ini sekolah selesai lebih cepat dari

biasanya karena para guru sedang mengadakan rapat mengenai try

out, membuat perkelahian keduanya semakin mencekam.

“Anjir, apaan tuh rame-rame?! Pevita Pearce maen ke sini?” Deo

yang pertama kali melihat keramaian segera memberhentikan langkah

ketiga temannya.
“Ngimpi.” Febri membalasnya santai. “Balik ah! Paling, mas-mas
mulus nawarin les, enek gua.”
“Eh eh, itu ngapain sih?”
menghadang segerombolan kelas 10 yang hen
kerumunan yang semakin ramai.
“Itu, Kak Sam berantem sama kelas 10.”
“HAH?!!!” Deo yang terang-terangan mendengar S€

tersebut segera berlari mendekat. Disusul dengan Dafa da

Dafa yang masih penasaran segera

dak berlari ke arah

bab keramaian
n Febri yang

Scanned by CamScanner
”—

langsung menerobos sekumpulan anak berseragam bak supporter


menanti kemenangan. “AWAS WOY, ORANG GANTENG MAU
LEWAT! AWAS NGGAK LU!”

Deo yang lebih dulu masuk ke kerumunan, melihat jelas Sam dan
lelaki kelas 10 yang sedang beradu kekuatan. Walau sudah terlihat
siapa yang bakal jadi pemenang, tapi keduanya tampak babak belur.

Berkali-kali Sam memukul lawan yang tidak seberapa jika


dibandingkan dengannya itu. Beradu fisik dengan Sam bagai mencelupkan
diri pada darah segar dan menyodorkannya pada singa yang kelaparan,
jelas akan tertebak apa yang akan dilakukan singa itu terhadapnya.

“Woy curut, malah nonton, bantuin gua ini!!” Andro yang sudah
lebih dulu berada di sana berniat melerai keduanya, tapi malah kena
baku pukul. Pipinya terkena pukulan nyasar dari anak lelaki kelas 10
itu yang hendak membalas Sam. Yang ada, Andro malah ikut-ikutan
marah dan kesal.

Deo yang mendengar perintah dari Andro segera menyingkarkan


anak kelas 10 itu dari hadapan Sam, sedang Febri membantu Andro
untuk menghentikan badan Sam yang terus tak terkendali. Dafa
mengusir para supporter agar tidak menarik perhatian guru-guru
yang sedang rapat.

“Eh balik nggak lu pada, gua hajar satu satu nih!!!” Dafa terus
mengusir dan mendorong kerumunan itu hingga melonggar.

“WUUU!!!!” Beberapa anak menolak aksi Dafa dengan sorakan


kecewa.

“Apa lu?!! Mau gua hajar juga?!!!”

“NGOMONG SEKALI LAGI, GUA ABISIN LU!!!” Sam


memandang tajam wajah yang sudah semakin babak belur berlumur
darah. Jika tidak ada teman-temannya, entah anak kelas 10 dengan
name tag “Tio” itu akan jadi apa.

Scanned by CamScanner

Memar yang menyebar hampir di seluruh wajahnya seakan day


jera, adik kelas itu malah Lain jari tengahnya

Cam. Andro dan Dafa yang melihat aksi nekat tari Tio, sekarang bali

langnya. Mereka tidak terima dengan sikap Tio terhadap San

“Udah-udah.” Febri segera menahan badan Sam yang kembaf

arah Tio.
Ba diem, mau tambah bonyok lu?!!!” Deo yang Sedari tag
menahan badan temannya itu balik memakinya. Ia tidak Menyangk,
Tio akan senekat ini dengan Sam.

«APA-APAAN?!!” Tiba-tiba suara melengking yang Mmemekik


telinga dan tidak asing lagi bagi murid sekolah itu. Bu Tanti, guru
BK, segera datang ke arah kegaduhan. Dia sudah berkacak Pinggang,
didampingi seorang gadis yang berdiri tak jauh darinya, Sandy.

Saat iru juga Sam langsung menyipitkan matanya ke arah perempuan


itu. Jelas siapa lagi yang membuat guru horor itu datang jika tidak
ada sesajen yang disiapkan untuk mengharap kehadirannya.

“Sam, Tio, ikut ke ruang saya!!!” Bu Tanti meluruskan telunjuknya


ke arah Sam dan Tio. “Dafa, Deo, Febri, Andro. Kalian juga.”

“Loh Bu, saya kan udah ngelerai. Kok ngikut?” Febri yang tidak
biasa dengan panggilan BK melakukan pembelaan.

“Harusnya Ibu makasih sama kita, kita udah ngegantiin Pak


Kasno!” Dafa menambahkan.

"BERANI NGELAWAN IBU?!” Tanti angkat bicara lagi, matanya


terus menusuk dan ia mulai menancapkan tangannya pada kuping
Dafa dan Febri yang membuat keduanya nyengir menahan nyeri.

“Yailah Bu, udah SMA kali, masih aja dijewer” Dafa sesekali
0.

Scanned by CamScanner
Keenamnya kini sudah berada di ruang BK, ruangan paling horor
hi urid-murid SMA. Tapi bagi Sam, ruangan ini sudah menjadi
aah kedua di sekolahnya selain kelas.
ayee si Ibu, kita kan temennya Sam. Antar temen mah harus
. a tolong.” Andro giliran berbicara.

ling
» sNolongin bukan berarti ikut mukulin.” Bu Tanti masih memandang

(arah Andro dengan tajam.

«Noh Bu, dia noh yang bikin kita-kita emosi.” Dafa menunjuk
Tio yang sudah tersungkur lemas di kursi.

“UJdah sana kalian pulang, awas kalau Ibu denger kalian ikut-ikut
lagi.”

Sekarang Bu Tanti balik memandang Sam dan Tio. Matanya


mengarahkan mereka untuk bergantian berdiri di depan mejanya.

“MAU JADI JAGOAN KALIAN?!! BUKANNYA PULANG


MALAH BERANTEM!!! MAU JADI PREMAN?!!”

“Dia nabrak motor saya, Bu?!” Sam membela diri sambil matanya
melirik Tio yang berdiri di sampingnya.

“TAPI BUKAN BERARTI HARUS DIPUKULIN KAN, SAM?!!”


Suara Bu Tanti semakin nyaring.

“Tm a man.” Sam kembali berbicara.

“LAKI ITU NGGAK HARUS BERANTEM!!! KAMU JUGA!!”


Sekarang Bu Tanti memandang Tio.

“Saya nggak sengaja Bu, dia aja yang langsung nonjok saya,”

ucap Tio, sesekali memegang pipinya yang memar.


“Pinter ya lu nyari alesan?!!” Sam kembali melambungkan |
genggamannya ke arah Tio yang matanya sudah tertutup ketakutan.
“EH EH, MAU APA KAMU, SAM?!! TURUNIN!!”
“Tuh kan Bu, liat sendiri. Saya mah sebagai adek kelas yang hormat
nggak mau ngelawan kakak kelas lah, Bu. Saya mah berpendidikan,

107

— Scanned by CamScanner
Pp
5

Dkk yang sin To er melaokan enbalan ai,


mulutnya seakan tidak jera, mengundang cpalan tangan Sam untuk

kembali mendarat di pipinya.


uluskan bendungan kekuatan pada kepalan

at Tio kembali tersungkur lemas.


(M,SAMUEL!!” Sekarang Bu Tang |

k meredakan emosi Sam.


ang Tio tajam.

Tio memandang tak kalah tajam.


“SUDAH! JANGAN BIKIN KANTOR IBU JADI ARENA

TINJU!! SEKARANG, KALIAN PULANG!! BESOK IBU PANGGIL

ORANGTUA KALIAN!!” Bu Tanti menggelengkan kepalanya,

kesabarannya benar-benar diuji. “Kecuali Sam.”


“1oh Bu? Dia aja pulang, masa saya enggak?!” Sam kembali

menoleh pada Bu Tanti sebelum ia b


Tio. Jika ini bukan di ruang BK, mungkin

“AWAS YA LU!!”

enar-benar melangkah. Membuat

satu seringai kecil dari


bocah kecil itu sudah habis dijadikan aci atau

«Kamu itu anak baru, bentar lagi kamu ujian!


sekarang Tio, besok siapa lagi?!!” Lagi-lagi Sam
an kamu

peuyem oleh Sam.

Jangan buat masalah

terus. Kemarin Pras,


“Kamu itu harusnya mikir Samuel, masa dep

kena semprot.
itu tinggal beberapa langkah. Sekolah cabutan, nilai acak-acakan.
Kamu sekolah mau belajar apa mau jadi jagoan?!!! Itu juga segala
pake anting, lepas lepas!!! Baju udah kayak preman pasar. Kamu itu
anak sekolah, jaga penampilan kamu!!! Jaga perilaku kamu!!! Ibu
heran sama kamu, nggak ada kapoknya!!”

“Mending bandel sekarang Bu, daripada bandel pas gede,"


Sam datar.

“SAMUEL ARYA BASKORO!!!”

ucap
Scanned by CamScanner
Sam hanya menaikkan satu alisnya, ia sudah bosan mendengar
nasihat dari guru BK-nya itu. Kupingnya panas jika terus disangkut-
pautkan pada kesalahan, padahal kenyataannya menang adik kelasnya
itu yang mencari gara-gara duluan dengannya.

“Sam, lo gak papa?” Sandy yang sedari tadi menunggu Sam di


depan ruang BK langsung berdiri setelah melihat Sam keluar dari pintu.

“Ngapain lu? Belurn puas bikin gua kena masalah lagi?!”

“Gu-gue gue cuman gak mau lo kenapa-napa.” Sandy memandang


Sam lirih.

“Kalau lu, nggak mau gua kenapa-napa...” Sam memberikan


penekanan pada kata kenapa-napa, ia juga menjeda kalimatnya
dengan menarik napas berat, membuat Sandy menunggu kelanjutan

LI

dari perkataan Sam. “.... berenti ikut campur masalah gua, ngerti?!”
Sam segera melangkah menjauhi Sandy, dengan tatapan tajam.

“Lo bisa pulang sama gue kok.” Sandy berharap memperbaiki


keadaan.

Sam berhenti untuk menoleh ke arah Sandy yang terus tertunduk.


“Gak bu-tuh!”

Siang itu, Sam memutuskan untuk naik bus. Motornya yang


penyok ia sengaja tinggalkan di parkiran sekolah. Beruntung saja
saat ia baru keluar dari gerbang, sudah ada bus yang menunggu tak
jauh dari sana. Tanpa pikir panjang, Sam segera memberhentikan bus
dan berdiri di dalam.

Tanpa ia sadar beberapa orang memperhatikan kedatangan Sam


dengan muka memarnya, tapi satu pandangan terasa tidak asing bagi
Sam. Akhirnya, ia memutuskan untuk menoleh. Sepasang mata bertemu

seiring dengan keputusan Sam untuk menengok. Haba.

tag

Scanned by CamScanner
Bhuwukkkk!!! Satu pukulan meluncur sempurna pada Wajah ly
mabuk itu, kuatnya tangan si pemukul membuat genggamannya »
lengan baju Haba terlepas. ada
“Jangan macem-macem ya lu!!” Sam yang sudah Mengama,
kedatangan ketiga lelaki itu segera mendekat. Emosi yang sempat teri ti

seakan kembali. Ditambah lagi, lelaki itu berani menyentuh Ta

| a.
“Cari gara-gara!” Temannya yang lain segera maju dan Mengarahka
n

tangannya pada Sam. Tetapi, genggaman itu terlalu lunglai kareng


tidak terhubung dengan pikirannya yang masih terkontaminasi alkohol,

Bhuuukkkkk!!!! Lagi-lagi Sam mengarahkan Pukulannya tepar


sempurna mengenai wajah, membuat cairan kental berwarna Merah
mulai keluar dari bagian hidung. Lelaki itu sekarang sudah tersungkur
bersama temannya yang lebih dulu jatuh.

Suasana di bus berubah mencekam, beberapa ibu-ibu berteriak


ketakutan. Sedang yang bapak-bapak memusatkan pandangannya pada
Sam, bahkan ada yang memberikannya semangat untuk menghabisi
ketiga lelaki teler tersebut.

“Udah sana! Turun, turun!!!” Kenek yang ikut ketakutan,


memberanikan diri mengusir ketiganya dari bus.

“Awas ya lu!! Gua apal wajah lu!!!” Salah satu yang wajahnya
belum terjeramah tangan Sam memberikan ancaman sebelum ia turun.

“Apalin aja!” Sam melihat ketiganya turun dengan keadaan yang


masih sempoyongan. Tanpa ia sadar, ada perempuan yang sedari tadi
ia jaga. Perempuan itu berada tepat di belakang Sam, berlindung di
balik punggungnya. Haba.

Sam melepas pandangannya setelah ia berbalik arah ke belakang

“Eleh eleh, meuni keren pisan euy si Aa.” Beberapa ibu-ibu


yang duduk tak jauh dari Sam memberikannya pujian, membuat

Sam kelewat nyengir.


1 Walah-walah, keren sekali si Aa,

12

Ja

Scanned by CamScanner
“Meuni laki pisan.” Tambah beberapa bapak-bapak yang tadi
ikut menyemangati.

Seperti biasanya, halte selanjutnya adalah tempat tujuan Haba. Ia


turun meninggalkan lelaki yang mulai dikagumi oleh para penumpang
bus itu. Sam yang melihat tubuh Haba mulai menghilang, segera
mengikutinya dari belakang. Ia ikut turun pada halte yang bukan
tujuannya.

“Gak makasih?” Sam berhenti tak jauh dari Haba, membuat


langkah kecil di depannya berubah kaku. Perempuan itu menoleh pada
lelaki dengan baju seragam yang sengaja ia keluarkan dan muka yang
sudah memar. Persis saat kali pertama mereka berkenalan.

”.x

Haba kembali menghampiri Sam yang duduk di kursi taman tak jauh
dari halte dengan membawa bungkusan berisi air mineral dingin.
Tangannya menyodorkan plastik itu ke arah Sam.

“Makasih,” ucap Sam seraya mengambil bungkusan yang Haba


berikan.

“Gak.” Haba menggeleng dengan pandangan tertunduk. “Harusnya


aku yang makasih. Makasih ya.” Haba memandang wajah Sam untuk
beberapa detik.

Sam menarik bibirnya perlahan, menunjukkan senyum yang


bisa melelehkan anak-anak perempuan di sekolahnya. Tangan Sam
berkali-kali menepuk pada bagian kosong di kursi panjang yang ia
duduki. “Gak capek berdiri terus?”

Perlahan tapi pasti, Haba mulai duduk dengan jarak yang tidak
dekat, ada tas milik Sam yang membatasi posisi Sam dan Haba.

— “Sampe kapan mau marah terus?” Sam kembali berbicara.


2 Wah cowok banget.

Scanned by CamScanner
“Gak marah.” Haba masih tertunduk.

“Terus? Ngilang gitu aja?”

Sekarang Haba mulai berdiri. Membawa pandangan Sam yang


mulai mengadah, sejalan dengan tubuh Haba yang kian meninggi,
Haba tidak ingin membahas masalah kemarin, walau ia tahu itu

adalah kesalahannya.
“Ya udah, aku pulang dulu.
beberapa senti dari tempat Sam.
«Marahan itu nggak boleh lebi
akhirnya memilih ikut berdiri.

Haba tidak berkata apa-apa, tu


“Gua pengen kita temenan dari awal, gua pengen lu kenal gua

yang sebenernya. Dengan segela perbedaan, gua pengen


ta temenan karena kita sama-sama

» Haba segera melangkahkan kakinya


h dari tiga hari, nanti dosa.” Sam

buhnya mendadak diam.

sebagai gua
kita saling tau. Gua pengen ki
umat beragama, yang nerima satu sama lain.” Sam dengan lugas

mengeluarkan isi hatinya, isi yang dari dulu ingin ia sampaikan pada
Haba. Walau sebenernya perkataan ini sudah ia rencanakan, bahkan
sempat diolah dulu oleh Erik.

«A best friend, will guide their friend to the right path, right?
Gua dapetin semua itu lewat elu, gua nggak mau kehilangan itu.

Kehilangan penunjuk kebaikan gua. I'm not ad Muslim Haba, i'm

not. Tapi gua bukan bagian dari orang yang tega ngebunuh sipil di
Palestina, gua bukan bagian dari orang yang terang-terangan ngelarang
azan atau umat Islam untuk berjilbab. Im respect your religion, and
i really respect you: Is that wrong? Bukannya Allah suka kedamaian
antar umatnya?” Sam menatap punggung Haba dalam-dalam.
Haba masih diam. Bukan marah. Matanya kian dihiasi oleh selaput
bening. Setiap kata yang Sam ucapkan menampakkan jelas ada luka
yang menjerat di hatinya. Bukan karena ia tersakiti, tetapi ia sadar

HA

Scanned by CamScanner
betapa jahatnya ia. Hampir saja ia berbuat sesuatu yang tidak disukai
Allah. Tidak seharusnya ia membentengi dirinya dengan keegoisan.

“Gua pengen jadi temen surga elu, walau mungkin surga kita
beda."

Kalimat itu menghanyutkan hati Haba, mengembalikan kepingan


yang sudah hampir hancur. Hatinya terbuka lagi dengan kedatangan
Gam. Ia berbalik arah tepat di depan lelaki yang sedari tadi sudah
memandanginya.

“Maaf” Hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulut Haba.

“Lu mau kan jadi temen surga gua?” Sam sedikit mendekat.

Dengan senyum Haba yang perlahan mengembang muncul dari


hatinya dan menampakkan wujudnya, mengubah segala keadaan
canggung, menyambungkan tali yang mulai terputus, mendekatkan
jarak yang mulai jauh di antara Sam dan Haba.

“Gua Sam... Samuel Arya Baskoro.” Sam menyodorkan tangannya


ke arah Haba. Wajah yang memar tidak sedikit pun menurunkan
kepercayaan dirinya. Bagi Sam, wajahnya tetap tampan walau babak
belur sekalipun.

Haba yang melihat tangan Sam di hadapannya, segera merapatkan


kedua tangannya tepat di depan hidungnya. Matanya tetap mengarah
ke bumi dengan wajahnya yang belum lelah tersenyum. Walau Sam
tidak mengerti dengan penolakan Haba untuk melakukan jabat tangan,
tetapi apa pentingnya? Toh kini keduanya sudah berada pada masa
yang sempat hilang, bahkan mungkin akan lebih baik dari sebelumnya.

Sam dan Haba kembali duduk dengan jarak yang masih sama.

“Tangan gua emang kotor banget ya?”

Haba menggeleng.

“Terus? Lu jijik sama gua?”

Haba kembali menggeleng. “Prasangka buruk itu nggak baik.”

Scanned by CamScanner
Sam memandang Haba dengan tanda tanya, menunggu Haba

untuk kembali menjelaskan sesuatu-


“Perempuan dan laki-laki yang
bersentuhan.” )
Sam mengangguk berkali-

. Islam yang dipegang


Aa tan slab Usman?” Sam membesarkan nadanya,

Pandangannya terpusatkan oleh tas hitam yang sedang digenggam


5 Hata ada label nama yang cukup besar menempel di sana.
Oo aba,

orangnya.”
lihkan pembicaraan.

belum mahram, dilarang untuk

kali, ia mencoba mengerti dengan


teguh oleh Haba.

“Artinya pasti cantik, kayak


“Kamu gak papa?” Haba menga

“Kalau tiap ngegebukin preman bisa bikin kita deket, gua rela

kok.” Sam memandang ke arah Haba dengan senyum yang merekah,

memperlihatkan deretan gigi atasnya dengan jelas. “Yang penting lu


nggak kenapa-napa.” Sam menambahkan.

“Tadi aja sampe diancem gitu.”

“Muka ganteng kayak gua gini mah udah sering diapalin. Lu


doang kayaknya yang nyia-nyiain,” ucap Sam santai, tetapi cukup
untuk menciptakan keheningan. “Eh, kita kan temen...” Sam kembali
berbicara. “... gua boleh jujur?”

Haba mengangguk pelan.

“Kalau gua salah, ingetin ya.” Sam memandang ke arah Haba,


kemudian melanjutkan pengamatannya pada langit.

“Terus?” Haba semakin serius mendengarkan Sam.

“Kalau marah jangan lama-lama, gua kangen.” Sam kembali


memberikan senyum usilnya.

Sekali lagi mereka kembali dekat akibat adegan tiga lawan satu.
Dan ini kedua kalinya Haba melihat pemandangan yang sama,
dengan beberapa cetakan lebam biru pada wajah Sam. Walau kali

Scanned by CamScanner
3 - r "YON "9975. ag.
f . r NA Ng ”
“ah ti EL z
KO aa
"4 Cah T. Ga
f Mera ea
: Se

ini lwannya sedang dalam keadaan mabuk, artinya Sam tidak harus
keras untuk menang. Tampaknya wajah babak belur Sam

mengubah keadaan keduanya. Satu yang ia syukuri, pukulan ini selalu

membawa hadian untuk Sam. Walau ia mengubah niatnya untuk


Haba lebih dari teman.

Tapi apa yang lebih spesial dari “Teman Surga”? Bahkan kematian
sidak dapat memisahkan pertemanan jenis ini, karena Allah akan
mempertemukan keduanya kembali di surga. Tempat di mana hanya
ada kebahagiaan dan orang-orang terpilih di sana. Tempat di mana
kenikmatan begitu sempurna karena tidak ada sama sekali kekurangan
di dalamnya. Tempat yang kekal, yang mampu menjaga perasaan
keduanya untuk selama-lamanya.

Dan ya, bertemu dengan Haba hari ini, esok dan bahkan selama
apa pun akan menjadi hari-hari yang menyenangkan. Kadang Sam
memuja Tuhan dalam setiap kali matanya jatuh pada Haba, dengan
sempurnanya ia menciptakan umatnya. Menciptakan Haba yang
bukan hanya mencuri pandangannya, tetapi juga hatinya, mengisi

setiap relung yang hampa dengan kehadirannya.

«7

Scanned by CamScanner
“ASTAGHFIRULLAH Den Sam, kenapa mukanya bisa gitu?” Bi

Minah langsung panik setelah melihat kedatangan Sam.

“Apaan sih Bi, lebay.” Sam memalingkan wajah. Buru-buru ia


merebahkan badannya pada sofa di ruang keluarga.

“Abang kenapa?” Chris datang ke arah Sam, jemarinya yang


mungil meraba-raba wajah Sam yang mulai terlelap.

“Abang masih cakep kan?” Mata Sam terbuka sedikit, sudah


ada wajah Chris yang tersenyum di depannya.

“Jelek.”

“How dare you?” Sam memeluk adik kecilnya itu, yang langsung
mengundang tawa dari keduanya.

Sindy sudah duduk di depan Sam, perlahan memberikan kapas


dingin dan obat merah pada lebam merah di wajah Sam. “Kamu
kenapa lagi?”

“Aw.” Sesekali Sam nyengir menahan nyeri.

“Kamu nggak bosen gebukin anak orang mulu? Tadi siang, Bu


Tanti telepon Papah lagi tuh. Sekarang apa alesannya?” Baskoro
sudah duduk seraya membaca koran hari ini. Apalagi jika bukan
untuk memantau perkembangan perpolitikan Indonesia.

119

Scanned by CamScanner
5. T5..

“Tu bocah duluan Pah, mana nyolot lagi.” Sam melakukan

belaan.
T olah kamu, tuh suruh Mang Udin.”

“Papah ogah ke sek !


“Om Baskoro kan papahnya Sam. Kalau Mang Udin, nanti jadi

Samuel Arya Udin. Ogah!”

Se aa

Teka

Sam segera berbalik arah memandang |

Baskoro yang masih terus membaca koran. |


“Politik aja diperhatiin, masa Sam cnggak?” Sam kembali merajuk, |
Baskora meletakkan korannya di meja, dan langsung memandang /

Sam. “Tapi kamu menang kan?”


“Kapan sih Sam kalah?” Sam menaikkan satu alisnya, lengkap

Tt

dengan senyum kebanggaan. 4


“Iru baru anaknya Baskoro.” Keduanya kini melakukan fist bump /
andalan mereka. |
Sindy hanya menggelengkan kepalanya sambil berdecak kecil, .
melihat kelakuan bapak dan anak itu. |
“Tapi Papah tetep nggak bisa ke sekolah, besok Papah dinas ke
Bali seminggu. Jadi, back to Mang Udin.” '
“Aelah Papah.” Sam kembali merajuk. 8
“Ya udah, nanti Mamah yang ke sana.” Sindy angkat bicara, ia ?
tidak tega melihat raut wajah Sam. :
“Nah, i love you so much.” Sam segera melingkarkan tangannya 1

pada leher Sindy, lalu dia segera naik menuju kamar.


n

ppibak

Sam sejak tadi sibuk memainkan handphone di tangannya, sesekali


1a bermam Flappy Bird atau PES. Ada Tante Sindy yang sedang
ber Pac ra serius dengan Bu Tanti di sampingnya. Ia enggan mendengar
perbincangan kedua perempuan itu.

120

Miiition”

Scanned by CamScanner
“Ini sudah kali kedua Sam berkelahi di sekolah. Banyak guru
juga yang komplain ke saya karena Sam jarang hadir di kelas.
Tugasnya juga tidak ada yang benar.” Bu Tanti sesekali berdecak
melihat kelakukan Sam.

“Gam...” Sindy menyenggol lengan Sam yang sibuk menggerakkan


kepalanya, menyesuaikan nada dari musik di Ipod yang sedang ia
dengarkan.

“Udah Mah?” jawab Sam sambil melepas headset.

Bu Tanti langsung menggelengkan kepala, sedang Sindy hanya


bisa tersenyum dengan canggung.

“Saya bisa jamin kalau Sam akan mendapatkan Surat Peringatan


ke-2, saya serahkan semuanya kepada Kepala Sekolah,” tambah Bu
Tanti.

“Ya udah Bu, kalau bisa secepetnya aja SP-nya keluar. Sekalian
sama hukumannya apaan?”

“Jadi ini Samuel? Preman yang bikin anak saya babak belur?!!”
Seorang perempuan yang sebaya dengan Sindy dan seorang lelaki
dengan pakaian jas rapi memasuki ruang BK. Keduanya langsung
menatap Sam tajam, membuat Sindy langsung membulatkan mata,
Sedangkan Sam, ia sama sekali tidak peduli dengan tatapan itu.

“Mari Ibu, duduk dulu. Kita bicarakan baik-baik.” Bu Tanti


mempersilakan dua orang itu duduk tak jauh dari tempat Sindy.

“Baik-baik gimana?! Saya nggak terima ya kalau anak saya babak


belur seperti itu. Anak saya di sekolahkan di sini biar berpendidikan,
bukan jadi korban penganiyayaan!!!” Perempuan itu masih tidak
terima, “Lagian saya bingung, kenapa Ibu masih mempertahankan
anak tidak bisa diatur seperti ini?!”

Sam langsung menatap perempuan yang tak lain ibu dari Tio.
la hampir saja berbicara, namun segera ditahan oleh Sindy. “Begini

12

Scanned by CamScanner
Bu, saya yakin ini hanya salah paham. Anak kita kan SAMA,
laki-laki, biasanya kan mereka mudah terpancing emosi.”

“Jadi, Anda menyalahkan anak saya?! Jelas-jelas anak An da


duluan melakukan tindak kekerasan! Kalau saya mau, ha

ri Juga Saya
bisa memfisum bekas pukulan anak Anda, dan Mengasuskan ini
ke pihak polisi. Anak Anda bisa dipenjara, akibat Anda yang lalai |
mendidik!”

Sindy sedikit terkejut dengan perkataan itu,


“Maaf Tante, Om. Kalau Om sama Tante
polisi, silakan! Tapi sebelum Om sama Tante malu
ulah anak Tante sendiri, mending Om sama Tante liat kejadian yang /
sebenarnya, ada CCTV di sana. Dan saya yakin semuanya bakal jelas, |
Setahu saya, motor anak Tante itu motor keluaran terbar
segitu mudahnya rusak dan nggak kekontrol? Atau mungkin motor i
anak Tante mendadak gas sendiri waktu liat saya? Tante sama Om
25 bisa bilang saya nggak berpendidikan, tapi saya masih
| salah dan nyalah. Saya nggak bakal ngegebukin oran
Sam langsung berdiri dan meninggalkan ruang BK
memilih untuk pergi ke kantin daripada harus berhadapan dengan
kedua orangtua Tio hanya untuk membicarakan Surat Peringatan.

begitu juga Bu Tangi


mau laporin Saya ke |
di pengadilan karena /

U. Apa iya,

tahu mana yang


g tanpa alesan,”

Saat itu juga. Ia

babak

“Gimana Mah?” Sam yang baru kembali dari kantin berpapasan

dengan ibunya yang muncul dari ruang Kepala Sekolah.


Sindy memamerkan surat yang kini berada di tangannya, tersenyum |
tipis. “Seminggu.”
Bersamaan dengan itu, kedua orangtua Tio juga keluar dari ruang
Kepala Sekolah, menatap Sam dan Sindy tajam lalu segera berlalu.

id

Scanned by CamScanner
"—

“Saya nggak berharap Om sama Tante mau minta maaf sama


aya, tapi saya harap Om sama Tante berbesar hati buat minta maaf
sama Mamah saya. Mamah yang ngajarin saya untuk nggak bawa
nama orangtua waktu saya bikin masalah, karena saya yang salah,
bukan mereka.” Kalimat itu sukses membuat orangtua Tio menoleh ke
arah Sam, tapi tidak cukup untuk mengubah hati mereka. Keduanya
memandang Sam tajam dan kembali berlalu begitu saja. Membuat
Sam tersenyum miring.

“Im fine.” Sindy tersenyum.

“WAIT? A WEEK? Are you kidding me? Holiday is coming!”


Sam melepaskan kedua tangannya ke udara, matanya menaik-turunkan
alisnya sambil tersenyum lepas. Baginya, skors adalah tambahan liburan.

Sindy menggelengkan kepalanya, ia sudah mengerti dengan sikap


Sam. “Kamu mau pulang bareng?”

“Mamah duluan aja, Sam mau ngapel.”

Itobok

Dddrrtit... Handphone yang berada di saku celana Sam bergetar.


Ada pesan singkat dari Andro.

Untung saja Sam memasang pengaturan getar, sehingga tidak

mengacaukan aksi persembunyiannya.

123

Scanned by CamScanner
Ha
u

: MEN ATabl PALANG UU NITA


ak Harsono. Bye...

& Sam

al sama P

Tak lama kemudian, handphone Sam kembali bergetar.

#3)
& Andro

Songong banget! Culik gua, sumpah gua


mau muntah liat rumus Fisika.

ga”

“Dih, nih anak.” Sam berbicara sendirian sambil mengetik balasan

pesan untuk Andro.

LP :

Belajar yang bener ya, Sayang.

Dibalik dinding masjid, Sam diam-diam cekikikan sendiri. Ia

membayangkan wajah Andro yang sangat bosan menerima pelajaran

menyeramkan itu.

kakak

124

id
Scanned by CamScanner
ijla Usman.” Tiba-tiba terdengar suara seseorang menyebut
»Haba membuat jantung Haba berdegup lebih kencang dari
Hari ini memang giliran kelas Haba untuk menyetorkan
bi - slan mereka.

billabi minas-syaitanir-rajimi, bismillaa birrahmaa

3 “EM ANGAT HABA!!!” Tiba-tiba satu sorakan muncul dari

arah jendela, membuat seisi masjid tercengang dan mencari sumber

tapi tidak ada siapa-siapa di sana.

ara,
su n nasuttaku rabbakumullazi halakakum min nafsin

“Ya ayyuha
wabidatin wa halaka minha zawjaha wa bassa minhuma rijalan kasiran

se nisaa(nisaan), wattakullahallazi tasaaluna bihi, wal arhamlarhama)

imallaha kana alaykum rakiba....” Haba mulai melantunkan hafalan

yang sudah ia siapkan dari dua minggu yang lalu.

Sam yang sudah pandai dalam hal bersembunyi kembali tertawa


kecil, dari balik jendela 1a mendengar ayat yang dilantunkan Haba
secara perlahan. Ada kedamaian di hatinya. Bahkan, ia tidak mampu
berkata apa-apa. Lantunan 1ni terasa masuk mengetuk relung jiwa.

Ddrrrrt... Handphone di saku Sam bergetar lebih kencang, ada


videocall masuk dari Andro.

“Woy, lu di mana? Tega lu, busuk, tisu, temen dalam selimut


lo!!” Terlihat jelas keempat sahabatnya juga di sana.

“Anjay, suara lu woles dikit ngapa?” Sam berbisik.

“Lu lagi di mana sih bisik-bisik segala?! Anjir!! Lagi ngintipin


eneng-eneng ya lu? Gelo sia, teu ngajakan ih”! Kini wajah Febri
tampak lebih jelas.

“Sstter! Sotoy lu pada, kebanyakan bokep sih.” Sam tetap berbisik.

aa -
| Gila lo, gak ngajak-ngajak.

Scanned by CamScanner
“Bodo. Eh Neng, nih ada yang ngintipin nih, di sini pi
keempatnya semakin nyaring, ditambah dengan tawa Yan Siang
meledak. Suara itu cukup keras untuk mencuri Perhatian Ora L 4
yang berada di masjid. Dang

“Anjir, gua hajar juga lu.” Sam segera memutus pembi


Caraa

secara sepihak. Tanpa ia sadar, ada seseorang yang sudah be —


Idi |

memperhatikannya dari belakang.

“Mau hajar siapa, Mas?” Suara Bu Lidia terdengar tepat ser ,


Celah

Sam baru saja memasukkan handphone-nya ke dalam saku

Suaranya cukup untuk membuat Sam kaget.

“Mampus.” Sam perlahan menoleh ke sumber Suara, Ag


"Ada

kerudung
berwarna
belakang Sam,

Celang, e

perempuan yang kira-kira memasuki kepala lima dengan |

merah menjulur sampai pergelangan tangannya dan dress

putih yang menambah nilai agamis, tengah berdiri di


Membuat Sam kelewat nyengir.

“Eh Ibu. Salam damai.” Sam menunjukkan dua jari membentuk |


simbol perdamaian. |

abah

Bu Lidia kini menjauh dari masjid, meninggalkan siswi-siswi yang


tengah sibuk dengan Alguran masing-masing. Tetapi Bu Lidia tidak” |
sendiri, ada sosok laki-laki yang langsung menjadi pusat perhatian. |
Dengan segala gayanya yang menjadikannya terlihat berbeda, tentu

saja laki-laki itu bukan siswa dari sekolah agamis ini.


“Haba, itu Sam kan?”

masih sibuk dengan Alguran-


bertemu

Annisa segera menyenggol Haba yang


nya. Saat itu juga Haba menoleh, matanya
dengan Sam. Sam bersiul sambil memberikan dua jempolnya
di udara, dengan senyum yang hampir melelehkan siswi-siswi Jai"

rab

Scanned by CamScanner
1G

rang sedari tadi sudah riuh mengomentari ketampanan Sam. Laki!


di wajahnya sudah tidak separah kemarin, bahkan mungkin lebam
itu tidak mengubah apa pun dari penampilan Sam.

“Haba! God bless you.” Sam berteriak ke arah Haba, membuat


siswi-siswi yang lain sontak langsung memandangi dirinya.

“Itu teh pacar kamu?”

“Cakep pisan ih, kenalin atuh.”

“Meuni cakep.”

Beberapa pertanyaan datang pada Haba. Ia hanya bisa tersenyum


canggung dan sesekali menggeleng.

“Ciyee.” Annisa yang sedari tadi berada di sampingnya langsung


menggoda Haba, memperjelas wajahnya yang mulai memerah.

bi

Saat Haba keluar dari gerbang, ada lelaki yang sedang bersandar tak
jauh dari sana. Seharian ini, ia menunggu kedatangan Haba.

“Kamu ngapain?” Haba menghampiri Sam dengan kebingungan.


“Nungguin elu.”

“Enggak, tadi. Tadi ngapain?”

“Oh. Nyemangatin elu. Biar lancar ulangannya.”

“Bu Lidia gimana?”

Bu Lidia adalah guru yang terkenal disiplin terhadap peraturan


di sekolah Haba.

“Biasa, gua pernah ngadapin yang lebih garang.”


“Emang nggak sekolah?”

“Gak, makasih?” Sam mengalihkan pembicaraan.


“Makasih,” jawab Haba sedikit canggung.

ag

Scanned by CamScanner
“Nah giru kan enak, yuk pulang.” Sam menegakkan
matanya mengarah pada halte bus yang tak jauh dari sekolah Haha
“Tadi lu baca apaan sih?”

“Surah An-Nisaa.”

“Lu keren banget ya, gua aja ngapa


dulu kali tujuh hari tujuh malem. Itu aja baru rumus. Kalau suruh

ngerjain soal mah, nyari wangsit dulu kali.”


Haba terlihat menunduk menahan tawanya, membuat Sam
sah ditahan. Gua emang lucu kok.”

| rumus Fisika kudu semedi

tersenyum miring. “Gak u


“Bukannya yang lucu itu badut?”
“Ye, bisa ngeledek juga lu ya.”
Dari kejauhan, bisa tampak kebahagiaan antara Sam dan Haba.

Senyum tak henti-hentinya terpancar dari wajah mereka. Tanpa sadar, |

ada hati yang tersayat melihat kedekatan keduanya, hatinya tercabik |

Haba kembali memendam tawa.

bahkan hancur menjadi kepingan. |

Scanned by CamScanner

ai

Kesempatan un

"
Fo

UI

DDDRRRRTTIT... Sam yang baru saja duduk di kasur, segera


mengambil handphone yang bergetar. Ada satu pesan singkat dari
Andro.

f
f
| ! posisi? e
| Dengan sigap Sam segera membalas pesan itu.
h - ”
| NO aa G
| KN
|
|
| Home sweet home
Sam merobohkan tubuhnya di atas kasur setelah menjawab
pesan singkat itu. Sepertinya malam-malam selanjutnya akan sangat
129
1

Scanned by CamScanner
bosankan. fa tidak bisa pergi ke arena balap bersama va
Ki tur

dah rusak, 18 relakan. Sampai saat ini, ia 8 lain,

Enggan /

a ayahnya. Walau ia tahu, akan


s
baru jika saja i : angat

h untuk mendapatkan yang

ea

ndphone yang berada tak jauh dari tubuhnya

Sam mengambil ha
“Apaan?”

“Cepet turun!”

“Males.” ,
“Siput, Buru, 809
Sam buru-buru mengganti

pukul 22.45.
«Ngapain sih lu?” Sam m
hitamnya.

tunggu di depan. 1

pakaiannya, dilihat jam menunjukkan

2. —

emandang Andro yang sedang bersandar


Dengan jeans hitam panjang dan la

di depan mobil sport


ditambah dengan sepatu sneakers

baju putih bertuliskan “BOSS”,


yang menambah style keren.
“Sp sweet kan gua?” Andro

“Yang ada gua serem sama lu.”


“Gabut amat di rumah. Laki keluar kek.” Andr

menaikkan kedua alisnya genit.

O memandang

Pi
Sam yang duduk di sampingnya.

“Motor gua kan bonyok, Tong.”


p lu pasti beliin.” . 1
kin gua mat!.
membua'

Aga susahnya minta sih, Odong? Boka


“ | |
sea an Nggak balapan juga it's okay. Nggak bi
obat Aa ndro menekan remnya secara mendadak,
vi eduanya terlempar ke depan
mis, lu nyari matidi” :
en Bana Sam memandang Andro tajam.
an tadi
P jadi nggak penting?”

3 |

Scanned by CamScanner
“Barusan.” SEA 1
“Gila gila!! Tu cewek make pelet apaan, lu bisa begini?” Andro !

nggelengkan kepalanya seraya kembali menjalankan mobil.


“Jangankan pelet, ini lebih kuat Man.”

Sam turun tepat saat Andro memberhentikan mobilnya tak


jauh dari gerombolan anak laki-laki yang sudah lama menunggu
kedatangan keduanya.

“Gam. Ke mana aja lu?” Ali yang pertama kali menyambut.

“Motor gua bonyok. Eh, si Febri ke mana?” Sam yang duduk


di samping Ali tidak melihat keberadaan Febri.

“Nganterin ceweknya balik, tadi siang ceweknya ke sini.” Dafa


menjawab pertanyaan Sam sambil sesekali mengembuskan asap rokok.

“Eh, lu bocah ngapain? Malem-malem lagi.” Sam terpusatkan


pada Deo, di antara sahabat dekatnya memang Deo yang paling
muda di sini.

“Lu juga bocah kali,” ucap Deo santai, masih setia memandang
layar handphone.

“Udah jangan diliatin mulu, si Sandy juga gak bakal bales,”


ucap Andro.

“Nih kalau si Sam yang SMS, pasti dibales.” Dafa menambahkan,


membuat Deo semakin kesal.

“Apaan sih lu. Udah, biarin dia berjuang.” Sam mengedipkan

mata genit pada Deo.

“Eh, btw, si Ipul tadi bilang lu dicariin sama Pak Erik” Andro
mengarahkan matanya pada Sam.

Spapap

P :
laki Seseorang menimpuk pundak Sam dari belakang.

Gt

aa
1 BN

Scanned by CamScanner
“Apa-apaan sih?!” Sam buru-buru mengelus pundak |
, , - nya yan
mulai nyeri sambil menoleh ke arah pukulan, ada Bu Tanri '
sudah berkacak pinggang. “Eh Ibu, Sayang...” Yang |

“Sayang, sayang. Ngapain kamu ke sini? Giliran sekolah

. Males.

malesan, giliran di-skors malah ke sekolah.”

“Eit eit eir, selow aja, Bu. Saya ke sini bukan buat ngapelin Iby
kok, Ibu ke-geer-an sih.”

“Mana nggak pake seragam lagi!”

“Yah Ibu, namanya aja saya di-skors. Udah ya Bu, dadah Ibu |
Sayang.”

«“SAMUELL!!” Bu Tanti berteriak, memandang Sam dengan


langkah sigapnya yang semakin menjauh.

Kali ini Sam berjalan menuju kelas 10. Ia tengah sibuk mencari
seseorang yang ingin ia temui.

Langkah Sam terhenti di depan jendela kelas X-5. Ada lelaki


yang sedang mengajar dengan logat Sunda kentalnya, ditambah gaya
bahasa yang tidak membosankan. Sesekali ia mendengar gelak tawa
dari murid-murid kelas. Ketika mata Sam dan Pak Erik bertemu, Sam

melambaikan tangan, yang dibalas dengan senyum dari Pak Erik.

Ok abah

ak
“Sam, tiga hari ini Bapak nggak ketemu sama kamu. Kamu nge

sekolah?”
“Lagi dijatahin libur sama Pak Harsono, Pak.”
“Terus kunaon atuh?” adah
“Saya ke sini mau makasih banget sama saran Bapak. Say
baikan sama dia. Sekarang kita malah jadi temen.”
“Alhamdulillah. Terus ke depannya kumaha?”

1 Kenapa memangnya?

Scanned by CamScanner
|
h
|
|

“Semoga ini semakin baik. Dia spesial banget, Pak.”

Entah sejak kapan hubungan Sam dan Pak Erik kian dekat.
Pak Erik adalah tempat baru untuk Sam manakala ia membutuhkan
penasihat dalam pertemanan beda agamanya ini.

Sandy yang baru saja berniat untuk ke kamar mandi menghentikan


langkahnya di balik pintu. Ia mendengar jelas percakapan antara Pak
Erik dan Sam. Wajah Sandy kian memerah, ia sadar jika perempuan
yang Sam bicarakan bukanlah dirinya. Matanya semakin tajam,
mendengar tentang perasaan Sam pada perempuan itu. Ada rasa
cemburu yang meledak-ledak dalam hati Sandy.

“Teguhin hati kamu Sam. Luruskan niat” Pak Erik memukul


pundak Sam dan berdiri dari posisi awalnya. Ia harus kembali
mengajar kelas, walau sebenarnya berbincang dengan Sam adalah hal
yang menyenangkan. :

“Jangan marah-marah mulu Bu, entar makin cantik lo.” Sam


tidak sengaja melewati Bu Tanti yang sedang memarahi tiga murid
kelas 11. Ia mengedipkan mata genit ke arah guru kesayangannya itu,
Bu Tanti langsung menggelengkan kepala sambil berdecak.

“Amit-amit saya punya anak kayak kamu.” Bu Tanti berteriak


ke arah Sam.

“Saya juga cinta banget sama Ibu.” Tanpa melihat pada lawan
bicara, Sam memilih menjauh.

Seperti biasanya, ia menunggu kehadiran Haba. Walau ia sedang


tidak sekolah, tapi bertemu Haba adalah suatu hal yang lebih wajib.
Bahkan saat ia sedang di-skors sekalipun.

“Eh Bro, lu ngapain di sini?” Tiba-tiba Ali datang menghampiri


Sam.

“Nungguin jodoh,” ucap Sam, tersenyum.

“Mana sih? Gua penasaran, secantik apa sampe lu klepek-klepek.”

83

Scanned by CamScanner
“Mending lu balik dah sono. Entar kalau dia keliatan, lu demen

lagi. Ogah gua.” Sam mendorong badan Ali untuk segera pergi.
«Hahaha... santai aja kali. Entar malem lu dateng kan?”
“Motor gua rusak.”

“Gua jemput jam 22.30. Duluan, Sob.” Tanpa mendengar jawaban

dari Sam, Ali segera menj


Seiringan dengan kepergian Ali,
Haba tidak melihat Sam berada di sana $€

sampai ia keluar, Sam juga tidak terlihat.


«Nyariin gua?” Sam yang tiba-tiba muncul dari arah belakang

alankan motornya menjauh.


Haba mulai tampak dari gerbang.
perti kemarin. Bahkan

sontak mengagetkan Haba.


“Geer banget.” Haba memandangnya datar.

“Pulang yuk.”
a mereka berdiri. Bahkan saat ada

Di dalam bus, seperti biasany


kursi kosong pun, keduanya memilih untuk memberikannya pada

orang lain.

“Kok nggak pake seragam? Cabut lag


| memulai pembicaraan

i?” Haba yang sadar dengan

penampilan Sam, memberanikan dir

“Gua di-skors.”

“Ha? Kenapa?!” Haba sontak terkejut mendengar jawaban can

Sam.
“Kecilin dikit kek suaranya.”
“Kok bisa?” Haba benar-benar berbisik, membuat Sam terang
kecil melihat ekspresi Haba yang menggemaskan.
“Gua berantem. Ya kemaren gua bonyok gara

“Emosian banget.”

-ga ra itu.”

“Dia duluan yang nabrak motor gua.” jau


Orang yang keren itu yang bisa nahan amarahnya w8

sebenernya dia mampu buat nunjukin.”

Scanned by CamScanner
“fadi kalau keren harus gitu?”

Haba diam dan memalingkan pandangan. “Terus motornya?” '

“Udah diloakin, males. Lagian enak naik bus, bisa ketemu elu.”
Haba semakin diam, ia tidak tahu harus berkata apa lagi.
“Kok turun sini?” ucap Sam yang sadar ini bukan halte rumah

Haba.
«Aku mau ke toko buku.”

“Gua temenin.”

“Gak usah.”
“Terserah gua. Gua juga mau ke sana. Sekalian.”

Haba menggelengkan kepala. Tetapi di sisi lain, ada perasaan


aman saat ia bersama Sam. Setelah dua kali Sam menyelamatkannya
dari ancaman preman, Haba merasa terlindungi.

“Make jilbab itu penting ya?” Sam memulai pembicaraan.

“Banget.”

“Sebenernya apa yang ditutupin? Lu nggak iri ngeliat cewek pada


gaya sama rambut mereka?”

“Buat apa iri sama perbuatan yang nggak diridai Allah? Namanya
aurat Sam, segala yang ada di tubuh perempuan itu aurat, kecuali
wajah dan telapak tangan.” Haba tersenyum tipis, yang dibalas dengan
anggukan dari Sam.

“Tapi, gua pernah liat perempuan yang nutupin mukanya. Why?


Dia nggak pede?”

Haba menggelengkan kepala. “Karena wajah bisa menjadi fitnah,


mengundang hawa nafsu, makanya ditutup. And by the way hijab is
our honor, as ad woman.”

“Terus siapa yang bisa ngeliat rambut lu?”

“Mahram-ku?”

“Berarti gua harus jadi mahram lu dulu dong?”

Scanned by CamScanner
Haba kembali diam, menciptakan keheningan antara Kadi

: an
Sampai sebuah mobil Jazz merah berhenti tak jauh di dea ya,

Sam
dan Haba. Ada dua perempuan berseragam yang keluar dati sy

na,
“Kak Sam, Kak... gawat.”

“Apaan sih?” Sam berpandangan datar, bahkan terlihat dingin


Kedua Perempuan itu
masih terbata-bata, mereka repot sendiri tentang kabar yang mereka

“Itu Kak! Urgent, bahaya, gawat ting ting!”

bawa, ditambah lagi rasa gugup karena secara langsung Sam menatap

ke arah keduanya.
Sam dan Haba terdiam melihat tingkah mereka.
“Sandy mencoba ngelakuin aksi bunuh diri, Kak!”
“Ha?” Sam sedikit terkejut. “Kok gua nggak liat?”
“Terus sekarang dia di mana?” tanya Haba.
“Dia di rumah sakit, ayo Kak ikut kita. Dia butuh Kakak.” Salah
satu dari mereka langsung membujuk Sam untuk ikut.

“Ogah ah, males.”

“Sam, udah. Dia butuh kamu sekarang.” Haba ikut membujuk


Sam.

Sam mengeluarkan napas berat, “Lu gak papa?"

Haba mengangguk. Sam pergi dengan Jazz merah menuju salah


satu rumah sakit besar di Bandung. Jika bukan karena Haba, ia
enggan untuk datang ke sana. Sam diturunkan tepat di pintu hah
kedua perempuan tadi sudah memberitahukan ruangan tempat Pai
dirawat. Sampai ia masuk pada kamar bernomor 97.

“Sam...” Sandy menyambut kedatangan Sam.

“Lu bego apa Oneng sih? Lu kira


menggertak Sandy, membuat mata San

“Apa peduli lo? Ha?”

: . 1 1 217
hidup itu main-main?-

dy langsung dihiasi selaput beni

Pe Ay 1 ,
Bara ta

Scanned by CamScanner
«Gua nggak. Teman-temen lu dan orangtua lu yang peduli, Lu
ra bunuh diri bisa nyelesain masalah?!” MN

ki

“Gue sayang sama lo Sam, sayang banget. Lo ngerti nggak 'sih


perasaan gua Pas tau lo suka sama orang lain? Lo pernah nggak sih
ngehargain sedikit aja usaha gue?” Mata Sandy kian basah.

“Gia-sia, ngerti?!”

“Kasih gue kesempatan, Sam.” Tangis Sandy semakin pecah.


Sam hanya bisa memandang perempuan itu tidak percaya. Dengan
keadaan terbaring lemah di kasur dengan infus di tangannya, ada
bekas goresan di tangan kanan Sandy yang tepat menuju bagian nadi.

Di sisi lain, hatinya iba. Tapi Sam tidak bisa berbuat apa-apa.
Hatinya sudah diisi oleh orang lain, bahkan tidak pernah sedikit pun

terbesit di pikirannya untuk membuka hatinya pada orang selain Haba.

ab akah

“Sam, kamu gebukin siapa lagi? Orangtuanya dateng tuh.” Sindy


masuk ke dalam kamar Sam, mendapati Sam yang baru saja mandi.
Rambutnya masih basah, ada handuk kecil yang sedang ia usap-usapkan
untuk mengeringkan air di sekitarnya.

“Segitunya?” Sam memandang Sindy dengan datar.

“Samperin tuh, kasian kalau nunggu lama.” Sindy menggerakkan

dagunya ke arah bawah, menunjukkan posisi tamu. yang sedang


meminta pertanggungjawaban Sam.

Tanpa rasa khawatir, Sam segera turun. Ada laki-laki dengan


Seragam kerjanya yang masih rapi, bersama dengan seorang perempuan
dengan dress anggun berwarna putih gading.

“Tante sama Om nyari saya? Maaf Tante, Om, saya pake baju
Tumah gini.” Sam memandang tubuhnya, menunjukkan kaus merah

Polos dengan celana selutut yang warnanya senada dengan bajunya.

OI Ana
aa of aro :

Scanned by CamScanner
ons

Lah

“Iya Nak Sam, gak papa kok. Maaf mengganggu wak


Nak Sam.” Perempuan yang kira-kira berumur kepala empat
lebih dulu menyambut kehadiran Sam.

“Tante sama Om ini siapa ya? Ada perlu apa dengan sz


Sam memulai pembicaraan. ra

“Om dan Tante ini orangtua Sandy.” Sekarang giliran laki-laki


yang duduk di sebelahnya yang berbicara. Seketika itu, mata ae
sedikit melebar. Untuk apa kedua orangtua Sandy repot-repot datang

ke rumahnya? Apa sebrutal ini Sandy minta dibawa ke KUA untuk

tu luang

itu yang

dipinang oleh Sam?


“Oh, bagaimana Om?” Sam kembali melanjutkan.
“Kami berdua di sini ingin minta bantuan kamu,” ucap lelaki itu.
“Iya, langsung saja Om.” Sam menanti jawaban itu. Jangan sampe
Sandy minta gua kawinin, gila tu bocah satu.

“Kamu kan tahu, kalau Sandy sedang di rumah sakit. Dan,

Sandy menyimpan perasaan yang sangat besar terhadap Nak Sam.

Jadi, kami berdua minta tolong agar...” Keduanya saling menatap satu
sama lain, sedang Sam sudah mendengar dengan serius.
“Iya Tante?” Sam semakin penasaran.

“Kami minta tolong Sam untuk menjaga perasaa


» Perempuan itu mema

n Sandy, tidak

mengecewakan perasaannya terhadap kamu. ndang

Sam penuh harapan.

Sam kembali memandang keduanya. “Tapi maaf Tante, en


nggak bisa kasih harapan lebih untuk Sandy.” Mana mungkin pet
bisa menerima Sandy begitu saja, sedang hatinya sudah diisi
orang lain.

Perempuan itu kembali memandang Sam


lebih dalam. “Dia satu-satunya anak kami. D

kamu harapannya.”

n tatapan ya
hanya
denga
an kami lihat,

Scanned by CamScanner
“Tapi Tante, bukankah jika saya memaksakan
Sandy, sama saja akan menyakiti hatinya lebih dalam lagi?” Se
Sam tidak tega berkata seperti itu. “Saya yakin kok, di
banyak lelaki yang lebih baik dari saya dan lebih tepat un
Tante yakin memercayakan Sandy dengan saya? Saya trouble
Om.” Sandy merendahkan diri. Padahal memang
ia bukan seorang yang baik untuk diharapkan.

“Tapi, hati Sandy memilih kamu. Dia butuh kamu, Sam. Saya
tidak tega jika melihat dia tersakiti terus,

luar sana
tuk Sandy.
maker Tan,
itu kenyataannya,

saya ingin membuat dia


bahagia, dia satu-satunya kebahagiaan terbesar saya.” Mata perempuan

itu mulai berkaca-kaca, laki-laki di sebelahnya mengusap pundaknya

lembut, berusaha menenangkan perasaannya, “Saya yakin Sam adalah


anak yang baik buat Sandy.”

“Tapi maaf Om, Tante. Yang tahu baik atau tidaknya seseorang
terhadap yang lain hanya Tuhan. Dan ini cara yang salah. Saya nggak
ingin menyakiti hati Sandy dengan ini.”

“Tidak harus sekarang, setidaknya kamu memberinya kesempatan


untuk bisa kamu cintai.” Lelaki itu kini mulai berbicara, ia sadar
istrinya sudah mulai terbawa suasana kesedihan.

“Kami janji akan memberikan kamu apa saja, apa saja. Asal
kamu bisa membahagiakan anak semata wayang saya itu.” Kini
perempuan itu memegang tangan Sam erat, air mata mulai jatuh dari
kedua matanya yang cantik.

“Saya tidak ingin mencintainya hanya karena imbalan. Cinta tidak


sebercanda itu Om, Tante.” Sam memandang kedua orangtua Sandy
lirih, ia tidak menyangka kedua orangtuanya sampai nekat meminta
Sam hanya untuk membuka hatinya pada Sandy.

“Kalau begitu, kami mohon. Kami sangat memohon. Bahagiakan


Sandy, kami mohon kamu mencoba membuka hatimu untuk Sandy.”

Oa

Lea

hati saya untuk 1

aa
2" antena
enak
Scanned by CamScanner
Perempuan itu memegang lebih erat tangan Sam, air ina

deras mengalir membasahi pipinya, membuat Sam terbawa

Semakin
Suasana.

Sam tidak tahu harus berbuat apa, hatinya iba jika harus memberi
alasan yang lain untuk menolak permintaan kedua Orangtua Sandy, 1
menghargai betapa berjuangnya kedua orang ini untuk membahagiakan
anak semata wayangnya itu.

Apa harus seperti ini? Hatinya sudah terkunci pada satu orang
Tetapi melihat dua orangtua yang memohon pada Sam hanya untuk
membuka hatinya untuk mencoba menerima Sandy, sangat tidak
mungkin untuk ia tolak. Ditambah lagi sekarang, ia tahu betapa
beratnya masalah yang Sandy hadapi. Ia tidak menyangka anak seceria
Sandy bisa mendapat cobaan yang bertubi-tubi seperti ini. Kini Sam

dilema. Apa ia harus memberi kesempatan untuk Sandy, bahkan saat


hatinya sudah dimiliki orang lain?

“40

Scanned by CamScanner
gu di samping masjid, dia kembali menghampiri

sAM sudah menung


Haba. Hari ini, Sam membawakan makan siang spesial untuk Haba.

Sindy yang mulai mengerti rutinitas Sam selama skors ini, sengaja

membawakan Sam bekal untuk Haba.

“Gak baik nyamperin cewek nggak bawa apa-apa.” Begitu ujarnya


pada Sam tadi siang sebelum ia berangkat.

“Bawa cinta aja udah cukup deh, Mah.” Sam berbicara dengan

tingkat ke-pede-an di atas normal.


“Coba sini, udah wangi belum? Jangan sampe di depan cinta
p p ,
» Tante Sindy mulai mendekati Sam.

kamu bau. Malu-maluin Mamah.


h berasa

la memang belum sepenuhnya tahu tentang Haba, tapi suda

dekat dengan memanggilnya “cinta”.


“Apaan sih, Mah? Yang ada, bidadari pada jatuh kali nyium bau

Sam.” Sam duduk sambil menghabiskan nasi goreng kesukaannya.

a tertuju ke arah Sam

Bak pangeran yang salah lokasi, semua mat


bahkan ada juga

saar i . : ,
at ia memasuki bus. Ada yang secara diam-diam,

14

Scanned by CamScanner
D oewrangn memandang. Tai Sam tidak pegi
03 memanggil seseorang yang berjalan tak jaup 4
“tidak acuh dengan panggilan Sam, malah ena
ca am kembali memanggilnya.
pa menoleh ke arah panggilan itu. Seorang lelaki dengan fm
on dan baju cokelat bertuliskan “Good Boy” yang ditapiy ta
ne dengan celananya ditambah dengan beberapa -
kulit ane “badung” pada diri Sam, tapi juga menambah bon
ma yang ndak meleleh jika diberi senyum sedingin ini, kaun
Hawa pasti akan beku melihat senyumnya
“Gammy? Ngapam lagi?” Haba lagi-lagi berbisik, ta tidak ingin
teman-temannya tabu keberadaan Sam Padahal sudah jekas sejak
tadi banyak orang di sekitarnya yang sudah berkicau tentang Sam
“Sammy? Jadi sekarang panggilan sayangnya Saman?” Sam
tenenyum tipis ke arah Haba, membuat Haba harus memandang
kearah lain dengan canggung. Kotah seyak kapan Haba mulu
memanggil Sam dengan sebutan Sammy. Tape menurutnya, nama te
sangat menggemaskan.
Sam menyerahkan tas kecil yang sudah «bawa dan rumah
“Apa?” Haba memandang tas kecil ru dengan bengung
“Bom. Ya makanan lah."
“Buat?”
| “Buat Bu Lidia. Ya buat elu lah.” Sam makin mendekatkan
tu pada Haha.
“Tapi aku puasa."

! dong? Udah gua bawain dari rumah. Ma

mah dah
Spekscapek bikin buat elu"

Scanned by CamScanner
Haba tidak tega jika menolak pemberian Sam, apalagi mamahnya
yang telah membuatkan khusus untuk dirinya. Tapi tidak mungkin
ika ia membatalkan puasanya begitu saja.

“Makasih.” Haba segera mengambil tas itu dan segera berlalu,


sebelum teman-temannya semakin bergosip ria tentang dirinya dan Sam,

Senyuman lebar muncul dari wajah Sam. “Sampai ketemu pulang


sekolah!” Sam berteriak saat Haba mulai terlihat jauh, tapi masih
cukup terdengar dari telinga Haba.

apakah

“What's up, Bro!" Kini Sam sudah berada di tempat lain, di kantin
sekolah. Tempat Sam dan keempat sahabatnya nongkrong bersama.

“Anjay, asik ya lu libur-libur gini.” Dafa yang pertama kali


menyambut kehadiran Sam. |

“Ngapain lu ke sini? Sama aja kagak libur, rjir” Andro merangkul |


leher Sam, menariknya untuk duduk di kursi yang masih kosong. |

“Deo mana?” Sam melepas rangkulan itu secara paksa, sejak tadi |
ia tidak melihat kehadiran Deo di antara keempatnya.

“Cabut, jenguk Sandy.” Febri yang kali ini menjawab pertanyaan


Sam.

“Nekat juga tuh anak.” Sam menaikkan setengah bibirnya,


kemudian merampas minuman dingin yang hendak Andro minum.

“Eh, lu ngapain si Sandy ampe dia mau bunuh diri gitu? Wih
Wih parah lu Sam, tanggung jawab lu anak orang.” Dafa yang paling

UP to date masalah berita sekolah, sontak langsung to the point,

membuat Sam tersedak saat itu juga.


“Sotoy lu.”

ia tidak suka de
Sandy jatuh aki

Sam menangkis gosip itu dengan pembelaan. Walau


ngan Sandy, tapi setidaknya ia tidak ingin harga diri
bat hal bodoh yang dilakukannya kemarin.

Scanned by CamScanner
..

“Satu sekolah juga udah pada ngerti kali, Tong.” Kali ini
yang melemparkan kertas bekas gorengan ke arah Sam, Andro
Sam sengaja berpaling, ia memikirkan aksi bodoh yang dilakuk
Sandy. Ia tidak mengerti apa yang membuat Sandy senekat itu aa
perasaannya sendiri. ap

“Pak Erik!” Sam memanggil seseorang yang membuyarkan


pikirannya. Ia begitu saja meninggalkan keempat sahabatnya yang
sejak tadi sedang berdecak tawa, gila seperti biasa.

“Tiat tuh si Sam, dapet sohib baru.” Febri mengarahkan dagunya


pada Sam yang sudah bercakap-cakap dengan Pak Erik.

“Ustaz? Ngapain tu bocah? Kudunya kan tu anak nyari pencerahan


ama pendeta.” Dafa menambahkan pandangannnya terhadap kedua
orang yang bertolak belakang itu.

“Kamu libur malah ke sekolah.” Pak Erik menyambut kedatangan


Sam.

“Saking rajinnya, Pak.” Sam memandang Pak Erik dengan senyum


nakal, membuat perempuan di sekitarnya menjerit kecil. Seperti biasa,
keduanya sudah larut dalam perbincangan yang serius. Isi hati Sam
selalu berhasil ia tumpahkan jika sedang bersama dengan Pak Erik.

spakak

“ : $
Udah angkat aja, siapa tau penting.” Haba melihat Sam yang ("

me-reject panggilan masuk, bahkan ia sempat melihat nama dar!


panggilan itu. Sandy ,
malah.

Yang “penting itu udah di sini, lagi di samping V4

S
am memandang Haba dengan senyum tipis.

Scanned by CamScanner
Haba memandangnya sedikit galak untuk beberapa detik. Matanya
mengarah pada handphone di tangan Sam, memberi isyarat untuk

segera diangkat.

“Fine!” Akhirnya Sam memutuskan untuk menjawab panggilan


dari Sandy.

“Apaan? Gua sibuk.”

“Gue butuh lo.”

“Ga ada suster apa di sana?”

“Sekali ini aja, please.”

“Gak,” ucap Sam dingin, lalu memutuskan telepon secara sepihak.


“Seneng kan lu?” Sam balik memandang Haba dengan pandangan
malas, tetapi di sisi lain ia gemas melihat ekspresi Haba yang galak.
Selain karena Haba, diam-diam Sam memikirkan orangtua Sandy

yang datang kepadanya kemarin sore.

abah

“Apaan sih?” Sam tepat memandang perempuan yang masih terbaring


lemas di kasur.

“Gue yakin lo dateng.” Sandy masih berbaring di kasur dengan


senyuman bak bunga yang baru mekar. :

“Gak usah geer, Haba yang nyuruh gua ke sini.”

Sekerika raut wajah Sandy berubah datar ketika mendengar nama


itu, “Bodo! Yang penting lo ke sini.”

“Sam, gue bosen nih, pengen ke taman.” Sandy kembali berbicara.

“Terus?”

“Temenin kek.”

“Lu aja sana.”

“Sam...”

145

Scanned by CamScanner
Sam mengeluarkan napas berat. Jika bukan karena

ag H
orangtua Sandy yang tiba-tiba memohon pada Sam » aba atay ,
g , 5 u 2
tidak akan ke sini, menemui gadis yang kekeh men . NBkin ia
8 Jar Cintanya, #

Walau ia sudah sedingin es, tetapi Sandy tetap tak mau k lah
alah, la

terus berusaha meluluhkan Sam. Seakan tak peduli denpa hari 4


SL. ni 3 . gan ati yang 1

sudah dimiliki orang lain. j


“Coba aja gue nggak coba bunuh diri, mungkin kita nggak bakal f
sedeket ini.” Sandy berbicara seakan ia tidak melakukan kesalahan 8
membuat Sam menggelengkan kepala. g
“Lu kira hidup lu itu cinta doang? Kalau lu nggak bisa dapetin ,

cinta yang lu arepin bisa seenaknya bunuh diri? Berasa nyawa lu


sembilan?” Sam berkata cukup panjang, namun tetap ketus.

“Apa salahnya memperjuangkan cinta?”

“Cinta nggak sebercanda ini. Dikit-dikit bunuh diri. Kayak gini


kok udah sok ngerti cinta.” Sam semakin dingin, kata-katanya cukup
menusuk hati Sandy yang kokoh memperjuangkan Sam.

“Lo sendiri gimana? Berasa udah bisa ngerti cinta?” Sandy


berbalik menatap Sam yang berada di sampingnya, pandangan ai
tetap lurus tanpa sedetik pun memandang Sandy. dikit

“Seenggaknya, gua nggak maksa cinta gua. Nggak aa


ngancem dan bikin orang khawatir cuman karena cinta yang ta
nggak bisa gua dapetin. Gua nggak sebodoh itu?” Kata-kata gak
kian menyayat hati Sandy. Biar sekalian dia ngerti, hidup — dia
sebercanda yang dia lakuin. Main bunuh diri. Gimana F? sambil

liat gua nikah sama Haba? Bisa loncat dari lantai aparteme”
minum Baygon kali lu... atu Beda

“Yakin? Haba sama Io kan udah jelas-jelas nggak MY

aa
eno
Tuhan. Kayak gitu, lo bilang lo nggak bodoh?” San y

Scanned by CamScanner
memberikan bumerang pada Sam. “Indonesia 4

ja jelas ngelarang "A9


ikahan beda agama, lo tetep yakin?”

Sam memutarkan bola matanya pada

memandang dirinya tajam. “Lu percaya sam


pulisnya gua sama Haba,

perkataan Sandy, lalu

a takdir? Kalau Tuhan


orang yang ngejer

apa? Bisa cengo sambil nyemil obat nyamuk, j


renyah, menciptakan panas pada dada lawan
juga Sam berdiri dari posisi awal, niatnya i

tempat itu. Tapi tangannya sudah keburu dir


“Gitu aja marah.”

Bua mati-matian bisa


ya dah.” Sam tertawa
bicaranya. Seketika itu

ngin segera pergi dari


aih oleh Sandy.

Sam kembali memandang Sandy untuk beberapa detik.


mungkin aku nggak mengerti cinta,

aku tahu, cinta itu harus menerima ka

“Sam,
mungkin aku bodoh. Tapi yang

mu apa adanya, bukan menuntut


kamu untuk berubah menjadi orang

lain.” Entah sejak kapan Sandy


mulai menggunakan aku-kamu dengan Sam.

“Lagi-lagi lu salah dan sok tau. Cinta itu merelakan orang yang
dia cintai bahagia walau nggak sama elu. Karena cinta itu tulus.
Kalau lu maksa buat milikin Cinta, itu nam

Kata-kata Sam semaki


luka yang bertubi-tubi.
membuat sesak di hati.

“Satu lagi. Cinta


bukan sebaliknya. Ka
Sandy yang sudah basah dengan air mata penolakan. Ini lebih sakit
Tipada

Sam yang bersikap dingin padanya di hari-hari sebelumnya.

anya nafsu.”
n mulus menusuk Sandy, menyebabkan
Tak berdarah dan tak tampak, namun jelas

itu seharusnya bikin lu berubah menuju kebaikan,

rena cinta itu suci.” Kemudian Sam meninggalkan

Tabah
Ft “3

ngkin cinta masih bisa diperjuangin, tapi ken


mu ica nyatu?” Tiba-tiba Sam menanyakan hal : Iya
emarin, ia sendiri yang bersikukuh kalau tadi Pada

bah segalanya yang tidak mungkin menjadi mungkin 2


mengu .

“Semua orang Yang dateng


dia bakal ngasih pembelajaran ke kita atau jadi pendamping ing

akhir hayat nanti. Nggak ada yang sia-sia. Allah udah ngerencangi,
eemuanya sebaik mun gkin.” Haba tersenyum tipis, ia tahu apa Yang

dimaksud dengan Sam.


Dddrrrttt... Handphone Sam tiba-tiba bergetar, ada saty pesan

ke hidup kita itu beralasan bisa ka


P Kateng

masuk dari Sandy.

Os,

& Sandi

Aku butuh kamu.

Sam memandang layar di handphone-nya dengan malas.

“Apa susahnya sih ngebahagiain orang yang sayang sama kamu?"


Haba melihat raut wajah Sam saat ia membaca pesan masuk. Dis |

. sudah tahu Siapa pengirim pesan itu.

Kalau gitu, lu ikut aja.”

“Eh?”

Sam kini memandang Haba.


u ba sedikir terkejut, ia tidak mengerti dengan tawaran Sam.
a, lu j '
TNI bur gua ke Sandy.” Sam menaikkan satu alisnya:
Sand Kedan P merasa Canggung. Pertama kali ia bertemu denga"
ys n Seda tid , | | edi
depan umum, Tar 1g tidak baik bahkan dirinya hampir ditamp3 #
" api, la j , # bai
hubungannya degan Ingin melihat keadaan Sandy dan memp€r

Kngu 3 i : , Hr Sa
k Sandy, andy. Akhirnya ia pun setuju untuk ikut

2 4
Scanned by CamScanner
| “Kita beli buah dulu ya.” Haba memberhentikan langkah S
| di depan toko buah di dekat rumah sakir. Ki
| “Ngapain? Nggak usah.”

Haba tetap berjalan memasuki toko itu, tanpa memedulikan


perkataan Sam.

Keduanya sudah masuk ke dalam lorong rumah sakit, Ini adalah


salah satu rumah sakit Kristen terbesar di Bandung. Bahkan ada gereja
kecil di dalamnya. Banyak suster dengan kalung salib, pemandangan
yang begitu mencolok bagi Haba. Bahkan, sekilas ia lihar ada salib
di tiap dinding-dinding ruangan.

“Cam! Gue yakin lo dateng. Perhatian amat sih bawa buah


Wajah Sandy seketika bersinar melihat kedatangan Sam, tapi

segala."
kemudian berubah datar kerika tahu bahwa Sam tdak sendirian. Ia

membawa seseorang.
“Haba yang nyuruh gua beli.” Sam mengarahkan dagunya pada

perempuan di belakangnya. “ Ngapain di situ sih, sini kali.” Sam

menoleh ke arah Haba, memperhatikan Haba yang daritadi terlihat

canggung.
“Ha-i.... Ce-pet sembuh ya,”

ucap Haba pelan, bersamaan dengan

senyum tipis untuk mencairkan suasana.

Sandy mengangguk, wajahnya ta palingkan. Ia sebenarnya kesal,

tetapi tidak ingin meluapkannya di sini dan saat ini. Ia mencoba tetap

tenang. “Makasi.”

Haba duduk di sofa sembari miulidksn ayat


Al-Kahfi. Bu Lidia meminta semua siswi di
10 ayat dari surah favourit mereka masing-
Sam yang sedang menyuapi Sandy dengan
Walau tampak ogah-ogahan, tapi Haba tahu |
itu. Dan, mereka keliatan serasi. Ah, apaan

demi ayat surah


kelasnya untuk menulis
masing. Di sisi lain, ada
buah yang barusan ia bel.
jika Sam tulus melakukan
sih Haba?

Scanned by CamScanner
“Sammy...” Haba memanggil Sam perlahan, ia mema :
di dinding ruangan dan sadar ini sudah memasuki waktu Aga,"

Sammy? Berani banget dia manggil gitu, apaan maksudnya,


Sandy memandang Haba dengan pandangan masam, tapi tidak terlahy
terlihat untuk disadari Haba maupun Sam.

“Kenapa?” Sam kini berbalik ke arah Haba.

“Aku mau salat, kamu sama Sandy mau nitip Sesuatu?” Hab
mulai berdiri dari sofa.

“Gua anterin ya.” Sam menyamakan posisinya dengan Haba,

“Aku bisa sendiri kok.”

Selain niatnya yang ingin salat, Haba memiliki maksud lain.

Jujur ia ingin menghindari pemandangan yang ia hadapi sejak tadi


di ruangan ini.

“Kamu mau?” Seorang suster yang duduk tak jauh dari kursi

taman yang ia duduki menawarkan sekotak berisi makanan pada


Haba. Tapi Haba sedikit ragu,
sedang berpikir.

terlihat dari raut wajahnya yang

“Ini halal kok. Saya tahu Islam sangat ketat mengenai ini. Tapi

saya menghargai itu.” Perempuan itu seakan bisa membaca pikiran


Haba.

Haba menjadi tidak enak hati, ia langsung melontarkan senyum

dan memandang suster itu hangat. “Kuenya terlihat enak. Tapi maat,
saya sedang puasa.”

“Oh kalau begitu, maafkan saya ya.” Suster itu yang bergantian
merasa tak enak akan tawarannya tadi.

“Gak apa-apa kok, Makasih sebelumnya, Suster.”

tax

Ma

Scanned by CamScanner
: «Kamu nggak bisa apa nggak nyakitin hati aku? Nggak jalan Tg
: n aku? Nggak berdosa ya bikin aku nangis terus?” Sandy sudah

(| Koenggukan, ia menatap Sam dengan matanya yang sudah basah


$ “Maksud lu apaan sih?”

“Kenapa sih kamu harus bawa cewek itu ke sini? Kamu lupa
alesan aku di sini itu gara-gara dia? Gara-gara aku berjuang buat
h cinta yang udah jelas nggak bisa aku raih? Aku nggak mau Sam,
2 tapi aku nggak bisa. Hati aku buat kamu, cuma kamu Sam.” Suara
) Sandy semakin serak, air mata mulai terlihat deras jatuh ke pipinya.
| “Ngeliat kamu dari jauh bareng dia aja udah bikin hati aku ancur,

k apalagi sekarang kamu tiba-tiba bawa dia ke hadapan aku? Aku yang
4 jelas-jelas sayang sama kamu. Aku sakit Sam.”
| Sam yang sadar bahwa ia sudah membawa luka yang begitu

dalam terhadap Sandy, langsung membawa perempuan itu ke dalam


dekapannya. Tangisan itu semakin deras mengalir di dada Sam. Ia tak
mampu berbuat apa-apa. Ini bukan semata-mata ia sudah membuka

hati untuk Sandy, bukan. Ia hanya tidak tahu begitu terlukanya Sandy,
dan itu karena dirinya.

Tanpa sadar, ada seseorang yang sudah memaku di ujung pintu.


la sudah berdiri di sana sejak keributan itu muncul. Tadinya ia tidak
ingin berlama-lama di sana, ia tidak mau Sam tahu jika sejak tadi
ia mendengar perbincangannya dengan Sandy.

Pemandangan antara Sam dan Sandy yang sedang berbagi


kehangatan malah menyesakkan Haba. Ia sudah sesak, mendengar
betapa cintanya Sandy terhadap Sam dan betapa jahatnya ia yang telah
menyebabkan hari Sandy hancur melihat kedekatan Sam dengannya.
Dan Sisanya, ia sakit melihat.... Haba tidak ingin mengadu apa-apa
lagi, hatinya terobrak-abrik tidak keruan.

Scanned by CamScanner
k
«Aku harus pulang, udah sore...” Suara itu lantas ,
dekapan keduanya terlepas, lebih jelasnya Sam yang membuar
: 1.” Sam segera menghampiri Haba yang sudah ,

“Gua anterifl
ika Haba melihat kejadian tadi,

«Aku pulang duluan ya Sandy, kamu cepet sembuh." Ia melewgi


Gam begitu saja, menganggaP Sam seakan-akan tidak ada. Untungnya |
langkah Haba terlalu mudah untuk Sam kejar. Sehingga, Sam bisa |

bersegera menghalangi kepergian Haba.

“Gua bisa jelasin.

tertunduk.
“Gua butuh elu.”
“Dia cinta sama kamu, Sam. Dra berhak da
juga.” Pandangan Haba kian menunduk,
mulai menghiasi matanya sekahgus meng

“Tapi gua nggak bisa maksa perasaa


“Gak ada yang tahu Sam, han itu terbolak-balik. Coba buka

Haba sekarang benar-benar meninggalkan


berat untu

hindari tatapan

n gua.”

hati kamu buat dia.”


Sam
. Sam yang masih memaku, kakinya terlalu

kepergian Haba.
dr Pa aapanang lorong, Haba sudah ridak kuat membendun
ki ihadana memakan untuk dikeluarkan. Ada luka yang tak
berada di dalam maan mengagetkan saat seorang perempuan ya
tjak kapan I, sudah memandangnya dari kejauhan. Enrah
, perempuan itu menunggu Haba di sana.

|
j

Scanned by CamScanner
POKOKNYA hari ini gua harus jelasin sejelas-jelasnya ke Haba. Dia
harus tau hati gua buat dia, nggak buat siapa-siapa dan nggak bisa
dipaksa ke siapa-siapa. Sam terus bergumam. Ia terus memikirkan
Haba sejak semalam. Ia bahkan sudah mempersiapkan isi hatinya
untuk mempertahankan pertemanan indahnya dengan Haba.

“Haba...” Sam menghampiri Haba yang terus berlalu, ia tidak


ingin kejadian ini terulang untuk kedua kalinya.

“Kamu harusnya di rumah sakit. Sandy nunggu kamu.” Haba


tidak sedikit pun memandang Sam.

“Gua harusnya di sini. Sama elu.”

Haba merespons dengan menggelengkan kepala. Tanpa ia sadar,


ada perempuan yang sudah berdiri tak jauh dari keberadaan keduanya.

“Haba...” Itu adalah Hada. Wajahnya tidak terlalu mirip dengan


Haba, tetapi sama cantiknya, mendamaikan hati yang memandang.

“Ummi.” Haba segera menghampiri perempuan itu, diciumnya


Punggung tangannya dengan lembut.

“Kita makan di luar yuk.” Sekilas Hada memandang keberadaan


Sam, tapi pandangannya tidak sehangat Usman, Umar, atau Haba.

“ . : 'a1
" temen kamu sekalian aja diajak.”

Scanned by CamScanner
"3

PPh

...

«Jadi, kamu temen satu sekolahnya Haba?” Hada


“Bukan Tante, saya temen busnya Haba.”

“Oh, ketemu di bus?”


«Iya, begitu Tante.” Sam berusah tetap manis.

Terjadi percakapan singkat antara Sam dan Hada. Haba hay

diam membisu di kursi depan.


“Kamu mau ikut salat, Sam? Udah masuk ashar nih»

segera turun, diikuti dengan Haba dan Sam. Ketiganya sy, dah be
di tempat makan favourit Hada dan Haba.

“Maaf Tante, saya Christian.”

Hada tidak berbicara, mungkin masih mencerna Pernyataan dar


Sam. Ia tidak sadar jika Sam berbeda keyakinan dengan Haba to
ya sudah, Tante sama Haba salat dulu.”

Perasaan Sam menjadi tidak enak, ia tidak yakin hal ini akan
baik-baik saja. Jelas, tadi ada sesuatu hal yang aneh saat Hada fa
jika ia adalah Christian.

tea

“wak ya Sam, di sini nggak ada daging babi. Adanya yang standar
gitu aja.” Tiba-tiba Hada berkata seperti itu saat Sam tengah sibuk
membolak-balikan daftar menu.

Duaaarrrrrrr...
Mati Sam seakan meledak, walau itu bukan perkataan yang kasit.
anta iki
"tai, namun sedikit mengagetkan pendengaran Sam. Dan sejujuny?

74 i

Scanned by CamScanner

.ukup menyakiti hatinya. Diaba tidak “inggup melihat ekspresi Sam,


ja hanya memandang Hada sekilas. Ia tidak yakin ini akan menjadi
baik-baik saja :

Sam diam untuk beberapa detik, menahan perasaannya yang


mulai panas dan mencoba menenangkan hati. Santai Sgm, ini calon
mertua lu. “Saya nggak makan babi kok, Tante. Walau agama saya
oggak mengharamkan, tapi dari dulu Papah udah ngelarang karena
nggak sehat.”

“Oh bagus deh.” Lagi-lagi Hada berkata


tapi cukup menusuk. “Nah itu Mas Umar”

singkat, tidak kasar,

Umar ternyata juga hadir bersama mereka, ia menyapa Hada


sama lembutnya dengan Haba. Saat ja menyadari di sa
ia juga bersalaman erat.

“Kamu pake anting gitu nggak dimarahin


kembali bertanya.

“Enggak Tante. Saya mau jadi diri saya sendiri. Orangtua saya
yang nyuruh saya untuk mencari jati diri saya sampe sa
tujuan saya hidup.”

na ada Sam,

papahnya?” Hada

ya nemu apa
Sam kembali menjawab pertanyaan itu dengan
tenang. Asli! ini orang kaya Bu Tantri versi cantik.

“Berarti orangtua kamu rela kamu jatuh ke lubang buruk


sekalipun?” Pertanyaan Hada itu sontak men
percaya dari Haba dan Umar.

“Kalau itu bisa bikin sa

Tan?” Sam kembali menjawab


walau

gundang pandangan tak

ya belajar, kenapa harus takut jatuh


pertanyaan itu dengan kata-kata damai,
sudah jelas tangannya mulai mengepal. Auranya mulai panas.
“Memangnya kamu sekolah di mana, Sam?”

“Saya pindahan, Ta

n. Baru beberapa bulan ini, tadinya saya di


Amerika,”

Sam masih tetap ramah, ia masih sadar dengan lawan

Imam

Scanned by CamScanner
F

bicaranya yang tak lain adalah oran


dihormati.

“Oh pantes. Di sana pergaulannya kan


bahkan sangat melenceng dengat adat Ind

8 yang lebih tua 4

- Paty,

bebas, nggak ada


Onesia kan, Sanga

annya pada Sam ini


terpaksa, “Gak se
rgai Orang lain»

Hada bertanya seraya meluruskan pandang


Sam mengeluarkan senyum walau sedikit
kok Tan, setidaknya mereka bisa mengha Penuhinya
dari Sam serasa cukup untuk menjadi bumerang, membuai Kata
hening selama hitungan menit. adaan
“Temen kamu apa kabar, Haba? Yang namanya Fajrub
rohis itu, yang sering kamu ceritain ke Ummi.”
sangat jarang membahas Fajrul pada Ummi.
“Baik kok, Ummi. Dia baru menyelesaikan

Allah hafiz.”

“Ummi pengen deh punya menantu kaya Fajrul. Sudah seiman

pinter ngaji, saleh, bikin ayem. Apa kamu Ummi jodohin aja ya sama
Fajrul?” Hada memberikan Senyum renyahnya ke arah Haba.
Duarrrrrrrrrr....

Anak
Pada hal Haba Meras

Alguran-nya, Insa

Lagi-lagi ledakan itu datang pada hati Sam. Hatinya kian panas
dan membara. Haba sadar jika Sam sedang menghujani dirinya dengan
pandangan dingin, tapi ia tidak berani untuk sekadar mengintip walau
hanya satu detik. Ia mengerti jika Sam mulai tidak baik-baik saja.

“Assalamualaikum.” Seorang lelaki tiba-tiba muncul dari belakang


Sam.

"Waallaikumussalam. Nah ini Fajrul, sini sini duduk. Masya

Allah, kamu makin saleh aja ya.” Hada menyambut Fajrul dengan
surnringah.

Scanned by CamScanner
ibilang Fajrul sangat jelas adalah seseorang yang baik,
dengan penampilan sederhananya bahkan mampu menyita
santai gua masih di atas dia jauh.

Bisa 4

dirandai
tian Sam. Ah,
salh amdulillah Tante. Wah, rame nih.” Fajrul melihat sekitarnya,

.da seseorang yang belum ia kenal di samping Umar.


“Gam.” Sam lebih dulu mengulurkan tangan.
«Fajrul.” Fajrul membalas jabat tangan itu dengan hangat.
“Liar deh Haba, cari temen itu seperti Fajrul. Seiman, saleh,
pinter ngaji, Insa Allah kamu kecipratan baiknya. Kalau luarnya saja
sdah buruk, gimana dia bisa bawa kebaikan? Kalau ini sih jadi
temen hidup juga gak papa ya?” Terdengar tawa renyah dari Hada.
Tapi mungkin hanya dari dirinya, karena yang lain hanya terdiam.
Entah sudah berapa kali Hada berhasil membuat Sam kembali
meledak, mungkin Sam sudah di atas batas normal. Suatu keajaiban
jika Sam masih tetap tenang. Haba dan Umar sesekali saling pandang,
keduanya masih tidak percaya dengan perkataan Hada.
“Alhamdulillah Tante. Siapa juga yang tidak ingin punya teman
seperti Haba?” Fajrul masih terus menunduk. Ia juga tidak bisa berkata
apa-apa. Tapi senyumnya menandakan kesetujuannya dengan Hada.
Anjir, ngapain ni orang segala senyam-senyum gitu? Cocokan
gua sama Haba ke mana-mana lah. Sam bergumam di hati.
“Seiman itu perlu lo sayang, kalau ibadahnya saja udah beda,
bagaimana menyatukan rumah tangga? Yang ada Allah malah nggak
rida.” Lagi-lagi Hada meluncurkan kata-kata rocket-nya, sukses
melepaskan bom atom pada hati Sam. “Perbedaan itu perlu sayang.
Tapi kalau sudah menyangkut Tuhan itu sudah susah. Kalau nggak
pindah Tuhan ya pindah pacar. Iya kan, Mas?” Sekali lagi, sekali
lagi kalimat itu keluar dari orang di dekatnya dan itu dari Hada.

Kalimat yang sangat tidak Sam sukai.

97

Scanned by CamScanner
eymmii..." Haba perlahan.
4 hn jadi imam yang Pali Dengan Penciptam, .
cinta, bagaimana dengan Ananya padamu?” Hay aa
bait seakan ia tidak peduli terhadap ingkungan sekitarny, ag
mulai mencekam. “Mau ganteng seberapa, mau baik sebagai
kalau sudah beda agama sih kandas.
Seketika Sam meletakkan garpu dan sendoknya dengan kekuay,
yang cukup untuk menciptakan suara nyaring. Ia sudah tidak ta

han lagi,
“Kenapa Sam? Kamu udah selesai makannya?” Hada Merespon,

sikap Sam.
“Maaf Tante, saya harus pulang, saya lupa kalau Mamah Udah
masak buat saya. Saya nggak mau nyakitin perasaan Mamah, Agama

saya ngelarang umatnya untuk menyakiti perasaan umat lain, saya

lang

Sekuat tenaga
Sam menahan kekuatan pada tangannya yang sudah telanjur menyatu

yakin agama Tante juga .ngajarin gitu. Kalau begitu saya pu


Tante, Mas Umar, makasih buat makan siangnya.”

dan membentuk kepalan yang siap diluncurkan.

Sebelum ia menjauh, ia kembali menoleh. “Senang bisa ketemu

sama Tante, selamat sore,” Kemudian ia benar-benar berlalu. Hatinya


sudah telanjur panas.

“Sam, kamu gak papa?” Haba yang merasa keadaan tidak


baik-baik saja langsung mengikuti langkah Sam.

Haba mendapat pandangan tajam.


gua lagi? Belum puas nyokap lu beda-

“Astaghfirullah Sam, aku...”

“Semoga setelah ini ngga

“Sam maaf, aku ga...”

“Kenapa? Lu mau mojokin


bedain gua di depan Fajrul?”

k ada, cukup nyokap lu aja.”

l
1
|

dl

Scanned by CamScanner
“Gua ke
ca nggak pernah bercanda masalah temen surga Ku. Tapi kayaknya.

tertawa renyah. “.. cuman harapan gua aja.”

Muka Haba semakin merah. Ia tidak bisa menahan selaput bening

mulai terlihat menghiasi mata.

«Harusnya waktu itu gua terima waktu elu bilang kita beda.
Harusnya BU nggak kukuh ngejar-ngejar elu. Harusnya gua ngerti
kalau kita emang beda."

«Astaghfirullah, nggak gitu Sam...” Aku nggak ingin kamu


menyerah begitu saja Sam, aku ingin kamu berjuang dengan semua

ini. Kata-kata itu seakan menderu di hati Haba, tapi tak mampu ia

keluarkan.
“Ini kan yang lu mau dari dulu? Gua pergi dari hidup lu dan

nganggep ini semua nggak ada. Sekarang gua ngerti, harusnya dari
dulu gua paham. Tapi gua terlalu tolol, terlalu bego, gua buta sama
perasaan gua sama elu. Harusnya gua tau kalau kita nggak bakal
bisa nyatu,” ucapan Sam semakin dingin.

Kenapa lu diem aja? Kenapa lu begitu sulit untuk dilepas walau


lu nggak berusaha menghalangi gua buat pergi? Sam memandang
Haba lebih dalam lagi.

Haba semakin menundukkan pandangan. Ia tidak bisa


menampakkan wajahnya yang kian memanas. Ia tidak tahu Sam
akan sesakit ini. Bahkan semarah ini. Dalam hatinya ada perasaan
menyesal, perasaan sakit. Ia belum siap jika harus melepas pertemanan
surga dengan Sam.

“As You Wish Haba Salsabilla Usman. Forgive me, Forgrve me


because i'm never realize. And thank you for your mother that help
me to realize it, Sekarang gua nggak perlu maksa lu lagi buat nerima
perbedaan kita, lu nggak perlu sok-sokan lagi nerima perbedaan kita.

Scanned by CamScanner
-

kal bisa diterima. Nggak bakal bisa diselesain »

Karena itu nggak be kan #aba.


Sam berlalu, meningg" , kasi tulus, aku nerima semua perbe daan
Tapi semua 7 Allah akan menyatukan kita walau —

imi, Bahkan aku kran debih dahulu. Aku mulai ingin berjuan
menghadap! perpisaha" ba terus memaki dirinya yang enggan antar
secara jujur- Membuatnya seakan-aka,
u umurnya belum cukup dan masih

melepas Sam Haba di masa yang akan datang, tapi ia sudah

jam-diam untuk lelak

menitipkan hatinya di »
Ah keti ian. Makasih buat semuanya Haba.” Dan sekarang
bahkan enggan untuk menoleh hanya

Sam benar-benar berlalu. Ia


kin itu adalah pertemuan terakhir

sekadar melihat Haba. Mung


keduanya. Sam mencoba siap dengan segala keadaannya saat ini,
Melepas Haba? Ia mulai sadar bahwa terkadang perjuangan bisa saja

berakhir saat perjuangan itu tidak lagi dihargai.


Haba yang sedari tadi memaku, tidak sanggup menahan derasnya

air mata kesedihan. Hal ini kembali terjadi. Dan Sam yang mengakhiri
emua karena Haba. Hatinya seperti

aa

1 itu.

semuanya. Dan satu lagi. Ini s


runtuh. Tidak seharusnya ia seperti ini,
lakukan padanya, atas segala perjuangan Sam demi pertemanan surga.

Hatinya hancur, bukan hanya Haba, tetapi kedua Adam dan


Hawa yang baru saja memutus hubungan suci mereka. Menyerah atas
segala perjuangan. Keduanya sudah hanyut terbawa ombak masalah
yang begitu besar. Ombak itu bukan hanya mampu menyapu atau
menenggelamkan kapal yang sedang berlayar, tapi meluluhlantakkan

atas apa yang telah Sam

daratan.
Ombak i )
untuk diterj itu adalah perbedaan. Dan perbedaan mereka terlalu sulit
a 2.
rjang. Karena ini bukan lagi tentang sikap, umur, as, atau

to
22
Scanned by CamScanner
en Ini tentang Tuhan. Sang Pencipta Yang Maha Kuasa: Sam
dar betapa bodohnya ia, memperjuangkan segala hal yang sudah
Aedak bisa tercapai. Walau sebenarnya, Haba masih terang-terangan
jelas inggahsana di lubuk hatinya yang terdalam.

Dan sekarang dengan berat hati, ia usir secara paksa. Seseorang


sa begitu berharga untuk Sam, seseorang yang membuatnya lebih
baik, seseorang yang hampir mengubah hidupnya. Kini kandas ditelan
Sdn rbedaan. “As You Wish Haba, As You Wish.”

akakak

Sekarang Sam sendirian. Berada pada tempat baru pemberian Sindy,


tempat untuk mengeluarkan segala masalah yang ia miliki. Ia
memandang langit penuh arti dan pertanyaan. Ia penasaran dengan
catatan takdir yang sudah ditulis Tuhan untuknya.

Tak jauh dari sana, ada sebuah gereja kecil yang hening. Entah
karena jarang dikunjungi atau memang semua orang sedang merasa
bahagia sehingga tak sempat untuk berdoa pada Tuhan. Sam mulai
mendekat, semakin dekat dengan keberadaan Tuhan-nya. Ia berlutut
tak kuasa. Tangannya mengepal kencang, sangat kencang. Menandakan
kesungguhan. Mungkin sudah begitu lama ia tidak berada di sini.
Semenjak kepergian Mami, ia seakan kehilangan penuntun hidup.
Tak tahu arah, dan tidak jelas.

Tuhan, mengapa engkau begitu tega menjatuhkan perasaan


hamba-Mu ini pada sesuatu yang jelas tidak akan bisa menyatu?
Mengapa Engkau tega, membiarkan hamba berjuang pada seseorang
yang jelas-jelas sudah lebih dulu kalah, karena perjuangan sudah sangat

sia-sia? Apa ini amarah-Mu karena hamba sempat melupakan-Mu?-

tb

Scanned by CamScanner

“US,

ag
kind na
th 4
0 Ga
bang
-

Fa
Ai

la
ara
Tan ypa tidak Engkau lahirkan saja ia menjadi wo,
darikat Atau aku sebagian darirrya? Agar kita bisa bersatu tanpa
A sia-sia? Apa maksud semua ini? Mengapa Kau dalan
ia pada hidupku? Membuatku jatuh kemudian meninggal”
Tuhan? Apa aku terlalu hina sehingga Kau sudah telan,
membenciku?

Dada Sam semakin sesak. Ini adalah kali pertama ia berlutur


mengadu pada Tuhan tentang masalah yang datang pada dirinya
setelah sekian lama ia terus bungkam. Dan ini bukan karena Mami
yang pergi meninggalkannya. Ini karena kesungguhan hatinya terhadap
seseorang, namun semuanya terasa sia-sia. Kadang ia memohon untuk
dilahirkan kembali agar bisa bersatu dengan Haba atau tanpa pernah

mengenalnya.

paha

Sam semakin mantap melangkah, walau ini bukan isi dari hatinya
kiran buruk

yang sebenarnya. Tapi ia membuang jauh-jauh segala pi

itu. Ia sekarang berada di depan perempuan yang sudah lama menanti

kehadirannya, yang sudah lama ia sia-siakan.


“Haba nyuruh kamu ke sini malem-malem?”

tercengang melihat kedatangan Sam. Tidak biasanya ia da

malam hari.

“Enggak. Gua pengen ke sini.” Sam memandangnya datar.


Pancaran sinar

ntar lagi akan

Perempuan itu
tang pada

“Ini keinginan kamu sendiri? Kamu serius?”


mulai terbit dari mata perempuan itu, mungkin sebe
ada kembang api yang keluar saking bahagianya.

2
Sl

Scanned by CamScanner
pengen ngomong sesuatu.” Sam semakin mendekat, ia
ya ari 6 sering kaan mama ad, memandang San
gala dala buat aku baper kek.” Sandy menahan malu, ia sadar
gi ah Sesederhana itu, tapi hampir saja membuat
pa ini keputusan yang semestinya? Gua belum tahu. Yang
ini. Sam terus memantapkan hatinya sudah

jelas . “anu melarangnya melakukan ini. Ki

uya” Hanya itu yang Sam katakan.

“Apa?” Sandy masih belum mengerti.

“Gua mau berusaha buka hati gua buat elu.” Sam akhirnya
mengatakan itu.

«Ha? Serius? Kamu mau? Buat aku?” Sandy semakin berbinar.


Pandangannya semakin mendekat pada Sam.

Sam mengangguk pelan, tatapannya masih datar. Sontak Sandy


segera memeluk Sam, erat-erat. Ia benar-benar tidak ingin kehilangan
Sam dan akan sekuat tenaga untuk membuat Sam jatuh cinta padanya,
kalau bisa hingga Sam tidak berani untuk meninggalkannya. Walau
pelukan itu tidak terbalaskan, tapi jantung Sandy tetap berdegup
kencang. Setidaknya pelukan ini tidak mendapat penolakan.

“Aku janji bakal nggak nyebelin, bakal nggak bocah, bakal bikin
kamu bahagia. Aku janji Sam. Aku janji bakal ngelakuin kesempatan
ini sebaik mungkin. Makasih Sam, makasih. Aku sayang banget sama

kamu." Sandy berbicara sangat dekat dengan telinga Sam, menjatuhkan


kepalanya kembali di pundak Sam.

Setidaknya ia tidak akan berubah dingin, ia akan terus hangat.


Hanya itu keyakinan yang ada dalam hati Sam saat ia memutuskan
untuk membuka hatinya pada Sandy.

63

tm —

— Scanned by CamScanner
FE" 2 3

| » Sam kembali berbicara.


ejangan La jarak, tapi kedua tangannya Masih
Sandy mulai Na akan. Aku sayang banget sama kam
aa mut-matian.” Senyum itu masih setia menga
Aku pasti
Sandy. las dengan senyuman tipis, tapi cukup Melelahkan
Gam memba k sangat dekat dengan Sam. “Oh Tuhan, ak,

berjara i
Sandy aa Sam dateng ke sini mempersilakan aku buat masuk
mimpi 3Pe

Pius dikasih senyum lagi. Ya Tuhan, Sandy nggak kuat


ke Ka ban Mami Papi, Sam senyumin aku nih, bentar
mak tolongin!” Kata-kata itu begitu saja keluar dari mulu
Sandy, ia tidak kuat menahan kebahagiaan ini sendirian.

Terdengar tawa samar dari Sam. Ia melihat kebahagiaan begitu


dahsyatnya pada Sandy. Setidaknya gua berusaha. As You Wish Haba.

Keadaan di sekitar kamar yang sangat sepi memudahkannya untuk


mendengar semua kebahagiaan itu. Sontak saja hatinya hancur menjadi
kepingan. Bunga yang ia pegang ia buang ke dalam tempat sampah
tak jauh dari lift di lantai itu. Hatinya panas, terlihat dari tangannya
yang sudah mengepal kencang. Emosi sudah mulai mengalir menuju

jemarinya, tangannya gatal ingin menghabisi lelaki itu. Pengkhianat!

dpabak

7 " Tibatiba Sam dikagetkan dengan teriakan seisi rumah


menyambut kedatangannya,

“A “hy ,
paan nih?” Sam masih datar. Seingatnya ia tidak memenangka"
Perlombaan apa pun hati ini.

Tante Sind
langsu Y melemparkan sebuah kunci ke arah Sam. ye

ng dita
"elap dengan keadaan yang sama sekali Sam belur

6 “

Scanned by CamScanner
K pdadrrrtit.. Tiba-tiba saja handphone di Hban “3

mt kencang, itu tanda panggilan masuk.


tar

Begitulah tulisan yang tertera di layar segi empat yang sudah ia


g. Tante Sindy mengangguk cepat sambil tersenyum.
ng:

“Halo Pah?”

“Gimana? Keren nggak?"

«Apaan Pah?”

“Coba deh kamu cek di garasi. Ada piaraan baru tuh.” Sam
menggerakkan langkahnya menuju garasi, diikuti dengan Sindy, Chris, |
Mbok Minah dan Mang Udin. |

“Are you kidding me? Ini kan motor favourit Sam dari kecil!”

“Papah langsung minta team Lamborghini buat bikin produk itu


khusus buat kamu. So, you're the only one who have it.”

“Seriously? Tapi... Samuel kan nggak minta, Pah.”

“Kamu pernah minta kok, waktu kamu umur delapan tahun.


Maafin Papah ya baru bisa ngasihinnya sekarang. Dulu uang Papah
belum cukup, beli susu kamu aja Papah susah.”

“No no, Thankyou so much pah. You're The best gift from
God for me.”

“No, that's you're. Pm the luckiest person who have you. Selamat
ulang tahun Sam. Papah selalu bangga punya kamu my other half. 1
love you. Sana gih manjain dulu. Papah masih ada meeting.”

1 love you more, i love you more, Pah. Kemudian keduanya


Menutup telepon. Sam masih memandang motor itu, motor idamannya
sejak kecil. Dibelainya motor itu pelan-pelan. Kini kejutan kembali
datang, Sandy tiba-tiba datang membawa kue ulang tahun lengkap

engan lilin berangka 18 ke arah Sam.

i “Ta
Ka : YA “!£
Ii z SWAG

Scanned by CamScanner
“Sandy, kok?” Ta
. bisa sih aku lupa sama hari spesial orang yang Paling

istimewa di hidup aku?” 0 )

Keduanya lantas tersenyum. Sam sendiri hampir lupa jika Ke


| “Make a wish.”

Sam diam, menutup matanya sebelum ia meniup lilin. Kemudian


semua orang di sekitarnya memberikan tepuk tangan.

“Den Sam, Mamang boleh dong pinjem motornya keliling


kompleks?” Mang Udin yang lebih dulu datang pada Sam.

«Dih ogah, entar lecet lagi motor gua.” Sam menjawab dingin.
Membuat keadaan hening beberapa detik. “Hell no, pake aja kali
Mang. Ampe puas deh, Sam sewain free buat Mang Udin.” Kemudian
Sam kembali lagi berbicara. Ia begitu

tidak dingin dengan orang terdekatnya.


“Wah, Alhamdulillah ya Allah.” Mang Udin mengucapkan syukur,

baru kali ini ia akan menaiki motor sekeren itu. Memancing tawa
yang membeludak dari orang-orang di sekitar.

“Happy Birthday, My Son.” Kali ini giliran Sindy yang mendekat


pada Sam, ia memeluk Sam erat. “Ih bau banget, mandi gih sana.
Malu-maluin Mamah aja. Ada Sandy nih di sini.” Pelukaan itu segera
terlepas setelah Sindy mencium bau keringat pada tubuh Sam. Padahal
kenyataannya bau itu hanya tercium sedikit, bahkan bisa dibilang
Sindy hanya mengada-ada. Karena satu hal yang paling disukai Sindy
dari Sam, ia selalu wangi. Sandy tertawa kecil.

“Lebay-nya kambuh deh.”


emban Birthday, Abang.” Chris memberikan pelukan untuk Sam,
Telunjuknya Pn badan kecil itu menuju pelukanny'-

pada pipinya, sebuah kecupan manis mendarat

banyak berubah, setidaknya ia

bb

Scanned by CamScanner
Kecupan yang sangat hangat. “JI love you.” Suara
jelas di telinga Sam.

af love you too.” Sam menirukan bisikan Chris tepat di telinganya


kecil. Membuat Chris kegelian, merasakan napas Sam masuk

di sand

sekarang Sam sudah naik menuju kamar. Baru saja ia hendak

«ANJIR!!!!! MAKIN TUA LU!!!!!! HAPPY BIRTHDAY!!!”


Teriakan itu begitu keras, hingga mengundang tawa dari orang-orang
di bawah. Semuanya berasal dari Andro, Ali, Febri, dan Dafa yang

sudah menunggu kedatangan Sam sejak lama.

TADI!!!” Dafa yang lebih dulu memeluk Sam. Diikuti dengan keempat
sahabatnya. Membuat badan Sam tertimpa dan itu, sakit.

“ANJAY! SAKIT WOY! LEPASIN! LEPASIN! GUA MASIH


NORMAL!” Sam melepaskan tumpukan pelukan yang lebih terlihat
seperti penyiksaan, tidak ada raut wajah bahagia, malah terlihat geram
akibat ulah Dafa dan kawan-kawan.

“LU KIRA KITA-KITA TEMEN BUSUK, HA?!!” Kini Andro


yang langsung menyekap Sam dan menjitak kepalanya dengan keras.

love.” Bisikan terakhir itu membuat Sam terdiam. Pikirannya tentang


Haba kembali muncul.

“Sejak kapan lu pacaran sama Sandy?” Tiba-tiba Dafa menyenggol


lengan Sam.

“Nah sotoy-nya kambuh. Eh, btw, Deo ke mana?” Sam melupakan


“tu adik kecilnya itu yang tidak tampak.

“Gak tau, dari tadi dihubungin nggak bisa.” Febri yang menjawab
Pertanyaan Sam, seraya merebahkan tubuhnya lagi di atas kasur.

bs #7

“God Bless you, Sam.” Ali memeluk Sam erat.

- sem

ar
' #
ai

Scanned by CamScanner
pak

Tin tin... Sam sudah berada di depan gerbang, ada Sandy Yang sug
menunggunya di sana. Sedang di tempat lain, aa Peseorang Yang mulus
kehilangan keberadaan Sam. Mana mungkin sih dia dateng2 Lagi 1
ia kembali memaki hatinya yang terus menunggu Sam. Keadaan bus
menjadi sepi tanpa kehadiran bidadara yang nyasar lokasi itu.

Dari arah lain, Haba terang-terangan melihat pemandangan yang


pagi-pagi sudah menyesakkan. Walau dalam keadaan yang jauh, tapi
punggung itu sudah sangat dikenali Haba. Ia berboncengan Sangat dekar,
hampir tidak ada jarak antara keduanya. Mungkin bisa Merasakan
kehangatan masing-masing. Sam mengantar Sandy hingga ke gerbang
sekolah, rutinitas baru untuk Sam.

la sadar bahwa jarak ini kembali. Dan entah kapan akan


berakhir. Atau ini adalah akhir? Kenyataan pahit bahwa keduanya
akan benar-benar menjalani hidup mereka masing-masing. Pertemanan
surga itu kandas begitu saja, ternodai dengan perbedaan.

Tapi, Haba masih meneguhkan hatinya. Jauh di lubuk yang


terdalam, sangat jauh. Ia mencoba mengubur semua agar dirinya

sendiri tak mudah untuk memukan Sam, ia masih menganggap Sam

sebagai teman surga. Komitmen yang mereka jaga, dan seterusnya

Scanned by CamScanner

Anda mungkin juga menyukai